PEMBAHASAN
A. Usaha Kecil dan Menengah
Menurut keputusan Presiden RI No. 99 Tahun 1998, pengertian Usaha Kecil adalah
“Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas
merupakan kegiatan usaha kecil yang perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha
yang tidak sehat”.
Usaha Kecil dan Usaha Menengah telah diatur dalam Undang-Undang, yakni UU No. 9
Tahun 1999 tentang Usaha Kecil, dan UU No. 10 Tahun 1999 tentang usaha menengah.
Menurut UU No. 9 Tahun 1999 tentang Usaha Kecil, adalah kegiatan ekonomi rakyat yang
berskala kecil dan memenuhi kriteria sebagai berikut : (1) memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, (2) memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 miliar, (3) Usaha Kecil merupakan milik Warga
Negara Indonesia, (4) berdiri sendiri, dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha menengah ataupun usaha besar, (5) bentuk usahanya adalah usaha orang
perseorangan. Sedangkan Usaha Menengah adalah kegiatan ekonomi yang memiliki kriteria :
(1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 200 juta sampai dengan Rp. 10 miliar, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, (2) milik Warga Negara Indonesia, (3) berdiri
sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai
dan berafiliasi langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar, (4) bentuk usahanya
adalah usaha orang perseorangan.
Keterangan :
() : Persenatase terhadap total
UK : Usaha Kecil
UM : Usaha Menengah
UKM : Usaha Kecil Menengah
UB : Usaha Besar
b. Faktor Eksternal
1. Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif, upaya pemerdayaan Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) dari tahun ke tahun selalu dimonitori dan dievaluasi
perkembangannya dalam hal kontribusinya terhadap penciptaan Produk Domestik Brutto
(PDB), penyerapan tenaga kerja, ekspor dan perkembangan pelaku usahanya serta
keberadaaan investasi Usaha Kecil dan Menengah melalui pembentukan modal tetap
brutto (investasi).
2. Terbatasnya sarana dan prasarana, kurangnya informasi yang berhubungan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang
mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya
sebagaimana yang diharapkan.
3. Pungutan liar, praktek pungutan yang tidak resmi atau yang lebih dikenal dengan
pungutan liar menjadi salah satu kendala juga bagi UKM karena menambah pengeluaran
yang tidak sedikit.
4. Implikasi Otonomi Daerah dengan berlakunya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintah Daerah yang kemudian diubah dengan UU No. 32 Tahun 2004,
kewenangan daerah mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus masyarakat
setempat. Perubahan sistem ini akan mempunyai Implikasi terhadap pelaku bisnis kecil
dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang dikenakan pada UKM.