PENDAHULUAN
Adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi suatu perusahaan karena
dengan adanya modal kerja yang cukup itu memungkinkan bagi perusahaan untuk
beropersi dengan seekonomis mungkin dan perusahaan tidak mengalami kesulitan atau
menghadapi bahaya-bahaya yang mungkin timbul karena adanya krisis atau kekacauan
keuangan. Investasi dalam aset lancar seringkali mengalami perubahan dan cenderung
labil, sedangkan aset lancar adalah modal kerja perusahaan, artinya perubahan tersebut
akan berpengaruh terhadap modal kerja. Adanya modal kerja yang berlebihan
menunjukkan adanya dana yang tidak produktif, dan hal ini akan menimbulkan
kerugian bagi perusahaan karena adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan
telah disia-siakan. Sebaliknya adanya ketidakcukupan maupun mis management dalam
modal kerja merupakan sebab utama kegagalan suatu perusahaan.
Salah satu perusahaan yang bergerak cukup lama di bidang otomotif adalah PT.
Astra International Tbk, dimana perusahaan ini telah hadir di Indonesia selama lebih
dari 60 tahun. PT. Astra International, Tbk (“Perseroan”) didirikan pada tahun 1957
dengan nama PT Astra International Incorporated. Pada tahun 1990, Perseroan
mengubah namanya menjadi PT Astra International Tbk. Perseroan didirikan dengan
Akta Notaris Sie Khwan Djioe No. 67 tanggal 20 Februari 1957 dan disahkan oleh
Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. J.A.5/53/5 tanggal
1 Juli 1957
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah pokok
adalah :
1. Bagaimana analisis manajemen modal kerja pada PT. Astra International Tbk
1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui bagaimana analisis manajemen modal kerja pada PT. Astra
International Tbk.
2
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Menurut Houston & Brigham (2006), Modal kerja adalah suatu investasi perusahaan
didalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat-surat berharga), piutang
dagang dan persediaan.
Menurut Bambang Riyanto (2004), modal kerja merupakan modal yang digunakan
untuk membelanjai atau membiayai usaha sehari-hari atau diharapkan akan kembali
dalam waktu yang pendek melalui penjualan barang-barang atau produksinya, maka
uang atau dana tersebut akan terus menerus berputar setiap priodenya selama hidup
perusahaan.
2) Konsep Kualitatif
Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-
benar dapat digunakan untuk membiayai operasinya perusahaan tanpa
menganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas
hutang lancar. Modal kerja bersih (Net Working Capital) dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Modal kerja Bersih = Total Aktiva Lancar – Total Hutang Lancar
3) Konsep Fungsional
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan
(Income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan adalah
dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagain dana yang
3
digunakan dalam suatu periode accounting tertentu yang seluruhnya langsung
menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut (Current Income) dan ada
sebagian dana lain yang juga digunakan selama periode tersebut tetapi tidak
seluruhnya digunakan untuk mengahasilkan Current Income.
Jenis-jenis modal kerja menurut Riyanto (2004) adalah sebagai berikut :
1) Modal kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan
fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus
diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent Working Capital ini dapat
diberdakan dalam :
a) Modal kerja primer (Primary Working Capital), yaitu jumlah modal kerja
minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas
usahanya.
b) Modal kerja Normal (Normal Working Capital), Yaitu jumlah modal kerja
yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.
4
Perusahaan dapat mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik
perusahaan untuk menambahkan modalnya. Dan mengeluarkan obligasi atau bentuk
hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya.
Menurut Munawir (2004), penggunaan atau pemakaian modal kerja akan menyebabkan
perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh
perusahaan. Penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja yaitu:
1. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan maliputi pembayaran
upah, pembelian bahan atau barang dagangan, dan pembayaran biaya-biaya lainnya.
2. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat
berharga atau efek serta kerugian yang lainnya.
3. Adanya pembentukan dana atau pemisah aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu
dalam jangka panjang misalnya dana pelunasan obligasi, dana pensiunan pegawai,
ekspansi dan dana-dana lainnya.
4. Adanya pembelian atau penambahan aktiva tetap dan investasi jangka panjang.
5. Pembayaran hutang jangka panjang meliputi hipotik, hutang obligasi dan hutang
jangka panjang lainnya.
6. Pengambilan uang barang dan dagangan oleh pemilik untuk kepentingan pribadi
atau pengambilan keuntungan pada perusahaan perorangan dan persekutuan atau
pembayaran dividen dalam perseroan terbatas.
A. PERPUTARAN KAS
Menurut Riyanto (2004), kas merupakan aktiva paling likuid atau merupakan salah
satu unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya yang berarti bahwa
semakin besar jumlah kas yang dimiliki suatu perusahaan akan semakin tinggi
pula tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai risiko
yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Tetapi ini
tidak berarti bahwa perusahaan harus mempertahankan persediaan kas yang
sangat besar, karena semakin besar kas akan menyebabkan banyaknya uang
menganggur sehingga akan memperkecil keuntungan. Tetapi suatu perusahaan
yang hanya mengejar keuntungan tanpa memperhatikan likuiditasnya, maka
perusahaan tersebut akan dalam keadaan likuid jika sewaktu-waktu ada tagihan.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kas sangat berperan dalam
menentukan kelancaran kegiatan perusahaan, oleh karena itu kas harus
direncanakan dan di awasi dengan baik dari segi penerimaan dan
pengeluarannya. Untuk menghitung perputaran kas dapat digunakan rumus
sebagai berikut :
Perputaran kas = Penjualan bersih / Rata - rata kas
5
Semakin tinggi perputaran kas ini akan semakin baik. Karena ini berarti
semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya.
B. PERPUTARAN PERSEDIAAN
Menurut Riyanto (2004), Inventory atau persediaan sebagai elemen yang utama
dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar,
dimana secar terus- menerus mengalami perubahan. Masalah investasi dalam
inventory merupakan masalah pembelanjaan aktif, seperti halnya investasi dalam
aktiva-aktiva lainnya. Masalah penentuan besar investasi atau alokasi
modal dalam inventory mempunyai efek yang langsung terhadap
keuntungan perusahaan. Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar
dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga,
memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan gudang, kemungkinan
kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, sehingga semuanya ini akan
memperkecil keuntungan perusahaan.
C. PERPUTARAN PIUTANG
Menurut Soemarso (2004), setiap pemimpin perusahaan selalu
menginginkan penjualan barang dagangannya dibayar secara tunai. Namun, dilain
pihak penjualan secara kredit justru akan memberi peluang untuk perluasan
pasar sehingga dapat menambah laba usaha, meski hal ini bukan tanpa resiko.
6
bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah semakin rendah.
Perputaran piutang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Perputaran Piutang = Penjualan Kredit/ Rata - rata Piutang
2.6 PROFITABILITAS
Menurut Tobing dan Talankky (2004), profitabilitas adalah kemampuan memperoleh
laba, kemampuan persero untuk memperoleh laba dan potensi untuk memperoleh
penghasilan pada masa yang akan datang yang dapat diukur dengan Return On
Equity (ROE) dan Return On Assets (ROA).
Laba kotor (gross profit) adalah penjualan bersih (net sales) dikurangi
dengan harga pokok penjualan. Penjualan bersih (net sales) adalah total
penjualan bersih selama satu tahun.
2) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) Margin laba bersih (net profit
margin) berfungsi untuk mengukur tingkat pengembalian keuntungan
bersih terhadap penjualan bersihnya dirumuskan sebagai berikut:
Margin Laba Bersih= Laba Bersih Setelah Pajak/ Penjualan Bersih
Nilai margin laba bersih berada di antara nol dan satu. Semakin besar
mendekati satu, maka berarti semakin efesien biaya yang dikeluarkan dan
semakin besar pula tingkat kembalian keuntungan bersih.
7
memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.
Menurut Sartono (2011), Return On Equity (ROE) dapat diketahui dengan
perhitungan sebagai berikut:
Return On Equity = Laba Setelah Pajak/ Modal Sendiri x 100%
8
BAB III
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
9
Tabel 3.1 Modal Kerja PT Astra International Tbk Tahun 2019 & 2018 (Dalam Jutaan
Rupiah)
NO Uraian Tahun Naik Turun
2019 2018
A Total Aset Lancar 129.058 131.180 2.122
1 Kas dan Setara Kas 24.730 25.784 1.054
2 Piutang Usaha 70.602 69.984 618
3 Persediaan 24.287 26.505 2.218
4 Aset Lancar Lainnya 9.439 8.907 532
B Total Kewajiban Lancar 99.962 116.467 16.505
1 Pinjaman Jangka Pendek 15.427 19.588 4.161
2 Utang Usaha 30.087 41.881 11.794
3 Kewajiban Jangka Pendek 54.448 54.998 550
Lainnya
Modal Kerja Bersih 29.096 14.713 14.383
Sumber: Laporan Keuangan PT. Astra International Tbk.
Menurut Kasmir (2013:249) dalam Sirait (2018), dana sebagai modal kerja merupakan
dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan, terutama yang
memiliki jangka waktu pendek. Sebagai modal kerja diartikan seluruh aktiva lancar
atau setelah dikurangi dengan utang lancar.
Wiyono dan Kusuma (2017), modal kerja dapat diklasifikasikan menjadi empat
pengertian, yakni:
1) Modal Kerja Bruto (Gross Working Capital)
Tabel 3.2 Modal Kerja Bruto PT. Astra International Tbk (Dalam Jutaan
Rupiah)
Uraian 2019 2018 Naik Turun
Aset Lancar 129.058 131.180 2.122
129.058 131.180 2.122
Tabel 3.2 di atas menunjukkan bahwa modal kerja bruto PT. Astra International
Tbk pada tahun 2019 Rp. 129.058.000.000,- sedangkan pada tahun 2018 Rp.
131.180.000.000,-.
Tabel 3.3. di atas menunjukkan bahwa modal kerja neto PT. Astra International
Tbk pada tahun 2019 Rp. 29.096.000.000,- sedangkan pada tahun 2018 Rp.
14.713.000.000,-.
10
3) Modal Kerja Fungsional
Tabel 3.4 Modal Kerja Fungsional PT. Astra International Tbk (Dalam Jutaan
Rupiah)
Uraian 2019 2018 Naik Turun
Kas dan setara kas 24.730 25.784 1.054
Persediaan 24.287 26.505 2.218
Harga Pokok Penjualan 186.927 188.436 1.509
Penyusutan 13.452 9.422 4.030
249.396 250.147 751
Tabel 3.4. di atas menunjukkan bahwa modal kerja fungsional PT. Astra
International Tbk pada tahun 2019 adalah sebesar Rp. 249.396.000.000,-
sedangkan pada tahun 2018 Rp. 250.147.000.000,-.
Pada Tabel 3.5 di atas dapat dilihat bahwa modal kerja potensial PT. Astra
International Tbk pada tahun 2019 adalah sebesar Rp. 18.050.000.000,-
sedangkan pada tahun 2018 Rp. 18.087.000.000,-.
3.1.2 ANALISIS SIKLUS KONVERSI KAS
Wiyono dan Kusuma (2017), Siklus konversi kas adalah jangka waktu sejak
menjadi persediaan barang yang dijual menjadi piutang usaha dari penjualan
barang sampai dengan tertagih menjadi kas kembali. Sebelum menghitung
siklus konversi kas maka terlebih dahulu dilakukan perhitungan mengenai
periode konversi persediaan, periode konversi piutang, dan periode
penangguhan hutang. Pada Tabel 3.1.1.5. di bawah ini ditampilkan akun-akun
yang berkaitan dengan perhitungan siklus konversi kas, yang juga dapat
membantu di dalam menghitung periode konversi persediaan, periode konversi
piutang dan peride penangguhan piutang.
Tabel 3.6 Akun Untuk Perhitungan Siklus Konversi Kas PT. Astra International
Tbk (Dalam Jutaan Rupiah)
Akun Tahun Rerata
2019 2018
Persediaan 24.287 26.505 25.396
Piutang Usaha 70.602 69.984 70.293
Hutang Usaha 30.087 41.881 35.984
Penjualan 237.166 239.205 238.185
Harga Pokok Penjualan 186.927 188.436 187.681
11
Sumber: Laporan Keuangan PT. Astra International Tbk.
70.293
Periode Konversi Piutang (PKPu) = = 106
238.185/360
Hutang Usaha
Periode Penangguhan Hutang Usaha (PPU) =
Pembelian /360
35.984
Periode Penangguhan Hutang Usaha (PPU) = = 69
187.681/360
12
Penundaan Kas Masuk (+) 146
3 Periode Penangguhan Hutang Usaha (-) 69
Penundaan Bersih 77
Tabel 3.8 Laba Bersih Terhadap Return On Invesment (ROI) PT. Astra
International Tbk
Tahun Laba Bersih Total Aktiva Return On
Setelah EAT Invesment (ROI)
2019 237.166 351.958 67.38 %
2018 239.205 344.711 69.39 %
3.2 PEMBAHASAN
Modal kerja bruto PT. Astra International Tbk pada tahun 2019 sebesar Rp.
129.058.000.000, atau turun sebesar Rp. 2.122.000.000,- bila dibandingkan pada tahun
sebelumnya (2018) yakni sebesar Rp. 131.180.000.000. Sedangkan modal kerja neto
yang sebelumnya pada tahun 2018 Rp. 14.713.000.000, menjadi Rp. 29.096.000.000
pada tahun 2019, naik Rp. 14.383.000.000.
Untuk modal kerja fungsional PT. Astra International Tbk pada tahun 2019 yakni
sebesar Rp. 249.396.000.000, dan pada tahun 2018 Rp. 250.147.000.000, terjadi
penurunan modal kerja fungsional sebasar Rp. 751.000.000. Penurunan juga terjadi
pada modal kerja potensial PT. Astra International Tbk, yakni pada tahun 2018 Rp.
13
18.087.000.000, dan pada tahun 2019 sebesar Rp. 18.050.000.000, turun Rp.
37.000.000.
Selanjutnya mengenai siklus konversi kas serta hal-hal lainnya yang terkait dengan
siklus konversi kas tersebut, setelah dilakukan perhitungan, maka hasilnya adalah
sebagai berikut: periode konversi persediaan (inventory conversion period) / PKPr = 40
hari, periode konversi piutang (receivables conversion period) / PKPu = 106 hari, dan
periode penangguhan utang usaha (payables deferral period) / PPU = 69 hari, yang pada
akhirnya menghasilkan siklus konversi kas (cash concersion cycle) = 77 hari.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah di kemukakan sebelumnya, maka
dapat disimpulakan:
1) Pengelolaan modal kerja pada PT. Astra Internasional Tbk berjalan dengan baik,
hal ini dapat dilihat dari sisi modal kerja yang domiliki oleh perusahan tersebut,
terutama modal kerja bersihnya yang bernilai positif.
2) Namun jika dilihat dari perhitungan siklus konversi kas (cash confersion cycle)
yang panjang yakni 77 hari, PT. Astra International Tbk untuk tahun 2018 sampai
2019, belum menunjukkan kinerja manajemen modal kerja yang baik, karena
belum mampu menarik cash inflow lebih cepat dibandingkan dengan cash outflow.
4.2 SARAN
14
PT. Astra International harus berusaha untuk memperpendek siklus konversi kasnya
sedapat mungkin tanpa mengganggu operasional perusahaan. Tindakan semacam itu
akan memperbesar keuntungan, karena makin pendek siklus konversi kas, makin kecil
pembiayaan eksternal yang dibutuhkan sehingga makin rendah biaya yang harus
dikeluarkan. Siklus konversi kas dapat diperpedek dengan cara:
1) Memperpendek periode konversi persediaan, yaitu mempercepat produksi dan
penjualan barang.
2) Memperpendek periode konversi piutang, dengan upaya mempercepat penagihan.
3) Memperpanjang periode penangguhan utang usaha dengan memperlambat
pembayaran kepada pemasok dan pekerja.
15