Anda di halaman 1dari 13

Strategi Perbankan Dalam Mendorong Pertumbuhan UMKM Menghadapi

Tantangan Disrupsi Ekonomi dan Digital di Masa Pandemi

Oleh:
Kelompok 14
Jaslin Bonita Aureyga H14170052
Ammar Abiyu Bassam H14180023
Yose Shariati Januar H14180024
Novia Winarti H14180067

Dosen Mata Kuliah:


Dr. Syamsul Hidayat Pasaribu, SE, M.Si
Fahmi Salam Ahmad, S.Stat., M.Si

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021

i
ABSTRACT

As the main pillar of the Indonesian economy, MSMEs have experienced a


significant impact as a result of the COVID-19 pandemic and the development of
digital technology. The COVID-19 pandemic poses significant obstacles for MSME
entrepreneurs in every business area, which includes sales, funding, operations,
and supply, with the main constraints being in the sales and funding areas.
Encouraging the optimization of the banking intermediation function to maintain
financial system stability is urgently needed to accommodate countercyclical
policies in response to the current COVID-19 pandemic. One of the efforts to
implement this policy is to increase access to finance for the development of
MSMEs. New developments in the field of digitalization have affected people's
lifestyles that are more sensitive to change, which then form connectivity that is
increasingly active, creative, and productive. These developments ultimately shape
creative economic conditions that need to be directed to the micro to medium
business sector such as MSMEs.
Keywords: MSMEs, COVID-19, MSME credit, digitalization, economy
acceleration

ABSTRAK

Sebagai tonggak utama perekonomian Indonesia, UMKM mengalami


dampak yang signifikan akibat pandemi COVID-19 dan perkembangan teknologi
digital. Pandemi COVID-19 memberikan kendala yang signifikan bagi para pelaku
UMKM pada setiap area bisnis, yang meliputi penjualan, pendanaan, operasional,
dan pasokan, dengan kendala utama terletak pada area penjualan dan pendanaan.
Mendorong optimalisasi fungsi intermediasi perbankan untuk menjaga stabilitas
sistem keuangan sangatlah dibutuhkan dalam mengakomodasi kebijakan yang
bersifat countercyclical merespon kondisi Pandemi COVID-19 saat ini. Salah satu
upaya untuk melaksanakan kebijakan tersebut yaitu peningkatan akses keuangan
bagi pengembangan UMKM. Perkembangan baru di bidang digitalisasi telah
mempengaruhi gaya hidup masyarakat yang lebih sensitif terhadap perubahan yang
kemudian membentuk konektivitas yang semakin aktif, kreatif, dan produktif.
Perkembangan tersebut pada akhirnya membentuk kondisi ekonomi yang kreatif
yang perlu diarahkan kepada sektor usaha yang mikro hingga menengah seperti
UMKM.
Kata kunci: UMKM, COVID-19, kredit UMKM, digitalisasi, akselerasi ekonomi

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. ii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Research Gap ....................................................................................................... 2
Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
Tujuan .................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4
2.1 Permasalahan yang dihadapi UMKM Selama Pandemi COVID-19 ............. 4
2.2 Perkembangan Kinerja Kredit UMKM Selama Pandemi COVID-19 .......... 4
2.3 Strategi Perbankan dalam Mendukung UMKM Menghadapi Digitalisasi di
Era Pandemi COVID-19 ..................................................................................... 5
2.3.1 Kebijakan Bank untuk Mendorong Kinerja Kredit UMKM ................... 6
2.3.2 Akselerasi Ekonomi dan Keuangan Digital ............................................ 7
PENUTUP ............................................................................................................... 9
Kesimpulan .......................................................................................................... 9
Saran .................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 10

iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah usaha perdagangan
yang dikelola oleh badan usaha atau perorangan yang merujuk pada usaha ekonomi
produktif sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008. UMKM termasuk dalam jenis usaha produktif yang hingga saat ini
perkembangannya di Indonesia tergolong sangat pesat. Tercatat saat ini UMKM di
Indonesia mencapai 62,9 juta unit yang terdiri dari pertanian, peternakan,
pengolahan, perdagangan, jasa dan komunikasi. UMKM memiliki peran strategis
dan pengaruh yang besar bagi perkembangan ekonomi nasional dengan jumlah
64.199.606 atau sekitar 99,99% dari total pelaku usaha pada tahun 2018 dengan
mempekerjakan sekitar 116.978.631 tenaga kerja (Hardilawati, 2020). Sementara
berdasarkan kontribusinya terhadap perekonomian (PDB atas dasar harga konstan),
pada tahun 2018 mencapai angka 60%, total tersebut merupakan akumulasi yang
berasal dari semua sektor ekonomi UMKM (Kerjasama LPPI dengan Bank
Indonesia, 2015). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa UMKM di Indonesia
memiliki peran penting dan strategis terhadap pembangunan ekonomi, selain itu
mampu membawa perubahan secara terus-menerus pada masyarakat karena mampu
memajukan dan membawa inovasi serta meningkatkan kreativitas.
Ditengah semakin pesatnya perkembangan UMKM, pergerakannya
mengalami penurunan akibat kemunculan COVID-19 pada awal tahun 2020. Hal
ini memberikan dampak langsung bagi perputaran perekonomian khususnya bagi
UMKM. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa virus yang
muncul pertama kali di KOta Wuhan, China pada bulan Desember 2019 ini
ditetapkan sebagai pandemi. Wabah COVID-19 ini telah menginfeksi 39,9 juta jiwa
dengan total kematian 1,11 juta jiwa yang tersebar di seluruh dunia (data per 18
Oktober 2020). Penyebaran virus secara masif mengakibatkan berbagai negara
menerapkan pembatasan kegiatan dan interaksi antarmanusia yang menyebabkan
penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan. Oleh karena itu, dalam publikasinya
melalui World Economic Outlook April 2020, IMF merevisi pertumbuhan ekonomi
dunia yang terkontraksi sebesar -3% dengan pertumbuhan emerging markets
diproyeksikan juga terkontraksi sebesar -1%.

1
Situasi pandemi COVID-19 membawa dampak kepada perekonomian
Indonesia secara menyeluruh, dampak negatif perlambatan roda perekonomian bagi
UMKM pun tidak dapat terelakkan, mengingat 99% dari pelaku usaha di Indonesia
merupakan UMKM. Dalam krisis ekonomi yang sedang dihadapi Indonesia di
tahun 2020 ini, bisnis UMKM menjadi pihak yang paling terpukul. Sebagai respon
terhadap pandemi COVID-19, pemerintah telah menerbitkan berbagai kebijakan
untuk meringankan dan membantu pemulihan debitur UMKM, salah satunya
adalah pemberian relaksasi kebijakan penundaan angsuran pokok KUR selama 6
bulan, tambahan subsidi bunga KUR sebesar 6% sampai dengan Desember 2020,
serta program lainnya untuk menjaga likuiditas dan meningkatkan kemampuan
UMKM terhadap akses pembiayaan. Sementara untuk dukungan pada sektor
perbankan, pemerintah melakukan penempatan dana dalam rangka mendukung
pelaksanaan restrukturisasi debitur UMKM.

Research Gap

NO Peneliti Judul Penelitian Hasil

1 Azizah, Strategi UMKM Hasil yang diperoleh dari penelitian


Fadilah Nur, untuk Meningkatkan ini menunjukkan bahwa perlu
et al (2020) Perekonomian adanya langkah cepat, tepat dan
selama Pandemi nyata dari pemerintah maupun
Covid-19 pada saat pelaku usaha untuk menanggulangi
New Normal kerugian yang telah terjadi akibat
pandemi serta melakukan
pembaharuan dan evaluasi mengenai
siklus usaha mengikuti keadaan yang
tengah terjadi agar usaha dapat terus
bertahan dan berkembang.

2 Nufus, Evita Analysis of COVID- Hasil penelitian ini menunjukkan


Hayatun, et 19 Impact on Micro, bahwa pandemi COVID-19
al (2021) Small, and Medium berdampak negatif signifikan hanya

2
Enterprises pada kredit usaha menengah,
(MSMEs) Credit sedangkan kredit usaha mikro dan
Distribution in East kecil lebih tahan banting. Selain itu,
Java Banks kredit Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) berpengaruh
positif signifikan terhadap DPK;
inflasi tidak mempengaruhi kredit;
BI rate hanya berdampak negatif
pada kredit usaha menengah.

Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa penelitian terdahulu hanya


membahas strategi dari pemerintah untuk meningkatkan perekonomian selama
pandemi melalui UMKM dan dampak negatifnya terhadap kredit UMKM saja.
Oleh karena itu diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai strategi
perbankan untuk mendukung UMKM dalam penyaluran kredit UMKM dan
akselerasi ekonomi dari digitalisasi UMKM di masa pandemi COVID-19.

Rumusan Masalah
1. Apa saja permasalahan yang dihadapi UMKM selama pandemi COVID-19?
2. Bagaimana perkembangan kinerja kredit UMKM selama masa pandemi
COVID-19?
3. Bagaimana strategi perbankan dalam mendorong pertumbuhan UMKM
menghadapi disrupsi ekonomi dan digital di masa pandemi COVID-19?

Tujuan
1. Mengetahui permasalahan yang dihadapi UMKM selama pandemi COVID-
19
2. Mengetahui perkembangan kinerja kredit UMKM selama masa pandemi
COVID-19
3. Mengidentifikasi strategi perbankan dalam mendorong pertumbuhan
UMKM menghadapi disrupsi ekonomi dan digital di masa pandemi
COVID-19

3
PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan yang dihadapi UMKM Selama Pandemi COVID-19


Sebagai tonggak utama perekonomian Indonesia, UMKM mengalami
dampak yang signifikan akibat pandemi COVID-19 dan perkembangan teknologi
digital. Berdasarkan data yang dirilis oleh Katadata Insight Center, sebanyak 82,9%
UMKM merasakan dampak negatif dari pandemi ini dan hanya 5,9% yang
mengalami pertumbuhan positif. Penurunan omzet lebih dari 30% juga dirasakan
oleh 63,9% dari UMKM yang terdampak dan hanya 3,8% UMKM yang mengalami
peningkatan omzet. (Katadata.co.id, 2020).
Pandemi COVID-19 memberikan kendala yang signifikan bagi para pelaku
UMKM pada setiap area bisnis, yang meliputi penjualan, pendanaan, operasional,
dan pasokan, dengan kendala utama terletak pada area penjualan dan pendanaan.

Penjualan Daya beli masyarakat menurun dan adanya protokol kesehatan


atau pembatasan mobilitas menghambat penjualan UMKM

Pendanaan UMKM kesulitan mengakses permodalan dan pembiayaan

Operasional Produksi terhambat karena pembatasan pergerakan tenaga


kerja dan belum memanfaatkan digitalisasi

Pasokan UMKM kesulitan mendapatkan bahan baku karena harga


fluktuatif, sulit mencari pemasok, dan waktu kirim yang lama

Tabel. Kendala yang dihadapi UMKM pada berbagai area bisnis

2.2 Perkembangan Kinerja Kredit UMKM Selama Pandemi COVID-19


Kredit UMKM menjadi solusi modal kerja dan investasi untuk pembiayaan
usaha pelaku usaha UMKM. Sejak terjadinya pandemi COVID-19, tidak terdapat
produk khusus yang ditawarkan bank bagi UMKM namun terdapat beberapa bank
yang melakukan penyesuaian fitur produk seperti penurunan suku bunga dan
penyesuaian skema pembayaran angsuran melalui pemberian grace period bagi
UMKM terdampak.

4
Gambar. Perkembangan Rekening Kredit UMKM
Sumber: Bank Indonesia

Pada gambar di atas, dapat dilihat penurunan jumlah rekening berdasarkan


segmennya bahwa penurunan jumlah rekening paling tajam terjadi pada segmen
kredit Mikro, di mana rekening kredit Mikro turun sebesar 6,49% dari posisi Maret
2020 dan belum menunjukkan adanya pemulihan. Berbeda halnya dengan kredit
menengah yang justru menunjukkan peningkatan hampir dua kali lipatnya selama
periode pandemi COVID-19 (Juli 2020). Berdasarkan perkembangan rekening
tersebut, terdapat indikasi bahwa bank cenderung konservatif dalam penyaluran
kredit UMKM selama pandemi sehingga dorongan penyaluran kredit UMKM lebih
banyak melalui segmen yang paling tidak rentan terhadap dampak pandemi, yaitu
segmen Menengah. Tren penurunan kredit UMKM diakibatkan oleh beberapa
faktor seperti penurunan permintaan kredit UMKM sejalan dengan perlambatan
sektor riil dan penurunan penyaluran kredit baru akibat terhambatnya mobilitas
tenaga pemasar bank selama masa pemberlakuan PSBB.

2.3 Strategi Perbankan dalam Mendukung UMKM Menghadapi Digitalisasi


di Era Pandemi COVID-19
Mendorong optimalisasi fungsi intermediasi perbankan untuk menjaga
stabilitas sistem keuangan sangatlah dibutuhkan dalam mengakomodasi kebijakan
yang bersifat countercyclical merespon kondisi Pandemi COVID-19 saat ini.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menetapkan stimulus dengan prinsip kehati-
hatian melalui POJK No.11/POJK.03/2020 tentang Kebijakan Relaksasi Lanjutan

5
Dalam Rangka Mendukung Program Pemulihan Ekonomi Nasional Sektor
Perbankan. Kebijakan stimulus tersebut di antara lain:
1. Relaksasi Penetapan Kualitas Kredit
Kredit dengan plafon kurang dari Rp10 miliar dapat ditetapkan
berdasarkan ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga/margin/bagi
hasil/ujrah hingga 31 Maret 2021.
2. Restrukturisasi penetapan kredit dengan kualitas lancar
Pemberian fasilitas restrukturisasi bagi debitur yang terdampak COVID-
19 dengan kinerja kredit yang baik tanpa memperhatikan plafon sampai
dengan 31 Maret 2021.
3. Tambahan Fasilitas Penyediaan Dana
Pemberian kredit kepada debitur yang terdampak dengan pemisahan
atas penilaian kualitas kredit sebelumnya dari debitur tersebut.

2.3.1 Kebijakan Bank untuk Mendorong Kinerja Kredit UMKM


Bauran kebijakan bank sentral yaitu adanya kebijakan makroprudensial
yang mampu mendukung terjadinya stabilitas sistem keuangan melalui intermediasi
yang seimbang. Intermediasi yang seimbang tersebut diidentifikasi dengan kondisi
kredit yang optimal. Perekonomian Indonesia sangat didukung oleh peran UMKM
dengan pembentukan produk domestik bruto dan penyerapan tenaga kerja. Oleh
karena itu UMKM dapat menjadi pilar penting dalam ketahanan ekonomi dalam
stabilitas sistem keuangan dan perekonomian.
Salah satu upaya untuk melaksanakan kebijakan tersebut yaitu peningkatan
akses keuangan bagi pengembangan UMKM. Kondisi COVID-19 tentunya sangat
mempengaruhi produktivitas UMKM secara nasional yang berdampak pada
persoalan kinerja kredit. Upaya untuk merespon kondisi kredit UMKM terbagi
menjadi dua, yaitu:
a. Strategi bank menjaga kinerja debitur UMKM
Pengadopsian teknologi pada pelayanan kredit sangat diperlukan untuk
memantau nasabah di samping pengawasan konvensional. Dalam rangka
menjaga kualitas kredit debitur UMKM tersebut maka diperlukan percepatan
digitalisasi pada segmen mikro. Hal tersebut ditujukan untuk mengantisipasi

6
persoalan kredit dengan peningkatan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
(CKPN).
b. Strategi bank dalam mengakuisisi debitur UMKM
Bank menetapkan kriteria bagi calon debitur untuk memitigasi adanya
resiko kegagalan bayar dari suatu perjanjian kredit melalui analisis historis
kredit, arus kas, penggunaan atas pembiayaan yang didapat. Dalam upaya
mendorong UMKM di era new normal saat ini makam bank perlu melakukan
evaluasi dalam mengakuisisi debitur seperti analisis debitur UMKM yang
memiliki kinerja baik dan membutuhkan pendanaan dengan prospek yang
menjanjikan. Oleh karena itu bank diharuskan memperoleh database UMKM
yang baik untuk memudahkan analisis kemungkinan kebutuhan pembiayaan.
Kemampuan bank dalam menganalisis prospek UMKM yang baik tersebut
perlu disesuaikan dengan kemampuan analisis ekonomi yang baik seperti sektor
mana yang dapat bertahan dan tumbuh selama kondisi pandemi. Selain itu upaya
memudahkan debitur UMKM perlu ditransformasi dengan proses bisnis secara
digital demi memudahkan proses pengajuan maupun penyaluran kredit baru. Secara
umum terdapat dua inovasi pada kredit UMKM untuk percepatan digitalisasi
perbankan antara lain 1) Peningkatan sistem credit scoring; 2) Digital lending,
dimana adanya adopsi teknologi informasi dalam mempercepat proses pengajuan
dan penyaluran kredit kepada UMKM sebagai klaster prioritas.
Bank telah berkomitmen dalam menyalurkan kredit kepada segmen UMKM
namun ekspansi kredit tersebut harus ditingkatkan terlebih lagi pada kondisi
pandemi guna memastikan UMKM dapat sustain sesuai dengan profil risiko dan
risk appetite bank. Pada umumnya bank milik pemerintah memiliki komitmen yang
lebih dibandingkan bank non pemerintah mengingat adanya mandat portofolio
sektor UMKM kemampuan bisnis UMKM untuk pulih dan risiko yang semakin
mampu dimitigasi menjadi kunci bagi peningkatan pembiayaan segmen UMKM di
masa depan.

2.3.2 Akselerasi Ekonomi dan Keuangan Digital


Perkembangan baru di bidang digitalisasi telah mempengaruhi gaya hidup
masyarakat yang lebih sensitif terhadap perubahan yang kemudian membentuk

7
konektivitas yang semakin aktif, kreatif, dan produktif. Perkembangan tersebut
pada akhirnya membentuk kondisi ekonomi yang kreatif yang perlu diarahkan
kepada sektor usaha yang mikro hingga menengah seperti UMKM. Bagi UMKM
tentu kondisi digitalisasi menjadi peluang bagi perkembangan usaha, e-commerce
dapat menjadi pasar yang menjanjikan bagi UMKM. Sayangnya lebih dari sepertiga
UMKM di Indonesia masih belum memiliki kemampuan bisnis online (Firdausy,
2018). Oleh karena itu diperlukan perhatian dan dukungan agar kontribusi UMKM
lebih signifikan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga
kerja, hingga peningkatan daya saing.
Persoalan pendanaan dan pemasaran menjadi poin utama dalam UMKM
menghadapi kondisi ekonomi digital terlebih lagi dihadapkan dengan pandemi.
Perbankan berperan dalam memobilisasi dana dan kredit ke sektor riil dimana
pelaksanaan restrukturisasi kredit dunia usaha menjadi bentuk sinergi tidak hanya
dalam pemulihan ekonomi nasional namun dalam mendorong transformasi UMKM
juga. Strategi pengembangan UMKM dilakukan melalui tiga intervensi yaitu 1)
Penguatan Akses Pembiayaan; 2) Penguatan SDM dan Usaha; 3) Penguatan
Kelembagaan.
Penguatan akses pembiayaan sangat dibutuhkan karena rentannya UMKM
untuk bertahan dalam kondisi pandemi dimana hanya 15% dari total UMKM yang
melakukan pinjaman ke lembaga keuangan. Angka tersebut tentu sangat rendah
terbukti dengan hampir 2600 UMKM (87,5%) terdampak negatif oleh pandemi
COVID-19 (Kementerian Koperasi dan UMKM, 2020). Selain pendanaan,
rendahnya kecakapan pelaku UMKM terhadap digitalisasi memberikan indikasi
perlunya peningkatan SDM sehingga dapat memaksimalkan kapasitas bisnisnya
melalui pemanfaatan teknologi digital sehingga mampu mencapai akses konsumen
yang lebih luas melalui perkembangan e-commerce. Terakhir yaitu penguatan
kelembagaan atau korporatisasi, hal tersebut ditujukan untuk menciptakan sinergi
dan kemitraan UMKM yang baik sehingga tercipta pemberdayaan ekonomi yang
kuat. Oleh karena itu strategi dalam pengembangan UMKM harus memenuhi dua
aspek yaitu dukungan teknis dan dukungan sarana prasarana.

8
PENUTUP

Kesimpulan

Saran

9
DAFTAR PUSTAKA

Arianto B. 2020. Pengembangan UMKM Digital di Masa Pandemi Covid-19.


ATRABIS: Jurnal Administrasi Bisnis. 6(2): 233-247.
Azizah, Fadilah Nur, et al. 2020. Strategi UMKM untuk Meningkatkan
Perekonomian selama Pandemi Covid-19 pada saat New Normal.
OECONOMICUS Journal of Economics.
Dwi Pranoto. Agustus 2021. Sinergi & Inovasi Bank Sentral dalam Digitalisasi
Ekonomi & Keuangan untuk Indonesia Maju. Perbanas Institute.
Firdausy CM. 2018. Strategi dan Kebijakan Ekonomi Pengembangan Industri
Kreatif, Keuangan dan UMKM dalam Era Digital. Industri Kreatif, Fintech
dan UMKM Dalam Era Digital. Jakarta: [ID]
Katadata.co.id. Sepanjang 2020, Rasio Kredit Usaha Mikro Alami Tren Menurun.
9 April 2021. [Diakses 1 Desember 2021].
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/04/09/sepanjang-2020-
rasio-kredit-usaha-mikro-alami-tren-menurun.
Katadata.co.id. Digitalisasi UMKM di Tengah Pandemi Covid-19. [Diakses 2
Desember 2021]. https://katadata.co.id/umkm.
Nufus, Evita Hayatun, et al. 2021. Analysis of COVID-19 Impact on Micro, Small,
and Medium Enterprises (MSMEs) Credit Distribution in East Java Banks.
Journal of Accounting and Investment.
[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. Bagaimana UMKM & Perbankan Dapat Sukses Di
Era Disrupsi Ekonomi & Digital. OJK-BCG Joint Research.

10

Anda mungkin juga menyukai