Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi sangat diperlukan oleh setiap negara, sebab

adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi menunjukan kesejahteraan yang

tercermin pada peningkatan output perkapita, serta diikuti dengan daya beli

masyarakat yang semakin meningkat. Melalui pertumbuhan ekonomi, sebuah

negara dapat mengubah kondisi perekonomian menjadi lebih baik dalam suatu

periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan bertumbuhnya sektor

ekonomi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan pertumbuhan

nasional. Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas

jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih

besar dari tahun sebelumnya.

Dalam struktur perekonomian banyak negara baik negara maju maupun

negara yang baru tumbuh, sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)

telah diakui sebagai salah satu penopang perekonomian yang kuat bagi negara.

Biaya investasi untuk menciptakan satu unit pekerjaan pada sektor UMKM

relative rendah, sehingga sebagai pelaku ekonomi, disektor formal maupun


2

informal, UMKM berhasil mencerminkan dan memwakili kehidupan sosial

ekonomi masyarakat setempat serta dapat lebih efektif menciptakan lapangan

kerja karena UMKM bersifat padat karya dan sesuai dengan tingkat

kemampuan/keterampilan yang dimiliki masyarakat. Disamping itu, UMKM

dapat juga dikatakan sebagai salah satu mesin penggerak perekonomian dengan

produk-produk ekspor nonmigas yang cukup inovatif.

Di Indonesia, UMKM selama ini berperan sebagai sumber penciptaan

lapangan kerja pendorong utama roda perekonomian di pedesaan, yang banyak

memberikan andil dalam mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan.

Pengalaman menunjukan bahwa ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi pada

pertengahan tahun 1997, UMKM dengan beberapa kelebihannya tersebut dapat

bertahan terhadap goncangan krisis ekonomi dan tetap menunjukkan eksistensinya

di dalam perekonomian. (Miranda S. Goeltom ,2005).

Berdasarkan hal tersebut, upaya pengembangan UMKM telah menjadi

prioritas dalam pembangunan ekonomi Nasional. Hal ini, selain karena usaha

tersebut merupakan tulang punggung sistem ekonomi kerakyatan, yang tidak

hanya di tujukan untuk mengurangi masalah kesenjangan antar golongan,

pendapatan dan antar pelaku usaha ataupun pengetasan kemiskinan dan

penyerapan tenaga kerja. Lebih dari itu, pengembangannya mampu memperluas

basis ekonomi dan dapat memberikan konstribusi yang signifikan dalam

mempercepat peningkatan ekonomi daerah dan ketahanan ekonomi nasional.

Pada tahun 2019, menurut Biro Pusat Statistik dan Kementerian Koperasi

dan UKM jumlah UMKM di Indonesia adalah 59.2 juta atau 99,99 % dari jumlah
3

unit usaha yang ada, terdiri dari usaha mikro dan kecil sebesar 98.67%, dan usaha

menengah sebanyak 0,24%, yang menyebar di seluruh sektor ekonomi, dengan

penyebaran terbesar di sektor pertanian sekitar 58%, dan sektor terkecil usaha

UMKM adalah sektor listrik, gas dan air bersih sekitar 0.02%. Dilihat dari aspek

penyerapan tenaga kerja, menurut lembaga tersebut, UMKM memberikan

lapangan kerja bagi sekitar 91,8 juta orang atau 97,3 % terhadap tenaga kerja di

Indonesia. Secara sektoral, jumlah tenaga kerja terbesar terserap oleh sektor

pertanian dengan pangsa 47,1%, dan sektor ekonomi terkecil dalam penyerapan

tenaga kerja adalah sektor listrik, gas dan air dengan pangsa sebesar 0,1%. Selain

itu, UMKM Memberikan konstribusi PDB sebesar 61.07%.(Kemenkopukm,2019)

Meskipun memiliki berbagai keunggulan, Menurut Abdul azis dkk

(2009), bahwa berbagai permasalahan yang dihadapi UMKM yaitu rendahnya

kemampuan pengelola usaha terutama disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM

dan terbatasnya akses UMKM kepada sumber daya produktif. Masalah SDM

merupakan faktor kritikal yang paling menetukan keberhasilan dalam berbagai

kegiatan atau usaha, baik UMKM maupun usaha besar. Kondisi ini terjadi karena

rendahnya tingkat Pendidikan, pengetahuan dn pengalaman dalam sektor usaha

tersebut. Keterbatasan yang hampir berlaku umum bagi UMKM ini terutama

menonjol pada aspek kompetensi kewirausahaan, manajemen, teknik produksi,

perencanaan, pengawasan kualitas dan pengembangan produk, akuntansi, dan

tehnik pemasaran. Keterbatasan sumber daya manusia menurunkan kualitas

produk, sehingga rendahnya kemampuan untuk menembus pasar baru bagi sektor

usaha tersebut.
4

Permasalahan kedua, yang Sebagian besar dihadapi oleh UMKM adalah

adanya keterbatasan akses kepada sumber daya produktif, terutama pemasaran,

permodalan dan teknologi. Selain itu, kendala lain yang dihadapi UMKM adalah

masalah finansial berupa kekurangan modal dan sulitnya akses untuk memperoleh

permodalan dari Lembaga, keuangan terutama perbankan. Permasalahan ini

umumnya terjadi pada UMKM-UMKM pemula, yang belum memiliki izin usaha,

berlokasi di daerah-daerha pedalaman, dengan kondisi infrastruktur yang relatif

kurang memadai, sehingga sulit dijangkau oleh Lembaga-lembaga keuangan

dengan sarana komunikasi dan transportasi yang ada. Perlu diakui bahwa sulitnya

memperoleh bantuan dari dari pihak perbankan karena adanya sejumlah

persyaratan yang sulit dipenuhi oleh UMKM.

Keterbatasan lainnya dari UMKM yang tidak kalah pentingnya adalah

keterbatasan teknologi, khususnya ditemukan pada usaha mikro dan kecil.

Kendala teknologi ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain

keterbatasan modal untuk membeli mesin-mesin baru guna memperbaiki atau

menyempurnakan proses produksi, keterbatasan informasi tentang perkembangan

teknologi atau alat-alat produksi baru, serta keterbatasan SDM dalam

mengoperasikan mesin-mesin atau alat-alat teknologi informasi baru sehingga

sulit untuk dilakukan inovasi-inovasi dalam produk maupun proses produksi.

Sehingga, akibat dari rendahnya pendapatan maka menimbulkan dampak

lain pada UMKM seperti rendahnya tingkat pengembalian kredit UMKM/ Non

Performing Loan (NPL) di perbankan, operasional dan produksi tidak

berkembang yang pada akhirnya mempengaruhi daya jual produk rendah serta
5

UMKM tidak mampu bersaing sehingga terancam bangkrut. Menurut penelitian

Miranda Rachmawati (2013), bahwa pendapatan sangat berpengaruh dominan

terhadap tingkat pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kredit bermasalah

atau Non Performing Loan (NPL) khusus sektor UMKM diakibatkan pada oleh

ketidaklancaran nasabah dalam melakukan pembayaran pada suatu bank (Kasmir,

2016). Berdasarkan data Indikator statistik ekonomi dan keuangan September

2021 Bank Indonesia Provinsi Gorontalo, bahwa tahun 2021 triwulan III rasio

NPL Kredit perbankan UMKM masih tinggi sebesar 5.10% dengan pertumbuhan

133.91%. rasio tersebut terus mengalami peningkatan dari triwulan II 2021. Hal

tersebut dipengaruhi oleh kondisi ekonomi secara nasional akibat Pandemi Covid-

19, dimana faktor utama adalah rendahnya daya beli masyarakat terutama Sektor

UMKM. (Laporan Perekonomian Gorontalo, September 2021). Menurut Johnny

Djohari (2013) semakin besar rasio non perfomorming loan maka akan semakin

buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin

besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan

operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba yang diperoleh

bank. Hal tersebut akan mengalami perbaikan seiring di keluarkan kebijakan

fiskal dan bantuan stimulus yang mendukung pemulihan dunia usaha khusus

sektor UMKM.

Kehadiran berbagai kementerian/Lembaga melakukan berbagai program

untuk mendukung pengembangan UMKM, tak terkecuali Bank Indonesia (BI).

Keterlibatan Bank Indonesia dalam pengembangan UMKM adalah untuk

mendukung kebijakan stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan dan


6

mendorong kelancaran sistem pembayaran. Berbagai kebijakan yang terus

diperkuat untuk pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

yang memiliki peran strategis terhadap perekonomian melalui pilar korporatisasi,

kapasitas dan pembiayaan sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi yang kuat

dan inklusif. Penguatan korporatisasi dilakukan untuk meningkatkan skala

ekonomi melalui pembentukan kelompok UMKM dengan penguatan aspek

kelembagaan dan legalitas usaha. Peningkatan kapasitas bertujuan meningkatkan

produktivitas UMKM, termasuk melalui penerapan inovasi dan digitalisasi yang

dapat mendorong daya usaha UMKM sedangkan perluasan akses pembiayaan

dilakukan untuk mempertemukan UMKM dengan berbagai alternatif sumber

permodalan formal sesuai dengan kebutuhan usaha (Perry Warjiyo, 2021)

Saat ini Bank Indonesia Provinsi Gorontalo telah mengimplementasi

pilar kebijakan Bank Indonesia dalam pengembangan UMKM. Dimana, UMKM

binaan BI Gorontalo di tahun 2021 sebanyak 87 Jenis Usaha UMKM yang dan itu

akan terus mengalami peningkatan. Kluster Komoditas Ketahanan Pangan dan

Unggulan UMKM Binaan Bank Indonesia terdiri dari padi organik, Bawang

Merah organik, cabe rawit organik, olahan kelapa, sulaman karawo, eceng

gondok, Ayam petelur, Ayam pedaging, Meubel, Jagung, Olahan Makanan dan

pariwisata Kluster tersebut tersebar seluruh provinsi Gorontalo. (Laporan

Perekonomian Gorontalo, Mei 2021).

Sedangkan untuk perkembangan akses keuangan, UMKM binaan Bank

Indonesia telah diberi ruang untuk akses ke perbankan dengan sistem pinjaman
7

kredit. Hal tersebut dilihat dari penigkatan nilai kredit UMKM binaan Bank

Indonesia di provinsi Gorontalo yang disajikan pada tabel 1.1

Tabel 1.1
Nilai Kredit UMKM pada perbankan dari tahun 2019-2021
(Nilai Kredit dalam Rp Miliar)

Nilai Kredit Growth


Tahun Bulan
(Rp miliar) Yoy (%) mtm (%)
Okt 4,378 10.37% 0.53%
2019 Nov 4,389 10.67% 0.24%
Des 4,300 8.15% -2.02%
Jan 4.423 10.95% 2.86%
Feb 4.485 10.85% 1.41%
Mar 4.480 9.65% -0.11%
Apr 4.432 8.91% -1.08%
Mei 4.313 3.04% -2.67%
Jun 4.232 2.97% -1.89%
2020
Jul 4.238 1.14% 0.14%
Ags 4.233 -10.36% -0.11%
Sep 4.285 -1.60% 1.24%
Okt 4.261 -2.68% -0.58%
Nov 4.252 -3.11% -0.20%
Des 4.224 -1.77% -0.67%
Jan 4.147 -6.25% -1.83%
Feb 4.350 -3.02% 4.90%
Mar 4.375 2.35% 0.57%
Apr 4.277 -3.49% -2.24%
2021
Mei 4.218 -2.21% -1.38%
Jun 4.223 -0.22% 0.11%
Jul 4.227 -0.26% 0.10%
Ags 4.464 5.45% 5.61%
8

Sumber : LBU Bank Indonesia, berdasarkan lokasi proyek

Pertumbuhan UMKM berdasarkan Kredit perbankan cukup fluktuatif dan

cenderung mengalami peningkatan pada periode tertentu. Pada triwulan IV tahun

2019 kredit UMKM di perbankan mencapai Rp. 4.355 Milyar, tumbuh 9.73%

(yoy). Pertumbuhan tersebut stagnan pada tahun berikutnya sampai pada triwulan

III mengalami penurunan pertumbuhan sebesar -3.6 (yoy) dari tahun sebelumnya.

Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh kebijakan pembatasan sosial masa pandemi

covid-19 sampai pada triwulan II tahun 2021. Pada triwulan III tahun 2021

kembali mengalami pertumbuhan yang signifikan 2.59 (yoy), kredit mencapai Rp.

4.34 milyar. Hal tersebut didukung kebijakan stimulus pemulihan ekonomi

Nasional berupa memberikan keringanan suku bunga untuk Kredit Usaha Mikro,

kecil dan menegah. (Laporan Perekonomian Gorontalo, Mei 2021)

Berdasarkan level UMKM, Kredit UMKM Gorontalo mayoritas

disalurkan kepada UMKM Level mikro. Pangsa penyaluran kredit UMKM

dengan nominal Rp. 10-50 Juta mencapai 28,39% dari total kredit UMKM.

Penyaluran kredit UMKM mikro tersebut terutama untuk lapangan usaha

pertanian, khususnya untuk memenuhi kebutuhan permodalan musim tanam

sekitar Rp. 10-50 juta. Secara spasial, kredit UMKM disalurkan kepada UMKM

yang berlokasi di kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo dengan pangsa


9

masing-masing sebesar 49,59% dan 35,83%.(Laporan Perekonomian Gorontalo,

Mei 2021)

Selain itu juga, penyaluran kredit program Kredit Usaha Rakyat (KUR)

untuk menjaga ketahanan sektor UMKM dalam menghadapi pandemic. Dimana

pada triwulan I 2021 pemerintah Indonesia melalui perbankan telah menyalurkan

Kredit KUR sebesar Rp. 108,03 Miliar kepada 8.018 debitur di Gorontalo. Secara

spasial, Kredit KUR di dominasi penyalurannya ke Kabupaten Gorontalo sebesar

Rp. 51,20 Miliar kepada 2.396 debitur yang secara sektoral, penyaluran kredit

program PEN didominasi sektor perdagangan besar dan eceran sebesar Rp. 71,26

Miliar kepada 2.912 debitur dan disektor pertanian sebesar Rp. 51,67 Miliar

kepada 2.544 Debitur. (Laporan Perekonomian Gorontalo, Mei 2021).

Sejalan dengan itu, kerentanan sektor UMKM Gorontalo pada triwulan I

2021 meningkat seiring dengan kenaikan NPL menjadi 7.63% dari triwulan

sebelumnya sebesar 6.44% di atas threshould 5%. Berdasarkan lapangan usaha,

NPL Kredit UMKM di dominasi oleh lapangan usaha konstruksi dengan nilai

sebesar Rp. 125,52 Milyar. NPL Kredit UMKM untuk lapangan usaha tersebut

mencapai 52.22% miliar. Selain itu, NPL Kredit UMKM juga di konstribusi oleh

lapangan usaha perdagangan dengan nilai penyaluran sebesar 60.45% dari total

kredit UMKM, NPL kredit UMKM ke lapangan usaha perdagangan mencapai

6.95%. perbankan Gorontalo tetap perlu pruden dalam penyaluran kredit UMKM

khususnya pada lapangan usaha perdagangan dan konstruksi, untuk mencegah

meningkatnya kerentanan sektor UMKM. (Laporan Perekonomian Gorontalo,

Mei 2021)
10

Sedangkan secara Nasional, berdasarkan laporan Departemen

Pengembangan UMKM BI Tahun 2019 , perlambatan kredit pada Triwulan III

2018 terjadi pada klasifikasi usaha kredit usaha menengah sebesar 5.5% (yoy)

sedangkan usaha kredit mikro dan kecil masing-masing sebesar 13.6% (yoy) dan

10.8% (yoy). Sehingga total kredit perbankan pada periode laporan sebesar 19.6%

turun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Selain itu, jika dilihat dari

sektor ekonomi, penyaluran kredit kepada usaha mikro, kecil dan menegah masih

di dominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran, industry pengolahan dan

sektor pertanian, perburuan dan kehutanan masing-masing sebesar 51.3%, 9.7%

dan 9.1%. (DPUMKM BI, 2019).

Untuk menganilisis pengaruh kuat permasalahan UMKM terhadap

pengembangan income UMKM perlu ada identifikasi secara empiris lebih lanjut.

Hal tersebut diperkuat dengan adanya beberapa riset gap antara peneliti satu

dengan peneliti yang lain, perbedaan pendapat antara peneliti secara garis besar

dapat dipaparkan seperti keterangan dibawah ini,

Menurut Herry Wira Wibawa dkk (2021), dalam penelitiannya tentang

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan UMKM, dimana variabel

yang diteliti adalah modal, sumber daya manusia, kemitraan, kebijakan

pemerintah dan kinerja keuangan. Maka, hasil penelitian pada variabel modal dan

kebijakan pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keunagan

UMKM, sedangkan variabel kemitraan dan sumber daya manusia berpengaruh

signifikan terhadap kinerja keuangan UMKM. Penelitian yang dilakukan oleh

Livia Tinneke Olly Kolanus dkk (2020), dengan judul penelitian adalah Faktor-
11

Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Mikro Kecil (UMK) di Kota

Manado, dengan hasil penelitian menunjukan bahwa modal berpengaruh positif

dan signifikan terhadap pendapatan. Lokasi usaha berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pendapatan, pelatihan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pendapatan dan promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pendapatan para pelaku usaha mikro kecil (UMK) di kota Manado.

Menurut Anak Agung Ngurah Gede Maheswara dkk (2016), dalam

penelitiannya tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

UKM Sektor Perdagangan di Kota Dempasar, dimana hasil penelitian adalah upah

dan modal secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah

penjualan. Jam kerja dan Pendidikan secara langsung berpengaruh positif tetapi

tidak signifikan terhadap jumlah penjualan. Upah, modal dan jumlah penjualan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan. Jam kerja berpengaruh

positif tetapi tidak signifikan terhadap pendapatan. Upah dan modal secara tidak

langsung berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Jam kerja dan Pendidikan

secara tidak langsung berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan.

Menurut Rizky Aryetta (2013) dalam penelitiannya tentang Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Kecil Menengah (UKM)

di Kabupaten Batu Bara, dimana hasil penelitian adalah variabel modal kerja dan

lama usaha secara signifikan berpengaruh terhadap pendapatan, sementara modal

usaha, jumlah jam kerja, tingkat Pendidikan dan daerah pemasaran tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan yang diterima oleh pengusaha

kecil menengah (UKM). Sedangkan menurut Yuniarum Fatin Laili dkk (2020)
12

penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi pendapatan

UMKM sentra batik di Kota Pekalongan, dimana hasil penelitian bahwa modal,

tenaga kerja, Pendidikan dan jam kerja berpengaruh positif dan signifikan tetapi

variabel dominan yang berpengaruh terhadap pendapatan UMKM Sentra batik di

Kota Pekalongan adalam Modal.

Berbagai penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

pendapatan UMKM telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti seperti Herry

Wira Wibawa dkk (2021), Livia Tinneke Olly Kolanus dkk (2020), Anak Agung

Ngurah Gede Maheswara dkk (2016), Rizky Aryetta (2013) dan Yuniarum Fatin

Laili dkk (2020). Maka, penelitian melakukan pengembangan dari penelitian yang

dilakukan oleh Livia Tinneke Olly kolanus dkk (2020), akan tetapi yang menjadi

pembeda dengan penelitian tersebut adalah penelitian ini fokus pada modal usaha

melalui kredit perbankan dan Teknologi sebagai digitalisasi agar dapat

meningkatkan produktivitas dan efisiensi UMKM, memperluas akses pemasaran

UMKM baik nasional maupun global, dan mempermudah transaksi UMKM

sebagai entry point ke dalam ekosistem ekonomi dan keuangan digital melalui

perluasan adopsi QRIS.

Oleh karena itu, judul penelitian yang saya angkat adalah Analisis

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan UMKM Binaan Bank Indonesia di

Provinsi Gorontalo. Dengan variabel independent adalah Modal Usaha, Kredit

Perbankan, Teknologi, Pelatihan dan Promosi sedangkan variabel Dependent

adalah Pendapatan. Adapun wilayah binaan UMKM Bank Indonesia Provinsi

Gorontalo mencakup kabupaten/kota di Gorontalo.


13

B. Rumusan Masalah

Dari hasil identifikasi sejalan dengan latar belakang yang telah disampaikan

sebelumnya maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah modal berpengaruh positif dan Signifikan terhadap pendapatan

UMKM Binaan Bank Indonesia di Provinsi Gorontalo?

2. Apakah Teknologi berpengaruh positif dan Signifikan terhadap

pendapatan UMKM Binaan Bank Indonesia di Provinsi Gorontalo?

3. Apakah pelatihan berpengaruh positif dan Signifikan terhadap

pendapatan UMKM Binaan Bank Indonesia di Provinsi Gorontalo?

4. Apakah promosi berpengaruh positif dan Signifikan terhadap

pendapatan UMKM Binaan Bank Indonesia di Provinsi Gorontalo?

5. Apakah modal usaha, teknologi, pelatihan dan promosi secara simultan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan UMKM

Binaan Bank Indonesia di Provinsi Gorontalo?

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari

penelitian ini adalah :


14

a. Mengetahui pengaruh Modal Usaha terhadap pendapatan

UMKM Binaan Bank Indonesia di Provinsi Gorontalo.

b. Mengetahui pengaruh teknologi terhadap pendapatan UMKM

Binaan Bank Indonesia di Provinsi Gorontalo.

c. Mengetahui pengaruh pelatihan terhadap pendapatan UMKM

Binaan Bank Indonesia di Provinsi Gorontalo.

d. Mengetahui pengaruh promosi terhadap pendapatan UMKM

Binaan Bank Indonesia di Provinsi Gorontalo

e. Mengetahui pengaruh Modal Usaha, teknologi, pelatihan dan

promosi secara simultan terhadap pendapatan UMKM Binaan

Bank Indonesia di Provinsi Gorontalo.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik

secara teoritis maupun secara empiris. Berikut manfaat yang

diharapkan penulis :

a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini dapat menambahkan literatur atau kajian

teoritis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

pendapatn UMKM serta membuka kemungkinan untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut tentang permasalahan

pendapatan.

b. Kegunaan Praktis

1) Bagi mahasiswa
15

- Sebagai wahana pelatihan menerapkan ilmu yang

diperoleh selama kuliah dengan kenyataan yang

dihadapi dilapangan.

- Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan

pengetahun yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi

pendapatan.

- Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Manajemen Universitas Gorontalo.

2) Bagi Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo.

Sebagai masukkan dalam pendampingan UMKM

binaan sehingga menjadi lebih baik baik dari segi

inovasi kreatif maupun terkait akses pembiayaan yang

lebih fleksibel dan akuntabel.

3) Bagi Pemerintah

Menjadi masukkan dan bahan pembuatan kebijakan

dalam perencanaan peningkatan pendapatan UMKM

diluar binaan Bank Indonesia sehingga bisa

meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha dan

menciptakan lapangan kerja baru.

4) Bagi Pembaca dan Masyarakat Umum

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumber

informasi data sekunder bagi seseorang peneliti lain


16

dan memberikan masukkan berharga bagi masyarakat

dan dapat menjadi rujukan penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai