Anda di halaman 1dari 16

International Journal of Economics, Bisnis dan Penelitian Akuntansi (IJEBAR)

Peer pada - International Journal Vol-


2, Issue-4, 2018 (IJEBAR)

ISSN: 2614-1280

STRATEGI PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL,


MENENGAH (UMKM) UNTUK MENINGKATKAN KINERJA
EKSPOR INDONESIA

Muhammad Adi Adrian


Institut Agama Islam Negeri Salatiga
adiadrian779@gmail.com

Abstrak : Dalam perdagangan internasional itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari sektor
ekspor dan impor. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai
ekspor adalah untuk meningkatkan pemberdayaan produk Usaha Mikro, Kecil,
Menengah. UMKM dianggap menjadi solusi dalam meningkatkan perekonomian
di Indonesia. Tetapi perkembangan jaman membuat tantangan yang dihadapi
UMKM semakin tinggi. Strategi yang dapat dilakukan oleh UMKM dalam
mengatasi perkembangan zaman adalah dengan kontrol pasar. Namun, dalam
rangka untuk mendominasi pasar, UMKM perlu mendapatkan informasi dengan
mudah dan cepat untuk memperluas jaringan pemasaran UMKM. selain itu
aplikasi teknologi informasi pada UMKM akan memudahkan dalam memperluas
pasar baik di dalam negeri dan pasar luar negeri dan pembentukan berbasis IT
UMKM Development Center.

Kata Kunci: Kinerja Ekspor, UMKM, Pemberdayaan

1. PENDAHULUAN
Dalam konteks ekonomi suatu negara, salah satu masalah utama adalah tentang
pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada juga masalah lain mengenai pengangguran, inflasi
atau kenaikan harga barang secara bersamaan, kemiskinan, distribusi pendapatan dan
sebagainya. Pertumbuhan ekonomi penting dalam konteks ekonomi suatu negara karena
dapat menjadi salah satu tolak ukur pertumbuhan atau pencapaian ekonomi suatu negara,
meskipun langkah-langkah lain tidak dapat dipungkiri. Wijono dalam Jimmy (2005)
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan
pembangunan. Salah satu pendorong perekonomian melalui perdagangan internasional.
Dengan perdagangan internasional, diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di suatu negara. Salvatore dalam Jimmy (2004) menyatakan itu perdagangan
bisa menjadi mesin untuk pertumbuhan. Perdagangan internasional tidak dapat
dipisahkan dari keberadaan kegiatan Ekspor dan Impor. Dalam perkembangannya,
jumlah ekspor di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah impor. BPS
mencatat bahwa nilai ekspor Indonesia pada April 2018 mencapai US $ 14,47 miliar atau
turun 7,19 persen dibandingkan dengan ekspor pada Maret 2018. Sementara itu, nilai
impor Indonesia untuk April 2018 mencapai US $ 16,09 miliar, naik 11,28 persen
dibandingkan dengan Maret 2018. Tingginya nilai impor di Indonesia dapat mengancam
nilai jual produk dalam negeri dan membuat orang bergantung pada produk impor itu
sendiri. Karena itu, Indonesia perlu meningkatkan nilai ekspor agar dapat meningkatkan
nilai ekspor sehingga produk dalam negeri tidak kalah dengan produk impor. Salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai ekspor adalah dengan meningkatkan
pemberdayaan produk UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah). UMKM dianggap
sebagai solusi dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia. Jelaslah bahwa dalam
krisis tahun 1992-2000, UMKM dianggap sebagai penyelamat ekonomi Indonesia karena
mereka mampu bertahan dalam krisis dan menjadi pilar ekonomi Indonesia pada waktu
itu (Manurung, dalam Sri Wahyuningsih, 2007). Selain itu, UMKM juga mampu
menyerap banyak tenaga kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di
Indonesia. Kementerian Koperasi dan UKM mencatat bahwa pada tahun 2016 sektor
UMKM menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 4,41 persen,
meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 1,67 persen. Meningkatkan sektor UMKM
dalam meningkatkan PDB Indonesia menjadikan UMKM pendorong perekonomian
Indonesia dan dapat membuka peluang bahwa ekonomi Indonesia akan berkembang di
masa depan. UMKM juga dianggap mampu menjadi solusi bagi Indonesia untuk
meningkatkan perekonomian Indonesia secara internasional. Perkembangan UMKM di
Indonesia masih dihadapkan pada berbagai masalah, menyebabkan lemahnya daya saing
produk impor. Masalah utama yang dihadapi oleh UMKM meliputi keterbatasan
infrastruktur dan akses pemerintah terkait dengan perizinan dan birokrasi dan tingginya
tingkat retribusi. Dengan semua masalah yang ada, potensi UMKM besar menjadi
terhambat. Meskipun UMKM dikatakan mampu menahan krisis global tetapi pada
kenyataannya masalah yang dihadapi sangat banyak dan lebih berat. Itu karena selain
terkena dampak tidak langsung dari krisis global, UMKM juga harus menghadapinya
masalah domestik yang belum terselesaikan seperti masalah upah tenaga kerja, pekerjaan
dan biaya ilegal, korupsi dan sebagainya.
Masalah lain yang dihadapi oleh UMKM adalah liberalisasi perdagangan atau
pasar bebas. Kondisi ini akan semakin sulit dihadapi oleh UMKM Indonesia saat ini,
karena kondisi UMKM di Indonesia masih belum stabil, masih banyak masalah yang
dihadapi oleh UMKM tetapi tantangan telah ditambahkan pada keberadaan pasar bebas.
Jika kondisi ini dibiarkan, UMKM yang disebut mampu bertahan dan tangguh akhirnya
akan bangkrut juga. Oleh karena itu, dalam upaya memperkuat UMKM sebagai
fundamental ekonomi nasional, perlu diciptakan iklim investasi domestik yang kondusif
dalam upaya memperkuat pasar domestik sehingga UMKM dapat menjadi penyangga
bagi perekonomian nasional. Masalah lain yang dihadapi dan sekaligus menjadi
kelemahan UMKM adalah kurangnya akses ke informasi, terutama informasi pasar
(Isaac, dalam Sudaryanto, et.al 2005). Ini merupakan kendala dalam hal memasarkan
produknya, karena terbatasnya akses ke informasi pasar yang menghasilkan orientasi
pasar yang rendah dan daya saing yang lemah di tingkat global. Rendahnya tingkat
informasi tentang pasar-pasar ini, membuat UMKM tidak dapat mengarahkan
pengembangan bisnis mereka dengan jelas dan fokus, sehingga perkembangan mereka
mandek. Kemampuan UMKM untuk menghadapi arus persaingan global memang perlu
dipikirkan lebih lanjut agar tetap mampu bertahan demi stabilitas ekonomi Indonesia.
Selain itu, faktor sumber daya manusia di dalamnya juga memiliki kontribusinya sendiri.
Strategi untuk mengembangkan UMKM untuk bertahan hidup dapat dilakukan dengan
meningkatkan daya saing dan pengembangan sumber daya manusia untuk memiliki nilai
dan mampu meningkatkan kinerja ekspor Indonesia, termasuk melalui distribusi kredit
(KUR), menyediakan akses ke informasi pemasaran, melatih lembaga keuangan mikro
melalui kapasitas membangun, dan mengembangkan teknologi informasi (TI). Demikian
juga, upaya lain dapat dilakukan melalui kampanye untuk mencintai produk dalam negeri
dan memberikan suntikan dana kepada lembaga keuangan mikro. Keuangan mikro telah
menjadi wacana global yang diyakini oleh banyak orang sebagai metode untuk mengatasi
kemiskinan. Berbagai lembaga multilateral dan bilateral mengembangkan keuangan
mikro dalam berbagai program kerja sama. Pemerintah di beberapa negara berkembang
juga telah mencoba mengembangkan keuangan mikro dalam berbagai program
pembangunan. Organisasi nonpemerintah juga tidak ketinggalan untuk mengambil bagian
dalam penerapan keuangan mikro (Prabowo dan Wardoyo dalam Sudaryanto, et. Al,
2003). Berdasarkan penjelasan ini, studi tentang Strategi Pemberdayaan UMKM untuk
meningkatkan kinerja ekspor Indonesia penting dilakukan. Mempertimbangkan kedua
kegiatan tersebut adalah kegiatan ekonomi yang berpotensi memberikan kontribusi besar
bagi peningkatan perekonomian Indonesia secara internasional. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan referensi dalam menentukan peran
UMKM dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia. Diharapkan studi penulisan ini
dapat saling mendukung dan meningkatkan sehingga mereka dapat memberikan
kontribusi yang lebih maksimal dalam meningkatkan ekonomi nasional.

2. METODE PENELITIAN
Dalam penulisan ini menggunakan metode deskriptif, melakukan analisis hanya
mencapai tingkat deskriptif, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis
sehingga mereka dapat lebih mudah untuk memahami dan menyimpulkan. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang berupaya menggambarkan penyelesaian masalah yang
sekarang didasarkan pada data, sehingga deskriptif ini juga menyajikan data,
menganalisis dan menafsirkan (Narbuko dalam Adnan, 2007). Kesimpulan yang
diberikan selalu jelas berdasarkan fakta sehingga segala sesuatu dapat selalu
dikembalikan langsung ke data yang diperoleh. Deskripsi kesimpulan didasarkan pada
angka yang diperoleh tidak terlalu dalam. Pembahasan masalah dengan menggunakan
studi literatur dan data sekunder sebagai sumber informasi, kemudian data dianalisis
untuk ditafsirkan. Dari sumber data dan studi literatur yang ada, solusi pemecahan
masalah dapat dicari.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Memahami UMKM Dalam perekonomian Indonesia, UMKM adalah kelompok
perusahaan terbesar dan terbukti tahan terhadap berbagai jenis guncangan krisis ekonomi.
Kriteria untuk bisnis yang termasuk dalam Usaha Mikro, Kecil dan Menengah diatur
dalam payung hukum. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ada beberapa kriteria yang digunakan untuk
mendefinisikan definisi dan kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008, Usaha Mikro adalah usaha produktif yang dimiliki oleh
perorangan dan atau badan usaha yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana
diatur dalam Undang-undang ini. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikendalikan, atau menjadi
bagian dari secara langsung atau tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar
yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Usaha Menengah adalah kegiatan ekonomi produktif yang independen, dilakukan oleh
perorangan atau badan usaha yang bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikendalikan, atau menjadi bagian dari secara langsung atau tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau bisnis besar dengan total kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Menurut Kementerian Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah di Sudaryanto, et.al (2012) yang dimaksud
dengan Usaha Kecil (Inggris), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah badan usaha yang
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000, tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak
Rp1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) adalah badan usaha yang
dimiliki oleh warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.
200.000.000 IDR 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan. Sementara Badan
Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja.
Bisnis kecil adalah entitas bisnis yang memiliki total tenaga kerja 5 hingga 19 orang,
sedangkan bisnis menengah adalah entitas bisnis yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99
orang. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 316 / KMK.016 / 1994 tanggal 27
Juni 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah
melakukan kegiatan / bisnis yang memiliki penjualan / omset per tahun setinggi
Rp.600.000.000 atau aset / aset setinggi Rp.600.000.000 (di luar tanah dan bangunan
yang ditempati) yang terdiri dari bisnis badang (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan
perorangan ( pengrajin / industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah
hutan, penambang, pedagang barang dan jasa).
Pengertian Ekspor
Menurut Todaro dalam Jimmy (2002: 49) Kegiatan perdagangan internasional
yang memberikan rangsangan yang bermanfaat memerlukan permintaan domestik yang
menyebabkan pertumbuhan industri pabrik besar, bersama dengan struktur politik yang
stabil dan lembaga sosial yang fleksibel. Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa
ekspor mencerminkan aktivitas perdagangan antar negara yang dapat memberikan
dorongan dalam dinamika pertumbuhan perdagangan internasional, sehingga negara-
negara berkembang cenderung mencapai kemajuan ekonomi sejalan dengan negara-
negara yang lebih maju.
Ekspor adalah pembelian dari negara lain untuk barang yang dibuat oleh
perusahaan domestik. Faktor terpenting yang menentukan ekspor adalah kemampuan
negara untuk mengeluarkan barang yang dapat bersaing di pasar luar negeri. Ekspor akan
secara langsung mempengaruhi pendapatan nasional. Namun, hubungan sebaliknya tidak
selalu berlaku, yaitu peningkatan pendapatan nasional tidak serta-merta meningkatkan
ekspor karena pendapatan nasional dapat meningkat sebagai akibat dari peningkatan
pengeluaran rumah tangga, investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah dan
penggantian barang-barang impor dengan barang-barang buatan dalam negeri. . (Sukirno
dalam Jimmy, 2008: 205-206).
Posisi UMKM dalam Ekspor
Saat ini, struktur ekspor produk UMKM Indonesia sebagian besar berasal dari
industri pengolahan seperti furnitur, makanan dan minuman, pakaian atau pakaian jadi,
industri kayu dan rotan, produk pertanian, terutama perkebunan dan perikanan,
sedangkan di sektor pertambangan itu masih sangat kecil (hanya yang terkait dengan
batu, tanah liat dan pasir). Secara rinci barang ekspor UMKM meliputi barang-barang
rumah tangga, pakaian jadi atau pakaian jadi, batik, barang jadi lainnya dari kulit,
kerajinan kayu, perhiasan emas atau perak, mainan anak-anak, anyaman, barang dari
rotan, pengolahan ikan, furnitur, sepatu atau alas kaki kulit, arang kayu / kerang,
makanan ringan dan produk bordir. Sedangkan bahan baku untuk produksi UMKM yang
digunakan adalah sisa bahan baku lokal dari impor seperti plastik, kulit dan beberapa
bahan kimia. Pada tabel di bawah ini, total ekspor nonmigas Indonesia pada tahun 2013
mencapai 182.112,7 miliar. Ini membuktikan bahwa kontribusi UMKM terhadap ekspor
cukup tinggi tetapi masih di bawah jumlah ekspor non-minyak yang dihasilkan oleh
bisnis besar. Inilah yang menjadi tantangan bagi umkm untuk bisa bersaing di masa
depan.

Table 1. Data on the Number of Non Oil and Gas Exports


2013 MSMEs and Large Enterprises
YEAR 2013
NO INDICATOR UNIT
TOTAL MARKET SHARE
(%)
Total Non-Oil and Gas Exports (A + B) (Rp. Billion) 1.161.372,5
1. A. Micro, Small, Medium Enterprises (MSMEs) (Rp. Billion) 182.112,7 15,68
- Micro Business (UMI) (Rp. Billion) 15.989,5 1,38
- Small Business (UK) (Rp. Billion) 32.051,8 2,76
- Medium Business (UM) (Rp. Billion) 134.071,4 11,54
A. B. Large Business (Rp. Billion) 979.214,8 84,32
Source: Ministry of Cooperatives and SMEs, 2014

Selain itu, ada beberapa kendala bagi UMKM yang dialami oleh banyak negara
berkembang termasuk Indonesia. Kendala ini termasuk masalah kurangnya bahan baku
yang harus diimpor dari negara lain untuk proses produksi. Selain itu, pemasaran barang,
modal, energi ,ketersediaan, infrastruktur dan informasi juga merupakan masalah yang
sering muncul kemudian, termasuk masalah non-fisik seperti inflasi tinggi, keterampilan,
peraturan ketenagakerjaan dan sebagainya. Tabel di bawah ini menunjukkan kendala
yang sering dialami oleh negara-negara di Asia termasuk Indonesia.

Table 2. MSME Constraints in Developing Countries

Source: Tulus Tambunan (2009) in Sudaryanto, et.al (2012)

Pentingnya memberdayakan UMKM

Populasi Indonesia lebih dari 240 juta orang (menurut sensus 2010), ternyata
hanya 0,24 persen adalah wirausaha (antar pengusaha), atau hanya sekitar 400.000 orang
yang terlibat dalam dunia bisnis atau UMKM. Bahkan, agar ekonomi Indonesia
berkembang lebih cepat, lebih dari 2 persen populasi dibutuhkan sebagai pengusaha atau
terlibat dalam UMKM. Singapura, negara kecil tetapi memiliki 7 persen Populasi adalah
wirausaha dan memiliki banyak UMKM. Sedangkan Malaysia, lebih dari 2 persen
populasi adalah wirausaha yang terlibat dalam berbagai bisnis mikro. Meningkatkan
pemberdayaan UMKM juga akan berdampak pada banyaknya pekerja yang terserap.
Selain itu, peningkatan sektor UMKM juga akan menambah Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia. Sebagaimana dijelaskan dalam tabel 3, pada 2013, UMKM
berkontribusi 60% terhadap PDB Indonesia.

Table 3. Data on MSME GDP and Large


Businesses On the basis of Garga
Applicable in 2013
YEAR 2013
NO INDICATOR UNIT
TOTAL MARKET
SHARE (%)
Total Non-Oil and Gas Exports (A + B) (Rp. Billion) 9.014.915,2
1. A. Micro, Small, Medium Enterprises (MSMEs) (Rp. Billion) 5.440.007,9 60,34
- Micro Business (UMI) (Rp. Billion) 3.326.564,8 36,90
- Small Business (UK) (Rp. Billion) 876.385,3 9,72
- Medium Business (UM) (Rp. Billion) 1.237.057,8 13,72
B. Large Business (Rp. Billion) 3.574.943,3 39.66
Source: Ministry of Cooperatives and SMEs, 2013

Strategi Pemberdayaan UMKM dalam Meningkatkan Peran Ekspor Indonesia


kepada Pemerintah

Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia tidak


terlepas dari dukungan perbankan dalam memberikan pinjaman kepada UMKM. Setiap
tahun kredit untuk UMKM tumbuh dan umumnya pertumbuhan lebih tinggi dari total
kredit bank. Dalam UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM, pinjaman UMKM adalah
pinjaman kepada debitur usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi definisi dan
kriteria usaha mikro, kecil dan menengah. Di bawah UU tersebut, UMKM adalah bisnis
produktif yang memenuhi kriteria bisnis dengan batasan tertentu pada aset bersih dan
penjualan tahunan. Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di
Indonesia juga tidak terlepas dari dukungan dan peran pemerintah dalam mendorong
pemberian pinjaman kepada UMKM. Berbagai skema kredit / pembiayaan UMKM yang
diluncurkan oleh pemerintah dikaitkan dengan tugas dan program pembangunan ekonomi
di sektor bisnis tertentu, seperti ketahanan pangan, peternakan, dan perkebunan. Peran
pemerintah dalam skema kredit UMKM ini berada di sisi penyediaan dana APBN untuk
subsidi bunga skema kredit yang dimaksud, sementara seluruh dana kredit / pembiayaan
(100%) berasal dari bank yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai bank pelaksana. Skema
kredit yang sangat akrab di masyarakat adalah Kredit Bisnis Rakyat (KUR), yang secara
khusus ditujukan untuk UMKM dengan kategori bisnis yang layak, tetapi tidak memiliki
jaminan yang cukup dalam konteks persyaratan perbankan. KUR adalah Kredit atau
pembiayaan untuk UMKM dan Koperasi yang saat ini tidak menerima Kredit atau
Pembiayaan dari Perbankan dan / atau yang tidak menerima Kredit Program dari
Pemerintah ketika aplikasi Kredit / Pembiayaan diajukan. Tujuan akhir yang diluncurkan
oleh Program KUR adalah untuk meningkatkan ekonomi, mengurangi kemiskinan dan
menyerap pekerjaan (Sudaryanto, et.al, 2012).

Pemerintah sebagai regulator, pada dasarnya telah mengeluarkan banyak program


atau skema yang telah disediakan untuk memberdayakan UMKM. Program ini harus
terus dioptimalkan. Program-program ini termasuk.

1) Kredit Usaha Rakyat (KUR), sebagaimana dibahas di atas.


2) Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), KKPE adalah kredit investasi atau
modal kerja yang diberikan dalam rangka mendukung program ketahanan pangan,
dan diberikan melalui kelompok tani atau koperasi.
3) Program Bisnis Agribisnis Pertanian (PUAP), PUAP adalah fasilitasi bantuan
modal usaha bagi petani anggota, baik pemilik petani, petani penggarap, buruh
tani dan rumah tangga petani yang dikoordinir oleh gabungan kelompok tani
(Gapoktan).
4) Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS)
5) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM)

Demikian juga program yang dikeluarkan oleh Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Program ini
berangkat dari kepedulian BUMN untuk memberdayakan UMKM melalui bagian 2,5
persen dari laba yang digunakan untuk memberdayakan UMKM. Di sisi lain,
Kementerian Koperasi dan UMKM dan Kementerian lainnya secara langsung
memberikan panduan kepada UMKM di seluruh negeri. Termasuk Direktorat Jenderal
Pajak, Departemen Keuangan segera melakukan dan menyediakan fasilitas pajak untuk
UMKM. Diharapkan juga bahwa pemberdayaan UMKM akan dilakukan oleh sektor
swasta melalui Corporate Social Responsibility (CSR) yang mereka miliki, antara lain
melalui bapak angkat, plasma, pembinaan manajemen dan berbagai kegiatan untuk
memasarkan produk-produk UMKM. CSR diharapkan akan diluncurkan oleh industri
perbankan Indonesia untuk memberikan fasilitas dan akses kredit bagi para pemain
UMKM.

Perluasan Akses ke Informasi tentang Jaringan Pemasaran untuk UMKM

Dalam menghadapi mekanisme pasar yang semakin terbuka dan kompetitif,


kendali pasar merupakan prasyarat untuk meningkatkan daya saing UMKM. Untuk
mendapatkan kontrol pasar, UMKM perlu mendapatkan informasi dengan mudah dan
cepat, baik informasi tentang pasar produksi dan faktor pasar produksi. Informasi tentang
pasar produksi diperlukan untuk memperluas jaringan pemasaran produk yang dihasilkan
oleh UMKM. Informasi tentang pasar produksi atau pasar komoditas diperlukan,
misalnya (1) jenis barang atau produk apa yang dibutuhkan oleh konsumen di area
tertentu, (2) bagaimana daya beli masyarakat terhadap produk, (3) berapa harga pasar
yang berlaku, ( 4) selera konsumen di pasar lokal, regional dan internasional. Dengan
demikian, UMKM dapat mengantisipasi berbagai kondisi pasar sehingga bisnis mereka
akan lebih inovatif. Informasi pasar yang lengkap dan akurat dapat dimanfaatkan oleh
UMKM untuk merencanakan bisnis mereka dengan tepat, seperti membuat desain produk
yang disukai oleh konsumen, menentukan harga yang bersaing di pasar, mengetahui
pasar yang akan ditargetkan, dan banyak manfaat lainnya. Selain memiliki kemudahan
dan kecepatan dalam memperoleh informasi pasar, UMKM juga perlu memiliki
kemudahan dan kecepatan dalam berkomunikasi atau mempromosikan bisnis mereka
kepada konsumen secara luas baik di dalam maupun di luar negeri. Sejauh ini, promosi
UMKM sebagian besar dilakukan melalui pameran bersama dalam waktu dan tempat
yang terbatas, sehingga hubungan dan transaksi dengan konsumen tidak dapat dijamin
berkelanjutan. Ini dapat disebabkan oleh jarak yang jauh atau kendala pada kurangnya
intensitas komunikasi. Padahal faktor komunikasi dalam menjalankan bisnis sangat
penting, karena dengan komunikasi akan membuat ikatan emosional yang kuat dengan
pelanggan yang sudah ada, juga memungkinkan kedatangan pelanggan baru (Sudaryanto,
et.al, 2012).

Memperkuat lembaga pendamping melalui Peningkatan Kapasitas

Setyobudi di Sudaryanto, et. Al. (2007) menyatakan bahwa Bank Indonesia lebih
fokus pada penguatan lembaga pendamping UMKM melalui pengembangan kapasitas
dalam bentuk pelatihan dan kegiatan penelitian yang mendukung pinjaman kepada
UMKM. Beberapa upaya yang dilakukan antara lain:

a. Pelatihan untuk lembaga pendamping UMKM, dalam rangka meningkatkan


kemampuan kredit UMKM
b. Pendirian Pusat Pengembangan Pendamping UKM (P3UKM), sebagai proyek
percontohan. P3UKM, antara lain, bertugas melakukan pelatihan dan akreditasi
asisten UKM.
c. Pengembangan Sistem Informasi Pengembangan Usaha Kecil Terpadu (SIPUK)
sebagai sarana untuk lebih cepat menyebarluaskan hasil penelitian dan berbagai
informasi lainnya. SIPUK terdiri dari Sistem Informasi Survei Ekonomi Dasar (SIB),
Sistem Informasi Agroindustri Berorientasi Ekspor (SIABE), Pola Sistem Informasi
untuk Pembiayaan / Model Usaha Kecil (SILMUK), Sistem Pendukung Keputusan
Investasi (SPKUI); dan Prosedur untuk Memperoleh Prosedur Kredit (SIPMK).
d. Berbagai penelitian guna memberikan informasi untuk mendukung pengembangan
UMKM. Kegiatan penelitian terutama diarahkan untuk mendukung penetapan arahan
dan kebijakan Bank Indonesia dalam rangka memberikan bantuan teknis dan juga
dalam konteks memberikan informasi yang berguna dalam konteks pengembangan
UMKM. Penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan UMKM dan
untuk mengeksplorasi potensi sektor UMKM di setiap wilayah di Indonesia. Dalam
upaya meningkatkan peran UMKM untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Bank
Indonesia melakukan studi identifikasi peraturan pusat dan daerah untuk
mengembangkan UMKM serta mengkaji dan mengimplementasikan proyek
percontohan pengembangan UMKM cluster.

Pengembangan Sumber Daya Manusia untuk UMKM melalui Teknologi Informasi

Teknologi informasi adalah bentuk teknologi yang digunakan untuk membuat,


menyimpan, mengubah, dan menggunakan informasi dalam semua bentuknya. Melalui
penggunaan teknologi informasi ini, usaha mikro, kecil dan menengah dapat memasuki
pasar global. Hal-hal positif yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan teknologi
informasi dalam mengembangkan bisnis adalah:

1) dapat meningkatkan promosi produk dan layanan melalui direct kontak, kaya
informasi, dan interaktif dengan pelanggan,
2) membuat saluran distribusi untuk produk yang sudah ada,
3) biaya pengiriman informasi kepada pelanggan lebih efisien jika dibandingkan
dengan paket atau layanan pos,
4) waktu yang dibutuhkan untuk menerima atau mengirim informasi sangat singkat,
hanya dalam beberapa menit atau bahkan detik.

UMKM di Indonesia dengan segala keterbatasannya dapat berkembang dengan


memanfaatkan teknologi informasi, membutuhkan dukungan dalam bentuk pelatihan dan
penyediaan fasilitas. Tentu saja tanggung jawab terbesar untuk memberikan pelatihan dan
penyediaan fasilitas ini ada di tangan pemerintah, selain pihak lain yang memiliki
komitmen, terutama universitas. Pusat Pengembangan UMKM berbasis IT ini perlu
dibangun di setiap kabupaten atau jika memungkinkan di setiap kecamatan. Fasilitas ini
dalam bentuk ruang khusus yang dilengkapi dengan seperangkat komputer yang
terhubung ke internet, serta dilengkapi dengan situs web UMKM di setiap wilayah, di
bawah pengelolaan dan pembiayaan pemerintah daerah. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa sebagian besar UMKM terletak di desa dan kota kecamatan, dan belum
dapat memiliki jaringan internet sendiri, apalagi memiliki situs web. Padahal
pengembangan bisnis dengan akses pasar global harus memanfaatkan media virtual.
Pusat Pengembangan UMKM yang berbasis TI ini akan memfasilitasi UMKM dalam
memperluas pasar baik pasar domestik maupun luar negeri secara efisien waktu dan
biaya. Sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat UMKM dan tenaga kerja yang terlibat
di dalamnya akan meningkat, dan secara sinergis akan berdampak positif pada
keberhasilan pembangunan nasional. Pada dasarnya, banyak produk UMKM di Indonesia
memiliki kualitas yang sama dengan produk asing, atau bahkan lebih baik. Tetapi
produk-produk eksternal ini sering unggul dalam teknologi, baik dalam teknologi
produksi, pengemasan dan pemasaran. Untuk memenangkan persaingan, UMKM juga
harus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan bantuan Teknologi
Informasi dan Komunikasi dapat meningkatkan kinerja sehingga lebih efektif dan efisien.
Jadi meskipun ada sedikit perbedaan dalam biaya dengan sistem tradisional, UMKM
dapat menikmati fasilitas dari IT yang akan memberikan pengembalian yang sepadan.
Dengan IT, UMKM akan lebih siap untuk bersaing tidak hanya di dalam negeri tetapi
juga dengan produk asing. Kita dapat bersaing dalam hal kualitas, pengemasan, dan
kecepatan operasi perusahaan dan dapat meningkatkan kinerja ekspor di Indonesia
bahkan lebih besar.

4. KESIMPULAN

Strategi untuk mengembangkan ekspor di Indonesia melalui Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam pemberian pinjaman.
Saat ini skema kredit yang sangat akrab di masyarakat adalah Kredit Usaha Rakyat
(KUR), di samping memperkuat lembaga pendamping UMKM melalui akses yang
mudah dan peningkatan kapasitas dalam bentuk pelatihan dan kegiatan penelitian untuk
meningkatkan produksi dari UMKM. Strategi untuk mengantisipasi mekanisme pasar
yang semakin terbuka dan kompetitif dalam memperkuat ekspor adalah kontrol pasar,
yang merupakan prasyarat untuk meningkatkan daya saing UMKM. Untuk mendapatkan
kontrol pasar, UMKM perlu mendapatkan informasi dengan mudah dan cepat, baik
informasi tentang pasar produksi dan pasar faktor produksi untuk memperluas jaringan
pemasaran produk yang dihasilkan oleh UMKM. Aplikasi teknologi informasi dalam
usaha mikro, kecil dan menengah akan memudahkan UMKM untuk memperluas pasar
baik pasar domestik maupun luar negeri secara efisien. Pembentukan Pusat
Pengembangan UMKM berbasis TI dianggap mampu mendorong pertumbuhan dan
pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah di era teknologi informasi saat ini.
BIBLIOGRAPHY

Sudaryanto, Ragimun, Rahma. "The UMKM Empowerment Strategy Faces the Asean
Free Market", accessed from http://www.kemenkeu.go.id / sites / default / files /
strategyempowerment-umkm (21 May 2018 at 21.00)

Hasoloan, Jimmy. "The role of International Trade in Productivity and Economy", in


Edunomic economic journal scientific education Volume 1 Number 2, 2013: p. 102-112.

Wahyuningsih, Sri. "The Role of MSMEs in the Indonesian Economy", in the Mediagro
Journal of agricultural sciences Volume 5. Number 1, 2009: pp. 1-14.

Republic of Indonesia. 2008. Law No. 20 of 2000 concerning Micro, Small, Medium
Enterprises. Republic of Indonesia State Gazette 2008, No. 4866. State Secretariat.
Jakarta.

Ministry of Cooperatives and SMEs 2013. Data on Micro, Small and Medium Enterprises
in 2012-2013. Jakarta is accessed from http://www.depkop.go.id/pdf
viewer/sandingan_data_umkm_20 12-2013.pdf (May 21 at 8:00 p.m.).

Central Jakarta Statistic Center, 2018. Total Export and Import April 2018. Central
Jakarta: Central Statistics Agency.

Central Jakarta Statistic Center, 2018. Small Micro Enterprises. Central Jakarta: Central
Agency for Body Statistics.

Central Jakarta Statistics Center, 2018. Population Census 2010. Central Jakarta: Central
Statistics Agency.
Republic of Indonesia, Regulation of the Minister of Finance Number 316 / KMK.016 /
1994 concerning Guidelines for the Development of Small Businesses and Cooperatives
through the Utilization of Funds from the Institution of StateOwned Enterprises.

MANAJEMEN KOPERASI DAN UMKM

TRANSLATE ARTIKEL

EMPOWERMENT STRATEGIES OF MICRO, SMALL, MEDIUM ENTERPRISES


(MSMEs) TO IMPROVE INDONESIA EXPORT PERFORMANCE

Dosen Pengampu: Gede Suparna, SE., MS.

Oleh:

Putu Pryanka Chitta Surya (1707532093)


PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI NON REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2020

Anda mungkin juga menyukai