Anda di halaman 1dari 31

PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI MAKANAN OLAHAN UNTUK

PENGEMBANGAN USAHA KECIL DI KOTA SIDOARJO

Mochamad Fadhil Ilham Mudzaky (23050394226)

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Ririe Rengganis, M.Hum

FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2023
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan sektor industri dalam pembangunan di Indonesia tidak terlepas dari


peranan dan keberadaan industri kecil. Dengan demikian upayapeningkatan pengembangan
industri merupakan langkah yang tepat untuk memacu pertumbuhan ekonomi daerah. Selain
itu untuk membuka kesempatan kerja, keberadaan industry kecil juga sebagai penopang
ekonomi kerakyatan. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia memegang peran
penting dalam perekonomian Indonesia. Fleksibilitas yang dimiliki UMKM telah terbukti
padasaat krisis moneter melanda negara-negara di belahan Asia tahun 2007/2008, UMKM
tetap eksis dan mampu menjaga keberlangsungan usaha. Namun seiring
perkembanganjumlah UMKM dari tahun ke tahun yang semakin bertambah, di sisi lain ada
hal-halyang lama kelamaan mempengaruhi perkembangan UMKM itu sendiri
diantaranyaterjadi penurunan atau kemunduran usaha yang dialami para pelaku UMKM. Hal
inidisebabkan faktor internal misalnya kemampuan sumber daya manusia mengelola
usahadalam berbagai bidang manajemen usaha seperti kemampuan dalam bidang
pemasaran,teknis operasional, keuangan/pendanaan, dan bidang administrasi/akuntansi.

Usaha Kecil Menengah memegang peranan sangat penting dalam menunjang


perekonomian suatu daerah. Kehadiran UKM bukan saja untuk peningkatan pendapatan tapi
juga dalam rangka pemerataan pendapatan. Hal ini bisa dimengerti karena sektor UKM
melibatkan banyak orang dengan beragam usaha. Pemerintah sudah mempunyai komitmen
memberdayakan ekonomi kerakyatan dalam hal ini UKM dan koperasi. Namun misi ini
sempat belum terlaksana dengan baik, seiring dengan sikap pemerintah yang masih
mengandalkan usaha besar sebagai motor pertumbuhan ekonomi. Penelitian mendapatkan
hubungan yang erat antara pemberdayaan UKM dengan pertumbuhan ekonomi daerah.
Menurut Schmitz [3], UKM mampu tumbuh lebih cepat dari usaha besar bila diberi peluang.
Di Jepang, Jerman, Swedia, dan Italia usaha kecil elektronika, mampu melakukan penemuan,
inovasi, dan bisa efisiensi. Schmitz percaya bahwa usaha kecil dan menengah akan
mendominasi dan mendorong perkembangan ekonomi suatu bangsa, dengan syarat mereka
mampu meningkatkan efisiensi dan daya saingnya. Sektor UMKM di Indonesia, umumnya
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik, karena
timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas/kelembagaan yang tersedia, tidak
mempunyai izin usaha, pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam
kerja, pada umumnya kebijakan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi tidak sampai
ke sektor ini. Umumnya UMKM di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai permasalahan
yang menghambat kegiatan usahanya.

Berbagai hambatan tersebut meliputi pemasaran, keterbatasan finansial, keterbatasan SDM


berkualitas, masalah bahan baku, keterbatasan teknologi, infrastruktur pendukung dan
rendahnya komitmen pemerintah[4]. Pengelolaan UKM yang baik juga dilihat dari beberapa
faktor yang diidentifikasi dalam lingkungan internal perusahaan [5]:

(1)Sumber Daya Manusia, yaitu suatu proses untuk memperoleh, melatih, menilai, dan
memberikan kompensasi kepada karyawan, serta memperhatikan hubungan kerja dengan
karyawan, (2)Keuangan, yaitukeputusan investasi dan keputusan pembiayaan, (3) Produksi
dan Operasi, yaitu semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa, (4)
Pemasaran, yaitu proses pendefinisian, pengantisipasian, penciptaan, serta pemenuhan
kebutuhan dan keinginan konsumenakan produk dan jasa Salah satu jenis UKM yang sangat
diandalkan dalam menunjang perekonomian daerah adalah usaha produksi makanan dan
minuman.Usaha ini mampu bertahan dalam kondisi krisis ekonomi karena kebutuhan akan
makanan akan terus ada. Selain itu, pola konsumsi masyarakat yang lebih modern mendorong
mereka untuk mengkonsumsi makanan olahan. Industri makanan dan minuman merupakan
salah satu industri yang mengalami perkembangan cukup pesat. Dari sisi produksi, industri
makanan dan minuman menjadi kontributor terbesar pembentukan Produk Domestik Bruto
(PDB) sektor industri manufaktur onmigaas Indonesia dengan share yang terus meningkat
dari 28,6% pada 2005 menjadi 36,3% pada 2012.

Tantangan yang dihadapi industri makanan dan minuman adalah pemenuhan bahan baku
secara impor yang cukup besar (70%-80%), pergerakan rupiah yang cenderung terdepresiasi
menjadi critical point. Tantangan dan kendala lain yang dihadapi industri makanan dan
minuman dalam negeri adalah kenaikan biaya tenaga kerja dan listrik meskipun porsi dalam
struktur biaya produksi relatif kecil (<10%), kendala infrastruktur yang menimbulkan
gangguan distribusi bahan baku dan barang jadi, dan persaingan dengan produk impor[6].
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian penting dari
perekonomian suatu bangsa dan daerah tak terkecuali di Indonesia1 . UMKM merupakan
salah satu motor penggerak perekonomian Indonesia. Sejak krisis moneter ditahun 1997-1998
hampir 80% usaha yang dikategorikan besar mengalami kebangkrutan dan malah UMKM
dapat bertahan dalam krisis dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang dimilikinya.
Bagi sebagian kalangan UMKM dianggap sebagai sektor usaha yang tahan banting sehingga
mampu bertahan dalam kondisi apapun. Tak jarang dengan kemampuan dan keterbatasan
tersebut juga dapat menciptakan lapangan kerja walaupun tidak signifikan. Dalam
pembangunan ekonomi di Indonesia UMKM selalu digambarkan sebagai sektor yang
mempunyai peranan penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan
rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern2 .
Pengembangan UMKM ini menjadikan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) pada hakekatnya merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah
dan masyarakat3 . Oleh karena itu peranan pemerintah serta masyarakat sangat penting dalam
peningkatan pengembangan UMKM ini. Pengembangan sendiri merupakan suatu bentuk
usaha kepada usaha itu sendiri agar dapat berkembang menjadi lebih baik lagi dan agar
mencapai pada satu titik puncak menuju kesuksesan.

Sedangkan pengertian Pengembangan UMKM merupakan upaya yang dilakukan Pemerintah,


Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan masyarakat untuk memberdayakan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan, dan bantuan
perkuatan untuk menumbuhkan kemampuan dan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah4 . Oleh sebab itu maka pengembangan UMKM perlu optimal karena keberadaan
UMKM memberikan kontribusi besar terhadap penbangunan ekonomi negara indonesia.
Pertumbuhan UMKM sendiri tumbuh dengan pesat sejak krisis moneter ditahun 1998. Dari
data Badan Pusat Statistik Nasional di tahun 2012 jumlah UMKM yang ada di Indonesia
mendekati 99,99%. Sementara jumlah tenaga kerja yang terlibat mencapai 97,16% terhadap
seluruh tenaga kerja Indonesia. Ditahun 2012 jumlah UMKM yang ada di Indonesia
mencapai 55,2 juta unit dengan tingkat serapan tenaga kerja 3 – 5 tenaga kerja pada masing-
masing UMKM6 . Dengan jumlah tersebut pemerintah berharap dapat mengurangi tingkat
pengangguran 1 – 2 %.

Salah satu usaha produksi makanan olahan yang berkembang di Kota Bandung adalah usaha
Bunda Juminah Food. Usaha yang dirintis oleh Bu Juminah dibawah bendera CV Tiga Raja
ini memproduksi makanan-makanan olahan seperti bandeng presto. Produk-produk yang
dikembangkan oleh Bunda Juminah Food ini sudah cukup dikenal di Kota Sidoarjo, bahkan
pemasarannya sudah ke luar pulau Jawa seperti Batam, Riau, serta Samarinda.
Bunda Juminah Food merupakan salah satu jenis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)
yang bergerak di bidang makanan dan minuman. Perusahaan yang didirikan oleh Bunda
Juminah pada tahun 2013 ini menghasilkan berbagai macam jenis makanan, terutama olahan
dari ikan bandeng seperti bandeng isi tanpa duri dan abon bandeng, serta produk makanan
lain seperti bawang goreng, kering kacang teri, dan kolang-kaling.

1.2 Rumusan Masalah


1.Bagaimana Tingkat Kesadaran Pemilik Usaha Kecil tentang Teknologi Produksi Makanan
Olahan?

2. Bagaimana Meningkatkan Efisiensi Proses Produksi Makanan Olahan untuk Mengurangi


Biaya dan Meningkatkan Produktivitas?

3. Apa Saja Tantangan Utama yang Dihadapi Usaha Kecil dalam Mengadopsi Teknologi
Produksi Makanan Olahan?

4. Bagaimana Ketersediaan Sumber Daya Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Teknologi


di Usaha Kecil?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Tingkat Kesadaran Pemilik Usaha Kecil tentang Teknologi Produksi
Makanan Olahan.

2. Untuk mengetahui Meningkatkan Efisiensi Proses Produksi Makanan Olahan untuk


Mengurangi Biaya dan Meningkatkan Produktivitas

3. Untuk mengetahui Tantangan Utama yang Dihadapi Usaha Kecil dalam Mengadopsi
Teknologi Produksi Makanan Olahan.

4. Untuk mengertahui Ketersediaan Sumber Daya Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan


Teknologi di Usaha Kecil.

1.4 Manfaat Penelitian


a. Bagi Pemerintahan

Penelitian ini diharapkan dapat menggerakkan hati pemerintah agar lebih memperhatikan
makanan yang tersebar pada konsumen dan juga produk makanan Rumahan (Home Industry)
yang tersebar di Kota Sidoarjo.

b. Bagi Konsumen

Diharapkan dengan penelitian ini dapat dijadikan sebagai dorongan agar para konsumen lebih
berhati-hati dalam membeli dan mengkonsumsi makanan serta untuk menyelesaikan masalah
kerugian yang terjadi pada konsumen karena produk makanan Rumahan (Home Industry)
yang dikonsumsi oleh konsumen.

c. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang perlindungan


hukum konsumen dan pengawasan produk makanan Rumahan (Home Industry), untuk
dijadikan bahan kajian lebih lanjut dari sudut pandang yang berbeda.

1.5 Batasan Istilah

Implementasi

Implementasi teknologi produksi makanan olahan untuk pengembangan usaha kecil dan
menengah (UMKM) di Kota Sidoarjo telah dilakukan melalui program penerapan teknologi
tepat guna. Program ini bertujuan untuk menghasilkan paket teknologi produksi makanan
olahan tepat guna yang dapat dimanfaatkan oleh UMKM. Metode yang dilakukan meliputi
pengembangan teknologi produksi makanan olahan tepat guna, mulai dari perancangan dan
pembuatan mesin, pengujian terhadap mesin yang dibuat, hingga pelatihan dan
pendampingan kepada pelaku UMKM usaha produksi makanan olahan. Hasil dari kegiatan
ini diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan produksi yang dihadapi UMKM,
meningkatkan jumlah produksi, dan bekerja secara efektif dan efisien.

Program ini sangat relevan dengan upaya pemerintah dalam mendorong peningkatan
produksi makanan olahan melalui pengembangan teknologi, terutama dalam konteks wisata
kuliner yang menjadi hal yang menjanjikan. Dengan demikian, implementasi teknologi
produksi makanan olahan di Kota Sidoarjo dapat memberikan kontribusi yang signifikan
dalam pengembangan UMKM di sektor makanan olahan.

Kajian

Berdasarkan hasil penelusuran, terdapat beberapa kajian terkait produksi makanan olahan
untuk pengembangan usaha kecil dan menengah (UMKM):

1. Kajian "Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah Produsen Makanan Berbahan Baku
Lokal" menyoroti permasalahan pada setiap aspek yang dibahas, termasuk aspek permodalan,
produksi, dan teknologi

2. Penelitian "Penerapan Teknologi Produksi Makanan Olahan untuk Pengembangan Usaha


Kecil dan Menengah di Kota Sidoarjo" bertujuan untuk menghasilkan paket teknologi
produksi makanan olahan tepat guna yang dapat dimanfaatkan oleh UMKM

3. Kajian "Kajian Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik dan Penyusunan Contoh
Rencana HACCP generik produk susu UHT" dan "Kajian Pedoman Cara Produksi Pangan
Olahan yang Baik dan Penyusunan Rencana HACCP Generik Produk MPASI" menyoroti
pentingnya pedoman cara produksi pangan olahan yang baik dan penyusunan rencana
HACCP generik untuk memastikan keamanan pangan dan memenuhi kebutuhan gizi khusus
serta keperluan medis khusus.

Dari kajian-kajian ini, dapat disimpulkan bahwa produksi makanan olahan dapat menjadi
solusi yang efektif dalam mendukung pengembangan UMKM di sektor pangan olahan.
Penting untuk memperhatikan permasalahan pada setiap aspek yang dibahas, termasuk aspek
permodalan, produksi, dan teknologi, serta memastikan keamanan pangan dan memenuhi
kebutuhan gizi khusus serta keperluan medis khusus.
Dalam sebuah proposal penelitian atau dokumen ilmiah, batasan istilah diperlukan untuk
menghindari kebingungan dan memberikan pemahaman yang jelas mengenai makna istilah-
istilah yang digunakan.

1. Produksi Makanan:

Definisi: Proses menciptakan dan menghasilkan makanan yang melibatkan serangkaian


kegiatan mulai dari pemilihan bahan baku, pengolahan, hingga distribusi produk makanan
siap konsumsi.

Batasan: Penelitian ini memfokuskan pada produksi makanan dalam konteks industri
pengolahan makanan dan tidak mencakup aspek pertanian atau produksi bahan baku pangan.

2. Bahan Baku Makanan:

Definisi: Materi atau substansi yang digunakan sebagai komponen utama dalam pembuatan
makanan sebelum melalui proses pengolahan.

Batasan: Dalam konteks penelitian ini, bahan baku makanan mencakup bahan-bahan yang
digunakan dalam industri pengolahan makanan, seperti daging, sayuran, biji-bijian, dan
bahan tambahan lainnya.

3. Pengolahan Makanan:

Definisi: Serangkaian langkah atau proses teknis yang diterapkan pada bahan baku makanan
untuk mengubahnya menjadi produk makanan jadi.

Batasan: Fokus penelitian ini terbatas pada proses pengolahan makanan dalam lingkup
industri, seperti penggilingan, pemotongan, pemanasan, dan pendinginan.

4. Keamanan Pangan:

Definisi: Upaya untuk memastikan bahwa makanan yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi,
melibatkan kontrol kualitas, pengawasan kebersihan, dan pemenuhan standar keamanan
pangan.
Batasan: Penelitian ini tidak secara khusus membahas aspek hukum terkait keamanan pangan,
fokusnya lebih pada implementasi praktik keamanan pangan dalam proses produksi makanan.

5. Distribusi Makanan:

Definisi: Penyebaran dan pengiriman produk makanan dari produsen ke konsumen melalui
saluran distribusi tertentu.

Batasan: Penelitian ini tidak membahas secara rinci distribusi makanan dari segi logistik atau
aspek transportasi, melainkan fokus pada dampaknya terhadap kualitas dan keamanan produk
makanan.

Penting untuk menyesuaikan batasan istilah dengan ruang lingkup dan tujuan penelitian yang
spesifik.

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu tentang PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI MAKANAN


OLAHAN mencakup berbagai aspek, seperti peningkatan efisiensi produksi, inovasi dalam
pengolahan bahan baku, dan pemenuhan standar keamanan pangan. Beberapa studi mungkin
mengevaluasi dampak teknologi terkini terhadap kualitas produk, sementara yang lain fokus
pada aspek keberlanjutan dan dampak lingkungan dari teknologi produksi makanan. Riset ini
dapat memberikan wawasan tentang tren, tantangan, dan potensi peningkatan dalam industri
makanan olahan. Wisata kuliner merupakan hal yang menjanjikan saat ini sehingga
pemerintah mendorong peningkatan produksi makanan olahan melalui pengembangan
teknologi produksi makanan olahan.

Kota Sidoarjo terkenal dengan sebagai salah satu pusat kuliner di Indonesia.
Pentingnya teknologi tepat guna tersebut diharapkan bisa meningkatkan kualitas dan
kuantitas produksi makanan olahan. Program penerapan teknologi tepat guna diharapkan
menghasilkan paket teknologi produksi makanan olahan tepat guna yang bisa dimanfaatkan
oleh mitra UKM untuk meningkatkan kapastitas produksi dan pendapatan. Metode yang
dilakukan adalah pengembangan teknologi produksi makanan olahan tepat gunamulai dari
mengindentifikasi kebutuhan rill mitra terkait operasional produksinya, merancang dan
membuat mesin, melakukan pengujian terhadap mesin yang dibuat, melakukan pelatihan dan
pendampingan kepada pelaku UKM usaha produksi makanan olahan. Hasil kegiatan ini yaitu
dapat membantu mengatasi permasalahan produksi yang dihadapi UKM, meningkatkan
jumlah produksi dan bekerja secara efektif dan efisien, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan pelaku UKM pada khususnya dan masyarakat sekitar pada umumnya.
Teknologi tepat guna, usaha kecil menengah, makanan olahan.

Program ini sangat relevan dengan upaya pemerintah dalam mendorong peningkatan
produksi makanan olahan melalui pengembangan teknologi, terutama dalam konteks wisata
kuliner yang menjadi hal yang menjanjikan. Dengan demikian, implementasi teknologi
produksi makanan olahan di Kota Sidoarjo dapat memberikan kontribusi yang signifikan
dalam pengembangan UMKM di sektor makanan olahan. Program pengembangan Usaha
Mikro,Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai salah satu instrument untuk menaikkan daya
beli masyarakat, pada akhirnya akan menjadi katup pengaman dari situasi krisis moneter.
Pengembangan UMKM menjadi sangat strategis dalam menggerakkan perekonomian
nasional, mengingat kegiatan usahanya mencakup hampir semua lapangan usaha sehingga
kontribusi UMKM menjadi sangat besar bagi peningkatan pendapatan bagi kelompok
masyarakat berpendapatan rendah. Dalam pengembangan UMKM, langkah ini tidak semata-
mata merupakan langkah yang harus diambil oleh Pemerintah dan hanya menjadi tanggung
jawab Pemerintah. Pihak UMKM sendiri sebagai pihak internal yang dikembangkan, dapat
mengayunkan langkah bersama-sama dengan Pemerintah.

Karena potensi yang mereka miliki mampu menciptakan kreatifitas usaha dengan
memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah. Di Sidoarjo banyak berkembang
industri dengan jenis olahan dan skala usaha yang beragam, sehingga Malang merupakan
tempat tumbuhnya berbagai macam bentuk industri yang salah satunya usaha “Emping
Jagung ” Kota Sidoarjo yang letaknya di Kelurahan Cemengkalang , Kecamatan Blimbing,
Kota Sidoarjo. Berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Sidoarjo terdaftar
jumlah pengusaha “Emping Jagung ” sebanyak 14 unit ini mengolah bahan baku jagung
menjadi emping jagung. Jenis usaha inilah yang menjadi produk unggulan Kota Sidoarjo.
“Emping Jagung ” ini sangat berpotensi untuk meningkatkan per-ekonomian rakyat karena
pada dasarnya Jagung merupakan komoditi tanaman pangan yang sangat mudah untuk
dibudidayakan sepanjang musim, baik di musim penghujan maupun di musim kemarau yang
terpenting kebutuhan air tercukupi.
Ada beberapa kendala yang dihadapi oleh kelomppok usaha “Emping Jagung” dalam
pengembangan usahanya. Hal inilah yang menjadi pertimbangan peneliti untuk melakukan
penelitian ini. Permasalahan yang paling mendasar dihadapi oleh pelaku UMKM ini meliputi,
sumber daya manusia yang kurang memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam
pengembangan usahanya, memiliki permasalahan dalam permodalan, kurangnya sarana dan
prasarana, serta kurangnya akses pemasaran produk. Beberapa permasalahan diatas inilah
yang memerlukan perhatian yang lebih dari pemerintah daerah Kota Sidoarjo khusunya Dinas
Koperasi dan UKM Kota Sidoarjo agar UMKM dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih
baik. Keberadaan UMKM ini perlu untuk dikembangkan karena pengembangan ini akan
berpengaruh penting terhadap peningkatan perekonomian masyarakat untuk mencapai
kesejahteraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mendeskripsikan dan meng-analisis
pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui fasilitasi pihak
eksternal dan potensi internal pada kelomppok usaha “Emping Jagung” Ke-lurahan
Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kota Malang dan untuk mengetahui, mendeskripsikan
dan menganalisis kendala dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) pada kelompok “Emping Jagung” Kelurahan Cemengkalang, Kecamatan Blimbing,
Kota Sidoarjo.

2.2 Landasan Teori


 Kajian Penerapan Teknologi produksi makanan olahan untuk pengembangan usaha kecil
mengenai penerapan teknologi produksi makanan olahan untuk pengembangan usaha
kecil dapat mencakup beberapa aspek penting. Berikut adalah beberapa komponen yang
dapat menjadi bagian dari kajian tersebut:

1. Analisis Kebutuhan dan Tantangan Usaha Kecil:

Identifikasi kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh usaha kecil dalam sektor makanan
olahan. Faktor-faktor seperti keterbatasan sumber daya, pengetahuan teknologi, atau kendala
infrastruktur.

2. Tinjauan Literatur:

Kumpulan informasi dari literatur terkait mengenai penerapan teknologi produksi makanan
olahan. Tinjauan ini dapat mencakup teori inovasi, manajemen operasi, teori pengembangan
usaha kecil, dan literatur terkait lainnya.
3. Analisis Penerapan Teknologi:

Evaluasi tingkat adopsi dan penerapan teknologi dalam usaha kecil. Fokus pada jenis
teknologi yang digunakan, tingkat integrasi, dan dampaknya terhadap efisiensi produksi.

4. Studi Kasus:

Investigasi studi kasus pada beberapa usaha kecil yang telah berhasil menerapkan teknologi
produksi makanan olahan. Identifikasi faktor kunci yang menyebabkan kesuksesan atau
kegagalan.

5. Dampak Sosial dan Ekonomi:

Analisis dampak sosial dan ekonomi dari penerapan teknologi, termasuk peningkatan
pendapatan, penciptaan lapangan kerja, dan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi lokal.

6. Kesesuaian Teknologi dengan Kebutuhan Pasar:

Evaluasi sejauh mana teknologi yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan preferensi
pasar. Apakah teknologi tersebut mendukung diversifikasi produk atau pemenuhan standar
keamanan pangan?

7. Faktor Penghambat dan Pendukung:

Identifikasi faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat atau pendukung penerapan


teknologi. Hal ini dapat mencakup faktor internal seperti manajemen dan kebijakan
perusahaan, serta faktor eksternal seperti regulasi dan dukungan pemerintah.

8. Keberlanjutan dan Lingkungan:

Evaluasi dampak lingkungan dari teknologi produksi yang diterapkan dan keberlanjutan
usaha kecil dalam jangka panjang.

9. Rekomendasi dan Strategi Pengembangan:

Merumuskan rekomendasi dan strategi untuk meningkatkan penerapan teknologi produksi


makanan olahan dalam usaha kecil. Ini dapat mencakup pelatihan, akses ke sumber daya,
dukungan kebijakan, dan kerjasama antar pemangku kepentingan.

10. Pertimbangan Etika dan Sosial:


Mempertimbangkan aspek etika dan sosial dari penerapan teknologi, termasuk dampak
terhadap masyarakat lokal dan keberlanjutan sumber daya alam.

Kajian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mendalam tentang peran teknologi dalam
pengembangan usaha kecil di sektor makanan olahan, sambil mempertimbangkan aspek
ekonomi, sosial, dan lingkungan.

 Proses nya

Penerapan teknologi produksi makanan olahan untuk pengembangan usaha kecil dan
menengah (UMKM) melibatkan beberapa langkah penting:

1. Pengembangan teknologi produksi makanan olahan tepat guna: Melakukan


merancang dan membuat mesin, melakukan pengujian terhadap mesin yang dibuat,
dan melakukan pelatihan dan pendampingan kepada pelaku UMKM usaha produksi
makanan olahan.
2. Penggunaan peralatan tepat guna: Menggunakan peralatan yang sesuai untuk produksi
makanan olahan, seperti mesin pengolah, mesin pembersih, dan mesin pemotong.
3. Kolaborasi yang tepat antara perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan industri:
Melakukan kerjasama dengan institusi tinggi, pemerintah daerah, dan industri untuk
mendukung pengembangan UMKM dalam produksi makanan olahan.
4. Pemenuhan pasar: Mengembangkan strateg pemasaran untuk menjangkau pasar lokal
dan luar daerah, seperti melakukan promosi produk melalui jaringan sosial media,
bazaar, dan konsumen.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, UMKM dapat meningkatkan produktivitas,


efisiensi produksi, dan kualitas produk, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku
UMKM dan masyarakat sekitar. Selain itu, pengembangan teknologi produksi makanan
olahan dapat membantu mengatasi permasalahan produksi yang dihadapi UMKM,
meningkatkan jumlah produksi, dan bekerja secara efektif dan efisien.

Kehadiran teknologi tentunya membawa perubahan baik dalam hal efisiensi bisnis dalam
aspek kuliner, karena penggunaan teknologi ini memudahkan masyarakat untuk menjual dan
membeli makanan serta minuman melalui aplikasi. Bagi pembeli, kita tidak perlu pergi keluar
untuk membeli makanan karena sudah tersedia beberapa aplikasi yang menawarkan jasa
mengantarkan makanan. Bagi penjual, dengan adanya aplikasi pemesanan membuat promosi
usahanya menjadi lebih mudah. Pemilik bisnis mendaftarkan bisnisnya di aplikasi pengantar
makanan dan menunggu pesananan muncul di aplikasi. Namun dengan adanya teknologi
seperti ini persaingan akan semakin ketat. Setiap hari bermunculan bisnis-bisnis kuliner baru
yang menjadi saingan bisnis Anda. Untuk itu harus melakukan inovasi terhadap makanan
yang dijual agar bisnis tetap laris.

Teknologi juga dapat meningkatkan kualitas dalam pelayanan dan pengalaman pelanggan
pada restoran. Seperti aplikasi yang dapat memesan meja beserta menu yang akan dipesan
dan bayar sebelum datang ke restoran Anda. Teknologi dapat memberikan pengalaman baru
sehingga mereka akan menyebarkan informasi pengalaman mereka dan akhirnya restoran
anda dapat dikenal oleh masyarakat.

Landasan teori dalam produksi makanan olahan melibatkan berbagai konsep dan prinsip yang
berkaitan dengan teknologi pangan, keamanan pangan, manajemen mutu, dan inovasi dalam
industri makanan. Berikut adalah beberapa landasan teori yang dapat menjadi dasar untuk
penelitian tentang produksi makanan olahan:
1. Teknologi Pangan:

Definisi: Teknologi pangan mencakup berbagai metode dan proses dalam produksi,
pengolahan, dan penyimpanan makanan.

Pentingnya dalam Produksi Makanan Olahan: Memahami teknologi pangan membantu dalam
merancang proses produksi yang efisien dan menghasilkan produk makanan olahan
berkualitas tinggi.

2. Manajemen Mutu:

Definisi: Sistem manajemen mutu melibatkan pengembangan, implementasi, dan


pemeliharaan standar kualitas untuk memastikan produk memenuhi persyaratan yang
ditentukan.

Pentingnya dalam Produksi Makanan Olahan: Manajemen mutu yang baik diperlukan untuk
memastikan keamanan pangan, konsistensi kualitas produk, dan kepatuhan terhadap regulasi.

3. Keamanan Pangan:
Definisi: Keamanan pangan mencakup langkah-langkah untuk mencegah, mengurangi, atau
menghilangkan risiko kontaminasi dan bahaya lainnya dalam produk makanan.

Pentingnya dalam Produksi Makanan Olahan: Keamanan pangan adalah aspek kritis dalam
produksi makanan olahan untuk melindungi konsumen dari risiko kesehatan.

4. Inovasi dalam Proses Produksi:

Definisi: Inovasi melibatkan pengembangan dan penerapan metode atau teknologi baru untuk
meningkatkan efisiensi, kualitas, atau keberlanjutan dalam proses produksi.

Pentingnya dalam Produksi Makanan Olahan: Inovasi dapat membantu industri makanan
olahan memenuhi tuntutan pasar yang berubah dan mencapai keunggulan kompetitif.

5. Rantai Pasok dan Logistik:

Definisi: Rantai pasok makanan melibatkan semua tahap dari produksi hingga konsumen
akhir, termasuk distribusi dan logistik.

Pentingnya dalam Produksi Makanan Olahan: Memahami rantai pasok dan logistik
membantu meningkatkan efisiensi distribusi dan pengelolaan persediaan.

6. Ketahanan Pangan:

Definisi: Ketahanan pangan berkaitan dengan kemampuan sistem pangan untuk memastikan
akses pangan yang memadai dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Pentingnya dalam Produksi Makanan Olahan: Produksi makanan olahan yang berkelanjutan
dan dapat diakses dapat meningkatkan ketahanan pangan suatu wilayah.

7. Peraturan dan Standar:

Definisi: Regulasi dan standar pangan ditetapkan untuk memastikan keamanan dan kualitas
produk makanan.
Pentingnya dalam Produksi Makanan Olahan: Kepatuhan terhadap peraturan dan standar ini
penting untuk menjaga reputasi perusahaan dan memastikan keamanan konsumen.

Penelitian lanjutan dalam produksi makanan olahan dapat memperdalam pemahaman atas
landasan teori ini dan mengaplikasikannya dalam konteks tertentu, seperti industri atau jenis
makanan tertentu.

III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskripsi kuantitatif (mix method). Sampel
dalam penelitian ini adalah 3 UMKM Kerupuk di Desa Suko Kecamatan Lebo Sidoarjo Jawa
Timur Indonesia. Fenomena yang akan dikaji yaitu dari sisi perbedaan produksi mahasiswa
jika ditinjau dari penerapan teknologi. Fenomena yang akan dikaji yaitu perbedaan produksi
mahasiswa jika ditinjau dari penerapan teknologi. Sehingga variabel bebas dalam penelitian
ini adalah penerapan teknologi dan variabel terikat dalah produksi yang ditinjau berdasarkan
kuantitas dan kualitas. Jenis desain penelitian yang diguakan adalah one group pretestposttest
design adalah kegiatan penelitian yang memberikan tes awal (pretest) sebelum diberikan
perlakuan, setelah diberikan perlakuan barulah memberikan tes akhir (posttest). Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data
penelitian menggunakan uji deskriptif kuantitatif untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil
sebelum dan sesudah perlakuan. Penelitian menggunakan metode campuran. Pada penelitian
kualitatif telah dilakukan observasi pada tiga UMKM yang telah ditentukan berdasarkan
purpose sample dengan UMKM yang mengalami penurunan omset akibat pandemic covid
dan pada bidang kerupuk Tahap perencanaan. Hasil observasi menunjukkan bahwa ketiga
UMKM mengalami permasalahan dalam peralatan dan produksi.

Pada UMKM Kerupuk Cap Udang kembar Kualitas adonan yang dibuat masih kasar
dan setelah dimasak kerupuk harus dimasukkan pendingin terlebih dahulu agar kerupuk tidak
basi serta varian rasa yang dimiliki kerupuk masih satu jenis yaitu original. UMKM Kerupuk
Pak Da’I Kualitas kerupuk yang diaduk secara manual menghasilkan campuran bumbu yang
kurang merata. UMKM Kerupuk Pak Yitno yang belum memiliki peralatan penunjang
sehingga membutuhkan waktu karena wajan yang digunakan hanya mampu menampung
sedikit kerupuk, dan memerlukan tenaga ekstra. Dari hasil wawancara diketahui bahwa
pendapatan yang diterima setiap hari mengalami penurunan dan musim atau cuaca yang tidak
menentu memberikan dampak yang sangat sulit. Pat yitno menyatakan bahwa “hasil dari
kerupuk cukup untuk biaya sekolah dan makan sehari-hari, tidak memiliki hutang sudah
bersyukur walau dulu awal pandemic saya memiliki hutang, semoga ada solusi untuk usaha
saya bias bertahan dan cukup untuk hidup.

Ada beberapa jenis penelitian yang dapat dilakukan dalam konteks pengembangan produksi
makanan olahan. Pemilihan jenis penelitian tergantung pada tujuan, ruang lingkup, dan
masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Berikut adalah beberapa jenis penelitian yang
relevan:

1. Penelitian Pengembangan Produk:

Deskripsi: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk makanan olahan baru atau
meningkatkan produk yang sudah ada, melibatkan formulasi bahan baku, metode pengolahan,
dan inovasi produk.

Tujuan: Meningkatkan daya saing produk, merespons tren pasar, dan memenuhi kebutuhan
konsumen yang berkembang.

2. Penelitian Inovasi Proses Produksi:

Deskripsi: Penelitian ini fokus pada pengembangan atau peningkatan proses produksi
makanan olahan, termasuk penggunaan teknologi baru, otomatisasi, atau peningkatan
efisiensi.

Tujuan: Meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya produksi, dan meningkatkan


keberlanjutan dalam rantai produksi.

3. Penelitian Peningkatan Kualitas Produk:

Deskripsi: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sensorik, nutrisi, atau
keamanan produk makanan olahan.

Tujuan: Memastikan kualitas produk yang konsisten, meningkatkan daya tarik konsumen,
dan memenuhi standar keamanan pangan.

4. Penelitian Penerapan Teknologi Informasi:


Deskripsi: Penelitian ini mengeksplorasi penggunaan teknologi informasi dalam manajemen
produksi, rantai pasok, atau pengembangan produk.

Tujuan: Meningkatkan efisiensi operasional, pelacakan dan pengelolaan inventaris, serta


integrasi data dalam rantai produksi.

5. Penelitian Keberlanjutan dan Lingkungan:

Deskripsi: Penelitian ini menilai dampak produksi makanan olahan terhadap lingkungan dan
menganalisis opsi untuk meningkatkan keberlanjutan.

Tujuan: Mengurangi jejak lingkungan, mengelola limbah, dan meningkatkan keberlanjutan


dalam proses produksi.

6. Penelitian Pasar dan Perilaku Konsumen:

Deskripsi: Penelitian ini mengeksplorasi tren pasar, preferensi konsumen, dan faktor-faktor
psikologis yang memengaruhi keputusan pembelian.

Tujuan: Mengidentifikasi peluang pasar, merespons perubahan preferensi konsumen, dan


mengoptimalkan strategi pemasaran.

7. Penelitian Kualitas dan Keamanan Pangan:

Deskripsi: Penelitian ini memeriksa parameter kualitas dan keamanan pangan selama
berbagai tahap produksi makanan olahan.

Tujuan: Memastikan kepatuhan terhadap standar keamanan pangan, mendeteksi risiko


potensial, dan meningkatkan kontrol kualitas.

8. Penelitian Evaluasi Proses Pendidikan Tataboga:

Deskripsi: Penelitian ini fokus pada evaluasi efektivitas kurikulum dan metode pengajaran
dalam pendidikan tataboga untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan siswa.
Tujuan: Menilai dampak program pendidikan tataboga terhadap keterampilan dan
pemahaman gizi siswa.

Pastikan untuk merinci tujuan penelitian Anda dan memilih jenis penelitian yang paling
sesuai dengan kebutuhan dan lingkup proyek Anda.

3.2 Pendekatan Penelitian

Berkaitan hal tersebut diatas, perlunya sebuah solusi khususnya dari Perguruan Tinggi
dalam membantu memberikan solusi. Perguruan tinggi sebagai sumber pembelajaran dan
UKM sebagai partner dalam mengembangkan teknologi. Peran perguruan tinggi bukan pada
pemberian modal tetapi lebih pada membina kemampuan industri kecil sehingga mendorong
kemampuan industri kecil dalam melakukan akses modal, meningkatkan skill, dan
kompetensi (Mopangga, 2015). Kolaborasi antara perguruan tinggi dengan UKM diharapkan
dapat memberikan solusi pada masalah yang dihadapi UKM seperti pemasaran, keuangan,
pengembangan produk dan teknologi, serta dalam pengembangan manajemen. Berdasarkan
kondisi tersebut sudah selayaknya jika perguruan tinggi berperan aktif dalam pengembangan
kewirausahaan karena akan memberikan dampak yang efektif bagi wirausaha kecil.

Berdasarkan hasil observasi, ratarata UMKM Kerupuk masih menggunakan peralatan


yang sangat sederhana dalam pengolahannya. Kendala peralatan masih terbatas dimana
pemotongsn krecak atau kerupuk mentah masih manual dengan menggunakan pisau dan
perebuasan masih belum ada alatnya, serta pengaduk bumbu juga masih menggunakan
metode manual. Perlu diketahui bahwa sebenarnya UMKM ini sangat potensial bahkan telah
memiliki surat resmi dari Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-PIRT).
penerapan teknologi produksi menggunakan mesin modern yang bisa memaksimalkan dari
segi kuantitas dan kualitas produksi serta menghemat waktu memproduksi. Kerjasama ini
diharapkan bisa dirumuskan sebuah sistem pengembangan UKM makanan olahan melalui
penerapan teknologi mesin pengolahan makanan yang tepat guna dimasyarakat/pelaku usaha
khususnya pada sentra industri UMKM Kerupuk di Desa Suko Kecamatan Lebo Sidoarjo
Jawa Timur. Sehingga harapannya terjadi peningkatan kapasitas usaha yang secara otomatis
akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Melalui kolaborasi yang tepat antara perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan industri,
diharapkan penerapan teknologi produksi makanan olahan ini mampu dimanfaatkan menjadi
produk yang bernilai dengan mutu terjamin dan bisa menghasilkan tambahan pendapatan
bagi mitra dan masyarakat pada umumnya.

Berbagai pendekatan penelitian dapat diterapkan dalam konteks pengembangan produksi


makanan olahan, tergantung pada fokus dan tujuan penelitian. Berikut adalah beberapa
pendekatan penelitian yang dapat dipertimbangkan:

1. Pendekatan Eksperimental:

Deskripsi: Melibatkan perancangan dan pelaksanaan eksperimen untuk menguji hipotesis


atau menganalisis dampak variabel tertentu terhadap produksi makanan olahan.

Penerapan: Menguji efektivitas metode pengolahan baru, formulasi bahan baku, atau inovasi
dalam proses produksi.

2. Pendekatan Kualitatif:

Deskripsi: Berkaitan dengan pengumpulan dan analisis data deskriptif, non-numerik, untuk
memahami aspek-aspek kualitatif dari produksi makanan olahan.

Penerapan: Mengeksplorasi persepsi konsumen terhadap produk baru, menganalisis faktor-


faktor kualitatif yang memengaruhi keberlanjutan, atau memahami dinamika tim produksi.

3. Pendekatan Kuantitatif:

Deskripsi: Berkaitan dengan pengumpulan dan analisis data numerik untuk mengukur dan
menguji hipotesis terkait dengan produksi makanan olahan.

Penerapan: Mengukur efisiensi proses produksi, melakukan analisis statistik terhadap data
sensorik, atau mengidentifikasi pola dalam tren pasar.

4. Pendekatan Studi Kasus:


Deskripsi: Fokus pada analisis mendalam tentang satu kasus atau beberapa kasus terkait
untuk memahami konteks dan faktor yang memengaruhi pengembangan produksi makanan
olahan.

Penerapan: Memeriksa kasus sukses dalam menerapkan inovasi, mengevaluasi dampak


perubahan teknologi dalam produksi, atau memahami tantangan unik dalam suatu industri.

5. Pendekatan Survei:

Deskripsi: Melibatkan pengumpulan data dari responden yang mewakili populasi tertentu
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas tentang isu atau tren tertentu.

Penerapan: Melakukan survei konsumen untuk menilai preferensi, melakukan survei industri
untuk mengidentifikasi praktik terbaik, atau mengukur tingkat kepatuhan terhadap standar
keamanan pangan.

6. Pendekatan Riset Tindakan:

Deskripsi: Melibatkan partisipasi aktif dari para pemangku kepentingan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi langkah-langkah pengembangan.

Penerapan: Melibatkan produsen, konsumen, dan pemangku kepentingan lainnya dalam


perencanaan dan implementasi perubahan dalam proses produksi.

7. Pendekatan Partisipatif:

Deskripsi: Melibatkan kolaborasi antara peneliti dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk
menghasilkan pengetahuan dan solusi bersama.

Penerapan: Membentuk kelompok kerja bersama produsen, pedagang, dan konsumen untuk
merencanakan dan mengimplementasikan inovasi dalam produksi makanan olahan.

Pilih pendekatan yang paling sesuai dengan pertanyaan penelitian Anda, sumber daya yang
tersedia, dan konteks penelitian. Kombinasi beberapa pendekatan juga mungkin diperlukan
untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif.
3.3 Sumber Data dan Data Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer. Sumber
data primer diperoleh dengan cara menggali sumber asli secara langsung melalui informan.
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil observasi dan hasil wawancara dari
informasi pedagang usaha kecil yang bersedia diwawancarai mengenai Penerapan
TeknologiProduksiMakananOlahanuntuk pengembangan usaha kecil di kota Sidoarjo. Lokasi
penelitiannya berada di di Gading fajar Kabupaten Sidoarjo. Waktu Penelitiannya pada
tanggal 1 Desember 2023 tepatnya dimulai pukul 10.00 WIB. Subjek penelitiannya adalah
Usaha Mikro Kecil Menengah(UMKM) di Indonesia memegang peran penting dalam
perekonomian Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif dalam
penelitian ini memberikan ulasan yang diperoleh melalui kuisioner dan wawancara umtuk
kemudian dianalisis dalam bentuk matriks SWOT. Sedangkan analisis deskriptif kuantitatif
pada penelitian ini berkaitan dengan hasil interpretasi terhadap data kualitatif yang diolah
dalam bentuk bobot dan rating untuk memunculkan strategi yang tepat dalam pengembangan
UMKM

Sumber data dan jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian produksi makanan
olahan untuk pengembangan akan sangat tergantung pada pertanyaan penelitian dan tujuan
penelitian yang telah ditetapkan. Berikut adalah beberapa sumber data dan jenis data yang
mungkin relevan;

1. Data Internal Perusahaan atau Industri:

 Jenis Data:

 Data produksi internal.

 Data biaya produksi dan efisiensi.

 Data kualitas produk.

 Data rantai pasok dan logistik.


2. Data Konsumen:

 Jenis Data:

 Preferensi konsumen terhadap produk makanan olahan.

 Respon terhadap inovasi produk.

 Data pembelian dan perilaku konsumen.

3. Data Pasar:

 Jenis Data:

 Analisis tren pasar dan permintaan.

 Data tentang persaingan industri.

 Data harga dan penetrasi pasar.

5. Data Teknologi Informasi:

 Jenis Data:

 Penggunaan sistem manajemen produksi.

 Teknologi yang digunakan dalam produksi dan distribusi.

 Data mengenai sistem informasi rantai pasok.

6. Data Kualitas dan Keamanan Pangan:

 Jenis Data:

 Data uji laboratorium untuk keamanan pangan.

 Pengukuran parameter kualitas sensorik.

 Catatan inspeksi kualitas selama proses produksi.

7. Survei dan Wawancara:

 Jenis Data:

 Hasil survei konsumen atau pemangku kepentingan industri.

 Tanggapan terhadap inovasi dan perubahan.


 Wawancara dengan pekerja produksi dan manajemen.

8. Data Riset Pasar:

 Jenis Data:

 Hasil riset pasar terkait dengan industri makanan olahan.

 Analisis tren konsumen dan preferensi.

 Data perilaku pembelian konsumen.

9. Data Pendidikan Tataboga:

 Jenis Data:

 Evaluasi kurikulum pendidikan tataboga.

 Data tentang efektivitas metode pengajaran.

 Keterampilan dan pemahaman gizi siswa.

10. Data Inovasi Produk:

 Jenis Data:

 Catatan pengembangan produk baru atau inovasi dalam formulasi.

 Data uji coba produk dan umpan balik.

 Analisis daya saing inovasi di pasar.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik operasional pengumpulan data melalui proses
pencatatan yang cermat dan sistematis terhadap Penelitian yang diamati secara langsung.
Dalam metode ini pengamat melakukan pengamatan dengan teliti terhadap Penelitian yang
diamati kemudian dicatat secara cermat dan juga sistematis Penelitian yang diamati, sehingga
data yang telah diperoleh oleh peneliti tidak luput dari pengamatan . Program penerapan
teknologi tepat guna diharapkan menghasilkan paket teknologi produksi makanan olahan
tepat guna yang bisa dimanfaatkan oleh mitra UKM untuk meningkatkan kapastitas produksi
dan pendapatan. Metode yang dilakukan adalah pengembangan teknologi produksi makanan
olahan tepat gunamulai dari mengindentifikasi kebutuhan rill mitra terkait operasional
produksinya, merancang dan membuat mesin, melakukan pengujian terhadap mesin yang
dibuat, melakukan pelatihan dan pendampingan kepada pelaku UKM usaha produksi
makanan olahan.

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung. Dalam
wawancara ini terjadi interaksi komunikasi antara pihak penelitian selaku penanya dan
responden selaku pihak yang diharapkan dapat memberikan jawaban yang benar dan tepat
ketika di wawancara . Pengumpulan data untuk penerapan teknologi produksi makanan
olahan dalam pengembangan usaha kecil dapat melibatkan teknik-teknik khusus yang
mempertimbangkan skala usaha kecil, sumber daya terbatas, dan tujuan pengembangan yang
spesifik. Berikut adalah beberapa teknik pengumpulan data yang relevan:

1. Wawancara dengan Pemilik Usaha:

• Deskripsi: Wawancara langsung dengan pemilik atau pengelola usaha kecil.

• Penerapan: Mendapatkan pemahaman langsung tentang tantangan, kebutuhan, dan


peluang dalam mengadopsi teknologi produksi makanan olahan.

2. Survei Online atau Telepon:

• Deskripsi: Menggunakan survei online atau melalui telepon untuk mengumpulkan


data dari sejumlah pemilik usaha kecil.

• Penerapan: Menilai tingkat kesadaran, kesiapan, dan kebutuhan teknologi dalam


usaha kecil.

3. Observasi Lapangan:

• Deskripsi: Melakukan pengamatan langsung terhadap proses produksi di usaha kecil.

• Penerapan: Memahami aspek praktis penerapan teknologi, kendala yang dihadapi, dan
potensi peningkatan efisiensi.

4. Focus Group Discussion (FGD):

• Deskripsi: Diskusi kelompok dengan pemilik usaha kecil untuk menggali berbagai
perspektif.
• Penerapan: Mendapatkan wawasan lebih dalam tentang tantangan bersama, potensi
solusi, dan tingkat penerimaan teknologi.

5. Analisis Data Internal Usaha:

• Deskripsi: Mengumpulkan dan menganalisis data internal usaha kecil terkait dengan
produksi, biaya, dan kinerja.

• Penerapan: Menilai efektivitas dan efisiensi proses produksi saat ini, serta
mengidentifikasi area yang dapat ditingkatkan.

6. Kemitraan dengan Perguruan Tinggi atau Lembaga Penelitian:

• Deskripsi: Melibatkan pihak eksternal untuk melakukan penelitian terhadap usaha


kecil.

• Penerapan: Mendapatkan pemahaman mendalam tentang potensi penerapan teknologi


dan saran untuk pengembangan.

7. Survei Ketersediaan Sumber Daya:

• Deskripsi: Menilai ketersediaan sumber daya yang diperlukan untuk mengadopsi


teknologi (finansial, SDM, dll.).

• Penerapan: Mengidentifikasi hambatan potensial dan mencari solusi untuk


mendukung penerapan teknologi.

8. Analisis Kelayakan Usaha (Business Feasibility Analysis):

• Deskripsi: Melakukan analisis kelayakan untuk mengevaluasi potensi keberhasilan


penerapan teknologi.

• Penerapan: Mengukur dampak finansial, teknis, dan operasional dari penggunaan


teknologi baru.

9. Wawancara dengan Ahli Teknologi:

• Deskripsi: Berbicara dengan ahli teknologi pangan atau industri yang dapat
memberikan panduan dan saran teknis.

• Penerapan: Mendapatkan wawasan tentang teknologi yang sesuai untuk skala usaha
kecil dan cara pengimplementasiannya.
10. Pengumpulan Data dari Lembaga Pemerintah atau Industri:

• Deskripsi: Menggunakan data yang disediakan oleh lembaga pemerintah atau industri
terkait.

• Penerapan: Mendapatkan informasi tentang kebijakan, program dukungan, atau tren


industri yang dapat memengaruhi penerapan teknologi.

Catatan Penting:

• Sesuaikan dengan Kapasitas Usaha Kecil: Pastikan metode pengumpulan data dapat
dilakukan dengan memperhitungkan kapasitas dan sumber daya terbatas yang dimiliki oleh
usaha kecil.

• Partisipasi Aktif Pemilik Usaha: Melibatkan pemilik usaha kecil dalam seluruh proses
pengumpulan data untuk memastikan pemahaman yang akurat dan partisipasi yang optimal.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif
kualitatif. Analisis data merupakan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan oleh
peneliti melalui perangkat metodologi tertentu. Analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap
jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu,
diperoleh data yang dianggap kredibel, dalam analisis data kualitatif 37 dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Penelitian ini menggunakan analisis SWOT, yakni indentifikasi dan pengklasifikasian faktor
internal dan faktor eksternal untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman,
kemudian dianalisis untuk mengetahui kondisi Pasar Pajak USU Karona yang diteliti serta
merumuskan strategi pengembangan untuk kemudian dapat diimplementasikan Hasil
penelitian ini menujukan koordinasi pengelolah pasar pajus dengan pelaku UKM dalam
memberdayakan pelaku UKM dan meningkatkan perekonomian pedagang di Pajus Karona,
dapat kita lihat langsung di Pajus Karona pelaku UKM yang tersusun dan teratur baik
sehingga pelaku UKM merasakan kelayakan dalam melakukan kegiatan UKM di Pajus
Karona, adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pemberdayaan usaha kecil dan menengah dalam meningkatkan perekonomian pedagang di
Pasar Pajak USU Karona, untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi pelaku UKM.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan


kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif dalam penelitian ini memberikan
ulasan yang diperoleh melalui kuisioner dan wawancara umtuk kemudian dianalisis dalam
bentuk matriks SWOT. Sedangkan analisis deskriptif kuantitatif pada penelitian ini berkaitan
dengan hasil interpretasi terhadap data kualitatif yang diolah dalam bentuk bobot dan rating
untuk memunculkan strategi yang tepat dalam pengembangan UMKM di Kota Sidoarjo.
Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukan bahwa terdapat permasalahan pada setiap
aspek yang dibahas antara lain aspek Permodalan, Produksi, Teknologi, Pemasaran, SDM,
Birokrasi, Sarana dan Prasaran, serta Sosial dan Ekonomi.

Dalam analisis data untuk proposal penerapan teknologi produksi makanan olahan untuk
pengembangan usaha kecil, Anda dapat menggunakan berbagai teknik yang sesuai dengan
tujuan penelitian dan data yang dikumpulkan. Berikut adalah beberapa teknik analisis data
yang dapat diterapkan:

1. Analisis Deskriptif:

• Deskripsi: Menyajikan statistik deskriptif seperti mean, median, modus, dan deviasi
standar untuk merangkum karakteristik utama dari data.

• Penerapan: Memberikan gambaran umum tentang tingkat penerapan teknologi,


variabilitas data, dan pola yang muncul.

2. Analisis Frekuensi:

• Deskripsi: Mengidentifikasi seberapa sering suatu kejadian atau variabel tertentu


muncul.

• Penerapan: Menilai sejauh mana teknologi tertentu digunakan di kalangan usaha


kecil, serta frekuensi kemunculan tantangan atau peluang tertentu.

3. Analisis Perbandingan:

• Deskripsi: Membandingkan data antara kelompok atau kategori yang berbeda.


• Penerapan: Menilai perbedaan dalam penerapan teknologi antara usaha kecil yang
berbeda ukuran, sektor, atau lokasi.

4. Analisis SWOT:

• Deskripsi: Mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi


usaha kecil.

• Penerapan: Mendapatkan wawasan mendalam tentang faktor-faktor yang dapat


memengaruhi keberhasilan penerapan teknologi.

5. Analisis Regresi:

• Deskripsi: Menentukan hubungan antara variabel independen dan dependen.

• Penerapan: Mengidentifikasi apakah terdapat hubungan statistik antara faktor tertentu


dan tingkat penerapan teknologi.

6. Analisis Perilaku Konsumen:

• Deskripsi: Menganalisis preferensi dan perilaku konsumen terhadap produk yang


dihasilkan dengan teknologi baru.

• Penerapan: Menilai dampak penerapan teknologi pada respons dan kepuasan


konsumen.

7. Analisis Kelayakan Bisnis:

• Deskripsi: Mengevaluasi dampak finansial, teknis, dan operasional dari penerapan


teknologi.

• Penerapan: Menilai kelayakan dan potensi keberlanjutan penerapan teknologi dalam


konteks usaha kecil.

8. Analisis Perubahan Efisiensi dan Produktivitas:

• Deskripsi: Menganalisis perubahan dalam efisiensi dan produktivitas setelah


penerapan teknologi.

• Penerapan: Mengukur peningkatan atau penurunan dalam biaya produksi, waktu


produksi, dan hasil.

9. Analisis Faktor Penghambat dan Pendukung:


• Deskripsi: Menentukan faktor-faktor yang mendorong atau menghambat penerapan
teknologi.

• Penerapan: Identifikasi hambatan yang perlu diatasi dan faktor pendukung yang dapat
ditingkatkan.

10. Analisis Rantai Pasok:

• Deskripsi: Menganalisis dampak penerapan teknologi pada rantai pasok dan interaksi
dengan pemasok dan pelanggan.

• Penerapan: Menilai efisiensi dan efektivitas rantai pasok dalam konteks teknologi
baru.

Catatan Penting:

• Integrasi Metode: Gabungkan berbagai metode analisis untuk mendapatkan


pemahaman yang lebih komprehensif.

• Keterlibatan Pemilik Usaha: Pastikan pemilik usaha kecil terlibat aktif dalam
interpretasi hasil dan pengambilan keputusan.

Dengan menerapkan teknik-teknik ini, Anda dapat menyelidiki data dengan lebih mendalam
dan mendapatkan wawasan yang lebih kaya mengenai dampak penerapan teknologi produksi
makanan olahan pada usaha kecil.

DAFTAR RUJUKAN

1. Hafsah, M. Jafar. (2004) Upaya Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM).
Diakses pada tanggal 3 April 2013 pukul 22.15 WIB dari www.smecda.com.

2. Putra, S. (2017), Analisis Industri Pangan Sub Sektor Industri makanan Ringan Kue
Bangkit dan Bolu (dengan Menggunakan Strukture Conduct Performance / SCP). JOM
Fekon, Vol.4 No.1 (Februari) 2017.

3. Anggraeni, F.D., Hardjanto, I, &Hayat, A. (2013). Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) Melalui Fasilitasi Pihak Eksternal dan Potensi Internal. Studi kasus pada
kelompok usaha “Emping Jagung” di Kelurahan Pandanwangi Kecamatan Blimbing, Kota
Malang. Jurnal Administrasi Publik.
4. Ananda, A.D, & Susilowati, D. (2017). Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) Berbasis Industri Kreatif di Kota Malang. Jurnal Ilmu Ekonomi. Volume X. Jilid
X, hal 120-142.

5. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. 23rd ed. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai