Anda di halaman 1dari 13

NAMA : DIANTY SUCI RAMADHANY

NIM : 711345121013
PRODI : D-III SANITASI

KEWIRAUSAHAAN
MATERI 5
“ETIKA BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN”

Kita sering mendengar kerancuan terminologi dimana etika sering disamakan


dengan moral. Padahal sesungguhnya Etika ≠ Moral. Etika merupakan filsafat moral
dan Etika didefinisikan sebagai pemikiran kritis dan mendasar mengenai ajaran-
ajaran moral atau dapat disebut juga bahwa Etika adalah ilmu tentang moralitas.
Sedangkan Moral adalah ajaran tentang apa yang dilarang dan apa yang wajib
dilakukan oleh manusia supaya bisa menjadi baik. Contoh Moral yaitu aturan dan
hukum agama, hukum adat, wejangan tradisi leluhur, nasehat orang tua, ajaran
ideologi, dll. Sumber Moral, yaitu tradisi, adat, agama, ideologi negara, dll.
Etika merupakan penelaahan standar moral, proses pemeriksaan standar moral
orang atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau
tidak untuk diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Tujuan akhir standar
moral adalah mengembangkan bangunan standar moral yang dirasakan masuk
akal untuk dianut. Etika juga merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya
adalah menentukan standar yang benar atau yang didukung oleh penalaran yang baik,
dan dengan demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang benar
dan Etika juga merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah
menentukan standar yang benar atau yang didukung oleh penalaran yang baik, dan
dengan demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang benar dan
salah, dan moral yang baik dan jahat. Etika adalah kumpulan ilmu dan nilai tentang
ukuran benar atau salah, baik atau buruk yang dianut dalam masyarakat.
Pada dasarnya etika bisnis terdiri dari dua kata yaitu etika dan bisnis.
Kata etika berasal dari kata asli kata ethos dalam Bahasa Yunani yang berarti adat
istiadat / kebiasaan atau karakter (character).Hal ini berarti etika berkaitan dengan
nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan
yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain atau dari satu generasi ke
generasi yang lainnya. Sedangkan Bisnis adalah sebuah aktivitas yang mengarah pada
peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau
pengolahan barang (produksi) guna memaksimalkan nilai keuntungan.
Menurut Zimmerer (1996:20), etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku
pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam
membuat keputusan dan memecahkan persoalan. Menurut Ronald J. Ebert dan
Ricky M. Griffin (200:80), etika bisnis adalah istilah yang sering digunakan untuk
menunjukkan perilaku dari etika seseorang manajer atau karyawan suatu organisasi.
Jadi, etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai
moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam berusaha dan memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapi dalam suatu perusahaan.
Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan
usaha termasuk dalam berinteraksi dengan pemangku kepentingan (stakeholders).
Etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi, dan perilaku bisnis. Perusahaan yang menjunjung tinggi nilai etika bisnis,
pada umumnya termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang
tinggi pula, terutama apabila perusahaaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis.
Misalnya diskriminsi dalam sistem jenjang karier. Faktor-faktor yang mendorong
timbulnya masalah etika bisnis:
1. Mengejar keuntungan dan kepentingan pribadi
2. Tekanan persaingan terhadap laba perusahaan
3. Pertentangan antara nilai-nilai perusahaan dengan perorangan

4. Etika bisnis adalah cara-


cara untuk melakukan
kegiatan bisnis, yang
mencakup
5. seluruh aspek yang
berkaitan dengan individu,
perusahaan, industri dan
juga masyarakat.
6. Kesemuanya ini mencakup
bagaimana kita menjalankan
bisnis secara adil, sesuai
dengan
7. hukum yang berlaku, dan
tidak tergantung pada
kedudukan individu ataupun
perusahaan di
8. masyarakat. Etika Bisnis
dalam suatu perusahaan
dapat membentuk nilai,
norma dan
9. perilaku karyawan serta
pimpinan dalam membangun
hubungan yang adil dan sehat
dengan
10. pelanggan/mitra kerja,
pemegang saham,
masyarakat. Perusahaan
meyakini prinsip bisnis
11. yang baik adalah bisnis
yang beretika, yakni bisnis
dengan kinerja unggul dan
12. Etika bisnis adalah
cara-cara untuk melakukan
kegiatan bisnis, yang
mencakup
13. seluruh aspek yang
berkaitan dengan individu,
perusahaan, industri dan
juga masyarakat.
14. Kesemuanya ini
mencakup bagaimana kita
menjalankan bisnis secara
adil, sesuai dengan
15. hukum yang berlaku, dan
tidak tergantung pada
kedudukan individu ataupun
perusahaan di
16. masyarakat. Etika
Bisnis dalam suatu
perusahaan dapat
membentuk nilai, norma
dan
17. perilaku karyawan serta
pimpinan dalam membangun
hubungan yang adil dan sehat
dengan
18. pelanggan/mitra kerja,
pemegang saham,
masyarakat. Perusahaan
meyakini prinsip bisnis
19. yang baik adalah bisnis
yang beretika, yakni bisnis
dengan kinerja unggul dan
Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan
juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis
secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan
individu ataupun perusahaan di masyarakat. Etika bisnis dan kewirausahaan dapat
membentuk nilai, norma, dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun
hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan / mitra kerja, pemegang saham,
masyarakat. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang
beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang
dijalankan dengan menaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan
peraturan yang berlaku.
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan,
termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan
pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap
yang profesional. Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum,
bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal
ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah
abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum. Etika bisnis adalah pemikiran
atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Moralitas berarti
aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya diperbolehkan atau
tidak dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan
manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang perilaku manusia yang
penting. Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif, baik di
lingkup makro maupun di lingkup mikro. Perspektif makro adalah pertumbuhan
suatu negara tergantung pada market system yang berperan lebih efektif dan efisien
daripada command system dalam mengalokasikan barang dan jasa. Perspektif mikro
adalah dalam lingkup ini perilaku etik identik dengan kepercayaan atau trust kepada
orang yang mau diajak kerjasamanya.
Semua keputusan perusahaan sangat memengaruhi dan dipengaruhi oleh
pemilik kepentingan (stakeholder). Pemilik kepentingan adalah semua individu atau
kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap keputusan perusahaan. Ada
dua jenis pemilik kepentingan yang berpengaruh terhadap perusahaan yaitu pemilik
kepentingan internal (investor, karyawan, manajemen, dan/atau pimpinan)
dan eksternal (pelanggan, asosiasi dagang, kreditor, pemasok, pemerintah, masyarakat
umum, dan/atau kelompok khusus yang berkepentingan terhadap suatu usaha /
perusahaan).
Menurut Zimmerer (1996:21) yang termasuk kelompok pemilik kepentingan
yang memengaruhi keputusan bisnis adalah :
1. Para pengusaha dan mitra usaha. Selain merupakan pesaing, para pengusaha
juga merupakan mitra. Sebagai mitra, para pengusaha merupakan relasi usaha
yang dapat bekerja sama dalam menyediakan informasi atau sumber peluang.
Misalnya akses pasar, bahan baku, dan sumber daya lainnya. Bahkan mitra usaha
dapat berperan sebagai pemasok, produsen, dan pemasar. Loyalitas mitra usaha
akan sangat bergantung pada kepuasan yang mereka terima (bagian dari kepuasan
pemilik kepentingan) perusahaan.
2. Petani dan perusahaan pemasok bahan baku. Petani dan perusahaan berperan
dalam menyediakan bahan baku. Pasokan bahan baku yang kurang bermutu dan
lambat dapat memengaruhi kinerja perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan dan
petani yang memasok bahan baku merupakan faktor yang langsung memengaruhi
keputusan bisnis. Keputusan dalam menentukan kualitas barang dan jasa sangat
bergantung pada pemasok bahan baku.
3. Organisasi pekerja yang mewakili pekerja. Organisasi atau serikat pekerja
dapat memengaruhi keputusan melalui proses tawar menawar secara kolektif.
Tawar menawar tingkat upah, jaminan sosial, kesehatan, kompensasi, dan jaminan
hari tua sangat berpengaruh langsung terhadap pengambilan keputusan.
Perusahaan yang tidak melibatkan organisasi pekerja dalam mengambil keputusan
sering menimbulkan protes–protes yang mengganggu jalannya perusahaan.
Ketidakloyalan para pekerja dan protes buruh adalah akibat dari ketidakpuasan
mereka terhadap keputusan yang diambil perusahaan.
4. Pemerintah yang mengatur kelancaran aktivitas usaha. Pemerintah dapat
mengatur kelancaran aktivitas usaha melalui serangkaian kebijaksanaan yang
dibuatnya. Peraturan dan perundang – undangan pemerintah sangat berpengaruh
terhadap iklim usaha. Undang – undang monopoli, hak paten, hak cipta, dan
peraturan yang melindungi dan mengatur jalannya usaha sangat besar
pengaruhnya terhadap dunia usaha.
5. Bank penyandang dana perusahaan. Bank selain fungsinya sebagai jantung
perekonomian secara makro, juga berfungsi sebagai lembaga yang dapat
menyediakan dana perusahaan. Neraca – neraca perbankan yang kurang likuid
dapat memengaruhi neraca – neraca perusahaan yang tidak likuid. Sebaliknya,
Neraca – neraca perusahaan yang kurang likuid dapat memengaruhi keputusan
bank dalam menyediakan dana bagi perusahaan. Bunga kredit bank dan
pesyaratan yang dibuat bank penyandang dana sangat besar pengaruhnya terhadap
keputusan yang diambil dalam bisnis.
6. Investor penanaman modal. Investor penyandang dana dapat memengaruhi
perusahaan melalui serangkaian persyaratan yang diajukannya. Persyaratan
tersebut akan mengikat dan sangat besar pengaruhnya dalam pengambilan
keputusan. Misalnya seperti standar tenaka kerja, bahan baku, produk, dan aturan
lainnya. Jadi loyalitas investor sangat bergantung pada tingkat kepuasan mereka
atas hasil modal yang ditanamkan.
7. Masyarakat umum yang dilayani. Masyarakat umum yang dilayani dapat
memengaruhi keputusan bisnis. Mereka akan menanggapi dan memberikan
informasi tentang bisnis. Mereka juga merupakan konsumen yang akan
menentukan keputusan – keputusan perusahaan, baik dalam menentukan produk
barang dan jasa yang dihasilkan maupun teknik produksi yang digunakan.
Tanggapan terhadap operasi perusahaan, kualitas, harga, dan jumlah barang serta
layanan perusahaan memengaruhi keputusan – keputusan perusahaan.
8. Pelanggan yang membeli produk. Pelanggan yang membeli produk secara
langsung dapat memengaruhi keputusan bisnis. Barang dan jasa yang akan
dihasilkan, jumlah, dan teknologi yang diperlukan sangat ditentukan oleh
pelanggan dan memegnaruhi keputusan – keputusan bisnis.

I. Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis


 Etika Bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan
masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis.
 Etika Bisnis adalah untuk menyadarkan masyarakat bahwa hak dan
kewajiban mereka tidak boleh dilanggar oleh pratek bisnis siapapun juga.
 Etika Bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat
menentukan etis tidaknya suatu usaha bisnis.

II. Pentingnya Etika Bisnis dan Kewirausahaan


Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas
stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam
memecahkan persoalan perusahaan. Hal ini disebabkan semua keputusan
perusahaan sangat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh stakeholder. Berikut
beberapa alasan perlunya etika bisnis dan kewirausahaan dalam suatu
bisnis/usaha/perusahaan:
 Kinerja bisnis tidak hanya diukur dari kinerja manajerial / finansial saja
tetapi juga berkaitan dengan komitmen moral, integritas moral, pelayanan,
jaminan mutu dantanggung jawab sosial.
 Dengan persaingan yang ketat, pelaku bisnis sadar bahwa konsumen
adalah raja sehingga perusahaan harus bisa merebut dan mempertahankan
kepercayaan konsumen.
 Perusahaan semakin menyadari bahwa karyawan bukanlah tenaga kerja
yang siap untuk dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan semaksimal
mungkin. Karyawan adalah subyek utama yang menentukan
keberlangsungan bisnis sehingga harus dijaga dan dipertahankan.
 Perlunya menjalankan bisnis dengan tidak merugikan hak dan kepentingan
semua pihak yang terkait dengan bisnis

III. Faktor Pendukung Implementasi Etika Bisnis


Berikut merupakan beberapa faktor pendukung implementasi Etika
Bisnis, yakni:
 Adanya kepedulian terhadap mutu kehidupan kerja oleh manajer atau
peningkatan “Quality of Work Life”.
 Adanya “Trust Crisis” dari publik kepada perusahaan.
 Mulai diterapkan punishment yang tegas terhadap skandal bisnis oleh
pengadilan.
 Adanya peningkatan kekuatan control dari LSM.
 Tumbuhnya kekuatan publisitas oleh media.
 Adanya transformasi organisasi dari “transaction oriented” menjadi
“relation oriented”.

IV. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis dan Kewirausahaan


Penerapan prinsip-prinsip etika bisnis dalam menjalankan bisnis adalah
suatu keharusan dan mencakup semua aspek perusahaan. Dalam praktik di
dalam perusahaan, prinsip etika bisnis akan membentuk nilai, norma, dan
perilaku pekerja, dari bawahan hingga atasan. Penerapan etika bisnis di
perusahaan akan membangun hubungan yang adil dan sehat, baik di antara
kolega, pemegang saham, pelanggan, dan masyarakat. Semua pihak dalam
perusahaan harus menjadikan etika bisnis sebagai salah satu standar di tempat
kerja. Prinsip-prinsip etika bisnis biasanya terkait dengan sistem nilai yang
dianut oleh masing-masing masyarakat. Sebagai contohnya, sistem nilai yang
dianut oleh orang Indonesia akan mempengaruhi prinsip etika bisnis yang
berlaku juga di Indonesia. Tapi, prinsip etika bisnis yang digunakan dalam
bisnis sesungguhnya merupakan prinsip secara umum etika bisnis yang dapat
diterapkan oleh seluruh pelaku bisnis tanpa meninggalkan sistem nilai yang
dianut tiap-tiap golongan sesuai ciri khasnya.
Menurut Muslich (2004:18-20) mengatakan bahwa prinsip etika bisnis
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Prinsip Ekonomi. Prinsip ini meyatakan bahwa perusahaan secara bebas
mempunyai wewenang dalam memutuskan suatu kebijakan dalam upaya
pengembangan visi misi perusahaannya yang berorientasi pada nilai
kemakmuran dan kesejahteraan para pekerja maupun mitra kerjanya.
2. Prinsip Kejujuran. Prinsip kejujuran menjadi hal yang paling penting
dalam mendukung keberhasilan suatu perusahaan. Nilai kejujuran harus
dijalankan oleh semua pihak yang terkait dengan kegiatan bisnis.
Perusahaan yang menjunjung tinggi nilai kejujuran akan mendapatkan
kepercayaan yang tinggi dari masyarakat sekitar dan mitra kerja
perusahaan tersebut.
3. Prinsip Niat Baik dan Tidak Berniat Jahat. Prinsip ini masih
berhubungan dengan nilai kejujuran karena segala tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan akan berdampak kepada tingkat kepercayaan
mitra kerja. Tentu suatu tindakan jahat yang dilakukan oleh perusahaan
akan merusak kepercayaan mitra kerjanya. Maka dari itu, perusahaan
harus bersikap transparan dalam menjalankan tujuan, visi dan misi
perusahaannya.
4. Prinsip Adil. Prinsip ini membantu perusahaan untuk selalu bersikap adil
kepada pihak-pihak yang terkait dengan bisnis yang mereka jalankan
sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
5. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri. Prinsip hormat terhadap diri sendiri
adalah prinsip dimana kita melakukan penghargaan kepada orang lain,
seperti kita menghargai diri sendiri. Maka dari itu, semua aspek pelaku
bisnis harus dapat menjaga nama baik perusahaan karena hal tersebut
sangat penting dalam menjaga eksistensi perusahaan tersebut.
Sonny Keraf juga mengatakan bahwa secara umum terdapat lima
prinsip etika bisnis yang harus diterapkan dalam kegiatan bisnis, yakni:
1. Prinsip Otonomi. Otonomi merupakan perilaku mandiri dimana manusia
dapat mengambil keputusan dan bertindak atas kemauannya sendiri dan ia
dapat mempertanggungjawabkannya. Semua keputusan dan tindakan yang
dilakukan harus mengikuti nilai dan norma yang berlaku. Pelaku bisnis
otonom adalah orang yang tahu dan sadar akan keputusan dan tindakan
yang diambilnya, serta resiko atau akibat yang timbul baik bagi dirinya
dan perusahaannya maupun bagi pihak lain. Pelaku bisnis yang
menerapkan sikap otonom mempunyai kebebasan dalam mengambil
keputusan yang menurutnya terbaik. Kebebasan dapat membuat pelaku
bisnis bisa secara kreatif dan inovatif mengembangkan bisnis sesuai
dengan keinginannya. Namun kebebasan tidak semata-mata menjamin
pelaku bisnis dapat menjalankan sikap otonom secara etis. Terkadang,
kebebasan membuat para pelaku bisnis kerap melakukan tindakan
sewenang-wenang tanpa sadar bahwa ada pihak lain yang dirugikan atas
tindakan yang dilakukan. Maka dari itu, pelaku bisnis yang bertindak
otonom juga menuntut adanya sikap tanggung jawab. Jadi, pelaku bisnis
otonom adalah pelaku bisnis yang sadar akan tindakannya dan siap
mempertanggungjawabkan tindakannya. Jika sikap otonom ini dilakukan
dengan mengikuti norma yang berlaku, maka bisnis yang dijalankan pun
akan bertahan dan membantu para pelaku bisnis dalam mengembangkan
bisnisnya.
2. Prinsip Kejujuran. Keraf menyatakan bahwa ada tiga alasan mengapa
prinsip kejujuran sangat relevan dalam dunia bisnis. Alasan pertama
Keraf mengatakan kejujuran sangat dibutuhkan dalam pemenuhan syarat-
syarat perjanjian dan kontrak dalam bisnis. Kejujuran sangat dituntut bagi
setiap pihak dalam memutuskan hubungan kerjasama serta dalam
menyepakati suatu perjanjian. Jika tidak ada kejujuran dan kecurangan
yang dilakukan oleh salah satu pihak, tentu pihak lain tidak akan mau lagi
untuk melakukan kerja sama dengan pihak yang melakukan kecurangan.
Seiring berkembangnya teknologi yang membuat informasi beredar
dengan sangat cepat, kecurangan ini tentu secara cepat atau lambat pasti
diketahui oleh banyak pihak sehingga dapat merusak citra suatu
perusahaan. Dengan bertindak curang, para pelaku bisnis secara tidak
sadar membangun kehancuran bagi bisnis yang dilakukannya karena tidak
ada lagi pihak yang ingin bekerja sama. Alasan kedua dikatakan bahwa
kejujuran diperlukan dalam hal tawar-menawar barang atau jasa. Para
pelaku bisnis harus bisa menentukan harga yang tepat untung kualitas
barang atau jasa yang dijualnya. Perusahaan tentu sangat membangun dan
menjaga kepercayaan kepada konsumen. Jika pelaku bisnis menipu dalam
segi harga sehingga membuat konsumen tidak puas, konsumen akan
dengan sangat mudah mengganti produk atau jasa yang mereka pakai ke
produk atau jasa milik perusahan lain. Konsumen pun juga tidak akan
merekomendasikan perusahaan tersebut kepada orang-orang di sekitarnya.
Dengan cara menipu konsumen dalam memperoleh untung sebesar-
besarnya, bisnis tidak akan berjalan lama karena tidak ada konsumen yang
akan membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Alasan ketiga
menyatakan bahwa kejujuran sangat diperlukan dalam hubungan kerja
internal dalam suatu perusahaan. Hubungan kerja di dalam perusahaan
harus berlandaskan kejujuran demi terciptanya kondisi kerja yang
kondusif. Pemilik perusahaan harus selalu jujur dalam menggaji
karyawan-karyawannya. Gaji yang diberikan harus sesuai dengan
kesepakatan awal bekerja dan tidak boleh dikurangi tanpa alasan yang
jelas. Sebaliknya, karyawan pun harus selalu jujur dalam mengerjakan
pekerjaannya dan menghindari sikap-sikap yang ingin mengambil
keuntungan diluar sepengetahuan atasannya. Sikap jujur harus dilakukan
seluruh pihak yang menjalankan bisnis guna mempertahankan bisnis dari
kehancuran.
3. Prinsip Keadilan. Prinsip keadilan menanamkan sikap bagi semua pihak
untuk berlaku secara adil dimana tidak ada sikap membeda-bedakan dari
semua aspek, seperti aspek ekonomi, hukum, dan aspek lainnya. Keraf
mengutip perkataan Adam Smith yang mengatakan bahwa prinsip paling
pokok dari keadilan merupakan prinsip tidak merugikan orang lain (prinsip
no harm), khususnya tidak merugikan kepentingan orang lain. Dapat
disimpulkan bahwa prinsip ini menekankan untuk selalu menghargai hak
dan kewajiban setiap individu. Prinsip no harm menurut Adam Smith
adalah prinsip yang paling pokok yang harus ada yang memungkinkan
kehidupan dan interaksi sosial manusia bisa bertahan. Prinsip no harm ini
juga berlaku pada kegiatan bisnis. Tanpa prinsip ini, sulit bagi pelaku
bisnis untuk dapat menjalankan bisnisnya secara baik. Dalam kegiatan
bisnis tidak boleh ada satu pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya
mulai dari karyawan, pemasok, investor sampai ke konsumen. Setiap pihak
harus menjaga hubungannya dan tidak boleh saling merugikan.
4. Prinsip Saling Menguntungkan. Prinsip saling menguntungkan menuntut
kesadaran pelaku bisnis untuk tidak saling merugikan. Prinsip ini
menekankan bahwa dalam berbisnis perlu ditanamkan prinsip saling
menguntungkan (win-win solution), yang artinya dalam semua keputusan
yang diambil dalam kegiatan bisnis semua pihak harus mengusahakan agar
masing-masing merasa diuntungkan. Kembali lagi, tujuan dalam berbisnis
adalah untuk memperoleh keuntungan. Perusahaan ingin banyak orang
membeli atau menggunakan produknya, dan konsumen juga ingin
menggunakan produk-produk tersebut dengan kualitas bagus dan harga
yang setimpal. Maka dari itu, penting bagi semua pelaku bisnis untuk terus
menjalankan bisnisnya sebaik mungkin sehingga menguntungkan semua
pihak.
5. Prinsip Integritas Moral. Prinsip integritas moral menekankan kesadaran
para pelaku bisnis bahwa setiap orang harus dihormati harkat dan
martabatnya. Prinsip ini harus dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri
pelaku bisnis agar ia menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik
perusahaannya. Prinsip ini menuntut pelaku bisnis untuk tidak merugikan
segala pihak dalam semua keputusan dan tindakan bisnis yang diambil.
Pelaku bisnis harus dapat menjalankan bisnisnya secara maksimal agar
dapat membawa perusahaannya menjadi yang terbaik dan dapat
dibanggakan.
Sedangkan menurut pendapat Michael josephson (1998) yang dikutip
oleh zimmerer (1996: 27 – 28), secara universal, ada 10 prinsip etika yang
mengarahkan perilaku, yaitu:
1. Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh – sungguh,
terus terang, tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan, tidak
berbohong.
2. Integritas, yaitu memegang prinsip melakukan kegiatan yang terhormat,
tulus hai, berani dan penuh pendirian/keyakinan, tidak bermuka dua, tidak
berbuat jahat, dan dapat dipercaya.
3. Memelihara janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh
komitmen, patuh, tidak menginteprestasikan persetujuan dalam bentuk
teknikal atau legalistic dengan dalih ketidakrelaan.
4. Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan, dan
Negara, tidak menggunakan atau memperlihatkan informasi rahasia, begitu
juga dalam suatu konteks professional, menjaga/melindungi kemampuan
untuk membuat keputusan professional yang bebas dan teliti, dan
menghindari hal yang tidak pantas serta konflik kepentngan.
5. Kewajaran / keadilan, yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia
mengakui kesalahan, memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan
perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan, serta tidak bertindak
melampaui batas atau mengambil keuntungan professional yang bebas dan
teliti, dan menghindari hal yang tidak pantas serta konflik kepentingan.
6. Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, berbaik hati, belas
kasihan, tolong – menolong, kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu
yang membahayakan orang lain.
7. Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat orang lain,
kebebasan dan hak menentukan nasib sendiri bagi semua orang, bersopan
santun, tidak merendahkan dan memperlakukan martabat orang lain.
8. Warga Negara yang bertanggung jawab, yaitu selalu menaati
hukum/aturan, penuh kesadaran social, dan menghormati proses demokrasi
dalam mengambil keputusan.
9. Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal, baik
dalam pertemuan personal maupun pertanggungjawaban professional,
tekun, dapat dipercaya/diandalkan, rajin penuh komitmen, melakukan
semua tugas dengan kemampuan terbaik, dan mengembangkan serta
mempertahankan tingkat kompetensi yang tinggi.
10. Dapat dipertanggungjawabkan, yaitu memiliki dan menerima tanggung
jawab atas keputusan dan konsekuensinya serta selalu memberi contoh
yang baik dan bertanggung jawab.

V. Cara Mempertahankan Etika Bisnis


Setelah mengetahui mengenai etika dalam bisnis serta prinsip-prinsip
yang digunakan, maka hal yang sangat penting dalam hal ini adalah
bagaimana menerapkan serta mempertahankan etika dalam sebuah bisnis.
Diawal dikatakan bahwa ketika etika yang baik maka akan membuat bisnis
juga menjadi baik maka perlu untuk di pertahankan sehingga kegiatan bisnis
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Keraf menyatakan
bahwa agar perusahaan bisa menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis tersebut,
maka perusahaan terlebih dahulu harus membangun sebuah budaya
perusahaan (corporate culture). Atau, Keraf lebih cenderung menyebutnya
sebagai etos bisnis. Etos bisnis adalah suatu kebiasaaan atau budaya moral
menyangkut kegiatan bisnis yang dianut dalam suatu perusahaan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Inti dari etos bisnis ini adalah pembudayaan
atau pembiasaan penghayatan akan nilai, norma, atau prinsip moral tertentu
yang dianggap sebagai inti kekuatan dari suatu perusahaan yang sekaligus juga
membedakannya dari perusahaan yang lain. Wujud dari etos bisnis ini antara
lain berupa pelayanan, pengutamaan mutu, disiplin, kejujuran, tanggung
jawab, dan sebagainya.
Etos bisnis dibangun atas dasar visi atau filasafat bisnis pendiri suatu
perusahaan sebagai penghayatan pribadi pendiri perusahaan tersebut mengenai
bisnis yang baik. Visi atau filsafat bisnis ini sesungguhnya didasarkan pada
nilai tertentu yang dianut oleh pendiri perusahaan itu, yang kemudian
dijadikan prinsip bisnisnya. Prinsip bisnis ini kemudian menjelma menjadi
sikap dan perilaku bisnis pendiriperusahaan dalam kegiatan bisnisnya sehari-
hari dan menjadi dasar dari keberhasilan bisnisnya. Prinsip ini juga
diberlakukan di dalam perusahaan. Ini berarti, prinsip bisnis ini kemudian
menjelma menjadi sikap dan perilaku organisasi dari perusahaan tersebut baik
ke dalam maupun ke luar. Maka, terbangunlah sebuah kebiasaan, sebuah
budaya, sebuah etos perusahaan. Etos inilah juga yang menjadi jiwa yang
menyatukan sekaligus juga menyemangati seluruh karyawan, untuk bersikap
dan berpola perilaku yang kurang lebih sama dengan prinsip yang dianut oleh
perusahaan tersebut. Etos bisnis ini juga sangat menetukan identitas dan
keunggulan perusahaantersebut dalam persaingan bisnis dengan perusahaan
lain.
Etos bisnis ini biasanya direvisi, dikembangkan terus menerus sesuai
dengan perkembangan perusahaan dan juga perkembangan masyarakat.
Demikian pula etos ini dapat berubah, sesuai dengan visi yang dianut oleh
setiap pimpinan perusahaan yang silih berganti memimpin perusahaan
tersebut. Namun, pada dasarnya visi dan prinsip dasar tidak banyak berubah.
Hal yang lebih banyak mengalami perubahan adalah penerapan visi dan
prinsip etis tadi sesuai dengan tuntutan dan perkembangan bisnis dan
perusahaan dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Dian Lestari, dkk. “Kewirausahaan (BAB II hal.22)”. Batam : BATAM
PUBLISHER

Irjus Indrawan, dkk. 2020. “PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN


ETIKA BISNIS (hal.67-88)”. Banyumas : CV. Pena Persada.

Julius Nursyamsi. “ETIKA BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN (Modul ke 13


Fakultas FASILKOM)”. Jakarta : Universitas Mercu Buana.

Kasriani, dkk. 2019. “ETIKA BISNIS DALAM KEWIRAUSAHAAN”.


Makassar : Universitas Negeri Makassar.

Tri Akbar V, dkk. 2012. “ETIKA BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN”.


Makalah KWU. Malang : Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai