Anda di halaman 1dari 12

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP USAHA KECIL DAN

MENENGAH PADA MASA PANDEMI COVID-19

Sunaryo1, Mevitama Shindi Baringbing2


1
Fakultas Hukum, Universitas Lampung, Indonesia,
Sunaryo.fhunila@gmail.com
2
Fakultas Hukum, Universitas Lampung, Indonesia,
shindimevitama@gmail.com

Usaha kecil dan menengah merupakan salah satu kegiatan usaha yang mampu
menyerap lapangan kerja, memberikan penambahan pendapatan secara ekonomi
kepada masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
perekonomian nasional, agar terjaminnya kepastian dunia berusaha dan adanya
kepastian hukum, maka salah satu tugas pemerintah memberikan perlindungan
hukum bagi UKM guna memfasilitasi pemberdayaan mereka di era perdagangan
bebas yang semakin kompetitif. Namun, secara praktek pada masa pandemic covid-
19 hal tersebut belum berjalan efektif mengingat kurangnya mekanisme pengawasan
dari pemerintah. Disisi lain ketentuan tersebut dinilai hanya bersifat formalitas
karena seringkali pengusaha nasional hanya dijadikan silent partner, sehingga tujuan
memberdayakan pengusaha nasional atau UKM tidak tercapai. Penelitian ini
menggunakan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber
hukum primer yang menggunakan metode wawancara dan sumber hukum sekunder
yakni literatur atau kepustakaan dan peraturan perundang-undangan serta buku yang
berkaitan dengan pokok materi berkaitan dengan bahasan yang penulis bahas dalam
penelitian serta sumber hukum tersier yang mendukung sumber data primer dan
sumber tersier. Hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa UMKM dapat
menguasai pasar dalam negeri, terutama saat kebutuhan impor tidak bisa berjalan
ketika situasi normal. Mengenai Pengaturan terbaru dalam Undang-Undang Cipta
Kerja dijelaskan bahwa Undang-Undang Cipta Kerja mempermudah proses
pembiayaan, akses masuk pasar dan berkembangnya kegiatan dalam usaha, begitu
juga terkait perizinan menjadi lebih mudah.

Kata kunci : Usaha Kecil Menengah, Pandemi Covid-19, Peraturan.


2

A. Latar Belakang Masalah

Usaha kecil dan menengah merupakan kegiatan usaha yang mampu menyerap

lapangan kerja, memberikan penambahan pendapatan secara ekonomi kepada

masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan perekonomian

nasional, agar terjaminnya kepastian dunia barusaha dan adanya kepastian hukum,

maka salah satu tugas pemerintah memberikan perlindungan hukum bagi UKM guna

memfasilitasi pemberdayaan mereka di era perdagangan bebas yang semakin

kompetitif ini, sekaligus untuk meningkatkan standard dan kualitas kehidupan

manusia sebagai sebuah proses dalam kondisi mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Pasal 1 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang

UMKM, menjelaskan bahwa: (1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang

perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (2) Usaha Kecil adalah usaha

ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau

badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. (3) Usaha Menengah adalah

usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan

atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil

penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.


3

UMKM juga mempunyai kriteria dari setiap golongan usaha, baik usaha mikro,

usaha kecil, dan usaha menengah. Sesuai dalam pasal 35 Peraturan Pemerintah No.

7 tahun 2021, kriteria tersebut antara lain kriteria modal usaha dan hasil penjualan

tahunan. Dalam kriteria modal usaha yang tercantum di dalam pasal 35 ayat 3

digolongkan sebagai berikut:

a. Usaha Mikro memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak

Rp.1.000.000.000 (satu miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha;

b. Usaha Kecil rnemiliki modal usaha lebih dari Rp.l.000.000.000 (satu miliar

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.5.000.000,000 (lima miliar rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan

c. Usaha Menengah merniliki modal usaha lebih dari Rp.5.000.000.000 (lima

miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000 (sepuluh rniliar

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

Kriteria modal usaha yang tercantum di dalam pasal 35 ayat 5 digolongkan sebagai

berikut:

a) Usaha Mikro memiliki hasil penjualan tahunan sampai dengan paling banyak

Rp.2.000.000.000 (dua miliar rupiah);

b) Usaha Kecil memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.000.000.000 (dua

miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.15.000.000.000 (lima belas

miliar rupiah); dan

c) Usaha Menengah memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp.15.000.000.000 (lima belas miliar rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp.50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah).


4

Dari penjelasan di atas, pada penulis ini difokuskan ke usaha kecil dan menengah.

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki peran penting dalam perekonomian

Indonesia. Karena dengan UKM ini, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak

terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor UKM telah dipromosikan dan

dijadikan sebagai agenda utama pembangunan ekonomi Indonesia. Sektor UKM

telah terbukti tangguh, ketika terjadi Krisis Ekonomi 1998, hanya sektor UKM yang

bertahan dari kolapsnya ekonomi, sementara sektor yang lebih besar justru tumbang

oleh krisis.

Kualitas jasa juga dapat dimaksimalkan dengan adanya penguasaan teknologi.

Penguasaan teknologi ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pengelolaan,

sehingga organisasi dapat lebih terkontrol dengan mudah. Oleh sebab itu, organisasi

harus selalu mengikuti dinamika perubahan teknologi yang terjadi. Usaha kecil dan

menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dalam membangun

perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia. Usaha

mikro kecil menengah menjadi salah satu prioritas dalam agenda pembangunan di

Indonesia hal ini terbukti dari bertahannya sektor UKM saat terjadi krisis hebat

tahun 1998, bila dibandingkan dengan sektor lain yang lebih besar justru tidak

mampu bertahan dengan adanya krisis.1

Dalam hal menjaga ketertiban dunia sebagai bagian tidak terpisahkan dalam

pergaulan kehidupan internasional, saling menghormati, dan menghargai setiap

bangsa pun ditegaskan bangsa Indonesia. Namun, bagi bangsa Indonesia, semua itu

jelas dituntut untuk bersikap realistis dengan mempertimbangkan efek globalisasi

1
“https://kartawan.files.wordpress.com. Surachman Sumawihardja, 2003, Mengembangkan
Keunggulan Bersaing Usaha Kecil dan Menengah untuk Mencapai Posisi Pasar yang Kuat dan
Berkelanjutan dalam Era Global.”
5

yang berupa kenyataan betapa berkuasanya per-adaban ekonomi budaya Barat yang

berakar pada industrialisasi.2 Dan sebagai negara berkembang, Indonesia juga

dituntut mampu mencapai tiga tahapan sekaligus yakni unifikasi, industrialisasi, dan

kesejahteraan sosial agar dapat dicapai dalam waktu yang sama.3

Kesejahteraan tercapai apabila pemerintah memberikan perlindungan hukum pada

usaha kecil dan menengah (UKM). Perlindungan terhadap pelaku usaha dan produk

dalam negeri skala ini akan memberi keuntungan ekonomi, khususnya industri

ekspor Indonesia. Sebab bagaimanapun kehidupan dan perkembangan dunia

perdagangan membutuhkan perhatian yang khusus, terlebih kepada UKM.

Perlindungan hukum dari pemerintah bagi UKM dirasakan sangat penting terutama

dalam menjalankan usaha dan perdagangannya. Indonesia sebagai negara

berpenduduk besar berpotensi ikut meramaikan perdagangan pasar dunia, khususnya

di bidang ekspor dan impor produk yang mengandung nilai ekonomi demi

kesejahteraan rakyat.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peran serta kelembagaan UKM

dan perekonomian nasional, maka pemberdayaan tersebut perlu dilaksanakan oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat secara menyeluruh,

sinergis, dan berkesinambungan. Dalam memberdayakan UKM, seluruh peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan UKM merupakan suatu kesatuan yang

saling melengkapi dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 ini.4

2
Soentandyo Winjosoebroto, Dari Hukum Kolonial ke Hukum Nasional, Dinamika Sosial – Politik
Dalam Perkembangan Hukum di Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994).
3
Erman Rajagukguk, “Peranan Hukum di Indonesia; Menjaga Persatuan Memulihkan Ekonomi dan
memperluas Kesejahteraan Sosial, disampaikan dalam rangka Dies Natalis dan Peringatan Tahun
Emas UI,” 2000.
4
Ibid.
6

Pemberdayaan usaha kecil dan menengah sebagai penguatan ekonomi rakyat dapat

dilakukan melalui peningkatan aspek pemodalan, kebebasan pasar dan penguasaan

teknologi. Kebijakan ekonomi ini hendaknya berpihak pada ekonomi rakyat demi

dapat mengejar ketinggalan dalam persaingan usaha dan pasar bebas. Pemberdayaan

yang dilakukan terhadap UKM tidak dapat lepas dari perlindungan hukum, sebab

penerapan pasar bebas tentunya akan menimbulkan persaingan usaha yang tidak

sehat.5 Karena itu penting adanya perlindungan hukum yang dapat langsung dengan

tegas membantu UKM. Adapun perlindungan hukum yang dapat dilakukan yaitu

dengan tiga cara yaitu:

a) Dalam bentuk pemberlakuan hukum Anti dumping.

b) Dalam bentuk Kebijakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard).

c) Dalam bentuk peraturan pelaksanaan bea masuk balasan.

Perlindungan terhadap masyarakat mempunyai banyak dimensi yang salah satunya

adalah perlindungan hukum. Perlindungan hukum bagi setiap Warga Negara

Indonesia tanpa terkecuali, dapat ditemukan dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, dapat dilihat dari ketentuan yang mengatur tentang

adanya persamaan kedudukan hukum bagi setiap Warga Negara Indonesia tanpa

terkecuali.

Pemerintah sebenarnya telah memberikan perlindungan terhadap UKM sebagaimana

dirumuskan dalam Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang

Usaha Mikro Kecil dan Menengah, bahwa “Usaha besar dilarang memiliki atau

menguasai usaha mikro, kecil dan menengah sebagai mitra usahanya dalam

5
Sulistia T, “Perlindungan Hukum dan Pemberdayan Pengusaha Kecil dalam Ekonomi Pasar Bebas,”
Hukum Bisnis, 2007, 22.
7

pelaksanaan hubungan kemitraan.” Namun, secara praktek hal tersebut belum

berjalan efektif mengingat tidak adanya mekanisme pengawasan dari pemerintah.

Disisi lain ketentuan tersebut dinilai hanya bersifat formalitas karena seringkali

pengusaha nasional hanya dijadikan silent partner, sehingga tujuan memberdayakan

pengusaha nasional atau UKM tidak tercapai.6 Terdapat dua hal yang menjadi

permasalahan UKM perlu mendapatkan perhatian dan perlindungan khusus dari

pemerintah yaitu karena banyaknya jumlah pengusaha UKM di Indonesia dan

adanya kelemahan atau kekurangan UKM ketika masuk dalam sistem persaingan

pasar bebas.7 Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti akan melakukan

penelitian dan berjudul Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Kecil dan Menengah

Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Kota Bandar Lampung.

B. Pembahasan

Peraturan dan Pelaksanaan UKM di Masa Pandemi Covid-19

6
Ary Zulfikar, Hukum Penanaman Modal: Kebijakan Pembatasan Modal Asing Kajian
Pemanfaatan Arus Modal Asing Untuk Penguatan Struktur Ekonomi Kerakyatan (Bandung: CV Keni
Media, 2019).
7
Mukti Fajar, UMKM Di Indonesia Prespektif Hukum Ekonomi, Cetakan Pertama (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2016).
8

Pandemi Covid 19 yang berlangsung sejak awal tahun 2020 telah berdampak pada

perubahan tatanan kehidupan sosial serta menurunnya kinerja ekonomi di sebagian

besar negara di dunia, tak terkecuali Indonesia, termasuk juga di Kota Bandar

Lampung. Turunnya kinerja ekonomi Lampung ini terjadi sejak triwulan I tahun

2020, yang tercermin dari laju pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2020 yang

hanya mencapai 1,74 persen, dan kembali menurun signifikan pada triwulan II tahun

2020 yang tumbuh minus 3,57 persen, telah melumpuhkan usaha mikro, kecil dan

menengah atau UMKM akibat anjloknya aktivitas perdagangan. 8 Pandemi menuntut

pengusaha kecil untuk dapat beradaptasi dengan pola konsumsi baru, dan menuntut

UKM untuk berpromosi lebih agresif secara online, menjual produk mereka secara

cepat melalui sistem pengiriman barang dan mengedepankan protokol kesehatan.

Di Kota Bandar Lampung, dampak pandemi memengaruhi pada sektor industri,

termasuk pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Kepala bidang industri dalam

negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung Muhammad Zimmi

mengatakan, UKM paling banyak terdampak pandemi Covid.19. Dikatakan Zimmi,

terkait hal tersebut, pemerintah sudah menyiapkan sejumlah langkah strategis dalam

pemulihan kondisi sosial ekonomi pasca Covid-19. Menurut Zimmi, setidaknya tiga

strategi pemerintah yang dilakukan dalam upaya pemulihan ekonomi bagi

masyarakat yang terdampak Covid-19 yakni operasi pasar di 15 kabupaten kota,

melakukan pengawasan terhadap barang yang beredar, serta stabilisasi harga bahan

pokok yang terus dijaga.9

8
“Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung (BPS-Statistics of Lampung Province)
https://lampung.bps.go.id/publication/2020/10/19/9c337cbfec8e038ce5f65de9/analisis-hasil-survei-
dampak-covid-19-terhadap-pelaku-usaha-provinsi-lampung.html., dikutip tanggal 7 Sep.”
9
“Harian Momentum, 24 Oktober 2020, Tiga Ribu Lebih UMKM di Lampung Terdampak Covid-19,
https://harianmomentum.com/read/29079/tiga-ribu-lebih-umkm-di-lampung-terdampak-covid-19.,”
2021.
9

Permasalahan UKM saat pandemi Covid-19 jika dilihat dari sisi regulasi saat ini

yang meliputi ijin industri, ijin edar, merk terdaftar, legalitas badan usaha dan

dukungan transaksi dan e-commerce kurang memadai. Dari sisi kelanjutan produksi

imbas dari pandemi Covid-19 di Indonesia sangat mempengaruhi UKM terutama

tingkat permodalan yang terbatas, mesin, sumber daya alam yang berlimpah tetapi

kurang kompeten untuk inovasi dan pemasaran, sehingga banyak yang menutup

lapaknya sebagian atau beralih ke jenis dagangan yang lain.

Menurut Satjipto Raharjo, Pelindungan hukum adalah memberikan pengayoman

terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan pelindungan itu

diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan

oleh hukum.10 Pada dasarnya pelindungan hukum meliputi dua hal, yakni

pelindungan hukum preventif meliputi tindakan pencegahan dan pelindungan hukum

represif meliputi upaya menyelesaikan sengketa.11 Pelindungan hukum yang bersifat

preventif dilakukan melalui pendaftaran merk sedangkan pelindungan hukum yang

bersifat represif dilakukan jika terjadi pelanggaran merk melalui gugatan perdata

atau tuntutan pidana.12

Bapak Asroni selaku Kepala Seksi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Provinsi

Lampung berpendapat bahwa, dalam kondisi pandemic covid-19 UMKM dapat

menguasai pasar dalam negeri, terutama saat kebutuhan impor tidak bisa berjalan

ketika situasi normal. Mengenai Pengaturan terbaru dalam Undang-Undang Cipta

Kerja dijelaskan bahwa Undang-Undang Cipta Kerja mempermudah proses

10
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006).
11
Budi Agus Riswandi, Dinamika Hak Kekayaan Intelektual Dalam Masyarakat Kreatif
(Yogyakarta: Total Media, 2009).
12
Erma Wahyumi, T. Saiful Bahri, Hessel Nogi S. Tangkilisan, Kebijakan Dan Manajemen Hukum
Merek (Yogyakarta: YPAPI).
10

pembiayaan, akses masuk pasar dan berkembangnya kegiatan dalam usaha, begitu

juga terkait perizinan menjadi lebih mudah.

Selain hal tersebut, UU Ciptaker memberikan kesempatan kerja yang besar.

Kesempatan kerja yang besar dibuktikan dengan adanya program digitalisasi,

pengembangan, pembiayaan, penjaminan, kemitraan. Maka dengan adanya UU ini,

memberikan kemudahaan untuk memaksimalkan diri terhadap kemampuan UMKM

khususnya pada penyerapan tenaga kerja.

Menurut Ibu Tira selaku Staff Dinas Perdangangan dan Industi Restrukturisasi

UMKM merupakan salah satu pengaturan baru yang muncul selama pandemic

covid-19.13 Program restrukturisasi dalam bentuk kredit UMKM, kebijakan modal,

restrukturisasi yang dilakukan pertama adalah relaksasi penilaian kualitas asset yang

didasarkan pada pengaturan Otoritas Jasa Keuangan No. 11/POJK.03/2020 dan

14/POJK.05/2020. Hal yang dilakukan dalam restrukturisasi antaralain: relaksasi

penilaian kualitas asset serta, penundaan pokok dan subsidi bunga. Kredit kerja

modal bernilai murah juga dilaksanakan sebagai salah satu program.

Daftar Pustaka

Ary Zulfikar, Hukum Penanaman Modal: Kebijakan Pembatasan Modal Asing

Kajian Pemanfaatan Arus Modal Asing Untuk Penguatan Struktur Ekonomi


13
Hasil Wawancra Bersama Ibu Tira Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Lampung
(Bandar Lampung, 2021).
11

Kerakyatan (Bandung: CV Keni Media, 2019)

“Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung (BPS-Statistics of Lampung Province)

https://lampung.bps.go.id/publication/2020/10/19/9c337cbfec8e038ce5f65de9/

analisis-hasil-survei-dampak-covid-19-terhadap-pelaku-usaha-provinsi-

lampung.html., dikutip tanggal 7 Sep”

Budi Agus Riswandi, Dinamika Hak Kekayaan Intelektual Dalam Masyarakat

Kreatif (Yogyakarta: Total Media, 2009)

Erma Wahyumi, T. Saiful Bahri, Hessel Nogi S. Tangkilisan, Kebijakan Dan

Manajemen Hukum Merek (Yogyakarta: YPAPI)

“Harian Momentum, 24 Oktober 2020, Tiga Ribu Lebih UMKM di Lampung

Terdampak Covid-19, https://harianmomentum.com/read/29079/tiga-ribu-

lebih-umkm-di-lampung-terdampak-covid-19.,” 2021

Hasil Wawancra Bersama Ibu Tira Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi

Lampung (Bandar Lampung, 2021)

“https://kartawan.files.wordpress.com. Surachman Sumawihardja, 2003,

Mengembangkan Keunggulan Bersaing Usaha Kecil dan Menengah untuk

Mencapai Posisi Pasar yang Kuat dan Berkelanjutan dalam Era Global”

Mukti Fajar, UMKM Di Indonesia Prespektif Hukum Ekonomi, Cetakan Pertama

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016)

Rajagukguk, Erman, “Peranan Hukum di Indonesia; Menjaga Persatuan

Memulihkan Ekonomi dan memperluas Kesejahteraan Sosial, disampaikan


12

dalam rangka Dies Natalis dan Peringatan Tahun Emas UI,” 2000

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006)

Soentandyo Winjosoebroto, Dari Hukum Kolonial ke Hukum Nasional, Dinamika

Sosial – Politik Dalam Perkembangan Hukum di Indonesia (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 1994)

Sulistia T, “Perlindungan Hukum dan Pemberdayan Pengusaha Kecil dalam

Ekonomi Pasar Bebas,” Hukum Bisnis, 2007, 22

Anda mungkin juga menyukai