Anda di halaman 1dari 8

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP UMKM JABODETABEK INDONESIA

Oleh:

I komang rai andika

NIM : 2107511264

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
Dampak Pandemic Covid-19 Terhadap UMKM di Indonesia

Pendahuluan

Pandemi Covid-19 mengakibatkan perekonomian seluruh dunia mengalami krisis dan.


Dampak pandemi Covid-19 tidak hanya pada sektor manufaktur, tetapi juga terhadap sektor
UMKM sejak April 2020. Salah satu upaya pemulihan ekonomi nasional yang dilakukan
pemerintah di masa pandemi Covid-19 adalah mendorong sektor UMKM, yang memiliki peran
penting dalam perekonomian nasional karena banyaknya pekerja yang terlibat langsung. Apalagi
jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64,19 juta, dengan komposisi Usaha Mikro dan Kecil
(UMK) sangat dominan yakni 64,13 juta (99,92%) dari keseluruhan sektor usaha. Kelompok ini
pula yang merasakan imbas negatif dari pandemi Covid-19.

Dalam situasi krisis ekonomi seperti ini, sektor UMKM sangat perlu perhatian khusus dari
pemerintah karena merupakan penyumbang terbesar terhadap PDB dan dapat menjadi andalan
dalam penyerapan tenaga kerja mensubstitusi produk barang konsumsi dan barang setengah jadi
Apalagi di tengah sentimen positif bahwa kondisi perekonomian tahun ini akan membaik membuat
sektor UMKM harus bisa memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi saat ini untuk dapat
pulih. Tulisan ini mengkaji kondisi UMKM akibat perlambatan ekonomi yang muncul karena
pandemi Covid-19 serta bagaimana upaya pemerintah dalam mendorong UMKM dengan
memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi nasional dalam pandemi virus Covid-19
Pembahasan

Kondisi UMKM pada Masa Pandemi Covid-19 Berdasarkan hasil survei Katadata Insight
Center (KIC) yang dilakukan terhadap 206 pelaku UMKM di Jabodetabek, mayoritas UMKM
sebesar 82,9% merasakan dampak negatif dari pandemi ini dan hanya 5,9% yang mengalami
pertumbuhan positif. Kondisi Pandemi ini bahkan menyebabkan 63,9% dari UMKM yang
terdampak mengalami penurunan omzet lebih dari 30%. Hanya 3,8% UMKM yang mengalami
peningkatan omzet. Survei KIC tersebut juga menunjukkan para UMKM melakukan sejumlah
upaya untuk mempertahankan kondisi usahanya. Mereka melakukan sejumlah langkah efisiensi
seperti: menurunkan produksi barang/jasa, mengurangi jam kerja dan jumlah karyawan dan
saluran penjualan/ pemasaran. Meski begitu, ada juga UMKM yang mengambil langkah
sebaliknya, yaitu menambah saluran pemasaran sebagai bagian strategi bertahan. Sementara itu,
hasil survei dari beberapa lembaga seperti BPS, Bappenas, dan World Bank menunjukkan bahwa
pandemi ini menyebabkan banyak UMKM kesulitan melunasi pinjaman serta membayar tagihan
listrik, gas, dan gaji karyawan. Bahkan beberapa di antaranya terpaksa sampai harus melakukan
PHK.

Kendala lain yang dialami UMKM, antara lain sulitnya memperoleh bahan baku,
permodalan, pelanggan menurun, distribusi dan produksi terhambat. Selain itu, perubahan Perilaku
Konsumen dan Peta Kompetisi Bisnis juga perlu diantisipasi oleh para pelaku usaha karena adanya
pembatasan kegiatan. Konsumen lebih banyak melakukan aktivitas di rumah dengan
memanfaatkan teknologi digital. Sedangkan perubahan lanskap industri dan peta kompetisi baru
ditandai dengan empat karateristik bisnis yaitu Hygiene, Low-Touch, Less Crowd, dan Low-
Mobility (CNBC Indonesia, 28 April 2021). Dari kondisi tersebut, dapat terlihat bahwa sektor
UMKM yang mayoritas pelakunya adalah warga kelas menengah ke bawah terdampak besar
akibat pandemi Covid-19. Perusahaan yang sukses di era pandemi merupakan perusahaan yang
dapat beradaptasi dengan empat karakteristik tersebut. Pelaku usaha ke termasuk UMKM perlu
berinovasi dalam memproduksi barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan pasar. Para pelaku usaha
ini juga dapat menumbuh-kembangkan berbagai gagasan dan ide usaha baru yang juga dapat
berkontribusi sebagai pemecah persoalan sosial-ekonomi masyarakat akibat dampak pandemi.
Namun, aktivitas bisnis dan prospek pertumbuhan sektor UMKM cenderung semakin membaik
pada kuartal I/2021. Pemulihan UMKM ini memberikan sinyal positif semakin pulihnya
perekonomian nasional yang sempat tertekan akibat pandemi Covid-19. BRI Micro & SME Index
(BMSI) terbaru mencatat adanya kenaikan signifikan dalam Indeks Aktivitas Bisnis (IAB), Indeks
Ekspektasi Aktivitas Bisnis (IEAB), dan Indeks Sentimen Bisnis (ISB) per kuartal I tahun ini
dibandingkan dengan kuartal IV/2020. Riset tersebut menunjukkan peningkatan BMSI menjadi
93,0 dari sebelumnya 81,5 pada kuartal IV/2020. Selain itu, pelaku UMKM juga makin optimistis
terhadap prospek usahanya yang ditunjukkan dengan meningkatnya indeks ekspektasi BMSI
menjadi 128,0 dari sebelumnya 105,4 pada kuartal IV/2020. Sejalan kenaikan BMSI dan
ekspektasinya, persepsi pelaku UMKM juga meningkat terhadap perekonomian secara umum. ISB
pelaku UMKM meningkat signifikan menjadi 115,5 dari sebelum nya 90,2 pada kuartal IV/2020.
Kenaikan IAB, IEAB, dan ISB menunjukkan mulai berputarnya aktivitas UMKM di lapangan,
tingginya optimisme mereka atas kondisi yang lebih baik (Bisnis Indonesia, 17 Mei 2021).
Optimisme yang tercermin melalui hasil riset tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Pertama,
meningkatnya aktivitas masyarakat karena angka infeksi baru dan kasus aktif Covid-19 terus turun
ditengah makin meluasnya program vaksinasi. Kedua, naiknya produksi barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang disebabkan oleh hari besar seperti Imlek dan hari raya Idul Fitri.
Ketiga, panen raya di sejumlah daerah yang mendorong kenaikan harga komoditas. Keempat,
relaksasi dari pemerintah kepada pengusaha sector properti dan relaksasi pembelian rumah baru.
Dari data di atas, Indonesia mempunyai potensi basis ekonomi nasional yang kuat karena jumlah
UMKM terutama usaha mikro yang sangat banyak dan daya serap tenaga kerja sangat besar.
Pemerintah dan pelaku usaha harus menaikkan ‘kelas’ usaha mikro menjadi usaha menengah.
Basis usaha ini juga terbukti kuat dalam menghadapi krisis ekonomi. Usaha mikro juga
mempunyai perputaran transaksi yang cepat, menggunakan produksi domestik dan bersentuhan
dengan kebutuhan primer masyarakat.

Pemerintah menyadari akan potensi UMKM tersebut, oleh sebab itu, beberapa tahun
terakhir ini, Pemerintah mengambil kebijakan untuk meningkatkan kapasitas usaha mikro dan
kecil agar dapat naik kelas menjadi usaha menengah.

Program Pemulihan Ekonomi untuk UMKM

Salah satu sasaran program PEN adalah menggerakkan UMKM. Untuk itu, Pemerintah
mengambil beberapa kebijakan antara lain subsidi bunga pinjaman, restrukturisasi kredit,
pemberian jaminan modal kerja dan insentif perpajakan. Adapun dana yang dialokasikan untuk
skema tersebut adalah sebesar Rp123,46 triliun.
Subsidi bunga diberikan untuk memperkuat modal UMKM melalui Kredit Usaha
Rakyat/KUR (disalurkan oleh perbankan), kredit Ultra Mikro/UMi (disalurkan oleh lembaga
keuangan bukan bank) dan penyaluran dana bergulir yang dilaksanakan oleh Lembaga Pengelola
Dana Bergulir (LPDB), Kementerian KUKM.
Pemerintah juga menempatkan dana di perbankan nasional untuk tujuan restrukturisasi
kredit UMKM dengan mengalokasi dana sekitar Rp78,78 triliun. Untuk meningkatkan likuiditas
UMKM dalam berusaha, Pemerintah juga melakukan penjaminan modal kerja UMKM sampai
Rp10 miliar melalui PT. (Persero) Jamkrindo dan Askrindo.
Sementara itu, Pemerintah juga memberikan insentif perpajakan untuk mengurangi beban
karyawan UMKM dengan insentif Pajak Penghasilan (PPh Pasal 21) Ditanggung Pemerintah.
Untuk pelaku UMKM, diberikan insentif PPh final 0,5% Ditanggung Pemerintah. Wajib pajak
UMKM tidak perlu melakukan setoran pajak atas usahanya, dan tidak dilakukan pemotongan atau
pemungutan pajak pada saat melakukan pembayaran kepada pelaku UMKM. UMKM juga
diberikan insentif PPh pasal 22 Impor.

Sinergi membangun UMKM

Kebijakan di atas dilakukan untuk meningkatkan kemampuan keuangan UMKM yang


merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi UMKM selama ini. Terdapat beberapa
permasalahan struktural UMKM yang perlu diselesaikan sehingga UMKM dapat berperan lebih
dalam perekonomian nasional. Permasalahan tersebut antara lain kualitas dan kontinuitas
produksi, akses pemasaran, packaging product, kualitas SDM/pelaku UMKM di bidang
manajerial, keuangan dan produksi.
Kunci utama penyelesaian permasalahan tersebut berada pada pemerintah daerah
(Kabupaten dan Kota). Pemerintah daerah yang mempunyai wilayah, mengetahui kondisi dan
kebutuhan UMKM, serta mempunyai akses langsung dengan UMKM. Dalam menyelesaikan
permasalahan tersebut, pemerintah daerah dapat bekerjasama dengan Kementerian/Lembaga
terkait, pemerintah provinsi, perguruan tinggi, Bank Indonesia dan lembaga lainnya. Jika
pemerintah daerah mau, UMKM akan maju. Dengan demikian akan tercipta fundamental
perekonomian nasional yang kuat untuk Indonesia Maju.
Kesimpulan

Meskipun peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia adalah strategis dan sentral
diantaranya karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga
berperan dalam pendistribusian hasil pembangunan. UMKM seringkali terabaikan hanya karena
hasil produksinya dalam skala kecil dan belum mampu bersaing dengan unit usaha lainnya.
Padahal UMKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis. Namun kebijakan pemerintah
maupun pengaturan yang mendukungnya sampai sekarang dirasa belum maksimal. Hal ini dapat
dilihat kebijakan yang diambil yang cenderung berlebihan namun tidak efektif, hinga kebijakan
menjadi kurang komprehensif dan kurang terarah. Padahal UMKM masih memiliki banyak 216
permasalahan yang menyebabkan perannya di perekonomian Indonesia kurang maksimal sehingga
perlu mendapatkan penanganan yang serius. Selain itu kelemahan dalam organisasi, manajemen,
maupun penguasaan teknologi juga perlu dibenahi. Pengembangan UMKM perlu mendapatkan
perhatian yang sangat besar baik dari pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih
kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam
memberdayakan UMKM dengan cara mengupayakan UMKM agar dapat tumbuh dan berkembang
secara kondusif, meningkatkan perannya dalam memberdayakan UMKM, dan meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusianya. Dalam masa new normal ini untuk kembali membangkitkan
perekonomian masyarakat dan negara Indonesia maka diperlukan kebijakan-kebijakan yang
berpihak kepada pelaku usaha, terutama di sektor UMKM. Mengingat UMKM adalah sektor
penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat dan negara di luar dari migas. UMKM
sendiri memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat tenaga kerja, penghasilan, dan lain-lain.
Agar sektor UMKM dapat berjalan dengan baik maka perlu dilakukan hal-hal kreatif yang dapat
mendukung aktifitas masyarakat dalam masa New Normal. Salah satu kunci bagi UMKM untuk
tetap bisa bertahan pada masa pandemi Covid-19 saat ini adalah dengan melakukan adaptasi
dengan perubahan-perubahan pasar, baik perubahan permintaan (demand) dengan melakukan
inovasi produk sesuai dengan kebutuhan masyarakat di era new normal saat ini. Para pelaku
UMKM harus mampu menyusun strategi-strategi pemulihan bisnis sebagai bagian dari adaptasi
untuk dapat bertahan dan juga tetap berkembang dalam kondisi saat ini. Ketika masalah perizinan
usaha koperasi dan UKM menjadi faktor penghambat, maka Omnibus Law hadir sebagai pembawa
kabar baik bagi makin mudahnya pengurusan ijin tersebut. Selama ini, masalah perizinan masih
menjadi salah satu hambatan perkembangan koperasi dan UKM di Indonesia.
Saran

Adapun saran yang bisa direkomendasikan adalah sebagai berikut :

1. Pelaku UMKM dapat mengadopsi strategi bertahan yang sudah dijelaskan dan
diharapkan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan bisnis di masa
pandemik ini maupun dimasas yang akan datang, karena pelaku usaha yang dapat bertahan
adalah yang responsif terhadap perubahan sekitar dan mampu menyesuaikan diri baik dari
segi produk, sistem pemasaran dan penjualan maupun penggunaan teknologi yang
mendukung bisnis.

2. Pemerintah yang berwenang, diharapkan terus memberikan edukasi dalam bentuk


pelatihan kepada pelaku usaha. Membentuk jaringan komunikasi bagi UMKM sehingga
mudah dipantau dan keterampilan UMKM akan semakin meningkat.

3. Penelitian berikutnya diharapkan dapat memperluas penelitian dan melihat efektifitas


strategi bertahan yang sudah di rumuskan terhadap UMKM.
Daftar Pustaka

Bahtiar, R. A. 2021. DAMPAK PANDEMI COID-19 TERHADAP SEKTOR USAHA MIKRO,


KECIL, DAN MENENGAH SERTA SOLUSINYA. [Online]. Tersedia :
https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XIII-10-II-P3DI-
Mei-2021-1982.pdf

Nainggolan, E. U. 2020. UMKM Bangkit, Ekonomi Indonesia Terungkit. [Online]. Tersedia :


https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13317/UMKM-Bangkit-Ekonomi-
Indonesia-Terungkit.html

Saribu, S. D. 2019. Tantangan dan Solusi Bisnis UMKM di Era New Normal. [Online]. Tersedia
: https://pascasarjanafe.untan.ac.id/wp-content/uploads/2022/09/20.pdf

Anda mungkin juga menyukai