Anda di halaman 1dari 7

Eksistensi UKM dalam Proses Pembangunan Ekonomi

NAMA KELOMPOK 6:
I Gede Andre Pratama (25)
I Gede Putu Sumandhita Edi Saputra (27)
Komang Noga Adhi Pranata (29)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
1. Pengusaha Kecil dan Menengah

Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998, Pengertian Usaha Kecil Menengah


adalah Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas
merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang
tidak sehat. Menurut UU No 20 Tahun 2008, Usaha Kecil Menengah tersebut dibagi kedalam dua
pengertian yakni:
a)      Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut :
Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
b)      Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki
kriteria sebagai berikut :
Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Contoh Usaha Kecil
a. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja;
b. Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;
c. Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan, industri alat-alat
rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan;
d. Peternakan ayam, itik dan perikanan;
e. Koperasi berskala kecil.
Contoh usaha menengah
Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari hampir seluruh sektor mungkin
hampir secara merata, yaitu:
a. Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah;
b. Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor;
c. Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa transportasi taxi dan bus
antar proponsi;
d. Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam;
e. Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan.
2. Menguraikan dan Keberadaan UMKM Secara Alami

Usaha kecil di Indonesia didominasi oleh unit-unit usaha tradisional, yang disatu sisi dapat
dibangun dan beroperasi hanya dengan modal kerja dan modal investasi kecil dan tanpa perlu
menerapkan system organisasi dan manajemen modern yang kompleks dan mahal, seperti diusaha-
usaha modern dan di sisi lain berbeda dengan usaha menengah, usaha kecil pada umumnya membuat
barng-barang konsumsi sederhana untuk kebutuhan kelompok masyarakat yang berpenghasilan
rendah.

3. Kinerja UKM di Indonesia

UKM di negara berkembang, seperti di Indonesia, sering dikaitkan dengan masalah-masalah


ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya jumlah
pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata antara
daerah perkotaan dan perdesaan, serta masalah urbanisasi. Perkembangan UKM diharapkan dapat
memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya penanggulangan masalah-
masalah tersebut di atas.Karakteristik UKM di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh AKATIGA, the Center for Micro and Small Enterprise Dynamic (CEMSED), dan the Center for
Economic and Social Studies (CESS) pada tahun 2000, adalah mempunyai daya tahan untuk hidup
dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kinerjanya selama krisis ekonomi. Hal ini
disebabkan oleh fleksibilitas UKM dalam melakukan penyesuaian proses produksinya, mampu
berkembang dengan modal sendiri, mampu mengembalikan pinjaman dengan bunga tinggi dan tidak
terlalu terlibat dalam hal birokrasi.
UKM di Indonesia dapat bertahan di masa krisis ekonomi disebabkan oleh 4 (empat) hal,
yaitu : (1) Sebagian UKM menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer goods), khususnya
yang tidak tahan lama, (2) Mayoritas UKM lebih mengandalkan pada non-banking financing dalam
aspek pendanaan usaha, (3) Pada umumnya UKM melakukan spesialisasi produk yang ketat, dalam
arti hanya memproduksi barang atau jasa tertentu saja, dan (4) Terbentuknya UKM baru sebagai
akibat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di sektor formal.UKM di Indonesia mempunyai
peranan yang penting sebagai penopang perekonomian.Penggerak utama perekonomian di Indonesia
selama ini pada dasarnya adalah sektor UKM. Berkaitan dengan hal ini, paling tidak terdapat
beberapa fungsi utama UKM dalam menggerakan ekonomi Indonesia, yaitu (1) Sektor UKM sebagai
penyedia lapangan kerja bagi jutaan orang yang tidak tertampung di sektor formal, (2) Sektor UKM
mempunyai kontribusi terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), dan (3) Sektor UKM
sebagai sumber penghasil devisa negara melalui ekspor berbagai jenis produk yang dihasilkan sektor
ini.Kinerja UKM di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa asek, yaitu (1) nilai tambah, (2) unit
usaha, tenaga kerja dan produktivitas, (3) nilai ekspor.

4. Kontribusi UMKM Terhadap Kesempatan Kerja dan PDB

Sektor Usaha Kecil dan Menengah telah mampu menunjukkan kinerjayang relatif lebih
tangguh dalam menghadapi masa krisis yang panjang.UKM mendorong pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja yang tidak bisa lagi dilakukan oleh usaha besar. Indikator ekonomi makro
yang yang merupakan hasil kerjasama Badan Pusat Statistik (BPS) dengan Kementrian Koperasi dan
UKM mengumumkan pertumbuhan UKM yang terus mengalami peningkatan. Apabila melihat data
yang dilansir BPS menunjukkan betapa UKM menuju perkembangan yang sangat menjanjikan.
Besaran Produk Domestik Bruto (PDB) yang disumbangkan UKM pada 2003 mencapai Rp1.013
triliun atau 56,7 persen dari total PDB nasional. Pada 2001 terjadi pertumbuhan 3,8 persen, tahun
2002 naik menjadi 4,1 persen dan2003 meningkat menjadi 4,6 persen. Bahkan sumbangan
pertumbuhan PDB UKM lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan usaha besar. Tahun 2003 dari 4,1
persenpertumbuhan PDB nasional ,2,4 persen berasal dari UKM). Kontribusi sektor ini pada
perekonomian nasional juga cukup signifikan. Pada tahun 2002 jumlah UKM tercatat 41,3juta unit
atau 99,99% dari keseluruhan unit usaha ekonomi yang ada, dengan tingkat penyerapan tenaga kerja
sebesar 88,7% dari jumlah tenaga kerja yang ada, atau mencapai 68,28 jutaorang. Dibanding dengan
kondisi tahun 2002, jumlah tersebut meningkat sebesar2,7% menjadi 42,4 juta unit usaha, dengan
penyerapan tenaga kerja menjadi 79juta tenaga kerja atau meningkat 15,7 %.

5. Otonomi Daerah dan Peluang Bagi UKM Daerah

Dengan diberlakukannya otonomi daerah, dunia usaha di daerah akan menghadapi suatu
perubahan besar yang sangat berpengaruh terhadap iklim berusaha/persaingan di daerah. Oleh sebab
itu, seetiap pelaku bisnis di daerah dituntut untuk dapat beradaptasi menghadapi perubahan tersebut.
Di satu sisi, perubahan itu akan memberi kebebasan sepenuhya bagi daerah dalam menentukan
sendiri kegiatan-kegiatan ekonomi yang akan dikembangkan. Tentunya diharapkan kegiatan-
kegiatan yang produktif yang dapat menghasilkan nilai tambah (NT) yang tinggi dan dapat memberi
sumbangan besar bagi pemerntukan PAD, salah satunya adalah industri-industri dengan dasar
sumber daya alam. Diharapkan industri-industri tersebut dapat dikembangkan di daerah yang kaya
sumber daya alam sehingga mempunyai daya saing tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain.
Bagi pengusaha setempat, pembangunan industri-industri tersebut berarti suatu peluang bisnis ang
besar, baik dalam arti membangun perusahaan di industri tersebut atau perusahaan di sector lain yang
terkait dengan industri tersebut, misalnya di  sector jasa (perusahaan transportasi) atau di sector
perdagangan (perusahaan ekspor-impor).
Di sisi lain, jika tidak ada kesiapan yang matang dari pelaku bisnis daerah, maka
pemberlakuan otonomi daerah akan menimbulkan ancaman besar bagi mereka untuk dapat bertaha
menghadapi persaingan dari luar daerah atau luar negeri. Dengan kata lain, tantangan yang pasti
dihadapi setiap pelaku bisnis di daerah pada masa mendatang adalah bagaimana mereka
memanfaatkan kesempatan tersebut sebaik-baiknya.

6. Peluang dan Tantangan Bagi UKM dalam Liberalisasi Perdagangan

Sejak terjadi reformasi kebijakan perdagangan di Indonesia pada awal tahun 1980-an,
Indonesia mulai keluar dari cangkangnya untuk membuka diri dan terlibat dalam perekonomian
global. Setelah sekian lama berlindung dan bergantung terhadap pendapatan minyak dan gas yang
melimpah ruah, Indonesia segera mencari alternatif pendapatan negara sejak redamnya masa oil
boom  sehingga fokus harus dialihkan pada pengembangan pundi-pundi dari sektor non-migas
(sektor selain minyak bumi dan gas). Oleh karenanya, pemerintah Indonesia berinisiatif untuk
melakukan reformasi kebijakan perdagangan, mulai dari pengurangan hambatan perdagangan non-
tarif secara bertahap hingga penurunan tingkat tarif mencapai 0% di beberapa sektor.Semua tingkat
perjanjian perdagangan pun ditindaklanjuti, baik di tingkat multilateral, regional, serta bilateral.Tak
ketinggalan, deregulasi berbagai peraturan perdagangan pun dilakukan demi meminimalisasi peluang
korupsi di tataran birokrat.
Kendala utama yang dihadapi UMKM sehingga pembentukan nilai ekspornya sangat rendah
disebabkan oleh teknologi yang belum mumpuni untuk menunjang produktivitas, rendahnya keahlian
tenaga kerja, kurangnya pengetahuan mengenai pasar dan strategi bisnis global, dan keterbatasan
dalam mengakses modal.Pengetahuan pemasaran yang kurang memadai mengakibatkan para pelaku
UMKM  tidak melakukan kegiatan secara ekspor secara mandiri melainkan menggunakan jasa pihak
ketiga untuk melakukan ekspor. Hal ini untuk sementara bisa diatasi dengan menjadikan pelaku
UMKM supplier bagi perusahaan besar dan perusahaan asing dalam negeri yang memiliki jaringan
internasional sehingga mereka terlatih dalam membentuk jaringan.Namun, manfaat untuk jangka
panjang, pemerintah dan institusi terkait perlu mengadakan pelatihan guna meningkatkan
kemampuan pemasaran secara internasional tersebut.Untuk mengatasi permodalan, pemerintah telah
berupaya untuk memperluas Bank Penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) melalui Bank
Pembangunan Daerah (BPD) sehingga pada tahun 2011 melalui Kementerian Koperasi dan UKM
mampu merealisasikan KUR sebesar 29 triliun. Dengan kata lain, tercapai 145% melampaui
target.Kementerian Koperasi dan UKM telah mencanangkan berbagai program strategis seperti,
Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN), pengembangan Inkubator Bisnis, pengembangan dan
perluasan pasar produk UMKM.Namun, pemerintah masih luput untuk fokus pada pengembangan
sumber daya manusia dan teknologi untuk meningkatkan kemampuan inovasi dan mutu produk
sehingga produk UMKM Indonesia bisa diakui secara internasional.
Daftar Pustaka
Fekool: Konsep Pengusaha Kecil dan Menengah

Anda mungkin juga menyukai