Anda di halaman 1dari 16

MODEL PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DAN PENDAMPINGAN

USAHA

Nirwana
Dr. Muhammad Rakib, S.Pd., M.Si.
Dr. Muh. Ihsan Said Ahmad, S.E., M.Si.
Syamsu Rijal, S.E., M.Si., Ph.D.
Dr. Muhammad Hasan, S.Pd., M.Pd.

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


MAKASSAR
2022
A. PENDAHULUAN

UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Pelaku

ekonomi yang aktif dalam inovasi dan kreativitas adalah para pengusaha yang

bergerak di sektor usaha mikro, kecil dan menengah Asyifa, Rakib & Tahir (2019).

Penguatan pelaku UMKM menjadi awal ekspansi dalam dunia bisnis yang menjadi

faktor percepatan pertumbuhan perekonomian suatu negara baik secara langsung

maupun tidak langsung berdampak pada peningkatan PDB negara. Dalam proses

kegiatannya pelaku UMKM menciptakan beberapa prinsip solidaritas yang tinggi,

yang perekonomiannya berbasis kerakyatan, memiliki sifat mandiri, dan berusaha

mengyemimbangkan progresnya agar berkelanjutan serta efisiensi dengan

peradilan tetap pada kesatuan ekonomi nasional. Menurut (Hanim, Soponyono &

Maryanto, 2022) UMKM yakni bentuk usaha yang berprinsip kerakyatan yang

dimana pada saat ini menjadi perhatian oleh pemerintah dan mendapatkan hak

istimewa dari badan hukum seperti, kemudahan pelaku UMKM dalam mengurus

izin usahanya dan fasilitas pengembangan usaha. UMKM terdapat beberapa bidang

yaitu bidang fashion, kuliner, craft dan jasa (Ranto, 2016).

Menurut Sulistyanto, Dwinarko, Syafrizal, Mujab & Daeful (2021) UMKM

menjadi salah satu penggerak perekonomian suatu negara dan memiliki peranan

yang luar biasa dalam pembangunan daerah. Selain itu UMKM yang sering menjadi

lowongan pekerjaan yang diminati oleh banyak masyarakat juga ternyata sangat

memberikan kontribusi pada saat terjadinya krisis mata uang di tahun 1997. Dimana

pada masa itu pelaku usaha berlomba-lomba dalam membangkitkan usahanya yang
dimana jika tidak dilakukan usaha pemulihan akan terancam bangkrut (Wibawa &

Anggitaria, 2020).

UMKM saat ini, terbukti telah berkontribusi secara signifikan terhadap

pendapatan pada setiap daerah baik nasional di indonesia. Dapat dilihat dari rincian

produk domestik bruto (PDB) kontribusi daripada UMKM. Berlandaskan pada data

dari Kementerian dan UKM pada tahun 2020 bahwa UMKM memiliki kontribusi

terhadap PDB sebesar 60%. Sehingga jelas sekali bahwa UMKM memiliki

kemampuan yang sangat besar untuk dikembangkan untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Mubarok, Ganar, Dinantara & Zulfitra, 2020).

Dalam proses pelaksanaan suatu UMKM telah memiliki peraturan tersendiri

dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, yang dimana UU ini khusus

membahas tentan peraturan-peraturan bagi UMKM. Undang-Undang tersebut

mengimplementasikan kriteria UMKM berdasarkan tingkatannya yaitu usaha

Mikro, usaha Makro, dan usaha Menengah (Thaha, 2020). UMKM saat ini telah

memiliki peraturan khusus tentang peraturan-peraturan bagi pelaku UMKM.

Menurut (Sedyastuti, 2018) dalam pandangan hukum UMKM merupakan usaha

produktif yang sudah memenuhi standar komersial dengan batasan tertentu yang

telah ditetapkan yaitu kekayaan bersih dan kinerja penjualan dalam tahunan. Hal

tersebut mendedikasikan bahwasanya pelaku UMKM tidak dapat dianggap remeh

karena dengan kemampuannya dalam berkontribusi terhadap pembangunan negara.

Tujuan utama daripada penguatan pelaku UMKM yakni bagaimana pelaku UMKM

ini dalam menjalankan usahanya dapat lebih meningkat lagi sehingga dapat

membangun perekonomian nasional yang berkelanjutan ( Rifai & Meiliana, 2020).


UMKM memiliki peranan yang sangat vital dalam pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara berkembang seperti Indonesia

tetapi juga dalam pertumbuhan pembangunan dan ekonomi negara maju. Karena

UMKM juga memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatasi pengangguran

serta menjadikan UMKM sebagai sumber pertumbuhan kesempatan kerja (Ramli

& Rakib, 2022). Jumlah UMKM di Provinsi Sulawesi Selatan sendiri pada tahun

2019 tercatat lebih dari 940 ribu unit usaha, kemudian meningkat menjadi 1,2 juta

pada tahun 2020.

UMKM dianggap sebagai penggerak perekonomian tidak hanya pada

negara-negara berkembang akan tetapi di negara-negara maju juga sangat

mendukung perkembangan UMKM. Seperti saat ini di Kota Makassar Ibukota dari

Provinsi Sulawesi Selatan. Dimana UMKM di Kota Makassar bergerak di berbagai

industri yang mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi dalam beberapa tahun.

Merujuk dari data Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar jumlah pelaku UMKM

di Kota Makassar sejauh ini sebanyak 2,683 yang bergerak di berbagai bidang

UMKM.

Pembangunan di Kota Makassar diintegralkan dalam pembangunan dari

sektor yang satu ke sektor yang lain. Yang dilakukan untuk menguatkan

pembangunan ekonomi Kota Makassar agar mampu mencapai full employment

namun hal tersebut tentunya sangat perlu dukungan dari berbagai pihak. Adapun

upaya yang dilakukan yaitu dengan menguatkan UMKM, karena dengan

perkembangan UMKM akan mampu menyerap tenaga kerja serta mendorong

perkembangan investasi daerah. Upaya pemerintah meningkatkan pertumbuhan


ekonomi di Kota Makassar melalui indikasi UMKM. Karena UMKM merupakan

usaha tunai yang mengendalikan perekonomian nasional saat ini (Ahmad et al.,

2021).

Namun, dengan pertumbuhan UMKM, banyak juga UMKM yang tidak

dapat berkembang secara terus menerus dikarenakan adanya permasalahan yang

umum dihadapi oleh pelaku UMKM. Permasalahan tersebut tidak lain adalah

kualitas SDM pelaku UMKM. Dimana potensi pelaku UMKM yang diukur dari

kreativitasnya tidak mampu menciptakan inovasi sehingga kesulitan dalam

menangkap peluang yang ada. Selain itu tidak jarang juga pelaku UMKM yang

tidak mampu mengelola keuangan sehingga mengalami kesulitan dalam

permodalannya. Serta jaringan bisnis yang sempit menyebabkan produk pelaku

UMKM tidak mampu bersaing. Maka dari itu penting bagi pelaku UMKM

mempunyai jaringan usaha yang kuat guna memasarkan produk yang dihasilkan

(Tambunan, 2012) dalam (Bahri, Mulbar & Suliana 2019).

Pada hakikatnya UMKM ternyata bukan sektor usaha yang bebas masalah.

Dalam perkembangannya sektor ini justru menghadapi banyak masalah yang perlu

perhatian dan penangan serius. Permasalahan yang tidak kalah penting yaitu

banyaknya pelaku UMKM yang terjebak pinjaman yang tidak mampu dibayarkan

dan dimana kebanyakan pelaku UMKM tergiur iming-iming pemberi kredit dengan

tanpa jaminan tetapi ternyata disaat pelaku sudah melakukan pengajuan ternyata

terdapat jaminan yang tidak semua pelaku UMKM sanggup memenuhi hal tersebut

(Andayani & Roesmniningsih 2021). Kinerja usaha mikro kecil di Indonesia

membutuhkan kerja keras karena masih sangat terbelakang dalam menuangkan ide
kreatif produknya untuk mampu bersaing di dunia usaha karena jika melihat kondisi

dilapangan banyak diantaranya yang tidak mampu bersaing dan tidak berkembang

atau bahkan gulung tikar (Asyifa, Rakib & Tahir, 2019).

Penguatan UMKM pada dasarnya sangat berkontribusi terhadap ekonomi

negara Indonesia (Fatmawati et al., 2021). Pada dasarnya pemerintah memiliki

tanggung jawab yang besar terhadap kemajuan UMKM melalui pelatihan dan

permodalan yang diberikan kepada pelaku UMKM (Hafsah, 2004:43-44) dalam

(Alyas & Rakib, 2017).

Penguatan pelaku UMKM tentunya tidak bisa lepas dari peran dan

dukungan dari berbagai pihak. Lembaga UPT PLUT KUMKM, yang diharapkan

mampu memberikan dukungan kepada pelaku UMKM dari sisi SDM. Lembaga

UPT PLUT KUMKM lebih berfokus pada aspek penguatan non-finansial, oleh

karena itu lembaga UPT PLUT KUMKM perlu memberikan penguatan secara

terstruktur dan berkelanjutan, yang dapat mendorong peningkatan produktivitas

dan daya saing pelaku UMKM serta menumbuhkan wirausahawan baru yang

tangguh.

Dalam konteks ini, Unit Pelaksana Teknologi (UPT) Pusat Layanan Usaha

Terpadu (PLUT) KUMKM di Sulawesi Selatan merupakan lembaga yang

memberikan pelayanan non keuangan yang terintegrasi dan terintegrasi kepada

koperasi dan UMKM dengan tujuan untuk meningkatkan produksi, Kinerja

pemasaran, akses pembiayaan, pengembangan sumber daya manusia (SDM)

dengan meningkatkan kemampuan kewirausahaan, teknis dan manajerial serta

kinerja kelembagaan untuk meningkatkan daya saing KUMKM di Sulawesi


Selatan. UPT PLUT KUMKM menawarkan berbagai layanan termasuk konsultasi

bisnis KUMKM, pendampingan usaha, bantuan atau pembinaan bisnis, fasilitas

akses pembiayaan, pemasaran dan promosi, pelatihan bisnis dan jaringan. Yang

bertujuan untuk meningkatkan daya saing UMKM di Provinsi Sulawesi Selatan

yang menjadi wadah bagi UMKM yang mengalami permasalahan dan

membutuhkan bantuan.

UPT PLUT KUMKM yang mendukung adanya minat berwirausaha

(UMKM) terbukti dengan adanya pelatihan dan pendampingan yang diberikan

kepada pelaku UMKM. Menurut ahli MSDM Gary Dessler pelatihan adalah proses

mengajar keterampilan yang dibutuhkan seseorang untuk melakukan pekerjaannya.

Pelatihan yang diadakan oleh UPT PLUT KUMKM Provinsi Sulawesi Selatan telah

diadakan secara terus menerus di segala bidang misalnya dari bidang produksi,

distribusi dan pemasaran untuk menciptakan SDM yang handal dalam

berwirausaha. Tetapi pelatihan ini pun mempunyai banyak kekurangan. Contohnya

pelaku UMKM yang telah dijadwalkan akan mengikuti pelatihan justru digantikan

oleh pelaku UMKM yang lain atau bahkan digantikan oleh kerabatnya, dan banyak

juga pelaku UMKM yang mengeluh ingin pindah angkatan. Hal ini mengakibatkan

peningkatan skill akan pelatihan tersebut tidak maksimal dikarenakan tidak

konsistenya pelaku UMKM untuk mengikuti pelatihan dan tidak adanya pendataan

atau data UMKM yang telah melakukan pelatihan sehingga apabila dilakukan

pelatihan kembali UMKM yang telah mendapat jatah pelatihan akan kembali

melakukan pelatihan bukannya UMKM baru.


Pendampingan yang dilakukan UPT PLUT KUMKM masih sangat minim

sehingga banyak pelaku UMKM berdiri mendirikan usahanya dengan arah yang

abu-abu mengakibatkan banyak UMKM yang usahanya mati suri. Menurut Syarief

Djafar Pimpinan UMKM Kina Kitchen, Kota Makassar mengatakan bahwa

Pelatihan yang dilakukan oleh UPT PLUT KUMKM tidaklah merata, karena

banyak pelaku UMKM yang sudah mengikuti pelatihan kembali mengikuti dengan

alasan mewakili pelaku UMKM yang berhalangan datang sehingga ilmu yang

diberikan tidak dapat tersalurkan. Saat peneliti melakukan wawancara kepada Ibu

Widya selaku panitia pelaksana UMKM ditemukan juga bahwa pendampingan

masihlah minim karena kekurangan SDM. Tetapi data menunjukan bahwa

perkembangan UMKM di Kota Makassar setiap tahun teruslah meningkat.

B. DESKRIPSI MODEL

1. Pengaruh pelatihan kewirausahaan dengan penguatan peran pelaku

UMKM

Teori yang dikemukakan oleh Henry Simamora bahwa pelatihan adalah

serangkaian kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan,

pengetahuan, pengalaman atau perubahan sikap seseorang. Pelatihan tentang

perolehan keterampilan atau pengalaman tertentu. Dimana pelatihan berusaha

untuk mengajarkan bagaimana melakukan kegiatan atau pekerjaan tertentu. Dalam

kaitannya dengan kewirausahaan yaitu penerapan kreativitas dan inovasi untuk

memecahkan masalah dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi

setiap hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas, inovasi dan


keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras (Herman,

Dakwah & Kusmayadi, 2022).

Training merupakan suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan

(upaya yang dilaksanakan secara sengaja dalam bentuk kepribadian kepada tenaga

kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihannya yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna

meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi (Herlinda,

Hidayat, & Djumena, 2017).

Pelatihan juga disampaikan dalam bentuk bantuan. Bantuan dalam hal ini

dapat berupa pengarahan, bimbingan, fasilitas, pemberian informasi, pelatihan

keterampilan, pengorganisasian lingkungan belajar, dimana peserta pada dasarnya

memiliki potensi dan pengalaman, motivasi untuk melaksanakan kegiatan pelatihan

sendiri dan meningkatkan diri. Istilah pendampingan lebih bersifat humanistik

(manusiawi) dan tidak memperlakukan peserta sebagai mesin (mekanistik).

Konseling adalah proses memberikan bantuan kepada individu. Bimbingan berguna

bagi karyawan untuk membantu mereka bersiap-siap untuk pekerjaan atau tugas

yang membutuhkan keterampilan baru. Sehingga dapat meningkatkan produktivitas

sehingga tercapai kesejahteraan (Karwati, 2017).

Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan inovasi untuk pemecahan

masalah dan upaya memanfaatkan peluang yang muncul setiap hari Thomas W.

Zimmerer (1996). Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu

yang baru dan berbeda Azwar (2013). Drucker (1999) dalam (Christoffel,

Mintardjo, Imelda, Kawung & Michael, 2020).


Pelatihan pada hakikatnya adalah usaha yang terencana untuk

meningkatkan keterampilan dan sikap-sikap yang relevan terhadap pekerjaan

(Farean, 2020). Menurut Azizah, Syam & Rakib (2019) pelatihan kewirausahaan

adalah upaya atau langkah yang sangat perlu dilakukan dalam meningkatkan

kualitas SDM daripada pekerja guna meningkatkan kualitasnya dalam menjalankan

pekerjaanya

Pelatihan kewirausahaan merupakan sebuah proses/usaha yang secara sadar

sedang dilakukan dengan tujuan agar dapat memberikan dampak terhadap yang

dilatih (peserta) yaitu penguatan dalam aspek tertentu. dalam konsepnya, pelatihan

kewirausahaan memiliki tujuan meningkatkan aspek pengetahuan serta

keterampilan (peserta pelatihan) agar dapat lebih berkembang dan mandiri.

Sedangkan kewirausahaan membantu pelaku usaha untuk mendorong perubahan

dengan inovasi agar pelaku usaha memiliki jiwa wirausahawan dan sifat wirausaha

agar dapat meningkatkan tingkatan usahanya.

Pelatihan kewirausahaan merupakan variabel independen yang

mempengaruhi variabel dependen yaitu penguatan peran pelaku UMKM.

Membahas pengaruh pelatihan kewirausahaan dengan penguatan peran pelaku

UMKM tidak lepas dari bagaimana peran penyelenggara pelatihan kewirausahaan

dalam mengemas pelatihan sehingga pemberian skill dapat tersalurkan dengan baik,

materi yang diberikan langsung kepada pelaku UMKM akan berdampak pada

pengetahuan dan keterampilan UMKM. Jadi dapat digambarkan hubungan antara

pelatihan kewirausahaan terhadap penguatan peran pelaku UMKM seperti model

berikut:
Penguatan Peran Pelaku
Pelatihan Kewirausahaan
UMKM

Gambar 1. Pengaruh Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Penguatan


Peran Pelaku UMKM

2. Hubungan antara pendampingan usaha dengan penguatan peran pelaku

UMKM

Pendampingan adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang yang

bersifat konsultatif yaitu menciptakan suatu kondisi sehingga pendampingan

maupun yang didampingi bisa berkonsultasi memecahkan masalah bersama-sama.

Pendampingan merupakan sarana pemberdayaan yang dianggap efektif dan

membantu seseorang atau lembaga/organisasi untuk mencapai tujuannya secara

efektif. Mentoring adalah kerjasama antara dua pihak (partner dan client)

berdasarkan rasa saling percaya dan menghormati Kamil, (2010) dalam

(Astutiningrum, 2019).

Yang dimaksud dengan pendampingan usaha adalah kegiatan penguatan

organisasi, kelembagaan dan usaha oleh Fasilitator Pelaku Koperasi dan UMKM

sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan daya saing koperasi dan UMKM

dan mampu tumbuh menjadi perusahaan yang berkelanjutan dalam skala yang lebih

besar (grade up atau scaling). Fasilitator Koperasi dan UMKM merupakan tenaga

terlatih yang bertugas untuk memperkuat pelaku koperasi dan UMKM dalam

mengatasi permasalahannya, dengan prioritas menjangkau alumni pelatihan

kewirausahaan. Pendampingan merupakan strategi umum yang dilakukan oleh

institusi, baik instansi pemerintah, perorangan maupun LSM, untuk mendukung


keberhasilan program. Di Kementerian Koperasi dan UMKM, kami memiliki

beberapa program yang hampir sama dengan program pendampingan, seperti;

Petugas Penyuluhan Koperasi Lapangan (PPKL), Konsultan BDS dan PLUT (Pusat

Pelayanan Bisnis Terpadu).

Pendampingan adalah suatu strategi atau langkah yang diambil untuk

menciptakan tata kelola yang profesional dengan dibantu atau didampingi oleh

tenaga yang profesional pula. Pendampingan usaha yang dilakukan bertujuan untuk

memberikan informasi dan pemahaman terkait manajemen bisnis yang sedang

dijalankan.

Oleh karena itu pendampingan usaha dianggap sangat penting agar mampu

menghindari kebangkrutan sebab mereka akan memberikan saran dan masukan

kepada pelaku UMKM mempertimbangkan dengan baik dalam mengambil

keputusan setiap langkah usahanya. Peran pendamping usaha yaitu membantu

mengarahkan dan mendukung pelaku UMKM melalui perumusan masalah,

merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi dalam pengembangan usahanya.

Agar dapat bersaing dengan berbagai pelaku usaha yang telah mendunia bukan

hanya bersaing dalam ruang lingkup. Jadi dapat digambarkan hubungan antara

pelatihan kewirausahaan terhadap penguatan peran pelaku UMKM seperti model

berikut:

Penguatan Peran Pelaku


Pendampingan Usaha
UMKM

Gambar 2. Pengaruh Pendampingan Usaha Terhadap Penguatan


Peran Pelaku UMKM
3. Pengaruh Pelatihan Kewirausahaan dan Pendampingan Usaha terhadap
Penguatan Peran Pelaku UMKM

Sesuai dengan makna kata dasarnya “kuat” penguatan (reinforcement).

Istilah penguatan (reinforcement) berasal dari Skinner, salah seorang ahli psikologi

belajar Behavioristik. Mengandung makna menambahkan kekuatan pada sesuatu

yang dianggap belum begitu kuat. Makna tersebut ditujukan kepada tingkah laku

individu yang perlu diperkuat, “diperkuat” artinya dimantapkan, diperseling

kemunculannya, tidak hilang-hilang timbul, tidak sekali muncul sekian banyak

yang tenggelam (Herman, Dakwah & Kusmayadi, 2022). Sedangkan menurut Muh.

Uzer Usman dalam (Herman, Dakwah & Kusmayadi, 2022) penguatan

(reinforcement) adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal maupun

nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku pelatih terhadap

tingkah laku peserta, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik

bagi penerima (peserta) atau perbuatannya sebagai respon terhadap tingkah laku

yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya tingkah laku tersebut.

Pada proses pelatihan dan pendampingan yang berorientasi pengubahan

tingkah laku, tujuan utama yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran adalah

terjadinya tingkah laku yang baik, tingkah laku yang diterima seseorang mungkin

sesuai dengan kegunaan kemunculannya. Berdasarkan beberapa definisi tersebut

dapat disimpulkan bahwa penguatan adalah salah satu bentuk penciptaan sesuatu

yang baru atau upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diberikan

oleh pelatih/ pendamping kepada yang didampingi dengan tujuan agar agar dalam

mencapai tujuannya lebih mudah (Aprilia, Latifah & Ritonga, 2022).


Berdasarkan teori parah ahli dan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka dapat disusun model gambar berikut mengenai pengaruh

pelatihan kewirausahaan dan pendampingan usaha terhadap penguatan peran

pelaku UMKM.

Pelatihan Kewirausahaan
(X1)
Penguatan Peran
Pelaku UMKM (Y)
Pendampingan Usaha
(X2)

Gambar 3. Kerangka Pikir

Keterangan:

: Pengaruh secara parsial variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y

: Pengaruh secara simultan variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y

Berdasarkan model diatas, menunjukkan adanya pengaruh pelatihan

kewirausahan dan pendampingan usaha terhadap penguatan peran pelaku UMKM.

Ketiga hal tersebut saling berhubungan dalam mempengaruhi penguatan peran

pelaku UMKM karena semakin tinggi pelatihan kewirausahan dan pendampingan

maka semakin tinggi pula penguatan peran pelaku UMKM.

Pada model tersebut dalam menjalankan sebuah penelitian yang

membutuhkan model gambar seperti diatas, alangkah baiknya jika hal tersebut

mampu menjelaskan secara teoritis, sekaligus juga bisa menjelaskan hubungan


antar variabel yang diangkat. Maka dari itu, peneliti bisa menjelaskan hubungan

antar variabel independen dan variabel dependen.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, M. I. S., Nurjannah, Rijal, S., Tahir, T. M. I., & Hasan, M. (2021).
Transformasi UMKM dari Bisnis Konvensional menjadi Bisnis Online
Berbasis Digital di Masa Pandemi COVID-19. Proceeding Teknologi
Pendidikan Seminar Daring Nasional 2021: Digital Generation For Digital
Nation, 1, 94–104.
Asyfa, Z., Rakib, M.,& Tahir, T.,H. (2019). Pengaruh Kompetensi Kewirausahaan
Terhadap Kinerja Usaha (Studi Pada Usaha Mikro Di Kecamatan Ma’rang
Kabupaten Pangkep).
Astutiningrum, A. I. (2019). Pengaruh Pelatihan, Pendampingan, dan Pembinaan
Pemerintah Kota Semarang terhadap Keberhasilan UMKM Kecamatan
Semarang Utara. In Skripsi.
Bahri, A., Mulbar, U., & Suliana, A. (2019). Study On Makassar City
Empowerment Of Msmes As An Efforts To Increase The Welfare Of Business
Actors. Jurnal Inovasi Dan Pelayanan Publik Makassar, 1(1), 37–53.
Farean, R. (2020). Pengaruh Pelatihan, Pendampingan, dan Pembinaan Dinas
Koperasi dan UMKM terhadap Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) Kota Jambi.
Fatmawati, Arisah, N., Ampa, A. T., Ahmad, M. I. S., & Hasan, M. (2021). Perilaku
Ekonomi Rumah Tangga Keluarga Pelaku UMKM di Masa Pandemi COVID-
19. Proceeding Teknologi Pendidikan, 1(8), 132–143.
Adrian,M & Mulyaningsih, D.H. (2017). Pengaruh Pendampingan Usaha Terhadap
Kinerja UMKM (Studi pada UMKM peserta program PUSPA 2016 yang
diselenggarakan oleh Bank Indonesia). 2. 37 (1), 96–100.
Hanim, L., Soponyono, E., & Maryanto, M. (2022). Pengembangan UMKM Digital
di Masa Pandemi Covid-19. Prosiding Seminar Nasional Penelitian Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 30–39.
I Andayani, MV Roesmniningsih, W. Y. (2021). Strategi Pemberdayaan
Masyarakat Pelaku UMKM Di Masa.
Alyas & Rakib, M. (2017). Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil Dan
Menengah Dalam Penguatan Ekonomi Kerakyatan (Studi Kasus Pada Usaha
Roti Maros Di Kabupaten Maros) 19(2), 114–120.
Mubarok, A., Ganar, Y. B., Dinantara, M. D., Susanto, Zulfitra, & Maddinsyah, A.
(2020). Pelatihan perpajakan guna menumbuhkan ketaatan kewajiban
perpajakan terhadap umkm di wilayah kelurahan CIPINANG BARU. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(3), 424–429.
Septiani, T.D. (2017). Dampak Pelayanan Dan Pendampingan Plut-Kumkm Diy
Terhadap Ekonomi Kreatif (Studi Kasus pada peserta Inkubator Bisnis
UMKM) 2. 37 (1), 96–100.
Ramli, A., & Rakib, M. (2022). Konsep Inovasi Usaha Untuk Meningkatkan
Kinerja Usaha Mikro Kecil Dan Menengah. 1(1).
Ranto, D. W. P. (2016). Pengaruh orientasi Kewirausahaan terhadap kinerja
UMKM bidang kuliner di Yogyakarta. Jurnal Bisnis, Manajemen, Dan
Akuntansi, III(2), 1–11.
Sedyastuti, K. (2018). Analisis Pemberdayaan UMKM Dan Peningkatan Daya
Saing Dalam Kancah Pasar Global. INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis Dan
Manajemen Indonesia, 2(1), 117–127.
Sulistyanto, A., Dwinarko, D., Syafrizal, T., & Mujab, S. (2021). Pelatihan
Kewirausahaan dan Manajemen Komunikasi Pemasaran bagi Pelaku UMKM
pada Masyarakat di Kelurahan Ponggang, Kec. Serangpanjang, Kabupaten
Subang. Jurnal Abdidas, 2(1), 34–40.
Tambunan, T. T. H. (2012). Peluang, Tantangan dan Ancaman Bagi UMKM
Indonesia Dalam Era CAFTA dan ME-ASEAN 2015. Prosiding Seminar &
Konferensi Nasional Manajemen Bisnis, 1(22), 1–14.
Thaha, A. F. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap UMKM Di Indonesia [The
Impact of Covid-19 on MSMEs in Indonesia]. Jurnal Brand, 2(1), 148–153.
Wendra, I. W., Sutama, I. M., & Wisudariani, N. M. (2014). Pembahasan Hasil
Penelitian. 3(2), 411–424.
Wibawa, R. P., & Anggitaria, N. R. (2020). Kontribusi Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) dalam Mengurangi Tingkat Pengangguran. Equilibria
Pendidilan, 5(1), 16–25.
Zanuar Rifai, & Meiliana, D. (2020). Pendampingan Dan Penerapan Strategi
Digital Marketing Bagi Umkm Terdampak Pandemi Covid-19. BERNAS:
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1 (4), 604–609.

Anda mungkin juga menyukai