Lingkungan Bisnis
Lingkungan bisnis adalah seluruh kekuatan yang melingkungi dan mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan perusahaan. Kekuatan ini ada yang dapat dikontrol (controllable) dan tidak dapat
dikontrol (uncontrollable) oleh perusahaan. Kekuatan yang dapat dikontrol oleh perusahaan
adalah unsur-unsur yang ada di dalam perusahaan itu sendiri, seperti penyediaan faktor produksi
(modal, bahan baku, tenaga kerja dan teknologi yang dipilih) dan aktivitas organisasi (produksi,
personalia, keuangan dan pemasaran). Sedangkan kekuatan yang tidak dapat dikontrol pada
umumnya adalah unsur-unsur yang berada di luar perusahaan, seperti politik negara, persaingan,
agen distribusi, kondisi ekonomi, ketentuan hukum dan perundang-undangan, keuangan
internasional, budaya penduduk dan lain-lain. Dimensi lingkungan yang mempengaruhi industri,
organisasi dan pekerjaan menurut Joseph W. Weiss adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan Ekonomi
Kondisi ekonomi makro memberikan refleksi keseluruhan ekonomi dan dapat mempengaruhi
kinerja dan nilai bisnis. Kinerja kebanyakan bisnis sangat tergantung pada tiga faktor ekonomi
yaitu : Pertumbuhan Ekonomi, inflasi, suku bunga dan pertumbuhan ekonomi.
2. Lingkungan Teknologi
Semua bisnis tentu membutuhkan semua informasi yang sangat aktual, cepat dan dapat
dipercaya, yang mana bisa semua permasalahan tersebut hanya bisa diselesaikan melalui
Teknologi Informasi dan Komunikasi ( ICT ). Ketika perusahaan menggunakan teknologi, maka
kecepatan, skop, skala ekonomi dan efisiensi dapat ditingkatkan. Transaksi melalui teknologi
informasi membuat dunia seolah tanpa batas.
Banyak perusahaan baru yang bermunculan di dunia bisnis. Tetapi tidak semua dari perusahaan
baru tersebut organisasi bisnis yang legal, banyak diantaranya yang didirikan tidak sesuai aturan-
aturan yang sudah ditetapkan. Paradigma inilah yang mendasari pentingnya keberadaan regulasi
mengenai lingkungan legal bisnis yang dapat dijadikan literatur nantinya dalam pengambilan
kebijakaan, baik untuk perusahaan-perusahaan maupun pemerintah dalam pemberian
konsekuensi atas etik yang dilanggar.
4. Perlindungan pemerintah dan regulasi terhadap bisnis. Baik untuk perusahaan, maupun
masyarakat umum.
Lingkungan demografi dan sosial terus berubah sebagai nasional batas mengalami efek
globalisasi dan tenaga kerja menjadi lebih beragam. Ini adalah tantangan bagi perusahaan untuk
mengintegrasikan antara pekerja yang tua dan muda, yang berpendidikan dengan yang tidak,
yang mempunyai skill dalam tekbologi atau yang masih gagap dalam menggunakan teknologi.
Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara
keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap
perusahaan. Individu, kelompok, maupun komunitas dan masyarakat dapat dikatakan sebagai
stakeholder jika memiliki karakteristik yaitu mempunyai kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan
terhadap perusahaan.
Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas stakeholder dalam membuat
keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan persoalan perusahaan. Sistem bisnis
beroperasi dalam suatu lingkungan dimana perilaku etis, tanggungjawab social, peraturan
pemerintah dan perundangan saling berkaitan satu sama lain.
a. Konsumen
b. Karyawan
f. Organisasi pekerja
j. Masyarakat
Pendekatan Stakeholder mulai menjawab pertanyaan ini memungkinkan individu dan kelompok
untuk mengartikulasikan strategi kolaboratif, win-win strategi berdasarkan:
5. Menunjukkan apa yang masing-masing etika yang wajib dimiliki masing-masing stakeholder
6. Mengembangkan strategi kolaboratif dan dialog dari "lebih tinggi tanah "perspektif untuk
memindahkan rencana dan interaksi dengan yang diinginkan penutupan bagi semua pihak
Weiss (2003) dalam bukunya yang berjudul “Business Ethics : A Stake Holder And Issues
Management Approach” mengatakan bahwa etika bisnis menyatakan sesuatu itu benar atau
salah, baik atau buruk, keputusan dan aksi yang berbahaya atau yang menguntungkan. Pertama
adalah kata etika, Menurut bahasa Yunani, kata etika berawal dari kata ethos yang memiliki arti
sikap, perasaan, akhlak, kebiasaan, watak. Sedangkan Magnis Suseno berpendapat bahwa etika
merupakan bukan suatu ajaran melainkan suatu ilmu. Kata kedua adalah bisnis, yang diartikan
sebagai suatu usaha. Jika kedua kata tersebut dipadukan, yaitu etika bisnis maka dapat
didefinisikan sebagai suatu tata cara yang dijadikan sebagai acuan dalam menjalankan kegiatan
berbisnis. Dimana dalam tata cara tersebut mencakup segala macam aspek, baik dari individu,
institusi, kebijakan, serta perilaku berbisnis.
1. Finansial dan ekonomi "Hal yang benar dilakukan oleh perusahaan perusahaan” yaitu
membayar pajak, karyawan, dan pemangku kepentingan lainnya, serta masyarakat, untuk
perusahaan dan pengusaha, bertindak secara legal dan etis berarti menghemat miliaran dolar
setiap tahun dalam gugatan, permukiman, dan pencurian.
2. Hubungan, Reputasi, Moral, dan Produktivitas biaya untuk bisnis juga mencakup kerusakan
hubungan; merusak reputasi; penurunan produktivitas karyawan, kreativitas, dan loyalitas;
informasi tidak efektif mengalir ke seluruh organisasi; dan absensi. perusahaan yang memiliki
reputasi perilaku tidak etis dan tidak peduli terhadap karyawan akan kesulitan saat merekrut dan
mempertahankan profesionalitasnya.
3. Integritas, Budaya, Komunikasi, dan Kebiasaan yang Baik Untuk bisnis pemimpin dan
manajer, mengelola etis juga berarti mengelola dengan integritas. Integritas dan etika peduli
dengan cara berikut: ada lebih fleksibilitas dan keseimbangan; nilai telah berubah; dan organisasi
yang menghargai karyawan baru lebih karena demografi telah berubah. Perubahan ini dijelaskan
berikutnya.
Keterlibatan lebih tinggi di organisasi di mana karyawan merasa mereka berbagi nilai yang sama
seperti majikan mereka. Memiliki tujuan bersama juga dapat meningkatkan komitmen karyawan,
terutama antara pekerja yang lebih tua.
Majalah Fortune secara berkala mempublikasikan 100 perusahaan terbaik. Meskipun daftar
perusahaan terus berubah, namun penting bagi perusahaan lain untuk mencontoh karakteristik
perusahaan terbaik tersebut. Paling sering karakteristik yang disebutkan termasuk profit sharing,
bonus, dan moneter penghargaan.
Weiss (1995:9) mengutip pendapat Carroll (1989) membahas lima tingkatan etika bisnis, yaitu:
2. Tingkat organisasional, masalah etis muncul apabila seseorang atau kelompok orang ditekan
untuk mengabaikan atau memaafkan kesalahan yang dilakukan oleh sejawat demi kepentingan
keharmonisan perusahaan atau jika seorang karyawan disuruh melakukan perbuatan yang tidak
sah demi keuntungan unit kerjanya.
3. Tingkat asosiasi, seorang akuntan, penasihat,dokter, dan konsultan manajer harus melihat
anggaran dasar atau kode etik organisasi profresinya sebagai pedoman sebelum ia memberikan
saran pada kliennya.
4. Tingkat masyarakat, hukum, norma, kebiasaan dan tradisi menentukan perbuatan yang dapat
diterima secara sah. Ketentuan ini tidak mesti berlaku sama di semua negara. Oleh karena itu,
kita perlu berkonsultasi dengan orang atu badan yang dapat dipercaya sebelum melakukan
kegiatan bisnis di negara lain.
5. Tingkat internasional, masalah-msalah etis menjadi lebih rumit untuk dipecahkan karena
factor nilai-nilai dan budaya, politik dan agama ikut berperan. Oleh karena itu, konstitusi,
hukum, dan kebiasaan perlu dipahami dengan baik sebelum seesorang mengambil keputusan.
Lima Mitos dalam Etika Bisnis
Mitos 1: Etika adalah pribadi, urusan pribadi, bukan secara umum dan tidak penting
untuk diperdebatkan
Mitos ini menyatakan bahwa etika individual didasarkan pada keyakinan pribadi atau agama, dan
salah satu yang memutuskan apa yang benar dan salah dalam privasi seseorang hati nurani .
Menyatakan bahwa etika terkait dengan isu-isu bisnis terutama soal pilihan pribadi atau individu
sama saja meremehkan peran, sikap dan perilaku anggota dalam suatu organisasi.
Mitos yang populer ini menyatakan bahwa praktek bisnis pada dasarnya amoral-tidak tentu
bermoral-karena bisnis beroperasi di pasar bebas. mitos ini juga menegaskan bahwa manajemen
berdasarkan ilmiah, bukan agama atau etika, prinsip-prinsip.
Etika tidak hanya didasarkan pada kebenaran yang absolut. Pernyataan ini bertentangan dengan
pengalaman sehari-hari. Misalnya, banyak masyarakat percaya dan dipraktekkan perbudakan;
Namun, pada individu kontemporer 'pengalaman, perbudakan adalah salah secara moral. Pada
akhirnya, logika ini akan menyatakan bahwa tidak ada benar atau salah ada terlepas dari individu
atau prinsip-prinsip masyarakat.
Intinya adalah bahwa etika bukanlah sesuatu ditambahkan ke operasi bisnis. "Etika yang baik
berarti bisnis yang baik." Ini lebih sejalan dengan pengamatan dari perusahaan sukses yang
beretika pertama dan juga menguntungkan. Akhirnya, "Apa yang terjadi jika etika harus
dipertahankan walaupun bukan yang terbaik untuk perusahaan? Apa yang terjadi ketika etika
yang baik tidak bisnis yang baik? "
Informasi tentang individu dapat digunakan sebagai Intinya di sini adalah untuk berhatihati sisi
gelap: penyalahgunaan informasi dan komputasi. implikasi etika yang hadir tapi terselubung.
Kebenaran dan akurasi harus dilindungi dan dijaga: "dusta, ketidakakuratan, berbohong, menipu,
disinformasi, informasi yang menyesatkan semua keburukan dan musuh Informasi Usia, karena
mereka merusak itu. Penipuan, keliru, dan kepalsuan adalah bertentangan dengan semua dari
mereka. "
1. Pertama, banyak kali hukum tidak mencakup semua aspek atau "daerah abu-abu" dari
masalah.
2. Kedua, pasar bebas dan diatur-mekanisme pasar tidak efektif menginformasikan pemilik dan
manajer bagaimana menanggapi isu-isu kompleks yang memiliki jauh konsekuensi etis.
3. Argumen ketiga menyatakan bahwa pertimbangan etis diperlukan karena masalah moral yang
kompleks membutuhkan "pemahaman intuitif atau belajar dan kepedulian keadilan, keadilan,
dan proses karena orang, kelompok, dan masyarakat. "
2. Kembangkan kode etik. Membuat pernyataan tertulis mengenai standar prilaku dan prinsip etis
atau di kenal dengan dengan kode etik.
3. Menjalankan kode etik secara adil dan konsisten. Pihak manajemen harus menjalankan
perilaku etis setiap hari dan manajer wajib memberikan hukuman apabila ada yang melanggar
kode etik tersebut.
4. Mempekerjakan orang yang tepat. Perilaku etis yang diharapkan tergantung perseorangan
yang di sertai nilai moral yang tinggi membantu pencapaian perilaku yang etis.
5. Adakan pelatihan etika. Membangun dan mempertahankan standar etika. Program pelatihan
akan menimbulkan kepedulian perilaku etis dan meningkatkan sistem nilai perusahaan.
6. Lakukan audit etika secara periodik. Melakukan penilaian secara periodik terhadap
pelaksanaan etika perusahaan.
8. Pemimpin memberikan contoh perilaku etis setiap saat sehingga merupakan tolak ukur
perilaku bawahan.
10. Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Bawahan dilibatkan dalam
perancangan dan implementasi etika dalam perusahaan. Bawahan diberikan kesempatan untuk
menawarkan umpan balik mengenai standar etika yang ditetapkan.
Pengertian Etika
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan
etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma,
nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik
Dilema etika adalah masalah atau isu yang dihadapi seseorang, kelompok atau organisasi
dan yang membutuhkan keputusan atau pilihan di antara klaim bersaing dan kepentingan, yang
semuanya mungkin tidak etis (yaitu, terhadap prinsip-prinsip semua pihak). Pilihan keputusan
yang disajikan oleh dilema etika biasanya melibatkan solusi yang tidak dapat memuaskan semua
pihak.
Masalah etika dan dilema hasil dari tekanan yang dialami pada empat tingkat. Berbagai
jenis masalah etika dan dilema potensial dapat terjadi pada salah satu atau semua dari empat
tingkat diidentifikasi di sini: (1) tingkat individu, (2) perusahaan atau tingkat organisasi, (3)
tingkat industri, dan (4) sosial, internasional, dan global tingkat. Dijelaskan sebagai berikut :
1. Pada tingkat individu atau profesional: Sebagai contoh pembukaan Louise menggambarkan,
seseorang mengalami tekanan dari konflik tuntutan atau keadaan yang membutuhkan
keputusan. dilema etika pada tingkat ini dapat terjadi sebagai akibat dari tekanan kerja atau
dari keadaan pribadi atau motivasi tidak berhubungan dengan pekerjaan. Tekanan pada
Louise berasal dari tugas seorang supervisor, konsekuensi dari yang dapat mempengaruhi
orang lain dalam organisasi dan mungkin dalam budaya tuan rumah. Apakah Louise
dibohongi? Apakah dia dipaksa untuk mempertaruhkan dirinya integritas dan bahkan
pekerjaan atau karir dengan menerima tugas ini? Perhatikan bahwa apa yang dimulai sebagai
dilema individu atau pribadi dapat meningkat menjadi tingkat organisasi dan lainnya,
mungkin dengan Louise jika masalah tidak diselesaikan.
2. Pada tingkat organisasi: Perusahaan yang terlibat dalam praktik dan kegiatan dipertanyakan
menghadapi kemungkinan dilema dengan para pemangku kepentingan dan atau pemegang
saham mereka.
3. Pada tingkat industri: petugas Perusahaan, manajer, dan profesional dapat dipengaruhi oleh
dan berkontribusi untuk praktek bisnis yang spesifik di industri. Dalam kasus tertentu
preofesional dapat menanyakan tentang praktik negosiasi kontrak dan harapan di industri,
tapi dia masih perlu untuk memeriksa, profesi, dan etika individu organisasinya berkenaan
dengan petunjuk dia telah diberikan. Tidak semua praktek bisnis yang terjadi dalam sebuah
industri yang etis-atau bahkan hukum. Krisis kredit subprime menggambarkan bagaimana
organisasi yang berbeda di seluruh industri melanggar standar etika.
4. The sosial, internasional, dan global tingkat. Industri, organisasi, profesional, dan pribadi
etika mungkin bentrokan di masyarakat, global, dan tingkat internasional.
Kriteria berikut dapat digunakan dalam pertimbangan etis. mereka membantu untuk
melakukan sistematisasi dan struktur argumen :
1. Penalaran moral harus logis. asumsi dan bangunan, baik faktual dan disimpulkan, digunakan
untuk
membuat penilaian harus diketahui dan dibuat eksplisit
2. Bukti faktual dikutip untuk mendukung orang penghakiman harus akurat, relevan dan
lengkap
3. Standar etika yang digunakan dalam penalaran harus konsisten. Ketika inkonsistensi
ditemukan dalam standar etika seseorang dalam keputusan, satu atau lebih dari standar harus
dimodifikasi
Individu secara moral bertanggung jawab untuk efek berbahaya dari tindakan mereka ketika
(1) mereka sadar dan bebas bertindak atau disebabkan tindakan terjadi dan tahu bahwa tindakan
itu salah secara moral atau menyakiti orang lain dan (2) mereka sadar dan bebas gagal bertindak
atau mencegah tindakan berbahaya, dan mereka tahu itu akan menjadi salah secara moral untuk
orang lakukan. Tindakan dan konsekuensi dari suatu tindakan dapat didefinisikan sebagai salah
secara moral jika fisik atau kerugian emosional dilakukan untuk lain sebagai akibat dari tindakan
itu. Dua kondisi yang menghilangkan tanggung jawab moral seseorang karena menyebabkan
cedera atau kerusakan yang kebodohan dan inability. Namun, orang yang dengan sengaja
mencegah diri dari mengetahui bahwa tindakan yang merugikan akan terjadi masih bertanggung
jawab. Orang yang lalai gagal untuk menginformasikan diri mereka tentang masalah yang
berpotensi membahayakan mungkin masih bertanggung jawab untuk tindakan yang dihasilkan.
Lima prinsip etika dasar yang dapat digunakan dalam pertimbangan etis dibahas. Prinsip-prinsip
tersebut adalah: (1) utilitarianisme, (2) universalisme, (3) hak, (4) keadilan, dan (5) kebajikan
etis. Selain itu, empat mode tanggung jawab sosial dan empat gaya individu penalaran etis
disajikan. Akhirnya, beberapa "tes etika cepat" yang disediakan, yang dapat digunakan untuk
memperjelas dilema etika.
3.3 Utilitarianisme
Jeremy Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873) diakui sebagai pendiri
konsep utilitarianisme. Meskipun berbagai interpretasi dari konsep yang ada, pandangan
utilitarian dasar menyatakan bahwa suatu tindakan dinilai sebagai benar atau baik atas dasar
konsekuensinya. Ujung dari suatu tindakan menghalalkan cara diambil untuk mencapai tujuan-
tujuan. Sebagai prinsip konsekuensialis, otoritas moral yang mendorong utilitarianisme adalah
konsekuensi dihitung, atau hasil, dari suatu tindakan, terlepas dari prinsip-prinsip lain yang
menentukan sarana atau motivasi untuk mengambil tindakan. Utilitarianisme juga mencakup
prinsip berikut:
1. Suatu tindakan yang secara moral benar jika menghasilkan kebaikan terbesar untuk jumlah
terbesar orang.
2. Suatu tindakan yang secara moral benar jika keuntungan bersih atas biaya yang terbesar
untuk semua terpengaruh dibandingkan dengan keuntungan bersih dari semua pilihan lain
yang mungkin.
3. Suatu tindakan yang secara moral benar jika manfaatnya yang besar bagi setiap individu dan
jika manfaat lebih besar daripada biaya dan manfaat dari alternatif.
Ada juga dua jenis kriteria yang digunakan dalam utilitarianisme: berbasis Aturan dan
berbasis Tindakan, aturan utilitarianisme berpendapat bahwa prinsip-prinsip umum yang
digunakan sebagai kriteria untuk menentukan manfaat terbesar yang akan dicapai dari bertindak
dengan cara tertentu. Tindakan itu sendiri bukanlah dasar yang digunakan untuk memeriksa
apakah kebaikan terbesar dapat diperoleh. Misalnya, "mencuri itu tidak dapat diterima" bisa
menjadi prinsip bahwa utilitarian berdasarkan aturan-akan mengikuti untuk mendapatkan utilitas
terbesar dari bertindak dengan cara tertentu. "Mencuri tidak dapat diterima" bukan merupakan
prinsip mutlak yang utilitarian berdasarkan aturan-akan mengikuti dalam setiap situasi.
Utilitarian berbasis aturan mungkin memilih prinsip lain lebih "mencuri adalah tidak dapat
diterima" jika prinsip lain yang disediakan kebaikan yang lebih besar. Utilitarian berbasis
tindakan, di sisi lain, menganalisis tindakan atau perilaku tertentu untuk menentukan apakah
utilitas terbesar atau yang baik dapat dicapai. Tindakan berbasis utilitarian juga dapat memilih
tindakan lebih prinsip jika utilitas terbesar dapat diperoleh. Sebagai contoh, seorang karyawan
mungkin alasan bahwa secara ilegal menghapus zat kimia yang belum diuji dari penyimpanan
perusahaan akan menyelamatkan nyawa ratusan bayi di negara kurang diuntungkan karena bahan
kimia yang digunakan dalam formula bayi yang diproduksi di negara itu. karyawan bisa
kehilangan pekerjaannya jika tertangkap; masih ia menghitung bahwa mencuri bahan kimia
dalam situasi ini memberikan utilitas terbesar. konsep utilitarian secara luas dipraktekkan oleh
para pembuat kebijakan pemerintah, ekonom, dan profesional bisnis.
Masalah dengan utilitarianisme meliputi berikut ini:
1. Tidak ada kesepakatan ada tentang definisi "baik" bagi semua pihak. Apakah kebenaran,
kesehatan, kedamaian, keuntungan, kesenangan, pengurangan biaya, atau keamanan
nasional?
2. Tidak ada kesepakatan ada sekitar yang memutuskan. Siapa yang memutuskan apa yang
baik untuk siapa? Yang kepentingannya utama dalam keputusan?
3. Tindakan tidak dihakimi, melainkan konsekuensinya. Bagaimana jika beberapa tindakan
yang salah? Harus pengambil keputusan melanjutkan untuk mengambil tindakan-tindakan
hanya berdasarkan konsekuensinya?
4. Bagaimana biaya dan manfaat dari taruhan nonmoneter, seperti kesehatan, keselamatan, dan
kesejahteraan masyarakat, diukur? Harus nilai moneter ditugaskan untuk manfaat
nonmarketed dan biaya?Bagaimana jika efek yang sebenarnya atau bahkan berpotensi
membahayakan dari suatu tindakan tidak dapat diukur dalam jangka pendek, namun aksi ini
diyakini memiliki efek jangka panjang berpotensi, mengatakan dalam 20 atau 30 tahun?
Harus tindakan yang dipilih?
5. Utilitarianisme tidak mempertimbangkan individu. Ini adalah kolektif untuk siapa kebaikan
terbesar diperkirakan. Apakah contoh ada ketika individu dan kepentingan mereka harus
dihargai dalam keputusan?
6. Prinsip-prinsip keadilan dan hak-hak yang diabaikan dalam utilitarianisme. Prinsip keadilan
yang bersangkutan dengan distribusi yang baik, bukan jumlah total baik dalam keputusan.
Prinsip hak berkaitan dengan hak-hak individu, terlepas dari manfaat kolektif dihitung.
3.5 Hak Asasi: Sebuah pendekatan hak berbasis legalitas dan moral
Hak legal adalah hak yang terbatas pada sistem hukum tertentu. Selain hak legal, terdapat
juga hak moral, yaitu hak berdasarkan norma-norma yang berlaku, seperti hak untuk tidak
diperbudak dan hak untuk bekerja. Selanjutnya ada juga hak kontraktual. Hak kontraktual
mengatur tugas-tugas individu dan bersifat saling mengikat berdasarkan hukum. Hak kontraktual
didefinisikan dalam batas-batas aturan moral yang berlaku meliputi:
1. Kontrak tidak seharusnya memaksa pihak tertentu untuk tidak berlaku etis atau
amoral
2. Kedua belah pihak harus secara sukarela melakukan perjanjian
3. Individu tidak seharusnya salah menafsirkan fakta-fakta/ isi perjanjian
4. Setiap individu yang melakukan perjanjian harus memiliki pengetahuan lengkap
tentang sifat dan syarat kontrak.
Selain itu, terdapat Hak Positif dan Negatif. Hak positif yaitu hak untuk membebankan
kewajiban kepada pihak lain untuk mencapai tujuan kita. Contohnya: hak mendapatkan
pendidikan yang layak bagi warga negara dibebankan kepada pemerintah. Hak negatif adalah
hak yang mengacu pada kewajiban pihak lain untuk tidak mengganggu hak seseorang.
Dalam prakteknya, prinsip hak memiliki berbagai keterbatasan diantaranya:
1. Pembenaran bahwa individu berhak menggunakan haknya memanipulasi dan
menyamarkan keegoisan, klaim politik yang tidak adil dan penuh kepentingan.
2. Perlindungan terhadap hak tertentu dapat mengorbankan pihak tertentu.
3. Batasan hak menimbulkan pertanyaan. Sejauh praktik hak dapat bermanfaat bagi
masyarakat, namun mengancam hak-hak tertentu itu diizinkan?
Produktivis (yang memegang etika dlam pasar bebas) melihat tanggung jawab sosial
perusahaan dalam hal kepentingan diri dan pemenuhan langsung dari kepentingan
pemegang saham.
Philantropis (yang memiliki pandangan pemegang saham korporasi, berpendapat bahwa
tanggungjawa sosial dibenarkan dalam hal kewajiban moral, Progresivisme dan idealisme
etika adalah dua mode tanggung jawab sosial dalam model stakeholder, orientasi dominan
lainnya. Progressivists percaya perilaku perusahaan dimotivasi oleh kepentingan diri
sendiri, tetapi mereka juga berpendapat bahwa perusahaan harus mengambil pandangan
yang lebih luas dari tanggung jawab terhadap perubahan sosial.