Anda di halaman 1dari 16

FISIKA

Lembar Kerja Siswa Laboratorium Fisika

ADISTA FADILAH (01)


AGATA INTAN FEBRIANI (02)
DWI FITRIA RESPATINIGTYAS (10)
JASLIN BONITA AUREYGA (15)
X MIA 2
LAPORAN KERJA SISWA
MIKROSKOP

• Judul : Mikroskop

• Tujuan
Menganalisis prinsip kerja mikroskop

• Rumusan Masalah
Bagaimana prinsip kerja mikroskop?
Bagaimana pembentukan bayangan (sifat bayangan) yang terjadi pada mikroskop?

• Identifikasi Variabel
a. Variabel kontrol / terkendali (tetap) :
➔ Fokus lensa objektif (Fob) dan fokus lensa okuler (Fok)
b. Variabel bebas / manipulasi (diubah – ubah) :
➔ Jarak lensa objektif terhadap benda (sob) dan jarak antara lensa objektif
dengan lensa okuler
c. Variabel terikat / respons (hasil) :
➔ Bayangan yang terbentuk pada lensa okuler

• Hipotesis
Prinsip kerja mikroskop adalah jika benda diletakkan di ruang dua lensa
objektif maka akan terbentuk bayangan nyata, terbalik, diperbesar.
Jika bayangan lensa objektif berada di ruang 1 lensa okuler, maka bayangan ini
akan menjadi benda bagi lensa okuler. Sehingga bayangan akhir yang dibentuk oleh
lensa okuler terletak di depan lensa okuler, bersifat maya, terbalik, diperbesar
terhadap benda semula.

• Dasar Teori
Mikroskop adalah suatu alat optik yang digunakan untuk melihat benda
– benda berukuran mikro yang mampu menghasilkan perbesaran hingga
ratusan kali. Sebuah mikroskop terdiri atas susunan dua buah lensa
cembung. Lensa cembung yang dekat dengan benda disebut lensa objektif.
Lensa cembung yang dekat dengan mata disebut dengan lensa okuler. Jarak
fokus lensa okuler lebih besar daripada lensa objektif (fok > fob).
Benda yang akan diamati diletakkan di depan lensa objektif diantara Fob dan
2Fob atau (fob < sob < 2fob). Bayangan yang dibentuk lensa objektif dipandang sebagai
benda oleh lensa okuler. Supaya bayangan objektif diperbesar, maka harus terletak di
depan lensa okuler di antara titik O dan jarak fokus okuler (Fok). Jadi lensa okuler
berfungsi seperti lup.
Pembentukan bayangan dapat dengan mata berakomodasi maksimum atau tidak
berakomodasi.
- Apabila mata berakomodasi maksimum, maka bayangan akhir (bayangan
lensa okuler) harus terletak di depan lensa okuler pada titik dekat
pengamat (PP).
S’ok = −Sn
- Apabila mata tidak berakomodasi (dengan titik jauh berada di tak hingga),
maka bayangan akhir (bayangan lensa okuler) harus terletak di depan lensa

1
okuler pada titik jauh pengamat (PR), yaitu di tak berhingga. Sehingga jarak
benda okuler sama dengan jarak fokus okuler.
S’ok = −∞
Sok = Fok

• Alat dan Bahan


a. Kotak Cahaya (1 buah)
b. Pemegang kotak cahaya (1 buah)
c. Rel presisi 1 m (1 buah)
d. Kaki rel (2 buah)
e. Penyambung rel (1 buah)
f. Layar tembus cahaya (1 buah)
g. Pemegang slaid diafragma (1 buah)
h. Tumpakan berpenjepit (5 buah)
i. Lensa f= +100 mm bertangkai (1 buah)
j. Lensa f= +50 mm bertangkai (1 buah)
k. Model slaid set (1 buah)
l. Catu daya (1 buah)
m. Kabel penghubung (2 buah)
n. Batang dan bosshead universal (1 buah)
o. Lilin (1 buah)
p. Korek api (1 buah)

• Rancangan Percobaan
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan sesuai daftar untuk membuat
rancangan mikroskop
2. Susunlah peralatan di atas sesuai gambar

2
3. Gunakan bagian belakang kotak cahaya untuk menghasilkan sinar menyebar
4. Hubungkan catu daya ke sumber tengangan PLN. Pastikan catu daya dalam
keadaan mati.
5. Pilih tegangan keluaran catu daya 12 V DC
6. Hubungkan catu daya dengan sumber cahaya
Pada percobaan yang dilakukan :
1. Mengarahkan lensa (f= +50, f= +100, f= +200) dan layar tembus cahaya pada sinar
matahari untuk mencari titik fokus setiap lensa
2. Ukur jarak fokus lensa masing – masing dengan penggaris

• Prosedur / Langkah Kerja


1. Atur jarak antara model slaid (sebagai benda) dan lensa f= +50 mm sejauh kira
– kira 8 cm. Lensa f= +50 mm ini berfungsi sebagai lensa objektif.
2. Nyalakan catu daya sehingga sumber cahaya dapat menerangi model slaid
3. Tempatkan layar tembus cahaya di depan lensa f= +50 mm.
4. Geserlah layar tembus cahaya mendekati atau menjauhi lensa objektif sehingga
bayangan tajam terbentuk pada layar. Bayangan tajam akan didapatkan kira –
kira 15 cm di depan lensa f= +50 mm.
5. Letakkan lensa f= +100 mm kira-kira di depan layar tembus cahaya.
6. Pindahkan layar tembus cahaya ke depan kotak cahaya. Layar ini berfungsi
mengurangi intensitas cahaya sehingga benda dapat dilihat langsung melalui
lensa okuler.
7. Angkat ujung rel presisi. Bayangan yang diperbesar sekarang dapat dilihat
melalui lensa okuler (lensa f= +100 mm)

• Pertanyaan
Bagaimanakah sifat bayangan yang terjadi ?
 Sifat bayangan yang terjadi (bayangan akhir) yang dibentuk oleh lensa okuler
adalah maya, terbaik, diperbesar terhadap benda semula

• Hasil Pengamatan
Benda yang diamati (lilin) diletakkan di depan lensa objektif diantara Fob dan 2Fob
atau (fob < sob < 2fob).
Jarak benda lensa objektif (Sob) = cm
Fokus lensa objektif (Fob) = cm
Jarak bayangan lensa objektif (S’ob) = cm
Fokus lensa okuler (Fok ) = cm

3
Dari hasil pengamatan pada percobaan merangkai mikroskopsederhana tersebut
diperoleh bahwa sifat bayangan yang dihasilkan adalah nyata, terbalik, dan
diperbesar.

• Kesimpulan
Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda yang berukuran
mikroskopik yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata. Sifat bayangan pada
mikroskop ditentukan oleh 2 lensa cembung, yaitu lensa obyektif dan lensa okuler.
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa prinsip kerja mikroskop adalah jika
benda diletakkan di ruang dua lensa objektif maka akan terbentuk bayangan nyata,
terbalik, diperbesar.
Jika bayangan lensa objektif berada di ruang 1 lensa okuler, maka bayangan ini
akan menjadi benda bagi lensa okuler. Sehingga bayangan akhir yang dibentuk oleh
lensa okuler terletak di depan lensa okuler, bersifat maya, terbalik, diperbesar
terhadap benda semula.

• Penerapan Pada Kehidupan Sehari – Hari


1. Penggunaan dalam riset teknologi nano (teknologi yang berbasis pada struktur
benda berukuran nano meter).
2. Dalam bidang kesehatan digunakan untuk mengetahui genome kromosom pada
manusia, bayi yang akan lahir. Secara umum aplikasinya di bidang Bio medicine
adalah : cytogenetics, pathology, cell biology, photodynamics therapy, Brain
mapping. Dan untuk non-biomedical (aplikasi macroscopis) : forensic, perbaikan
artistic pada lukisan dan lain sebagainya.
3. Penggunaan mikroskop dalam bidang industri metalurgi
4. Penggunaan mikroskop dalam bidang industri polarisasi
5. Penggunaan mikroskop dalam bidang industri pengukur presisi
6. Penggunaan mikrospektrofotometer UV-Visible NIR : instrumen yang digunakan
untuk mengukur spektrum dari sampel yang berukuran mikro

4
LAPORAN KERJA SISWA
TEROPONG BINTANG

• Judul : Teropong Bintang

• Tujuan
Mempelajari prinsip kerja teropong bintang

• Rumusan Masalah
Bagaimana prinsip kerja dari teropong bintang?
Bagaimana pembentukan bayangan (sifat bayangan) pada teropong bintang?

• Variabel
1. Variabel manipulasi (bebas) : Jarak benda terhadap teropong
2. Variabel kontrol (pengendali) : Lilin
3. Variabel terikat (hasil) : Ukuran bayangan yang dihasilkan

• Hipotesis
Prinsip kerja teropong bintang adalah bayangan benda yang sangat jauh
(benda langit) atau Sob = ∞ akan berada di titik fokus lensa objektif (S’ob = fob).
Bayangan lensa objektif menjadi benda bagi lensa okuler. Hal ini sama dengan prinsip
kerja mikroskop.
Bayangan akhir yang dibentuk dari teropong bintang adalah maya, terbalik dan
diperkecil.

• Dasar Teori
Teropong bintang digunakan untuk mengamati benda-benda
yang jauh di angkasa, misalnya bulan, bintang, dan planet. Pada
dasarnya, teropong bintang terdiri dari dua lensa positif. Salah satu
lensa positif ditujukan ke benda yang diamati. Lensa ini disebut lensa
obyektif. Lensa obyektif yang lain berada di dekat mata disebut lensa
okuler.
Pengamatan dengan teropong bintang umumnya dilakukan
dengan mata tak berakomodasi. Bayangan yang dibentuk oleh lensa
obyektif bersifat nyata, terbalik, diperkecil. Bayangan ini terbentuk
di titik fokus utama lensa obyektif. Bayangan yang dibentuk lensa okuler bersifat maya
dan ukurannya lebih besar daripada bayangan yang dibentuk oleh lensa obyektif.
Penggunaan teropong bintang dilanjutkan dengan mata tidak berakomodasi
maksimum agar mata tidak cepat lelah, pada pengamatan ini bayangan yang dibentuk
oleh lensa okuler jatuh di titik jauh mata (Sn = ~ = S’ok).

• Alat dan Bahan


1. Rel presisi 1 buah
2. Layar tembus cahaya 1 buah
3. Lensa f = 50 mm, bertangkai 1 buah
4. Lensa f = 100 mm, bertangkai 1 buah
5. Lensa f = 200 mm, bertangkai 1 buah
6. Tumpakan berpenjepit 3 buah
7. Pemegang lilin 1 buah
8. Lilin 1 buah

5
• Rancangan Percobaan

Lensa f =
200 mm Lensa lain
Lilin Layar

Rel

Keterangan :
- Gunakan lensa f = 200 mm sebagai obyektif
- Letakkan lilin pada jarak kira-kira 3-4 m dari ujung rel presisi

• Langkah Kerja
1. Atur letak lilin sehingga nyala itu kira-kira sama tinggi dengan pusat lensa, dan
terletak kira-kira pada sumbu utama lensa pada rel presisi.
2. Dengan menggeser-geser layar tembus cahaya, tentukanlah bayangan lilim yang
terbentuk setajam-tajamnya pada layar itu.
3. Pasang lensa f = 50 mm pada tumpakan berpenjepit paling kanan. Gunakanlah
lensa itu sebagai lup untuk melihat bayangan pada layar tembus cahaya sehingga
terlihat bayangan maya yang tajam diperbesar.
4. Singkirkan layar tembus cahaya dari tempatnya, lalu amati ulang bayangan lilin itu
dari lensa obyektif. Geser-geserlah kedudukan lensa okuler sampai terlihat
bayangan paling tajam. Susunan kedua lensa itu sekarang merupakan model
teropong bintang.
5. Gantilah lensa okuler f = 50 mm dengan lensa f = 100 m. Lakukan seperti langkah
1-4.
6. Gantilah lensa obyektif f=200 mm dengan lensa f = 100 mm, lensa okulernya
diganti dengan lensa f = 50 mm. Lakukan lagi seperti langkah 1-4.
7. Gambarkan jalannya sinar dan ukur fokus lensa obyektif dan lensa okuler.

• Hasil Pengamatan
Lukiskan jalannya sinar untuk mata pengamat yang berakomodasi minimum

6
• Penerapan pada Kehidupan Sehari - hari

7
LAPORAN KERJA SISWA
KACA PLAN – PARALLEL

• Judul : Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel

• Tujuan :
Menentukan Pergeseran Sinar
Menentukan Indeks Bias

• Rumusan Masalah
Bagaimana pembiasan cahaya pada kaca plan paralel?
Apa saja sifat pembiasan pada kaca plan paralel?

• Variabel
1. Variabel manipulasi (bebas) : sudut datang
2. Variabel kontrol (pengendali) : ketebalan kaca (d), cahaya yang sejajar
3. Variabel terikat (hasil) : jarak / pergeseran sinar antara sinar bias
terakhir dengan perpanjangan sinar datang (t).

• Hipotesis
- Besar sudut datang sama dengan besar sudut bias terakhir ( i = r’ ), karena terletak
pada satu bidang datar.
- Semakin besar sudut datang, semakin besar pula jarak sinar bias terakhir terhadap
perpanjangan sinar datang.

• Dasar Teori
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang sekitar 380-750 nm. Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap sekitar
dilakukan dengan pendekatan sifat optik fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi, dan
polarisasi. Salah satu sifat yang dimiliki sebuah cahaya adalah pembiasan cahaya saat
masuk melalui dua medium yang berbeda. Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah
rambat cahaya saat melewati bidang batas dua medium bening yang berbeda indeks
biasnya.
Salah satu medium yang dapat membuat cahaya terbiaskan dan dapat diamati
pembiasannya adalah kaca planparalel. Kaca planparalel adalah sebuah kaca yang terdiri
dari beberapa bidang datar di sekitarnya. Kaca ini berbentuk balok sehingga dapat
memungkinkan pengamatan yang berbeda-beda tergantung ketebalannya. Jika sinar
datang menuju kaca planparalel, sinar yang dipantulkan dibelokkan menuju garis normal.
Di sisi lain, berkas cahaya yang muncul dalam kaca dibiaskan ke udara, sudut bias lebih
besar dari sudut datang, dan sinar yang dipantulkan dibelokkan menjauhi garis normal.
Pergeseran sinar tersebut dapat diamati dengan jelas tergantung medium yang
dilewatinya. Besarnya pergeseran sinar (t) pada kaca planparalel dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan :
𝑑 sin (𝑖 − 𝑟)
𝑡=
cos 𝑟
t = pergeseran sinar (cm) d = ketebalan kaca (cm)

8
i = sudut datang (0) r = sudut bias (0)

• Alat Dan Bahan


1. Kaca plan paralel 1 buah 5. Diafragma satu celah 1 buah
2. Meja optik 1 buah 6. Rel presisi 1 buah
3. Kertas putih 7. Sumber cahaya/lampu 1 buah
4. Kertas grafik 8. Catu daya 1 buah

• Rancangan Percobaan

• Langkah Kerja
1. Gambarlah sumbu x dan y pada selembar kertas putih dan buatlah garis sinar
datang dengan sudut 300
2. Letakkan kaca plan paralel sehingga salah satu tepinya berimpit dengan sumbu x
3. Gambarlah batas-batas sisi kaca plan paralel
4. Himpitkan sinar datang dari lampu dengan (P1, P2) pada garis sinar datang lalu
amati dari sisi belakang kaca plan paralel. Beri tanda titik P3 dan P4
5. Tariklah garis P3 dan P4 sehingga memotong garis AB dan titik potongnya
6. Tariklah garis antara titik O dan C
7. Ukurlah sudut bias r, r’ lalu isikan hasilnya ke dalam tabel

9
8. Tariklah garis perpanjangan sinar datang lalu ukurlah pergeseran sinarnya (t) dan
isikan ke dalam tabel

• Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan dan perhitungan

d = tebal kaca : 6,1 cm


Sin i / thit
No. i r r’ Sin i sin r t
sin r
1. 300 20 30 0,5 0,34 1,47 1 1,08

2. 600 35 60 0,866 0,57 1,51 3,2 3,185

• Pertanyaan
• Buatlah grafik hubungan antar sin i dan sin r !

10
• Dari tabel di atas, bagaimana kecenderungan nilai sin i / sin r?
Grafik sin i terhadap sin r berbentuk garis lurus yang melalui titik pusat O
(0,0). Ini berarti sin i berbanding lurus dengan sin r, sehingga secara matematis
Sin i = n x sin r
sin 𝑖
n=
sin 𝑟
Persamaan tersebut merupakan persamaan Snellius.

• Tentukan indeks bias balok kaca dari grafik yang kamu buat!
n2 = indeks bias kaca, n1 = indeks bias udara
sin 𝑖 𝑛2
𝑛21 = =
sin 𝑟 𝑛1
sin 30 𝑛2 0.5 𝑛2
= → = → 𝑛2 = 1,47
sin 20 𝑛1 0,34 1

Sesuai dengan teori bahwa indeks bias mutlak untuk udara adalah 1, 0003
dan kaca (gelas) adalah 1,5 – 1,9. Sehingga hasil pengamatan sesuai dengan indeks
bias mutlak pada teori.

• Bagaimana arah sinar datang dan arah sinar yang meninggalkan kaca plan
paralel?

Arah sinar datang dan sinar bias terakhir adalah sejajar dan searah.
 Sinar datang menuju garis normal dan masuk ke dalam kaca plan paralel,
sedangkan sinar bias terakhir meninggalkan garis normal dan keluar
meninggalkan kaca plan paralel.

• Dengan persamaan
𝑑 sin(𝑖 − 𝑟)
𝑡=
cos 𝑟
Tentukan besarnya pergeseran sinar dengan melengkapi tabel kolom thit di atas,
dan bandingkan dengan hasil pengukuran anda!
1. Untuk i = 300 dan r= 200 2. Untuk i = 600 dan r =
6 sin (30 − 20) 350
𝑡=
𝑐𝑜𝑠 20 6 sin (60 − 35)
6 (0,17) 1,02 𝑡=
= = 𝑐𝑜𝑠 35
0,94 0,94 6 (0,43) 2,58
= =
= 1, 08 𝑐𝑚 0,81 0,81
= 3,185 𝑐𝑚

• Kesimpulan
 Besar sudut i = sudut r’
 Semakin besar sudut datang, maka (t) semakin besar.
 n kaca > n udara, maka sudut i > sudut r karena kerapatan kaca lebih besar
daripada udara sehingga sinar yang datang dari medium yang renggang ke medium
lebih rapat akan dibiaskan mendekati garis normal.
 Hasil pengukuran manual menggunakan busur sama dengan hasil penghitungan
melalui rumus yang ada.

11
• Penerapan pada Kehidupan Sehari-Hari
- Terjadinya fatamorgana
- Pembiasan pada kaca jendela (ventilasi) rumah
- Dasar kolam terlihat lebih dangkal bila dilihat dari atas.
- Kacamata minus (negatif) atau kacamata plus (positif) dapat membuat jelas
pandangan bagi penderita rabun jauh atau rabun dekat karena adanya pembiasan.
- Terjadinya pelangi setelah turun hujan.

LAPORAN KERJA SISWA


PRISMA SEGITIGA

• Judul : Pembiasan Pada Prisma

• Tujuan : Menentukan Sudut Deviasi

• Rumusan masalah
Bagaimana pembiasan cahaya pada prisma?

• Variabel
1. Variabel manipulasi (bebas) : sudut datang
2. Variable kontrol (pengendali) : sudut pantul prisma
3. Variable terikat (hasil) : sudut deviasi (Hasil pembiasan terakhir)

• Hipotesis
- Apabila sudut datang < sudut kritis, maka cahaya akan mengalami pemantulan
sempurna
- Apabila sudut datang > sudut kritis, maka cahaya akan dibiaskan

• Dasar Teori
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan
atau pembelokkan cahaya karena melalui dua medium
yang berbeda kerapatan optiknya. Pembiasan cahaya
dapat terjadi dikarenakan perbedaan laju cahaya pada
kedua medium. Laju cahaya pada medium yang rapat
lebih kecil dibandingkan dengan laju cahaya pada
medium yang kurang rapat. Menurut Christian Huygens
(1629-1695): “Perbandingan laju cahaya dalam ruang
hampa dengan laju cahaya dalam suatu zat dinamakan
indeks bias”
Bahan bening yang dibatasi oleh dua bidang
permukaan yang bersudut disebut prisma. Bearnya sudut
antara kedua permukaan itu disebut sudut pembias (β).
Apabila seberkas cahaya masuk pada salah satu permukaan prisma, cahaya akan
dibiaskan dari permukaan prisma lainnya. Karena adanya dua kali pembiasan, maka
pada prisma terbentuklah sudut penyimpangan yang disebut sudut deviasi (δ). Sudut

12
deviasi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan dari perpanjangan cahaya datang
dengan perpanjangan cahaya bias prisma.

• Alat dan Bahan


1. Prisma 1 buah
2. Meja optic 1 buah
3. Rel presisi 1 buah
4. Ray box 1 buah
5. Catu daya 1 buah
6. Kabel penghubung merah 1 buah
7. Kabel penghubung hutam 1 buah
8. Diafragma 1 celah dan pemegangnya

• Rancangan Percobaan

• Langkah Kerja
1. Gambarlah sumbu x dan y pada selembar kertas putih
2. Gambarlah garis sinar datang (i) dengan sudut 30
3. Letakkan prisma dengan salah satu sisinya menempel pada sumbu x dan jarak
puncak prisma dari titik O ± 2 cm
4. Gambarlah tepi prisma pada kertas
5. Arahkan sinar dari celah P1 dan P2 pada garis sinar datang lalu amati sinar dari
arah yang berlawanan, beri tanda titik P3 dan P4
6. Angkatlah prisma dan tarik garis dari P3 dan P4 sehingga memotong garis sisi
prisma
7. Buatlah garis normal untuk mengetahui sudut bias

13
8. Ukurlah besarnya sudut bias (r’) dan sudut deviasi lalu isikan hasil pengamatanmu
dalam tabel

• Hasil Pengamatan
Table 1. Hasil Pengamatan dan Perhitungan
No i r’ D D : i + r’ - β
1. 60 40 40 60+40-60= 40
2. 45 59 43 45+59-60= 44

• Pernyataan
1. Dari hasil pengamatan anda bagaimana nilai D dan (i+r’-β)
→ Hasilnya mendekati dengan nilai sudut deviasi menggunakan rumus

2. Pada sudut datang berapakah terjadi deviasi minimum dari hasil pengamatan
anda?
→ Tidak terjadi devisiasi minimum karena syarat terjadinya devisiasi minimum
yaitu i=r’ sedangkan dalam percobaan kami i ≠ r’

3. Buatlah grafik D terhadap I dengan D (sumbu y) dan i (sumbu x)

4. Berapakah harga D min dari grafik tersebut?

5. Pada saat terjadi D min, bagaimana besar sudut I dan r’?


→ Saat terjadi D min besar sudut i harus sama dengan sudut r’

14
• Kesimpulan
Sudut deviasi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan dari perpanjangan
cahaya datang dengan perpanjangan cahaya bias prisma. Sudut deviasi dapat dicari dengan
menggunakan rumus D : i + r’ – β. Hubungan antara sudut deviasi dengan sinar datang (i)
saling mempengaruhi karena semakin besar sudut sinar datang (i) maka sudut deviasi yang
terbentuk semakin kecil. sedangkan untuk D minimum hanya dapat dicari jika besar sudut i
sama dengan sudut r’.

• Penerapan pada Kehidupan Sehari-Hari


- Terjadinya pelangi
Sinar matahari dibiaskan oleh air hujan. Sinar
matahari terdiri dari campuran panjang gelombang yang
berbeda, atau warna, cahaya, dengan warna biru,
misalnya, memiliki panjang gelombang lebih pendek
daripada merah. Ketika cahaya ini melewati hujan,
panjang gelombang pendek yang bengkok lebih dari yang
panjang, membelah cahaya menjadi warna yang
berbeda.

- Fatamorgana.
Indeks bias udara bervariasi sesuai suhu dan tekanan, benda dapat muncul
berbeda tempat atau terganggu dalam kondisi tertentu. Ilusi air yang terlihat
di jalan pada hari yang panas. Itu adalah gambar yang dibiaskan dari langit
yang disebabkan oleh pemanasan dekat bidang ke permukaan jalan. Kadang-
kadang lapisan udara pada temperatur dan tekanan yang berbeda dapat
membuat benda-benda yang di atas cakrawala terlihat – ini dikenal sebagai
fatamorgana
- Kedudukan benda-benda langit ketika dilihat dari bunyi (seperti posisi bintang).
- Intan dan Berlian yang tampak berkilau.

15

Anda mungkin juga menyukai