ISSN: 2614-1280
Abstrak : Dalam perdagangan internasional itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari sektor
ekspor dan impor. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai
ekspor adalah untuk meningkatkan pemberdayaan produk Usaha Mikro, Kecil,
Menengah. UMKM dianggap menjadi solusi dalam meningkatkan perekonomian
di Indonesia. Tetapi perkembangan jaman membuat tantangan yang dihadapi
UMKM semakin tinggi. Strategi yang dapat dilakukan oleh UMKM dalam
mengatasi perkembangan zaman adalah dengan kontrol pasar. Namun, dalam
rangka untuk mendominasi pasar, UMKM perlu mendapatkan informasi dengan
mudah dan cepat untuk memperluas jaringan pemasaran UMKM. selain itu
aplikasi teknologi informasi pada UMKM akan memudahkan dalam memperluas
pasar baik di dalam negeri dan pasar luar negeri dan pembentukan berbasis IT
UMKM Development Center.
1. PENDAHULUAN
Dalam konteks ekonomi suatu negara, salah satu masalah utama adalah tentang
pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada juga masalah lain mengenai pengangguran, inflasi
atau kenaikan harga barang secara bersamaan, kemiskinan, distribusi pendapatan dan
sebagainya. Pertumbuhan ekonomi penting dalam konteks ekonomi suatu negara karena
dapat menjadi salah satu tolak ukur pertumbuhan atau pencapaian ekonomi suatu negara,
meskipun langkah-langkah lain tidak dapat dipungkiri. Wijono dalam Jimmy (2005)
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan
pembangunan. Salah satu pendorong perekonomian melalui perdagangan internasional.
Dengan perdagangan internasional, diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di suatu negara. Salvatore dalam Jimmy (2004) menyatakan itu perdagangan
bisa menjadi mesin untuk pertumbuhan. Perdagangan internasional tidak dapat
dipisahkan dari keberadaan kegiatan Ekspor dan Impor. Dalam perkembangannya,
jumlah ekspor di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah impor. BPS
mencatat bahwa nilai ekspor Indonesia pada April 2018 mencapai US $ 14,47 miliar atau
turun 7,19 persen dibandingkan dengan ekspor pada Maret 2018. Sementara itu, nilai
impor Indonesia untuk April 2018 mencapai US $ 16,09 miliar, naik 11,28 persen
dibandingkan dengan Maret 2018. Tingginya nilai impor di Indonesia dapat mengancam
nilai jual produk dalam negeri dan membuat orang bergantung pada produk impor itu
sendiri. Karena itu, Indonesia perlu meningkatkan nilai ekspor agar dapat meningkatkan
nilai ekspor sehingga produk dalam negeri tidak kalah dengan produk impor. Salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai ekspor adalah dengan meningkatkan
pemberdayaan produk UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah). UMKM dianggap
sebagai solusi dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia. Jelaslah bahwa dalam
krisis tahun 1992-2000, UMKM dianggap sebagai penyelamat ekonomi Indonesia karena
mereka mampu bertahan dalam krisis dan menjadi pilar ekonomi Indonesia pada waktu
itu (Manurung, dalam Sri Wahyuningsih, 2007). Selain itu, UMKM juga mampu
menyerap banyak tenaga kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di
Indonesia. Kementerian Koperasi dan UKM mencatat bahwa pada tahun 2016 sektor
UMKM menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 4,41 persen,
meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 1,67 persen. Meningkatkan sektor UMKM
dalam meningkatkan PDB Indonesia menjadikan UMKM pendorong perekonomian
Indonesia dan dapat membuka peluang bahwa ekonomi Indonesia akan berkembang di
masa depan. UMKM juga dianggap mampu menjadi solusi bagi Indonesia untuk
meningkatkan perekonomian Indonesia secara internasional. Perkembangan UMKM di
Indonesia masih dihadapkan pada berbagai masalah, menyebabkan lemahnya daya saing
produk impor. Masalah utama yang dihadapi oleh UMKM meliputi keterbatasan
infrastruktur dan akses pemerintah terkait dengan perizinan dan birokrasi dan tingginya
tingkat retribusi. Dengan semua masalah yang ada, potensi UMKM besar menjadi
terhambat. Meskipun UMKM dikatakan mampu menahan krisis global tetapi pada
kenyataannya masalah yang dihadapi sangat banyak dan lebih berat. Itu karena selain
terkena dampak tidak langsung dari krisis global, UMKM juga harus menghadapinya
masalah domestik yang belum terselesaikan seperti masalah upah tenaga kerja, pekerjaan
dan biaya ilegal, korupsi dan sebagainya.
Masalah lain yang dihadapi oleh UMKM adalah liberalisasi perdagangan atau
pasar bebas. Kondisi ini akan semakin sulit dihadapi oleh UMKM Indonesia saat ini,
karena kondisi UMKM di Indonesia masih belum stabil, masih banyak masalah yang
dihadapi oleh UMKM tetapi tantangan telah ditambahkan pada keberadaan pasar bebas.
Jika kondisi ini dibiarkan, UMKM yang disebut mampu bertahan dan tangguh akhirnya
akan bangkrut juga. Oleh karena itu, dalam upaya memperkuat UMKM sebagai
fundamental ekonomi nasional, perlu diciptakan iklim investasi domestik yang kondusif
dalam upaya memperkuat pasar domestik sehingga UMKM dapat menjadi penyangga
bagi perekonomian nasional. Masalah lain yang dihadapi dan sekaligus menjadi
kelemahan UMKM adalah kurangnya akses ke informasi, terutama informasi pasar
(Isaac, dalam Sudaryanto, et.al 2005). Ini merupakan kendala dalam hal memasarkan
produknya, karena terbatasnya akses ke informasi pasar yang menghasilkan orientasi
pasar yang rendah dan daya saing yang lemah di tingkat global. Rendahnya tingkat
informasi tentang pasar-pasar ini, membuat UMKM tidak dapat mengarahkan
pengembangan bisnis mereka dengan jelas dan fokus, sehingga perkembangan mereka
mandek. Kemampuan UMKM untuk menghadapi arus persaingan global memang perlu
dipikirkan lebih lanjut agar tetap mampu bertahan demi stabilitas ekonomi Indonesia.
Selain itu, faktor sumber daya manusia di dalamnya juga memiliki kontribusinya sendiri.
Strategi untuk mengembangkan UMKM untuk bertahan hidup dapat dilakukan dengan
meningkatkan daya saing dan pengembangan sumber daya manusia untuk memiliki nilai
dan mampu meningkatkan kinerja ekspor Indonesia, termasuk melalui distribusi kredit
(KUR), menyediakan akses ke informasi pemasaran, melatih lembaga keuangan mikro
melalui kapasitas membangun, dan mengembangkan teknologi informasi (TI). Demikian
juga, upaya lain dapat dilakukan melalui kampanye untuk mencintai produk dalam negeri
dan memberikan suntikan dana kepada lembaga keuangan mikro. Keuangan mikro telah
menjadi wacana global yang diyakini oleh banyak orang sebagai metode untuk mengatasi
kemiskinan. Berbagai lembaga multilateral dan bilateral mengembangkan keuangan
mikro dalam berbagai program kerja sama. Pemerintah di beberapa negara berkembang
juga telah mencoba mengembangkan keuangan mikro dalam berbagai program
pembangunan. Organisasi nonpemerintah juga tidak ketinggalan untuk mengambil bagian
dalam penerapan keuangan mikro (Prabowo dan Wardoyo dalam Sudaryanto, et. Al,
2003). Berdasarkan penjelasan ini, studi tentang Strategi Pemberdayaan UMKM untuk
meningkatkan kinerja ekspor Indonesia penting dilakukan. Mempertimbangkan kedua
kegiatan tersebut adalah kegiatan ekonomi yang berpotensi memberikan kontribusi besar
bagi peningkatan perekonomian Indonesia secara internasional. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan referensi dalam menentukan peran
UMKM dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia. Diharapkan studi penulisan ini
dapat saling mendukung dan meningkatkan sehingga mereka dapat memberikan
kontribusi yang lebih maksimal dalam meningkatkan ekonomi nasional.
2. METODE PENELITIAN
Dalam penulisan ini menggunakan metode deskriptif, melakukan analisis hanya
mencapai tingkat deskriptif, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis
sehingga mereka dapat lebih mudah untuk memahami dan menyimpulkan. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang berupaya menggambarkan penyelesaian masalah yang
sekarang didasarkan pada data, sehingga deskriptif ini juga menyajikan data,
menganalisis dan menafsirkan (Narbuko dalam Adnan, 2007). Kesimpulan yang
diberikan selalu jelas berdasarkan fakta sehingga segala sesuatu dapat selalu
dikembalikan langsung ke data yang diperoleh. Deskripsi kesimpulan didasarkan pada
angka yang diperoleh tidak terlalu dalam. Pembahasan masalah dengan menggunakan
studi literatur dan data sekunder sebagai sumber informasi, kemudian data dianalisis
untuk ditafsirkan. Dari sumber data dan studi literatur yang ada, solusi pemecahan
masalah dapat dicari.
Selain itu, ada beberapa kendala bagi UMKM yang dialami oleh banyak negara
berkembang termasuk Indonesia. Kendala ini termasuk masalah kurangnya bahan baku
yang harus diimpor dari negara lain untuk proses produksi. Selain itu, pemasaran barang,
modal, energi ,ketersediaan, infrastruktur dan informasi juga merupakan masalah yang
sering muncul kemudian, termasuk masalah non-fisik seperti inflasi tinggi, keterampilan,
peraturan ketenagakerjaan dan sebagainya. Tabel di bawah ini menunjukkan kendala
yang sering dialami oleh negara-negara di Asia termasuk Indonesia.
Populasi Indonesia lebih dari 240 juta orang (menurut sensus 2010), ternyata
hanya 0,24 persen adalah wirausaha (antar pengusaha), atau hanya sekitar 400.000 orang
yang terlibat dalam dunia bisnis atau UMKM. Bahkan, agar ekonomi Indonesia
berkembang lebih cepat, lebih dari 2 persen populasi dibutuhkan sebagai pengusaha atau
terlibat dalam UMKM. Singapura, negara kecil tetapi memiliki 7 persen Populasi adalah
wirausaha dan memiliki banyak UMKM. Sedangkan Malaysia, lebih dari 2 persen
populasi adalah wirausaha yang terlibat dalam berbagai bisnis mikro. Meningkatkan
pemberdayaan UMKM juga akan berdampak pada banyaknya pekerja yang terserap.
Selain itu, peningkatan sektor UMKM juga akan menambah Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia. Sebagaimana dijelaskan dalam tabel 3, pada 2013, UMKM
berkontribusi 60% terhadap PDB Indonesia.
Demikian juga program yang dikeluarkan oleh Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Program ini
berangkat dari kepedulian BUMN untuk memberdayakan UMKM melalui bagian 2,5
persen dari laba yang digunakan untuk memberdayakan UMKM. Di sisi lain,
Kementerian Koperasi dan UMKM dan Kementerian lainnya secara langsung
memberikan panduan kepada UMKM di seluruh negeri. Termasuk Direktorat Jenderal
Pajak, Departemen Keuangan segera melakukan dan menyediakan fasilitas pajak untuk
UMKM. Diharapkan juga bahwa pemberdayaan UMKM akan dilakukan oleh sektor
swasta melalui Corporate Social Responsibility (CSR) yang mereka miliki, antara lain
melalui bapak angkat, plasma, pembinaan manajemen dan berbagai kegiatan untuk
memasarkan produk-produk UMKM. CSR diharapkan akan diluncurkan oleh industri
perbankan Indonesia untuk memberikan fasilitas dan akses kredit bagi para pemain
UMKM.
Setyobudi di Sudaryanto, et. Al. (2007) menyatakan bahwa Bank Indonesia lebih
fokus pada penguatan lembaga pendamping UMKM melalui pengembangan kapasitas
dalam bentuk pelatihan dan kegiatan penelitian yang mendukung pinjaman kepada
UMKM. Beberapa upaya yang dilakukan antara lain:
1) dapat meningkatkan promosi produk dan layanan melalui direct kontak, kaya
informasi, dan interaktif dengan pelanggan,
2) membuat saluran distribusi untuk produk yang sudah ada,
3) biaya pengiriman informasi kepada pelanggan lebih efisien jika dibandingkan
dengan paket atau layanan pos,
4) waktu yang dibutuhkan untuk menerima atau mengirim informasi sangat singkat,
hanya dalam beberapa menit atau bahkan detik.
4. KESIMPULAN
Strategi untuk mengembangkan ekspor di Indonesia melalui Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam pemberian pinjaman.
Saat ini skema kredit yang sangat akrab di masyarakat adalah Kredit Usaha Rakyat
(KUR), di samping memperkuat lembaga pendamping UMKM melalui akses yang
mudah dan peningkatan kapasitas dalam bentuk pelatihan dan kegiatan penelitian untuk
meningkatkan produksi dari UMKM. Strategi untuk mengantisipasi mekanisme pasar
yang semakin terbuka dan kompetitif dalam memperkuat ekspor adalah kontrol pasar,
yang merupakan prasyarat untuk meningkatkan daya saing UMKM. Untuk mendapatkan
kontrol pasar, UMKM perlu mendapatkan informasi dengan mudah dan cepat, baik
informasi tentang pasar produksi dan pasar faktor produksi untuk memperluas jaringan
pemasaran produk yang dihasilkan oleh UMKM. Aplikasi teknologi informasi dalam
usaha mikro, kecil dan menengah akan memudahkan UMKM untuk memperluas pasar
baik pasar domestik maupun luar negeri secara efisien. Pembentukan Pusat
Pengembangan UMKM berbasis TI dianggap mampu mendorong pertumbuhan dan
pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah di era teknologi informasi saat ini.
BIBLIOGRAPHY
Sudaryanto, Ragimun, Rahma. "The UMKM Empowerment Strategy Faces the Asean
Free Market", accessed from http://www.kemenkeu.go.id / sites / default / files /
strategyempowerment-umkm (21 May 2018 at 21.00)
Wahyuningsih, Sri. "The Role of MSMEs in the Indonesian Economy", in the Mediagro
Journal of agricultural sciences Volume 5. Number 1, 2009: pp. 1-14.
Republic of Indonesia. 2008. Law No. 20 of 2000 concerning Micro, Small, Medium
Enterprises. Republic of Indonesia State Gazette 2008, No. 4866. State Secretariat.
Jakarta.
Ministry of Cooperatives and SMEs 2013. Data on Micro, Small and Medium Enterprises
in 2012-2013. Jakarta is accessed from http://www.depkop.go.id/pdf
viewer/sandingan_data_umkm_20 12-2013.pdf (May 21 at 8:00 p.m.).
Central Jakarta Statistic Center, 2018. Total Export and Import April 2018. Central
Jakarta: Central Statistics Agency.
Central Jakarta Statistic Center, 2018. Small Micro Enterprises. Central Jakarta: Central
Agency for Body Statistics.
Central Jakarta Statistics Center, 2018. Population Census 2010. Central Jakarta: Central
Statistics Agency.
Republic of Indonesia, Regulation of the Minister of Finance Number 316 / KMK.016 /
1994 concerning Guidelines for the Development of Small Businesses and Cooperatives
through the Utilization of Funds from the Institution of StateOwned Enterprises.
TRANSLATE ARTIKEL
Oleh: