Oleh:
Kelompok 14
Jaslin Bonita Aureyga H14170052
Ammar Abiyu Bassam H14180023
Yose Shariati Januar H14180024
Novia Winarti H14180067
i
ABSTRACT
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Research Gap ....................................................................................................... 2
Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
Tujuan .................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4
2.1 Permasalahan yang dihadapi UMKM Selama Pandemi COVID-19 ............. 4
2.2 Perkembangan Kinerja Kredit UMKM Selama Pandemi COVID-19 .......... 4
2.3 Strategi Perbankan dalam Mendukung UMKM Menghadapi Digitalisasi di
Era Pandemi COVID-19 ..................................................................................... 5
2.3.1 Kebijakan Bank untuk Mendorong Kinerja Kredit UMKM ................... 6
2.3.2 Akselerasi Ekonomi dan Keuangan Digital ............................................ 7
PENUTUP ............................................................................................................... 9
Kesimpulan .......................................................................................................... 9
Saran .................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 10
iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah usaha perdagangan
yang dikelola oleh badan usaha atau perorangan yang merujuk pada usaha ekonomi
produktif sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008. UMKM termasuk dalam jenis usaha produktif yang hingga saat ini
perkembangannya di Indonesia tergolong sangat pesat. Tercatat saat ini UMKM di
Indonesia mencapai 62,9 juta unit yang terdiri dari pertanian, peternakan,
pengolahan, perdagangan, jasa dan komunikasi. UMKM memiliki peran strategis
dan pengaruh yang besar bagi perkembangan ekonomi nasional dengan jumlah
64.199.606 atau sekitar 99,99% dari total pelaku usaha pada tahun 2018 dengan
mempekerjakan sekitar 116.978.631 tenaga kerja (Hardilawati, 2020). Sementara
berdasarkan kontribusinya terhadap perekonomian (PDB atas dasar harga konstan),
pada tahun 2018 mencapai angka 60%, total tersebut merupakan akumulasi yang
berasal dari semua sektor ekonomi UMKM (Kerjasama LPPI dengan Bank
Indonesia, 2015). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa UMKM di Indonesia
memiliki peran penting dan strategis terhadap pembangunan ekonomi, selain itu
mampu membawa perubahan secara terus-menerus pada masyarakat karena mampu
memajukan dan membawa inovasi serta meningkatkan kreativitas.
Ditengah semakin pesatnya perkembangan UMKM, pergerakannya
mengalami penurunan akibat kemunculan COVID-19 pada awal tahun 2020. Hal
ini memberikan dampak langsung bagi perputaran perekonomian khususnya bagi
UMKM. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa virus yang
muncul pertama kali di KOta Wuhan, China pada bulan Desember 2019 ini
ditetapkan sebagai pandemi. Wabah COVID-19 ini telah menginfeksi 39,9 juta jiwa
dengan total kematian 1,11 juta jiwa yang tersebar di seluruh dunia (data per 18
Oktober 2020). Penyebaran virus secara masif mengakibatkan berbagai negara
menerapkan pembatasan kegiatan dan interaksi antarmanusia yang menyebabkan
penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan. Oleh karena itu, dalam publikasinya
melalui World Economic Outlook April 2020, IMF merevisi pertumbuhan ekonomi
dunia yang terkontraksi sebesar -3% dengan pertumbuhan emerging markets
diproyeksikan juga terkontraksi sebesar -1%.
1
Situasi pandemi COVID-19 membawa dampak kepada perekonomian
Indonesia secara menyeluruh, dampak negatif perlambatan roda perekonomian bagi
UMKM pun tidak dapat terelakkan, mengingat 99% dari pelaku usaha di Indonesia
merupakan UMKM. Dalam krisis ekonomi yang sedang dihadapi Indonesia di
tahun 2020 ini, bisnis UMKM menjadi pihak yang paling terpukul. Sebagai respon
terhadap pandemi COVID-19, pemerintah telah menerbitkan berbagai kebijakan
untuk meringankan dan membantu pemulihan debitur UMKM, salah satunya
adalah pemberian relaksasi kebijakan penundaan angsuran pokok KUR selama 6
bulan, tambahan subsidi bunga KUR sebesar 6% sampai dengan Desember 2020,
serta program lainnya untuk menjaga likuiditas dan meningkatkan kemampuan
UMKM terhadap akses pembiayaan. Sementara untuk dukungan pada sektor
perbankan, pemerintah melakukan penempatan dana dalam rangka mendukung
pelaksanaan restrukturisasi debitur UMKM.
Research Gap
2
Enterprises pada kredit usaha menengah,
(MSMEs) Credit sedangkan kredit usaha mikro dan
Distribution in East kecil lebih tahan banting. Selain itu,
Java Banks kredit Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) berpengaruh
positif signifikan terhadap DPK;
inflasi tidak mempengaruhi kredit;
BI rate hanya berdampak negatif
pada kredit usaha menengah.
Rumusan Masalah
1. Apa saja permasalahan yang dihadapi UMKM selama pandemi COVID-19?
2. Bagaimana perkembangan kinerja kredit UMKM selama masa pandemi
COVID-19?
3. Bagaimana strategi perbankan dalam mendorong pertumbuhan UMKM
menghadapi disrupsi ekonomi dan digital di masa pandemi COVID-19?
Tujuan
1. Mengetahui permasalahan yang dihadapi UMKM selama pandemi COVID-
19
2. Mengetahui perkembangan kinerja kredit UMKM selama masa pandemi
COVID-19
3. Mengidentifikasi strategi perbankan dalam mendorong pertumbuhan
UMKM menghadapi disrupsi ekonomi dan digital di masa pandemi
COVID-19
3
PEMBAHASAN
4
Gambar. Perkembangan Rekening Kredit UMKM
Sumber: Bank Indonesia
5
Dalam Rangka Mendukung Program Pemulihan Ekonomi Nasional Sektor
Perbankan. Kebijakan stimulus tersebut di antara lain:
1. Relaksasi Penetapan Kualitas Kredit
Kredit dengan plafon kurang dari Rp10 miliar dapat ditetapkan
berdasarkan ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga/margin/bagi
hasil/ujrah hingga 31 Maret 2021.
2. Restrukturisasi penetapan kredit dengan kualitas lancar
Pemberian fasilitas restrukturisasi bagi debitur yang terdampak COVID-
19 dengan kinerja kredit yang baik tanpa memperhatikan plafon sampai
dengan 31 Maret 2021.
3. Tambahan Fasilitas Penyediaan Dana
Pemberian kredit kepada debitur yang terdampak dengan pemisahan
atas penilaian kualitas kredit sebelumnya dari debitur tersebut.
6
persoalan kredit dengan peningkatan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
(CKPN).
b. Strategi bank dalam mengakuisisi debitur UMKM
Bank menetapkan kriteria bagi calon debitur untuk memitigasi adanya
resiko kegagalan bayar dari suatu perjanjian kredit melalui analisis historis
kredit, arus kas, penggunaan atas pembiayaan yang didapat. Dalam upaya
mendorong UMKM di era new normal saat ini makam bank perlu melakukan
evaluasi dalam mengakuisisi debitur seperti analisis debitur UMKM yang
memiliki kinerja baik dan membutuhkan pendanaan dengan prospek yang
menjanjikan. Oleh karena itu bank diharuskan memperoleh database UMKM
yang baik untuk memudahkan analisis kemungkinan kebutuhan pembiayaan.
Kemampuan bank dalam menganalisis prospek UMKM yang baik tersebut
perlu disesuaikan dengan kemampuan analisis ekonomi yang baik seperti sektor
mana yang dapat bertahan dan tumbuh selama kondisi pandemi. Selain itu upaya
memudahkan debitur UMKM perlu ditransformasi dengan proses bisnis secara
digital demi memudahkan proses pengajuan maupun penyaluran kredit baru. Secara
umum terdapat dua inovasi pada kredit UMKM untuk percepatan digitalisasi
perbankan antara lain 1) Peningkatan sistem credit scoring; 2) Digital lending,
dimana adanya adopsi teknologi informasi dalam mempercepat proses pengajuan
dan penyaluran kredit kepada UMKM sebagai klaster prioritas.
Bank telah berkomitmen dalam menyalurkan kredit kepada segmen UMKM
namun ekspansi kredit tersebut harus ditingkatkan terlebih lagi pada kondisi
pandemi guna memastikan UMKM dapat sustain sesuai dengan profil risiko dan
risk appetite bank. Pada umumnya bank milik pemerintah memiliki komitmen yang
lebih dibandingkan bank non pemerintah mengingat adanya mandat portofolio
sektor UMKM kemampuan bisnis UMKM untuk pulih dan risiko yang semakin
mampu dimitigasi menjadi kunci bagi peningkatan pembiayaan segmen UMKM di
masa depan.
7
konektivitas yang semakin aktif, kreatif, dan produktif. Perkembangan tersebut
pada akhirnya membentuk kondisi ekonomi yang kreatif yang perlu diarahkan
kepada sektor usaha yang mikro hingga menengah seperti UMKM. Bagi UMKM
tentu kondisi digitalisasi menjadi peluang bagi perkembangan usaha, e-commerce
dapat menjadi pasar yang menjanjikan bagi UMKM. Sayangnya lebih dari sepertiga
UMKM di Indonesia masih belum memiliki kemampuan bisnis online (Firdausy,
2018). Oleh karena itu diperlukan perhatian dan dukungan agar kontribusi UMKM
lebih signifikan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga
kerja, hingga peningkatan daya saing.
Persoalan pendanaan dan pemasaran menjadi poin utama dalam UMKM
menghadapi kondisi ekonomi digital terlebih lagi dihadapkan dengan pandemi.
Perbankan berperan dalam memobilisasi dana dan kredit ke sektor riil dimana
pelaksanaan restrukturisasi kredit dunia usaha menjadi bentuk sinergi tidak hanya
dalam pemulihan ekonomi nasional namun dalam mendorong transformasi UMKM
juga. Strategi pengembangan UMKM dilakukan melalui tiga intervensi yaitu 1)
Penguatan Akses Pembiayaan; 2) Penguatan SDM dan Usaha; 3) Penguatan
Kelembagaan.
Penguatan akses pembiayaan sangat dibutuhkan karena rentannya UMKM
untuk bertahan dalam kondisi pandemi dimana hanya 15% dari total UMKM yang
melakukan pinjaman ke lembaga keuangan. Angka tersebut tentu sangat rendah
terbukti dengan hampir 2600 UMKM (87,5%) terdampak negatif oleh pandemi
COVID-19 (Kementerian Koperasi dan UMKM, 2020). Selain pendanaan,
rendahnya kecakapan pelaku UMKM terhadap digitalisasi memberikan indikasi
perlunya peningkatan SDM sehingga dapat memaksimalkan kapasitas bisnisnya
melalui pemanfaatan teknologi digital sehingga mampu mencapai akses konsumen
yang lebih luas melalui perkembangan e-commerce. Terakhir yaitu penguatan
kelembagaan atau korporatisasi, hal tersebut ditujukan untuk menciptakan sinergi
dan kemitraan UMKM yang baik sehingga tercipta pemberdayaan ekonomi yang
kuat. Oleh karena itu strategi dalam pengembangan UMKM harus memenuhi dua
aspek yaitu dukungan teknis dan dukungan sarana prasarana.
8
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
10