Anda di halaman 1dari 4

PERANAN STRATEGI USAHA KECIL DAN MENENGAH

DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL


Latar Belakang
Didalam kegiatan perekonomian ada beberapa masalah pokok yang akan dihadapi setiap
negara, masalah tersebut antara lain : pengangguran, kemiskinan dan inflasi. Masalah tersebut
tak bisa dihilangkan namun bisa dikurangi, salah satu bentuk usaha untuk mengurangi
permasalahan tersebut adalah mendirikan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Didalam
perjalanannya, UKM awalnya kurang mendapat perhatian pemerintah padahal pada
kenyataannya UKM mampu untuk bertahan saat krisis ekonomi yang luar biasa pada tahun
1998 yang mengakibatkan meningkatnya pengangguran, kemiskinan, perusahaaan besar
gulung tikar dan terjadi inflasi terhadap harga kebutuhan pokok, tetapi UKM lah yang
mampu menggerakkan dan membangkitkan perekonomian Indonesia.

PEMBAHASAN
A. Usaha Kecil dan Menengah
Menurut keputusan Presiden RI No. 99 Tahun 1998, pengertian Usaha Kecil adalah
“Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas
merupakan kegiatan usaha kecil yang perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha
yang tidak sehat”.
Usaha Kecil dan Usaha Menengah telah diatur dalam Undang-Undang, yakni UU No. 9
Tahun 1999 tentang Usaha Kecil, dan UU No. 10 Tahun 1999 tentang usaha menengah.
Menurut UU No. 9 Tahun 1999 tentang Usaha Kecil, adalah kegiatan ekonomi rakyat yang
berskala kecil dan memenuhi kriteria sebagai berikut : (1) memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, (2) memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 miliar, (3) Usaha Kecil merupakan milik Warga
Negara Indonesia, (4) berdiri sendiri, dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha menengah ataupun usaha besar, (5) bentuk usahanya adalah usaha orang
perseorangan. Sedangkan Usaha Menengah adalah kegiatan ekonomi yang memiliki kriteria :
(1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 200 juta sampai dengan Rp. 10 miliar, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, (2) milik Warga Negara Indonesia, (3) berdiri
sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai
dan berafiliasi langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar, (4) bentuk usahanya
adalah usaha orang perseorangan.

B. Peran UKM dalam Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja


Peranan UKM terlihat cukup jelas pasca krisis ekonomi, yang dapat dilihat dari besaran
pertambahan nilai PDB, pada periode 1998-2002 yang relatif netral dari intervensi
pemerintah dalam pengembangan sektor-sektor perekonomian karena kemampuan
pemerintah yang relatif terbatas, sektor yang menunjukkan pertambahan PDB terbesar
berasal dari industri kecil, kemudian diikuti industri menengah dan besar. Hal ini
mengindikasikan bahwa UKM mampu dan berpotensi untuk mewujudkan pertumbuhan
ekonomi pada masa yang akan datang.
Dari aspek penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian secara absolut memiliki kontribusi
lebih besar dari pada sektor pertambangan, sektor industri pengolahan dan sektor industri
jasa. Arah perkembangan ekonomi seperti ini akan menimbulkan kesenjangan pendapatan
yang semakin mendalam antara sektor yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi
dan menyerap tenaga kerja lebih sedikit. Pembangunan ekonomi hendaknya diarahkan pada
sektor yang memberikan kontribusi terhadap output perekonomian yang tinggi dan
penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Adapun sektor yang dimaksud adalah
sektor industri pengolahan, dengan tingkat pertambahan output bruto sebesar 360,19% dan
tingkat penyerapan tenaga kerja sebesar 23,21% lebih besar daripada sektor pertanian,
pertambangan dan jasa.
Peranan UKM dalam penyerapan tenaga kerja yang lebih besar dari usaha besar juga
terlihat selama periode 2002-2005. UKM memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga
kerja rata-rata sebesar 96,66% terhadap total keseluruhan tenaga kerja nasional, sedangkan
usaha besar hanya memberikan kontribusi rata-rata 3,32% terhadap tenaga kerja nasional.
UKM memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan.

C. Peran UKM Dalam Penciptaan Devisa Negara


UKM juga berkontribusi terhadap penerimaan ekspor, walaupun kontribusi UKM jauh
lebih kecil jika dibandingkan dengan kontribusi usaha besar. Pada tahun 2005, nilai ekspor
usaha kecil mencapai 27.700 miliar dan menciptakan peranan sebesar 4,86% terhadap total
ekspor. Padahal pada tahun 2002 nilai ekspor skala usaha yang sama sebesar 20.496 miliyar
dan menciptakan peranan sebesar 5,13% terhadap total ekspor. Artinya terjadi peningkatan
pada nilai walaupun peranan ekspor pada usaha kecil sedikit mengalami penurunan. Untuk
usaha menengah, nilai ekspor juga meningkat dari 66.821 miliyar di tahun 2002 (16,74%)
naik menjadi 81.429 miliyar dengan peranan yang mengalami penurunan yaitu sebesar
14,30% ditahun 2005.
Berdasarkan distribusi pendapatan ekspor menurut skala usaha, maka periode 2003-2005
sektor penggerak ekspor terbesar secara total adalah industri pengolahan, dan penyumbang
ekspor terkecil adalah sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Khusus pada
usaha kecil, penyumbang terbesar ekspor non migas adalah sektor industri pengolahan yang
diikuti oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan dan terakhir adalah sektor
pertambangan dan penggalian. Sedangkan untuk usaha menengah sumbangan terbesar
terhadap ekspor adalah sektor industri pengolahan. (MENEKOP DAN UMKM dan BPS,
2005).
Berikut akan saya sajikan data yang menunjukkan perkembangan ekspor non migas
berdasarkan skala usaha tahun 2002-2005.
Tabel Perkembangan Ekspor Non Migas Menurut Skala Usaha Tahun 200-2005
Nilai (Milyar Rp.)
Tahun UK UM UKM UB Total
2002 20,496 66,821 87,290 311,916 399,206
(5,13) (16,74) (21,87) (78,13) (100,00)
2003 19,941 57,156 77,097 305,437 382,534
(5,21) (14,94) (20,15) (79,85) (100,00)
2004 24,408 71,140 95,548 375,242 470,790
(5,18) (15,11) (20,30) (79.70) (100,00)
2005 27,700 81,429 109,129 460,460 569,588
(4,86) (14,30) (19,16) (80,84) (100,00)
Sumber : MENEKOP DAN UMKM dan BPS, 2005

Keterangan :
() : Persenatase terhadap total
UK : Usaha Kecil
UM : Usaha Menengah
UKM : Usaha Kecil Menengah
UB : Usaha Besar

D. Peran UKM Dalam Pemerataan Pendapatan


Peranan UKM yang tak kalah pentingnya dengan upaya mewujudkan pertumbuhan
ekonomi dan perluasan kesempatan kerja yang tinggi adalah peranan dalam upaya
mewujudkan pemerataan pendapatan. Dalam rangka meningkatkan peran UKM di Indonesia
berbagai kebijakan dari aspek makro ekonomi perlu diterapkan. Dengan memberikan
stimulus ekonomi yang lebih besar kepada industri ini akan memberikan dampak yang besar
dan luas terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan distribusi pendapatan yang
lebih merata di Indonesia.
E. Masalah yang dihadapi UKM
Permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM), antara lain adalah :
a. Faktor Internal
1. Kurangnya pemodalan dan terbatasnya akses pembiyaaan pemodalan merupakan faktor
utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha.
2. Keterbatasan kualitas SDM Usaha Kecil baik dari segi pendidikan formal maupun
pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan
usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal.

b. Faktor Eksternal
1. Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif, upaya pemerdayaan Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) dari tahun ke tahun selalu dimonitori dan dievaluasi
perkembangannya dalam hal kontribusinya terhadap penciptaan Produk Domestik Brutto
(PDB), penyerapan tenaga kerja, ekspor dan perkembangan pelaku usahanya serta
keberadaaan investasi Usaha Kecil dan Menengah melalui pembentukan modal tetap
brutto (investasi).
2. Terbatasnya sarana dan prasarana, kurangnya informasi yang berhubungan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang
mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya
sebagaimana yang diharapkan.
3. Pungutan liar, praktek pungutan yang tidak resmi atau yang lebih dikenal dengan
pungutan liar menjadi salah satu kendala juga bagi UKM karena menambah pengeluaran
yang tidak sedikit.
4. Implikasi Otonomi Daerah dengan berlakunya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintah Daerah yang kemudian diubah dengan UU No. 32 Tahun 2004,
kewenangan daerah mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus masyarakat
setempat. Perubahan sistem ini akan mempunyai Implikasi terhadap pelaku bisnis kecil
dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang dikenakan pada UKM.

Anda mungkin juga menyukai