BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tercermin pada peningkatan output perkapita, serta diikuti dengan daya beli
negara dapat mengubah kondisi perekonomian menjadi lebih baik dalam suatu
jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih
negara yang baru tumbuh, sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
telah diakui sebagai salah satu penopang perekonomian yang kuat bagi negara.
Biaya investasi untuk menciptakan satu unit pekerjaan pada sektor UMKM
kerja karena UMKM bersifat padat karya dan sesuai dengan tingkat
dapat juga dikatakan sebagai salah satu mesin penggerak perekonomian dengan
prioritas dalam pembangunan ekonomi Nasional. Hal ini, selain karena usaha
Pada tahun 2019, menurut Biro Pusat Statistik dan Kementerian Koperasi
dan UKM jumlah UMKM di Indonesia adalah 59.2 juta atau 99,99 % dari jumlah
3
unit usaha yang ada, terdiri dari usaha mikro dan kecil sebesar 98.67%, dan usaha
penyebaran terbesar di sektor pertanian sekitar 58%, dan sektor terkecil usaha
UMKM adalah sektor listrik, gas dan air bersih sekitar 0.02%. Dilihat dari aspek
lapangan kerja bagi sekitar 91,8 juta orang atau 97,3 % terhadap tenaga kerja di
Indonesia. Secara sektoral, jumlah tenaga kerja terbesar terserap oleh sektor
pertanian dengan pangsa 47,1%, dan sektor ekonomi terkecil dalam penyerapan
tenaga kerja adalah sektor listrik, gas dan air dengan pangsa sebesar 0,1%. Selain
dan terbatasnya akses UMKM kepada sumber daya produktif. Masalah SDM
kegiatan atau usaha, baik UMKM maupun usaha besar. Kondisi ini terjadi karena
tersebut. Keterbatasan yang hampir berlaku umum bagi UMKM ini terutama
produk, sehingga rendahnya kemampuan untuk menembus pasar baru bagi sektor
usaha tersebut.
4
permodalan dan teknologi. Selain itu, kendala lain yang dihadapi UMKM adalah
masalah finansial berupa kekurangan modal dan sulitnya akses untuk memperoleh
umumnya terjadi pada UMKM-UMKM pemula, yang belum memiliki izin usaha,
dengan sarana komunikasi dan transportasi yang ada. Perlu diakui bahwa sulitnya
Kendala teknologi ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain
lain pada UMKM seperti rendahnya tingkat pengembalian kredit UMKM/ Non
berkembang yang pada akhirnya mempengaruhi daya jual produk rendah serta
5
atau Non Performing Loan (NPL) khusus sektor UMKM diakibatkan pada oleh
2021 Bank Indonesia Provinsi Gorontalo, bahwa tahun 2021 triwulan III rasio
NPL Kredit perbankan UMKM masih tinggi sebesar 5.10% dengan pertumbuhan
133.91%. rasio tersebut terus mengalami peningkatan dari triwulan II 2021. Hal
tersebut dipengaruhi oleh kondisi ekonomi secara nasional akibat Pandemi Covid-
19, dimana faktor utama adalah rendahnya daya beli masyarakat terutama Sektor
Djohari (2013) semakin besar rasio non perfomorming loan maka akan semakin
buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin
besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan
fiskal dan bantuan stimulus yang mendukung pemulihan dunia usaha khusus
sektor UMKM.
binaan BI Gorontalo di tahun 2021 sebanyak 87 Jenis Usaha UMKM yang dan itu
Unggulan UMKM Binaan Bank Indonesia terdiri dari padi organik, Bawang
Merah organik, cabe rawit organik, olahan kelapa, sulaman karawo, eceng
gondok, Ayam petelur, Ayam pedaging, Meubel, Jagung, Olahan Makanan dan
Indonesia telah diberi ruang untuk akses ke perbankan dengan sistem pinjaman
7
kredit. Hal tersebut dilihat dari penigkatan nilai kredit UMKM binaan Bank
Tabel 1.1
Nilai Kredit UMKM pada perbankan dari tahun 2019-2021
(Nilai Kredit dalam Rp Miliar)
2019 kredit UMKM di perbankan mencapai Rp. 4.355 Milyar, tumbuh 9.73%
(yoy). Pertumbuhan tersebut stagnan pada tahun berikutnya sampai pada triwulan
III mengalami penurunan pertumbuhan sebesar -3.6 (yoy) dari tahun sebelumnya.
Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh kebijakan pembatasan sosial masa pandemi
covid-19 sampai pada triwulan II tahun 2021. Pada triwulan III tahun 2021
kembali mengalami pertumbuhan yang signifikan 2.59 (yoy), kredit mencapai Rp.
Nasional berupa memberikan keringanan suku bunga untuk Kredit Usaha Mikro,
dengan nominal Rp. 10-50 Juta mencapai 28,39% dari total kredit UMKM.
sekitar Rp. 10-50 juta. Secara spasial, kredit UMKM disalurkan kepada UMKM
Mei 2021)
Selain itu juga, penyaluran kredit program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Kredit KUR sebesar Rp. 108,03 Miliar kepada 8.018 debitur di Gorontalo. Secara
Rp. 51,20 Miliar kepada 2.396 debitur yang secara sektoral, penyaluran kredit
program PEN didominasi sektor perdagangan besar dan eceran sebesar Rp. 71,26
Miliar kepada 2.912 debitur dan disektor pertanian sebesar Rp. 51,67 Miliar
2021 meningkat seiring dengan kenaikan NPL menjadi 7.63% dari triwulan
NPL Kredit UMKM di dominasi oleh lapangan usaha konstruksi dengan nilai
sebesar Rp. 125,52 Milyar. NPL Kredit UMKM untuk lapangan usaha tersebut
mencapai 52.22% miliar. Selain itu, NPL Kredit UMKM juga di konstribusi oleh
lapangan usaha perdagangan dengan nilai penyaluran sebesar 60.45% dari total
6.95%. perbankan Gorontalo tetap perlu pruden dalam penyaluran kredit UMKM
Mei 2021)
10
2018 terjadi pada klasifikasi usaha kredit usaha menengah sebesar 5.5% (yoy)
sedangkan usaha kredit mikro dan kecil masing-masing sebesar 13.6% (yoy) dan
10.8% (yoy). Sehingga total kredit perbankan pada periode laporan sebesar 19.6%
turun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Selain itu, jika dilihat dari
sektor ekonomi, penyaluran kredit kepada usaha mikro, kecil dan menegah masih
di dominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran, industry pengolahan dan
pengembangan income UMKM perlu ada identifikasi secara empiris lebih lanjut.
Hal tersebut diperkuat dengan adanya beberapa riset gap antara peneliti satu
dengan peneliti yang lain, perbedaan pendapat antara peneliti secara garis besar
pemerintah dan kinerja keuangan. Maka, hasil penelitian pada variabel modal dan
Livia Tinneke Olly Kolanus dkk (2020), dengan judul penelitian adalah Faktor-
11
UKM Sektor Perdagangan di Kota Dempasar, dimana hasil penelitian adalah upah
dan modal secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah
penjualan. Jam kerja dan Pendidikan secara langsung berpengaruh positif tetapi
tidak signifikan terhadap jumlah penjualan. Upah, modal dan jumlah penjualan
positif tetapi tidak signifikan terhadap pendapatan. Upah dan modal secara tidak
di Kabupaten Batu Bara, dimana hasil penelitian adalah variabel modal kerja dan
usaha, jumlah jam kerja, tingkat Pendidikan dan daerah pemasaran tidak
kecil menengah (UKM). Sedangkan menurut Yuniarum Fatin Laili dkk (2020)
12
UMKM sentra batik di Kota Pekalongan, dimana hasil penelitian bahwa modal,
tenaga kerja, Pendidikan dan jam kerja berpengaruh positif dan signifikan tetapi
pendapatan UMKM telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti seperti Herry
Wira Wibawa dkk (2021), Livia Tinneke Olly Kolanus dkk (2020), Anak Agung
Ngurah Gede Maheswara dkk (2016), Rizky Aryetta (2013) dan Yuniarum Fatin
Laili dkk (2020). Maka, penelitian melakukan pengembangan dari penelitian yang
dilakukan oleh Livia Tinneke Olly kolanus dkk (2020), akan tetapi yang menjadi
pembeda dengan penelitian tersebut adalah penelitian ini fokus pada modal usaha
sebagai entry point ke dalam ekosistem ekonomi dan keuangan digital melalui
Oleh karena itu, judul penelitian yang saya angkat adalah Analisis
B. Rumusan Masalah
Dari hasil identifikasi sejalan dengan latar belakang yang telah disampaikan
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
diharapkan penulis :
a. Kegunaan Teoritis
pendapatan.
b. Kegunaan Praktis
1) Bagi mahasiswa
15
dihadapi dilapangan.
pendapatan.
3) Bagi Pemerintah