Anda di halaman 1dari 36

1

Daftar Isi
RINGKASAN.......................................................................................................................................... 3
I. EKONOMI MAKRO DAN GAMBARAN UMKM DI INDONESIA ............................................... 6
II. KONDISI UMKM DI INDONESIA SELAMA PANDEMI COVID-19 ........................................... 7
III. KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK UMKM DAN IMPLEMENTASINYA ................................. 8
IV. PEMETAAN MASALAH DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN ................................................ 15
IV.1 Rekomendasi kebijakan berkaitan dengan efektivitas jenis-jenis bantuan untuk
UMKM ......................................................................................................................................... 16
IV.2 Rekomendasi kebijakan untuk mengatasi permasalahan penyasaran penerima
bantuan (targeting) ................................................................................................................... 19
IV.3 Rekomendasi kebijakan untuk pengawasan (monitoring) dan implementasi
kebijakan .................................................................................................................................... 21
V. PERSIAPAN UMKM DALAM MENGHADAPI ‘NEW NORMAL’ ............................................. 24
VI. MEMASUKI ‘NEW NORMAL’: INOVASI KEBIJAKAN UNTUK MEMBANGKITKAN GAIRAH
UMKM DALAM PEREKONOMIAN............................................................................................... 25
VII. PENUTUP ................................................................................................................................. 30
REFERENSI ..................................................................................................................................... 32

2
RINGKASAN

Kondisi Pasar

Di antara sektor-sektor yang terdampak akibat pandemi


COVID-19, sektor UMKM merupakan sektor yang paling
terancam dikarenakan adanya tekanan dari sisi penawaran
yang menyebabkan efek ikutan negatif pada sisi
permintaan. Dengan kontribusi UMKM kepada Produk
Domestik Bruto (PDB) sebesar 61% dan penyerapan
tenaga kerja sebesar 97% (BPS, 2018), sektor UMKM
memiliki nilai strategis dalam pemulihan perekonomian
nasional. Untuk itu, strategi kebijakan dalam rangka
pemulihan sektor UMKM yang tepat menjadi sangat
diperlukan. Secara ringkas, terdapat empat permasalahan
utama UMKM1 sebagai akibat dari COVID-19 yang saat ini masih berlangsung, yakni: penurunan
penjualan, masalah permodalan, terhambatnya distribusi produk dan bahan baku.

Beberapa kebijakan pemerintah untuk membantu UMKM pada masa pandemi COVID-19 yang akan
dibahas dalam policy paper ini ialah sebagai berikut:

1. Penundaan pokok dan bunga UMKM dan UMi


2. Subsidi bunga kredit UMKM dan UMi
3. Insentif perpajakan untuk UMKM
4. Penjaminan Kredit Modal Kerja UMKM
5. Stimulus modal kerja, yakni bantuan modal kerja darurat khusus bagi pelaku UMKM terdampak
covid-19
6. Dana Insentif Daerah (DID); dan
7. Pemberian program bantuan sosial bagi pelaku UMKM kategori miskin dan kelompok rentan
terdampak COVID-19.

Sebagai kebijakan yang relatif baru saja diimplementasikan oleh pemerintah, kebijakan stimulus UMKM
dan bantuan sosial ini masih memiliki beberapa potensi permasalahan yang sebetulnya dapat dicegah
sejak dini. potensi-potensi permasalahan dalam implementasi kebijakan pemerintah untuk UMKM dapat
dipetakan menjadi tiga kategori: Efektivitas kebijakan stimulus UMKM mengenai bagaimana kecukupan
kebijakan dalam menjawab kebutuhan UMKM saat pandemi; Penyasaran (targeting) yakni risiko adanya
exclusion dan/atau inclusion error, validasi data penerima dan validasi eligibilitas; Pengawasan
(monitoring) yang berkaitan dengan tahapan implementasi kebijakan, potensi penyalahgunaan
penyaluran, dan pengaduan.

Policy paper ini memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah untuk
mencegah munculnya permasalahan-permasalahan pelaksanaan kebijakan di masa mendatang. Untuk
beberapa kebijakan yang sudah mulai dilaksanakan, perbaikan dapat dilaksanakan bersamaan dengan

1
UMKM Crisis Center; dikutip dari indonesia.go.id dan republika.co.id

3
implementasi kebijakan tersebut. Berikut ini beberapa rekomendasi kebijakan untuk pemulihan UMKM
di Indonesia.

1. Memberikan hibah atau subsidi secara langsung untuk UMKM yang belum bankable.
2. Meningkatkan peranan Kementerian Koperasi dan UKM melalui dua peran tambahan:
a. Pembinaan dan edukasi kepada UMKM dalam memanfaatkan teknologi untuk berjualan
online.
b. Kebijakan satu pintu untuk UMKM yaitu hanya melalui Kementerian Koperasi dan UKM.
3. Transformasi digital UMKM dengan kerja sama perusahaan besar dan inisiatif portal bersama
UMKM.
4. Kebijakan Government as Buyer of Last Resort atau pemerintah menyerap sisi permintaan dari
sektor usaha.
5. Kebijakan quasi-fiscal dengan kerja sama Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) untuk menyerap
produk-produk UMKM dan menjalin kerja sama bisnis.
6. Sistem satu basis data dan tambahan verifikasi data dengan survei lapangan.
7. Metode targeting dan verifikasi data berbasis komunitas.
8. Penyaluran bantuan sosial bersamaan dengan perbaikan data.
9. Pembuatan SOP monitoring yang rinci untuk Inspektorat Daerah dan diskusi rutin dengan
Inspektorat Daerah.
10. Pelibatan Kejaksaan dan KPK dalam Satgas Pengawasan Bansos.
11. Pembagian tugas pendampingan dan pengawasan antara BPKP, KPK, Inspektorat Daerah, dan
Kejaksaan sehingga semua daerah mendapatkan pemantauan yang merata.
12. Keterbukaan informasi perkembangan penyaluran bantuan sosial.
13. Perluasan penyebaran informasi melalui aplikasi, SMS/informasi terpusat, media massa (televisi);
dan membuka mekanisme pengawasan oleh masyarakat.

Memasuki masa pemulihan dan ‘new normal’, berikut ini beberapa pilihan kebijakan yang dapat
diimplementasikan oleh pemerintah dalam membangkitkan gairah UMKM dalam perekonomian
nasional.

1. Pemetaan UMKM dan pemetaan protokol kesehatan untuk tiap kategori UMKM: usaha mikro,
kecil, menengah; meliputi kategori kebijakan wajib, mandiri, opsional, dan kebijakan yang harus
dibantu atau diarahkan oleh pemerintah
2. Simulasi atau semacam uji coba new normal terlebih dahulu selama waktu tertentu (1-2 minggu)
dan dievaluasi apakah pemberlakuan new normal pada UMKM berjalan dengan baik.
3. Mendorong program padat karya tunai (ILO, 2020) melalui pemanfaatan dana kecamatan, dana
desa, dan pemanfaatan program pembangunan oleh K/L.
4. Mengembalikan kepercayaan konsumen pada keamanan transaksi dan produk.
5. Pembebasan atau pengurangan biaya sewa bagi UMKM.
• Ketentuan mengenai besaran, durasi, dan persyaratan pemberian bantuan
pembebasan atau pengurangan biaya sewa bagi UMKM tersebut perlu dikaji lebih
lanjut.
6. Subsidi upah bagi pekerja UMKM selama pandemi dengan besaran minimal 60%-85% dari
upah minimum regional.
7. Transformasi digital UMKM
8. Memperpanjang penundaan pembayaran pokok utang dan subsidi bunga kepada UMKM
hingga bulan ke-9.

4
Kajian-kajian tambahan untuk cost-effectiveness analysis perlu dilaksanakan untuk mengetahui
kontribusi kebijakan-kebijakan tersebut terhadap UMKM dan perekonomian nasional sehingga dapat
dijadikan acuan kebijakan di masa mendatang.

5
I. EKONOMI MAKRO DAN GAMBARAN UMKM DI INDONESIA

Kasus pandemi COVID-19 di Indonesia telah


meningkat secara eksponensial dan
menyebar di seluruh provinsi. Penyebaran
tersebut bukan hanya menimbulkan risiko
dalam sektor kesehatan, namun juga
bertransformasi menjadi risiko sosial ekonomi
besar yang belum pernah kita lihat
sebelumnya. Efek domino dari krisis
kesehatan membuat aktivitas ekonomi
terhenti dalam waktu yang singkat sehingga
bukan hanya mengancam pertumbuhan
ekonomi, namun juga berpotensi Gambaran UMKM
meningkatkan pengangguran dan juga
kemiskinan. Setidaknya indikator pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 yang
hanya sebesar 2,97% sudah mengkonfirmasi hal tersebut (BPS, 2020). Penurunan
pertumbuhan ekonomi menjadi tanda bahwa geliat aktivitas ekonomi menurun secara drastis.
Pasalnya krisis yang di hadapi saat ini berbeda dengan dua krisis sebelumnya, yakni Asian
financial crisis 1997 dan global financial crisis 2008, yang mayoritas menghantam kelompok
perusahaan besar. Setidaknya saat ini beberapa perusahaan besar memiliki bantalan yang
cukup untuk bertahan lebih lama dibandingkan UMKM. Bahkan tidak sedikit perusahaan besar
menyumbang/berdonasi untuk menangani krisis yang disebabkan oleh COVID-19 ini.

Di antara sektor-sektor yang terdampak akibat pandemi COVID-19, sektor UMKM merupakan
sektor yang paling terancam dikarenakan adanya shock dari sisi penawaran dan permintaan.
Kementerian Koperasi dan UKM mencatat 43% UMKM berhenti beroperasi akibat pandemi
COVID-19 per April 20202. Adanya penurunan daya beli dan kebijakan social distancing
menciptakan guncangan pada sisi permintaan. Sedangkan dari sisi penawaran, guncangan
diakibatkan adanya rantai suplai yang seketika terdisrupsi serta. Kegiatan usaha yang terhenti
membuat sektor UMKM menghadapi kesulitan dalam memenuhi kewajiban kredit mereka dan
berpotensi meningkatkan NPL kredit perbankan UMKM.

UKM Center Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia mencatat bahwa terdapat 64,18 juta
UMKM di Indonesia yang berkontribusi kepada Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 61% dan
penyerapan tenaga kerja sebesar 97% di tahun 20183. Dengan proporsi terhadap
perekonomian yang besar tersebut, sektor UMKM memiliki nilai strategis dalam pemulihan

2
https://economy.okezone.com/read/2020/05/19/320/2216489/43-umkm-tutup-akibat-covid-19
3
UKMC FEB UI: UMKM Outlook 2020: Do it digital

6
perekonomian nasional. Untuk itu, strategi kebijakan dalam rangka pemulihan sektor UMKM
yang tepat menjadi sangat diperlukan.

II. KONDISI UMKM DI INDONESIA SELAMA PANDEMI COVID-19

UKM Center FEB UI juga menemukan bahwa


terdapat sekitar 40 juta UMKM yang
terdampak COVID-19 dikarenakan
karakteristik bisnis mereka yang sebagian
besar masih mengandalkan kegiatan dengan
tatap muka dan mengandalkan pendapatan
harian4. Sebagaimana ketentuan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
yang ditetapkan sejak awal April lalu,
berkurangnya aktivitas fisik (tatap muka)
menghambat Sebagian besar UMKM
sehingga hal ini juga mempengaruhi
Kondisi Pasar
pendapatan harian mereka. Sebagian UMKM
telah mulai memanfaatkan platform e-commerce atau memulai menerapkan strategi
pemasaran dan pelayanan online, namun sebagian lagi tentu masih berjuang dengan cara-
cara tradisional atau bahkan harus terhenti sama sekali.

Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber per 16 April 2020 menyebutkan bahwa
terdapat empat permasalahan utama UMKM sebagai akibat dari COVID-19 yang saat ini masih
berlangsung. Permasalahan ini tersebar di beberapa provinsi di Indonesia yang menghadapi
pandemik paling besar antara lain DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Selatan5.

Pertama, penurunan penjualan. Survei dari UMKM Crisis Center menemukan bahwa 36,7%
responden UMKM mendapati penurunan penjualan selama masa pandemi ini. Bahkan 26%
UMKM mengalami penurunan penjualan hingga 60%.6 Kedua, masalah permodalan. Laporan
call center Kementerian Ekonomi dan UKM menemukan bahwa terdapat 22% UMKM
mengalami masalah berkaitan dengan permodalan. Ketiga, terhambatnya distribusi. Sebanyak
18% UMKM mengaku mengalami hambatan distribusi produk dan sebanyak 4% UMKM
mengalami kelangkaan bahan baku untuk produksi mereka.7

4
Paparan Ketua UKM Center FEB UI pada Acara Bincang Sore Bersama FEB UI pada 22 Mei 2020
5
https://www.jurnal.id/id/blog/keluhan-para-pelaku-bisnis-umkm-saat-corona/
6
https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-angka/ekonomi/ekstra-insentif-agar-umkm-tetap-aktif
7
https://republika.co.id/berita/q8vsnj383/kemenkop-56-persen-umkm-mengalami-penurunan-penjualan

7
III. KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK UMKM DAN IMPLEMENTASINYA

Dalam upaya pemulihan ekonomi pasca COVID-


19 ini, pemerintah mempersiapkan beberapa
stimulus kebijakan untuk dunia usaha. Beberapa
kebijakan yang menyasar langsung UMKM
Indonesia dirangkum dalam Tabel 1.8

Dilansir dari berbagai sumber, kebijakan


pemerintah untuk membantu UMKM pada masa
pandemi COVID-19 ini dikategorikan menjadi dua
kelompok. Kelompok kebijakan yang pertama
ialah kebijakan yang menyasar langsung kepada
bisnis dan kelangsungan UMKM, yakni:
Presiden Melakukan Rapat
1. Penundaan pokok dan bunga UMKM dan Sumber: BPMI Sekretariat Presiden
UMi
2. Subsidi bunga kredit UMKM dan UMi
3. Insentif perpajakan untuk UMKM
4. Penjaminan Kredit Modal Kerja UMKM
5. Stimulus modal kerja, yakni bantuan modal kerja darurat khusus bagi pelaku UMKM
terdampak covid-19

Sedangkan kelompok kebijakan yang kedua ialah kebijakan yang menyasar pemilik UMKM
sebagai individu/rumah tangga dan berorientasi kepada kebutuhan yang lebih luas, tidak
terbatas pada kebutuhan bisnis. Kebijakan tersebut ialah Dana Insentif Daerah (DID) dan
Pemberian program bantuan sosial bagi pelaku UMKM kategori miskin dan kelompok rentan
terdampak COVID-19. Tabel 1 pada halaman berikut merupakan pemetaan kebijakan
pemerintah, definisi dan target, perkembangan kebijakan hingga Mei 2020, dan potensi-
potensi permasalahan yang akan dihadapi.

8
Badan Kebijakan Fiskal: Media Briefing: Program Pemulihan Ekonomi Nasional

8
Tabel 1. Pemetaan Kebijakan Pemerintah Indonesia untuk UMKM di Masa Pandemi COVID-19
No. Kebijakan Definisi Target Implementasi (per Mei Potensi Permasalahan
2020)
1 Penundaan pokok dan Total pagu pokok yang ditunda • Debitur existing KUR Mulai Risiko saat targeting/penyasaran
bunga UMKM dan UMi pembayarannya sebesar Rp64,868 (Kredit Usaha Rakyat), diimplementasikan penerima bantuan:
triliun. Untuk tambahan anggaran sebanyak 11,9 juta bulan Mei12
- Exclusion error: kelompk yang
subsidi, pemerintah menyiapkan dana debitur aktif (hingga 29
harusnya menerima, tetapi tidak
sebesar Rp6,1 triliun9. Februari 2020).
menerima keringanan.
• UMKM yang
- Inclusion error: kelompok yang
• Penundaan pembayaran cicilan mendapatkan dana
harusnya tidak menerima, tetapi
pokok pinjaman selama 6 bulan. pinjaman melalui Kredit
menerima keringanan.
• Nasabah KUR juga akan Ultra Mikro (UMi) yaitu
10,4 juta debitur.10 Risiko saat pendaftaran penerima
menikmati pembebasan bunga
bantuan:
cicilan selama 3 bulan dan diskon
50% bunga cicilan selama 3 Syarat debitur penerima - Tidak ada informasi yang dapat
bulan. bantuan: digunakan untuk memvalidasi
1. Lokasi usaha berada di penurunan pendapatan/omset dan
lokasi terdampak Covid- gangguan proses produksi yang
19, yang diumumkan disebabkan oleh covid-19.
pemerintah setempat; Risiko ketidakpastian jangka panjang:
atau Bagaimana kelangsungan hidup UMKM
2. terjadi penurunan tersebut setelah 6 bulan periode
pendapatan/omset pemberian bantuan selesai namun
karena mengalami kondisi covid-19 belum juga membaik?
gangguan terkait covid-
19; atau
3. terjadi gangguan
terhadap proses

9
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/pelaku-umkm-dapat-tunda-bayar-kredit-kurumi-selama-6-bulan/
10
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/pelaku-umkm-dapat-tunda-bayar-kredit-kurumi-selama-6-bulan/
12
https://www.cnbcindonesia.com/market/20200502171918-17-155846/kapan-subsidi-bunga-dirilis-sri-mulyani-insya-allah-mei-ini

9
No. Kebijakan Definisi Target Implementasi (per Mei Potensi Permasalahan
2020)
produksi karena
dampak Covid-1911.

2 Subsidi bunga kredit Dari 34,15 T yang disediakan Jumlah rekening yang Melalui bank dan Risiko lemahnya implementasi dan data
UMKM dan UMi pemerintah: dicover sebanyak 60,66 juta. lembaga pembiayaan, sehingga ada yang membutuhkan tetapi
• 80% untuk penundaan angsuran Fasilitas 3 bulan pertama nanti diindentifikasi yang tidak mendapatkan subsidi
dan subsidi bunga untuk UMKM bunga dibayar pemerintah 6 mana yang berhak
• 19% untuk penundaan cicilan %, 3 bulan selanjutnya bunga direstrukturisasi dan
pokok dan subsidi bunga untuk ditanggung pemerintah 3 %. disubsidi bunga dalam
kredit KUR, UMi, Mekaar, ini berlaku untuk kredit SKB [surat keputusan
Pegadaian UMKM yang ada di Bank bersama] dengan OJK.
• 1% untuk relaksasi subsidi bunga Perkreditan Rakyat (BPR)1,62
UMKM Pemerintah Daerah, LPDB, juta debitur, perbankan
dan sebagainya. 20,02 juta debitur,
perusahaan pembiayaan
termasuk kredit motor roda
dua sebanyak 6,76 juta
debitur. Subsidi tersebut
juga berlaku untuk untuk
peminjam mikro di bawah
Rp500 juta yang dianggap
setara dengan Kredit Usaha
Rakyat (KUR), ada 28,3 juta
rekening atau nasabah.
Kemudian, untuk debitur
pinjaman Rp500 juta-Rp10
milyar yang restrukturisasi,
pemerintah berikan 3 bulan
pertama bantuan bunga 3%,
tiga bulan kedua, bantuan
bunga 2%.

11
https://www.ukmindonesia.id/baca-artikel/267

10
No. Kebijakan Definisi Target Implementasi (per Mei Potensi Permasalahan
2020)
3 Insentif perpajakan untuk • Tarif PPh final untuk UMKM Insentif yang diberikan untuk DJP menyatakan telah Risiko lemahnya pengawasan dan
UMKM diturunkan dari 0.5% menjadi 0% masa pajak April 2020 melakukan deployment monitoring sehingga yang tidak berhak
dimulai dari April hingga September hingga September 2020 sistem aplikasi online menerima tetapi mendapatkan insentif
2020. terkait perluasan sektor
• insentif PPh Pasal 21 ditanggung penerima insentif yang
pemerintah (DTP) untuk karyawan sebelumnya ada di PMK
pada perusahaan yang bergerak di 23/2020 tersebut.
salah satu dari 1.062 bidang industri Dengan demikian, wajib
tertentu, pada perusahaan yang pajak sudah bisa
mendapatkan fasilitas kemudahan mengaksesnya.
impor tujuan ekspor (KITE), dan
pada perusahaan di kawasan berikat.
Karyawan yang memiliki NPWP dan
penghasilan bruto yang bersifat
tetap dan teratur yang disetahunkan
tidak lebih dari Rp200 juta pada
sektor-sektor ini akan menerima
penghasilan tambahan dalam
bentuk pajak yang tidak dipotong
pemberi kerja tetapi diberikan
secara tunai kepada pegawai.
• insentif pembebasan dari
pemungutan PPh Pasal 22 Impor
wajib pajak yang bergerak di salah
satu dari 431 KLU, pada perusahaan
KITE, dan pada perusahaan di
kawasan berikat. Fasilitas ini
sebelumnya hanya diberikan kepada
102 bidang industri dan perusahaan
KITE.
• insentif pengurangan 30%
angsuran PPh Pasal 25 Wajib pajak
yang bergerak di salah satu dari 846
KLU, perusahaan KITE, dan
perusahaan di kawasan berikat.
Fasilitas ini sebelumnya hanya

11
No. Kebijakan Definisi Target Implementasi (per Mei Potensi Permasalahan
2020)
diberikan kepada 102 bidang industri
dan perusahaan KITE
• Insentif restitusi PPN dipercepat
hingga jumlah lebih bayar maksimal
Rp5 miliar untuk wajib pajak yang
bergerak di salah satu dari 431 KLU,
perusahaan KITE, dan perusahaan di
kawasan berikat. Fasilitas ini
sebelumnya hanya diberikan kepada
102 bidang industri dan perusahaan
KITE.
4 Penjaminan Kredit Modal • Pemerintah menjamin pemenuhan Memberikan stimulus dan Belum terimplementasi, • Menambah modal kerja di saat
Kerja UMKM kewajiban finansial pelaku usaha, bantuan modal kerja darurat masih menunggu pandemi dirasa kurang tepat jika
khususnya UMKM, dalam bentuk kepada dunia usaha peraturan tidak dibarengi dengan kebijakan
penjaminan atas kredit modal khususnya UMKM yang turunan/Peraturan lain, seperti mendorong
kerja tambahan yang diberikan terdampak COVID-19. Menteri Keuangan. permintaan/daya beli dan menjaga
oleh perbankan. Alokasi dana sebesar Rp6 ketersediaan bahan baku
• Penjaminan hanya dapat triliun: Redtape/birokrasi
dilakukan oleh badan usaha • Imbal jasa penjaminan
penjaminan PT Jaminan Kredit Rp5 triliun
Indonesia (Jamkrindo) dan PT • Cadangan penjaminan
Asuransi Kredit Indonesia pemerintah Rp1 triliun
(Askrindo).
5 Dana Insentif Daerah (DID) • Stimulus untuk pemulihan Dana yang dialokasikan Telah dilakukan Risiko lemahnya pengawasan dan
ekonomi di daerah yang juga sebesar Rp13,5 triliun penyaluran DID tahap I: monitoring:
ditujukan untuk UMKM terdampak. • 100% untuk DID tidak digunakan untuk prioritas
Dana bersumber dari cadangan bagian kategori Kesehatan penanganan COVID-19
anggaran bendahara umum negara • 50% untuk kategori
(BA BUN). lainnya
6 Pemberian program Pemerintah memberikan perlindungan • APBN yang dialokasikan • Menteri Koperasi dan • Masalah prosedur penyaluran bansos
bantuan sosial bagi pelaku bagi pelaku UMKM kategori miskin dan untuk bantuan sosial Usaha Kecil Menengah yang berbelit-belit menghambat
UMKM kategori miskin dan kelompok rentan dari risiko sosial (termasuk untuk UMKM) Teten Masduki kecepatan penyaluran bansos, maka
kelompok rentan ekonomi akibat terdampak covid-19 adalah sebesar Rp149,1 memperkirakan diperlukan penyederhanaan aturan
terdampak covid-19 dalam bentuk PKH, Kartu sembako, Triliun. sekitar 20 juta UMKM prosedur penyaluran bansos dengan
Kartu Pra Kerja, Diskon tarif listrik, • Menteri Koperasi dan UKM belum mendapatkan tanpa mengurangi akuntabilitas
Teten Masduki bantuan sosial karena

12
No. Kebijakan Definisi Target Implementasi (per Mei Potensi Permasalahan
2020)
Bansos Jabodetabek, Bansos tunai non menjelaskan bahwa ada 5 belum terhubung sehingga pelaksanaannya bisa
Jabodetabek dan logistik/pangan. juta pelaku UMKM yang dengan perbankan. fleksibel.
akan menerima bansos. • Sampai dengan • Masih ada tumpang tindih validitas
Data tersebut didapatkan tanggal 14 Mei 2020 data penerima bantuan. Tumpang
dari UMKM yang mengikuti realisasi bantuan sosial tindih terjadi pada tiga institusi,
program Mekaar di PMN. (termasuk bansos pemerintah pusat, pemkab/pemprov,
• Bantuan Sosial untuk untuk UMKM) adalah dan di level pedesaan. Selain itu,
UMKM diberikan kepada sebagai berikut: karena ada tujuh jenis bantuan dari
UMKM yang tidak bisa - PKH: Rp 16,57 instansi yang berbeda-beda dan data
bertahan atau yang Triliun untuk 10 juta penerima tidak terintegrasi, proses
mengalami kesulitan di Keluarga Penerima validasi data juga cukup sulit
tengah wabah Covid-19. Manfaat, penerima dilakukan. Hal ini juga memunculkan
PKH Reguler, dan risiko adanya duplikasi penerimaan
Perluasan bantuan, atau pihak yang tidak berhak
- Program Sembako: menerima tetapi mendapatkan
Rp14,45 Triliun bantuan.
untuk 64,19 juta jiwa • Kurangnya pengawasan sehingga
- Bansos Sembako terdapat potensi bantuan sosial tidak
(Prov. DKI Jakarta): salurkan secara tepat jumlah (karena
Rp3,49 Triliun untuk adanya potongan yang ilegal) atau
lebih dari 947,000 bansos yang tidak efektif untuk
Kepala Keluarga mengatasi dampak Covid-19.
- Bansos Tunai (Luar
Jabodetabek): Rp
3,49 Triliun untuk 5,8
juta Keluarga
Penerima Manfaat
• Proses penyaluran
bantuan sosial masih
terus berlangsung.
7 Stimulus modal kerja, yakni • Perluasan pembiayaan UMKM • Stimulus bantuan modal • Pemberian modal • Terdapat potensi bantuan modal kerja
bantuan modal kerja berupa stimulus bantuan modal kerja kerja ditargetkan akan kerja bagi UMKM akan tidak efektif untuk membantu
darurat khusus bagi pelaku kepada UMKM yang belum pernah diberikan kepada 23 juta dilakukan melalui PEN ketahanan UMKM apabila tidak
UMKM terdampak covid- mendapatkan pembiayaan baik dari UMKM yang belum pernah pada triwulan III-2020. didukung dengan kebijakan lain,
19 lembaga keuangan maupun sistem mendapatkan pembiayaan • Alokasi kredit modal misalnya kebijakan untuk mendorong
perbankan. baik dari lembaga kerja bagi UMKM permintaan atas produk UMKM

13
No. Kebijakan Definisi Target Implementasi (per Mei Potensi Permasalahan
2020)
• Modal kerja darurat ini diperlukan keuangan maupun sistem mencapai Rp125 melalui dengan merambah pasar
oleh Pelaku UMKM yang dalam perbankan. triliun. daring.
waktu dekat akan memerlukan modal • Bagi UMKM yang • Angka potensi kredit • Kurangnya sosialisasi atau
kerja untuk memulai kembali bankable, bantuan modal modal kerja tambahan penyebaran informasi mengenai
aktivitasnya setelah mendapat kerja akan disalurkan akan dikoordinasikan stimulus bantuan modal kerja darurat,
restrukturisasi kredit (karena tidak melalui perluasan program dengan Kemenko sehingga stimulus belum dirasakan
mampu membayar cicilan beserta KUR sekaligus ini akan Perekonomian. manfaatnya oleh UMKM.
bunganya akibat pandemi Covid-19). mendorong inklusi • Terdapat keraguan
• Program bantuan kredit modal kerja keuangan. dari perbankan dalam
darurat dilakukan untuk membantu • Bagi UMKM yang tidak pemberian kredit
kebutuhan modal kerja para pelaku bankable, penyaluran modal kerja baru,
UMKM agar UMKM mampu bertahan bantuan modal kerja pihak bank sangat
di tengah situasi pandemi yang melalui Pembiayaan Ultra berhati-hati karena
masih terus berlangsung. Mikro (UMi), Program risiko perbankan yang
• Besaran estimasi kebutuhan modal Membina Ekonomi masih cukup tinggi.
kerja UMKM dilihat dari outstanding Keluarga Sejahtera Sebagai upaya
kredit dan berapa banyak UMKM (Mekaar), maupun skema memitigasi risiko
yang akan memulai kebutuhan program lainnya. tersebut, pemerintah
modal kerja, serta berdasarkan • Pemberian modal kerja ini melakukan
pertimbangan sisi profil risiko kredit diharapkan mampu penjaminan terhadap
UMKM, sehingga bantuan tersebut membatasi jumlah kredit yang disalurkan,
benar-benar diyakini bisa membuat pemutusan hubungan dengan cara bank
UMKM Kembali bangkit. kerja (PHK) agar tidak dapat meminta
semakin membesar. penjaminan jika ingin
menyalurkan kredit
. modal kerja baru, dan
nantinya pemerintah
yang akan membayar
premi penjaminannya.

14
IV. PEMETAAN MASALAH DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Berdasarkan Tabel 1 tersebut, potensi-potensi


permasalahan dalam implementasi kebijakan
pemerintah untuk UMKM dapat dipetakan
menjadi tiga kategori.

Pertama, efektivitas kebijakan stimulus UMKM.


Kebijakan-kebijakan pemerintah dari Tabel 1
tersebut merupakan kebijakan yang
menyelesaikan kendala UMKM dari sisi
penurunan penjualan dan kurangnya
permodalan. Untuk permasalahan ketiga yakni
Rekomendasi Kebijakan distribusi produk dan bahan baku nampaknya
belum menjadi prioritas untuk saat ini. Melihat
ide-ide kebijakan pemerintah yang dirangkum pada Tabel 1 merupakan penopang bisnis dari
sisi penawaran, hal ini harus dibarengi dengan stimulus yang menopang sisi permintaan. Satu
catatan lain terkait efektivitas kebijakan stimulus UMKM ialah risiko ketidakpastian jangka
panjang. Pertanyaan yang diajukan di sini ialah bagaimana kelangsungan hidup UMKM
tersebut setelah 6 bulan periode pemberian bantuan selesai namun kondisi covid-19 belum
juga membaik.

Kedua, penyasaran (targeting). Sebagian besar program pemerintah untuk UMKM tersebut
memiliki risiko adanya exclusion maupun inclusion error. Exclusion error ialah kesalahan yang
terjadi kelompok yang seharusnya menerima bantuan namun tidak menerima bantuan.
Sedangkan inclusion error ialah kesalahan karena kelompok yang seharusnya tidak menerima
bantuan namun menerima bantuan. Permasalahan ini juga terkait dengan validasi data
penerima dan validasi eligibilitas. Aspek ini juga termasuk ketersediaan data penerima dan
validitas datanya. Terkait data bantuan sosial, Deputi Pencegahan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), Pahala Nainggolan menilai Pemda telah lalai dalam memberikan data yang
akurat terkait masyarakat miskin karena banyak daerah yang tidak memperbarui Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS)-nya. Seharusnya pemda melakukan update DTKS dua kali dalam
setahun, namun, sejak 2018, hanya ada sekitar 280 Pemda yang melakukan update, sisanya
tidak ada pembaruan sama sekali. Hal ini juga menunjukkan bahwa koordinasi antara
Kementerian Sosial dan pemda mengenai data bansos belum efektif.

Ketiga, pengawasan (monitoring). Permasalahan ini berkaitan dengan tahapan implementasi


kebijakan. Salah satu potensi permasalahan yang ada ialah bantuan sosial yang diterima oleh
penggerak UMKM tidak tersalurkan secara sempurna. Total dana yang dialokasikan untuk
bantuan sosial sangat besar yang memiliki risiko fraud secara inheren. Selain itu, penyaluran
bantuan oleh pemerintah daerah dilakukan secara yang serentak dan dengan kriteria

15
penerima bantuan yang berbeda, serta adanya masalah data yang kurang valid, sehingga
memunculkan potensi risiko adanya tumpang tindih, penyaluran yang lambat dan/atau tidak
tepat sasaran. Salah satu contoh masalah distribusi bansos yang salah sasaran akibat kesalahan
data adalah adanya anggota DPRD DKI yang tercatat sebagai penerima bansos, sementara di
daerah tersebut ada beberapa warga yang sebenarnya mampu tapi justru mendapatkan
bansos.

Berdasarkan tiga pemetaan masalah tersebut, berikut ini merupakan rekomendasi-


rekomendasi kebijakan kepada pemerintah berkaitan dengan stimulus UMKM.

IV.1 Rekomendasi kebijakan berkaitan dengan efektivitas jenis-jenis bantuan untuk UMKM

Efektivitas Kebijakan Peringanan Likuiditas

Kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam menstimulus sektor UMKM berfokus pada
permasalahan likuiditas, seperti penjaminan kredit modal kerja, restukturisasi kredit UMKM,
fasilitas PPh, subsidi bunga melalui KUR, UMi, serta lembaga penyalur lainnya. Pilihan
kebijakan ini sangat tepat agar kesulitan likuiditas UMKM selama masa penyebaran COVID-19
dapat diminimalisasi. Studi dari Dinh et al. (2013) menunjukkan bahwa kebijakan subsidi kredit
di Vietnam saat masa krisis 2008 menunjukkan bahwa perusahaan penerima subsidi mampu
menambah tenaga kerja, meningkatkan investasi, dan memberikan perencanaan bisnis yang
optimis. Meskipun demikian, studi juga menunjukkan bahwa penerima subsidi kredit juga
berpeluang memanfaatkan subsidi kredit untuk berinvestasi di hal-hal yang riskan seperti real
estate dan perdagangan saham. Pengawasan dari pemerintah dan evaluasi yang berkala
sangat diperlukan untuk memastikan pemanfaatan subsidi kredit ini tepat guna. Begitu juga
stimulus perpajakan yang hanya akan berdampak langsung bagi UMKM yang sudah terdata
dalam sistem perpajakan nasional. Sayangnya, pilihan kebijakan ini akan benar-benar
membantu UMKM yang sudah memiliki akses modal ke perbankan, lembaga pembiayaan,
serta lembaga penyalur saja.

Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan UMKM cukup siginifikan namun masih
didominasi (hampir 40%13) pada usaha mikro/skala kecil. Hal ini merupakan konsekuensi logis
dari semakin terbatasnya lapangan kerja formal. Di masa pandemi, usaha mikro ini tidak atau
belum terlalu banyak tersentuh kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah seperti relaksasi
pajak dan atau relaksasi kredit mungkin tidak relevan bagi usaha skala kecil karena: mayoritas
usaha mereka tidak terhubung dengan sektor keuangan formal; kebanyakan dari mereka
kehilangan pendapatan cukup besar (relaksasi pajak menjadi tidak relevan), dan banyak dari
usaha mikro ini yang justru tidak punya NPWP sehingga tidak membayar pajak ke pemerintah.

13
BPS, 2016

16
Berdasarkan data dari Bank Indonesia (2015), sekitar 60% sampai 70% dari sekitar 64 Juta
pelaku UMKM belum memiliki akses perbankan. Fakta tersebut akan mempengaruhi
efektivitas kebijakan karena efeknya hanya akan terasa pada kurang dari setengah jumlah
UMKM saja. Pemerintah memang sudah memiliki program UMi dan Mekaar untuk menjangkau
UMKM yang belum bankable. Namun, jumlah debitur UMi saat ini yang sekitar 1 juta dan
program Mekaar sekitar 6,08 juta menunjukan masih banyaknya UMKM yang tidak bankable
berpotensi tidak terjamah berbagai stimulus pemerintah. Untuk itu, diperlukan kebijakan yang
berfokus untuk menjaga likuiditas UMKM yang belum terjamah program-program pemerintah
sebelumnya.

Kebijakan yang dapat ditempuh adalah dengan memberikan hibah atau subsidi secara
langsung untuk UMKM yang belum bankable. Sebagai bechmarking, berdasarkan Laporan
OECD SME Policy Response (2020), Pemerintah Chile memberikan program subsidi secara
langsung yang ditargetkan untuk untuk perusahaan yang sedang mengalami kesulitan mulai
April 2020. Pemerintah Korea Selatan juga menggunakan emergency fund untuk memberikan
dukungan keuangan langsung kepada UKM yang ditujukan agar perusahaan ini
mempertahankan karyawan mereka.

Kebijakan lain yang dapat ditempuh ialah suntikan modal usaha bagi pelaku usaha yang benar-
benar terdampak virus COVID-19. Sebelumnya, pemerintah sebenarnya sudah
menganggarkan modal kerja darurat bagi UMKM yang terdampak pandemi virus corona.
Bantuan modal darurat ini disalurkan dalam bentuk pinjaman melalui program Kredit Usaha
Rakyat (KUR). Selain stimulus yang berkaitan dengan modal dan keuangan bisnis, program
bantuan sosial berupa bantuan langsung tunai (BLT) untuk pelaku UMKM yang masuk kategori
miskin dan kelompok rentan.

Melibatkan Kementerian Koperasi dan UKM dalam mengimplementasi kebijakan untuk


UMKM

Sudah hampir 3 bulan COVID-19 menghantam Indonesia, namun keterlibatan Kementerian


Koperasi dan UKM dirasa masih sangat minim. Keterlibatan Kementerian Koperasi dan UKM
sangatlah krusial dalam mengatasi krisis COVID-19.

Sejauh ini hanya kementerian atau lembaga (K/L) seperti Kementerian Koordinator
Perekonomian, Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan yang
terlibat aktif dalam penyusunan maupun implementasi kebijakan terkait UMKM. Di sinilah
mengapa peran aktif Kementerian Koperasi dan UKM dirasa sangat penting guna memastikan

17
kebijakan pemerintah yang terdapat pada Tabel 1 berjalan dengan lebih efektif14. Berikut ini
hal-hal yang dapat dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UMKM.

1. Pembinaan dan edukasi kepada UMKM dalam memanfaatkan teknologi untuk


berjualan online. Pasalnya, hanya 13% dari total UMKM yang berhasil tumbuh di masa
pandemik COVID-19 dengan memanfaatkan teknologi.
2. Kebijakan satu pintu untuk UMKM yaitu hanya melalui Kementerian Koperasi dan
UKM agar pelaksanaan kebijakan berjalan lebih efektif. Kenyataan yang terjadi pada
saat ini adalah terdapat 18 K/L yang mengelola UMKM, sehingga banyak terjadi
tumpang tindih pada kebijakan.

Kebijakan untuk Sisi Permintaan

Stimulus yang diberikan pemerintah kepada UMKM seperti insentif pajak dan bantuan modal
kerja haruslah dibarengi dengan kebijakan pada sisi permintaan agar tidak terjadi kelebihan
penawaran.

1. Transformasi digital UMKM dengan kerja sama perusahaan besar dan inisiatif
portal bersama UMKM
Pada sisi permintaan, pemerintah telah memberikan berbagai jenis program bantuan
sosial agar menjaga daya beli masyarakat. Namun, transfer kas yang dilakukan
berpotensi tidak maksimal digunakan untuk meningkatkan permintaan sektor UMKM
karena adanya Pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Salah satu cara yang dilakukan
adalah mempercepat transformasi digital pada sektor UMKM agar pembelian tidak
dipengaruhi oleh pembatasan fisik. Sebagai contoh, pemerintah China juga
mendorong perusahaan besar untuk bekerja sama dengan UKM, dengan
meningkatkan dukungan mereka dalam rantai pasokan (OECD, 2020). Pemerintah Italia
juga meluncurkan inisiatif Digital Solidarity yang merupakan portal agar perusahaan
(khususnya UKM dan wiraswasta) dapat mendaftar untuk mengakses tanpa biaya
layanan digital, seperti smart/tele-working, video conferencing, akses mobile data, dan
cloud computing. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) juga
siap memasarkan produk 500 pelaku ekonomi kreatif secara gratis. Program ini
diperuntukkan khusus untuk pelaku ekonomi kreatif bidang kuliner, fashion, dan kriya.
Pelaku ekonomi tersebut akan diberikan pendampingan oleh mentor-mentor
profesional mulai dari pengemasan, produk, hingga strategi promosi.

14
Namun menurut Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, sebanyak 20 juta UMKM belum mendapatkan
manfaat dari kebijakan yang pemerintah berikan karena belum terdata dan terhubung dengan sistem perbankan.

18
2. Kebijakan Government as Buyer of Last Resort atau pemerintah menyerap sisi
permintaan dari sektor usaha15
Keringanan likuiditas hanya akan memperlancar biaya dalam jangka waktu yang lebih
lama, namun tidak memberikan kompensasi kepada sektor UMKM atas potensi
kerugian mereka. Cara paling efektif untuk mengompensasi kerugian mereka adalah
menggantikan permintaan yang hilang oleh pemerintah sehingga sektor UMKM dapat
membayar pekerjanya dan mempertahankan stok modalnya. Dalam konteks Indonesia,
pilihan kebijakan ini memang akan memberatkan fiskal pemerintah, terlebih lagi fiscal
space yang dimiliki juga terbatas. Namun, pemerintah dapat berperan sebagai Buyer
of Last Resort pada sektor yang benar-benar terdampak.
3. Kebijakan quasi-fiscal dengan kerja sama Badan Usaha Miliki Negara (BUMN)
untuk menyerap produk-produk UMKM dan menjalin kerja sama bisnis
Inisiatif yang dicanangkan oleh Kementerian BUMN dalam memberikan UMKM proyek
di bawah Rp. 14 miliar perlu diapresiasi. Namun, itu hal itu dikhawatirkan hanya akan
menyasar kelompok UMKM kalangan atas. Pemerintah dapat mengerahkan
perusahaan BUMN di sektor-sektor terkait, seperti sektor kesehatan dan
logistik/perdagangan untuk menyerap produk UMKM16.
Di sektor kesehatan misalnya, PT Kimia Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, dan PT Bio Farma
dapat dikerahkan untuk membeli ataupun memfasilitasi/memasarkan produk
perawatan pribadi seperti masker, sabun dan hand sanitizer. Di sektor
logistik/perdagangan Perum BULOG ataupun PT Perusahaan Perdagangan Indonesia
(PPI) dapat dimobilisasi untuk menyerap produk UMKM selain produk kesehatan.
Perum Bulog dapat menjadi offtaker untuk bahan pokok dan jika perlu diperluas hingga
makanan ringan, sedangkan PT PPI dapat fokus dalam menyerap produk perlengkapan
rumah tangga hingga produk anak-anak sehingga fokus PT PPI tidak hanya
memfasilitasi barang impor ataupun produk dari perusahaan besar saja.

IV.2 Rekomendasi kebijakan untuk mengatasi permasalahan penyasaran penerima bantuan


(targeting)

1. Sistem satu basis data dan tambahan verifikasi data dengan survei lapangan
Sinkronisasi dan manajemen data yang ada dengan dibuatnya satu sistem basis data
(database) di data center sehingga akan diketahui jika ada data yang redundant dan
inkonsisten, dengan adanya manajemen database yang baik maka integritas data akan
terjamin dan mengurangi tumpang-tindih data penerima bantuan.

15
Ide ini dicetus oleh Ekonom Gabriel Zucman dan Emmanuel Saez (2020). Mereka berpendapat bahwa
meringankan sisi likuiditas, seperti yang dilakukan Pemerintah Indonesia saat ini, memang dapat membantu bisnis
dan menghindari PHK, namun kebijakan tersebut tidak cukup.
16
Menurut survey yang dilakukan oleh McKinsey pada akhir April lalu, beberapa kebutuhan konsumen Indonesia
yang meningkat antara lain adalah bahan pokok, produk perawatan pribadi, makanan ringan, perlengkapan rumah
tangga, hingga produk anak-anak.

19
Verifikasi dan validasi data dapat menggunakan data administratif yang sudah ada
ditambah dengan survei lapangan untuk verifikasi dan validasi berdasarkan sampling
data.
2. Metode targeting dan verifikasi data berbasis komunitas
Untuk meminimalisasi potensi error dalam penyasaran penerima bantuan, baik bantuan
khusus UMKM maupun bantuan sosial secara umum, pemerintah dapat menggunakan
metode alternative targeting, yakni community-based targeting. Diadaptasi dari Alatas
dll (2012), community-based targeting memberikan kepuasan kepada masyarakat dan
memberikan error yang lebih rendah khususnya jika diimplementasikan di daerah
perkotaan (urban).17 Dalam penyasaran program penundaan cicilan pokok dan bunga,
misalnya, salah satu syarat yang diberikan ialah terdapatnya penurunan omset dan
gangguan proses produksi dikarenakan COVID-19. Community-based targeting dapat
dimanfaatkan untuk verifikasi data. Jadi selain data-data administratif UMKM yang
dimiliki, pemerintah mencocokkan data dengan informasi dari masyarakat.
Alternatif targeting lain yang dapat dimanfaatkan ialah kerja sama pemerintah dengan
platform e-commerce untuk memperoleh data-data UMKM yang mungkin
membutuhkan bantuan. Meskipun demikian, kerja sama e-commerce ini berpotensi
menimbulkan isu dalam hal kerahasiaan data mitra dan ketidakmampuan untuk
menjangkau UMKM yang tidak memiliki akses ke e-commerce atau tidak menggunakan
platform e-commerce.
3. Penyaluran bantuan sosial bersamaan dengan perbaikan data
Mengenai potensi terhambatnya penyaluran bansos akibat masalah data, KPK telah
menerbitkan Surat Edaran KPK KPK No. 11 Tahun 2020 tanggal 21 April 2020 dan telah
mengirimkannya kepada pimpinan Gugus Tugas Nasional dan Daerah Penanganan
Covid-19, dan para pimpinan kementerian atau lembaga, berikut pemerintah daerah.
Sesuai dengan Surat Edaran tersebut, pemberian Bantuan Sosial kepada masyarakat
dalam upaya mengatasi dampak pandemik COVID-19 dapat menggunakan Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan data non-DTKS. Karena itu, apabila
ditemukan ketidaksesuaian data, bantuan sosial tetap diberikan kepada warga yang
membutuhkan, dan data penerima bantuan sosial tersebut harus dilaporkan oleh
petugas dari kementerian/lembaga dan pemda bersangkutan kepada Dinas Sosial atau
Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial (Pusdatin) Kementerian Sosial untuk
diusulkan masuk ke dalam DTKS. Sebaliknya, jika penerima bantuan terdaftar pada
DTKS namun fakta di lapangan tidak memenuhi syarat sebagai penerima bantuan,
maka harus dilaporkan ke Dinsos/Pusdatin untuk perbaikan DTKS. Prosedur ini perlu
disosialisasikan secara cepat kepada seluruh pemda agar pemda tidak salah langkah
dalam penyaluran bansos. Terkait itu, BPKP perlu melalukan monitoring untuk
memastikan bahwa seluruh pemda telah mengetahui dan mematuhi prosedur
penyaluran bantuan sosial serta updating data DTKS tersebut. Misalnya, BPKP dapat

17
dibandingkan dengan penggunaan Proxy Means Test (PMT) dan metode campuran antara community-based dan
PMT

20
melakukan rekonsiliasi data penerima bansos antara Kemensos dan Pemda secara
periodik (mingguan).
Selain itu, untuk kelancaran updating data saat berlangsungnya penyaluran bansos,
diperlukan perangkat yang memadai, misalnya software atau laman yang dapat
digunakan oleh petugas pemda untuk mengunggah atau menginput data bansos yang
langsung tersambung dengan basis data di Kemensos. Data yang diinput petugas
mencakup berapa jumlah bansos yang disalurkan, NIK penerima bansos, alamat
penerima, dan bukti berupa foto (bila diperlukan), serta perubahan data sesuai kondisi
yang ditemukan di lapangan. Dengan demikian, data yang realtime dapat disajikan
mengenai realisasi bansos yang telah disalurkan, serta masalah data yang tidak valid
dapat teratasi dengan cepat. Saat ini juga telah dibentuk Tim Gabungan Monitoring
dan Evaluasi Penyaluran Bansos yang terdiri dari jajaran Kemensos dan Kemenko PMK
yang bertugas melakukan pengawalan dan pemantauan yang sistematis untuk
memastikan penerima bantuan tepat sasaran. Disarankan agar peran Kemensos dan
Kemenko PMK dimaksimalkan dengan secara rutin melakukan sinkronisasi data
penerima bansos serta data realisasi penyaluran bansos kepada Pemda.

IV.3 Rekomendasi kebijakan untuk pengawasan (monitoring) dan implementasi kebijakan


1. Pembuatan SOP monitoring yang rinci untuk Inspektorat Daerah dan diskusi rutin
dengan Inspektorat Daerah
Sesuai dengan Instruksi Presiden, BPKP memiliki tugas untuk mendampingi penyaluran
bantuan sosial agar bansos disalurkan secara cepat namun tetap akuntabel. Untuk itu,
BPKP membentuk tim teknis yang berada di level pusat dan di daerah seluruh
Perwakilan BPKP. Tim Teknis BPKP Pusat mengawasi pelaksanaan pemberian bantuan
sosial dengan berkoordinasi dengan Kemensos untuk mengawal, serta mengawasi
penyaluran bantuan bagi UMKM. Di level daerah, Perwakilan BPKP menjadi anggota
gugus tugas di daerahnya yang diketuai oleh Gubernur. Bentuk pengawasan atas
bantuan sosial yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP yaitu:
a. mendampingi daerah saat penyaluran bantuan sosial dan mengecek jumlah
bantuan yang diturunkan. Pada beberapa provinsi, penyaluran bantuan sosial
dilakukan di kantor pos, di mana warga penerima bantuan diharuskan untuk
datang langsung ke masing-masing Kantor Pos sesuai dengan wilayah domisili.
Di beberapa wilayah lain, penyaluran bantuan dilakukan secara door-to-door
untuk mengindari keramaian;
b. melakukan rekonsiliasi data yang bisa dijadikan pembanding saat desa
menyalurkan bantuan BLT Dana Desa berdasarkan data hasil musyawarah desa
(musdes); dan
c. menyusun permasalahan yang dihadapi di lapangan, serta menyampaikan
informasinya ke pusat.

21
Selain dari pengawasan itu, BPKP masih dapat mengoptimalkan perannya, misalnya
membuat SOP monitoring penyaluran bansos secara rinci untuk siap diterapkan oleh
inspektorat daerah, serta membuat FGD atau diskusi rutin (misalnya dwimingguan)
dengan inspektorat daerah untuk membahas kesulitan yang dialami saat monitoring di
lapangan serta solusinya.
2. Pelibatan Kejaksaan dan KPK dalam Satgas Pengawasan Bansos
Saat ini Satuan tugas (Satgas) yang telah ada untuk mengawasi penyaluran bantuan
sosial pemerintah terkait penanganan pandemi korona (COVID-19) adalah Satgas
Akuntabilitas dan Pengawasan Penanganan COVID-19 yang ada di tiap daerah, yang
diketuai oleh Kepala Daerah serta terdiri dari jajaran pemda dan Perwakilan BPKP.
Namun, Satgas ini perlu diperkuat dengan Aparat Penegak Hukum, dalam hal ini
Kejaksaan dan KPK. Peran Kejaksaan dan KPK ini diperlukan untuk mencegah
penyimpangan bahkan korupsi pengelolaan dana bansos. Bantuan dari aparat
Kejaksanaan diperlukan untuk menjamin kelancaran penyaluran bantuan, terutama
karena kejaksaan ada di semua provinsi dan kota/kabupaten. Kejaksaan juga dapat
membuat SOP penindakan tegas bagi para pelaku yang kedapatan menyelewengkan
dana bantuan sosial yang ditujukan untuk masyarakat rentan ini. KPK dapat membantu
dengan membuatkan SOP untuk pencegahan korupsi dalam penyaluran dana bansos
COVID-19 supaya potensi korupsi itu bisa dicegah lebih awal.
3. Pembagian tugas pendampingan dan pengawasan antara BPKP, KPK, Inspektorat
Daerah, dan Kejaksaan sehingga semua daerah mendapatkan pemantauan yang
merata
Penyaluran bantuan oleh pemerintah daerah dilakukan secara yang serentak dan
dengan kriteria penerima bantuan yang berbeda, sehingga memunculkan potensi
risiko adanya penyaluran yang lambat dan/atau tidak tepat sasaran. Oleh karena itu,
perlu ada koordinasi di antara lembaga-lembaga pengawas dan penegak hukum. Perlu
ada pembagian tugas pendampingan dan pengawasan atas penyaluran bansos di
antara BPKP, KPK, inspektorat daerah, dan Kejaksaan agar seluruh penyaluran bansos
dapat dipantau. Tanpa ada koordinasi ada potensi ada daerah yang tidak didampingi,
semnetara ada daerah yang didampingi terlalu banyak pihak.
4. Keterbukaan informasi perkembangan penyaluran bantuan sosial
Kementerian/lembaga dan Pemda harus membuka akses data jumlah penerima
bantuan, realisasi bantuan dan anggaran yang tersedia kepada masyarakat sebagai
bentuk transparansi dan akuntabilitas. Saat ini, data tersebut masih sulit untuk
ditemukan dalam bentuk yang informatif dan lengkap. Berapa total realisasi bantuan
sosial yang telah tersalur? Berapa orang penerima? Informasi-informasi ini seharusnya
disajikan secara realtime pada media yang mudah dijangkau oleh masyarakat.

22
5. Perluasan penyebaran informasi melalui aplikasi, SMS/informasi terpusat, media
massa (televisi); dan membuka mekanisme pengawasan oleh masyarakat
Permasalahan lain ialah terkait penyebaran informasi di masyarakat yang belum
sempurna, yang akhirnya berimbas kepada tidak meratanya stimulus yang diterima
oleh masyarakat.
Ada tiga solusi yang dapat ditawarkan, pertama melalui mobile apps dan social media,
kedua melalui pengiriman pesan secara terpusat, ketiga melalui iklan televisi.
Solusi pertama adalah pemerintah pusat dan/atau daerah perlu membuat app maupun
menyebarkan informasi terkini pada social media secara intens. Misalnya seperti yang
telah dilakukan oleh Pemprov Jawa Barat. Pemprov Jabar saat ini sudah memiliki
aplikasi layanan publik Sapawarga yang diluncurkan 6 Desember 2019. Aplikasi ini
digunakan untuk verifikasi data penerima bantuan di lapangan secara berjenjang dari
tingkat RW, Desa, Kecamatan hingga tingkat Kabupaten/Kota. Aplikasi Sapawarga
memungkinkan masyarakat untuk memperoleh informasi mengenai pandemi dan
untuk menyampaikan pengaduan jika terjadi ketidaksesuaian penerima bansos.
Solusi kedua adalah pengiriman pesan secara terpusat, misalnya melalui SMS oleh
Kementerian Kominfo. Solusi ketiga melalui iklan televisi. Karena mayoritas masyarakat
memiliki televisi sekalipun mereka tidak memilik smartphone, perlu juga pemerintah
membuatkan iklan masyarakat pada berbagai stasiun televisi untuk menyosialisasikan
stimulus dan bantuan sosial beserta persyaratan dan langkah-langkah yang harus
dilakukan oleh warga penerima bantuan.
Selain menyebarkan informasi mengenai kebijakan-kebijakan banuan sosial yang
sudah ada, media penyebaran informasi ini juga dapat dilakukan untuk memperkuat
sistem pengawasan masyarakat dengan menyebarkan informasi mengenai bagaimana
masyarakat dapat memanfaatkan layanan aduan untuk melaporkan ketidaksesuaian
pelaksanaan pemberian bantuan di lapangan. Berbagai platform pengaduan telah
dikembangkan oleh pemerintah18 agar masyarakat dapat mengawasi penyaluran
bantuan di lingkungan terdekat dengan alur pelaporan yang lebih mudah.

18
Sebagai contoh, masyarakat dapat membantu mengawasi penyaluran bantuan sosial terkait COVID-19 melalui
laman “Kawalbansos.id”, laman yang diluncurkan oleh lembaga kajian kebijakan PARA Syndicate pada tanggal 17
Mei 2020 lalu. Laporan pengaduan melalui laman tersebut juga akan terhubung dengan platform lain milik
pemerintah, yaitu Lapor.id yang dikelola Kantor Staf Presiden dan Jaga.id yang dikelola KPK.

23
V. PERSIAPAN UMKM DALAM MENGHADAPI ‘NEW NORMAL’
Bulan Juni, pemerintah Indonesia mulai
menetapkan masa new normal. Kebijakan ini
tentu berpengaruh bagi semua pihak,
termasuk UMKM. Terdapat lebih dari 60 juta
UMKM di Indonesia, mulai dari yang mikro,
kecil, dan juga menengah. Setidaknya ada
beberapa hal yang wajib (w) ataupun
opsional (o) yang dapat dilakukan UMKM
dalam menyambut masa new normal. Selain
itu tentu ada beberapa hal yang UMKM
dapat melakukannya secara mandiri (m)
atau ada yang perlu bantuan dan arahan dari Persiapan UMKM Menghadapi New Normal
pemerintah (p). Pemerintah dapat
berpartisipasi dengan menyiapkan tempat cuci tangan, membagikan hand sanitizer, dan juga
membagikan masker kepada UMKM yang tergolong mikro dikarenakan mereka memiliki
keterbatasa modal. Di samping itu, pemerintah juga dapat berpartisipasi dalam memberikan
dan mengawasi jam buka secara ketat. Berikut merupakan pemetaan UMKM melalui golongan
dan perannya.

Usaha Mikro

• Cuci tangan: mempersiapkan tempat untuk mencuci tangan atau hand sanitizer (w, p)
• Masker: menggunakan masker dalam menjalankan usaha (w, p)
• Physical distancing: jaga jarak 1-2-meter dengan setiap orang (w, m)
• Jam buka: pemberlakuan jam berjualan yang ketat (w, p)
• Kapasitas tempat: kapasitas harus dibatasi, missal 50% dari total kapasitas (w, m)
• Disinfektan: dalam waktu tertentu area harus di disinfektan (w, p)
• Mengutamakan higienitas atau kebersihan produk (w)
Usaha Kecil

• Cuci tangan: mempersiapkan tempat untuk mencuci tangan atau hand sanitizer (w, m)
• Masker: menggunakan masker dalam menjalankan usaha (w, m)
• Physical distancing: jaga jarak 1-2-meter dengan setiap orang (w, m)
• Jam buka: pemberlakuan jam berjualan yang ketat (w, p)
• Kapasitas tempat: kapasitas harus dibatasi, misal 50% dari total kapasitas (w, m)
• Disinfektan: dalam waktu tertentu area harus di disinfektan (w, p)
• Mengutamakan higienitas atau kebersihan produk (w)
Usaha Menengah

• Cuci tangan: mempersiapkan tempat untuk mencuci tangan atau hand sanitizer (w, m)
• Masker: menggunakan masker dalam menjalankan usaha (w, m)
• Physical distancing: jaga jarak 1-2-meter dengan setiap orang (w, m)
• Jam buka: pemberlakuan jam berjualan yang ketat (w, p)

24
• Kapasitas tempat: kapasitas harus dibatasi, misal 50% dari total kapasitas (w, m)
• Disinfektan: dalam waktu tertentu area harus di disinfektan (w, m)
• Mengutamakan higienitas atau kebersihan produk (w)
• Mengoptimalkan pekerjaan yang dapat dilakukan di rumah sehingga diharapkan ada
sistem shift bagi karyawan untuk kerja dirumah. Atau bahkan jika pekerjaan dapat
dilakukan dirumah sebaiknya work from home (o)

Kementerian terkait, antara lain Kementerian Koperasi dan UKM, dan juga pemerintah daerah
setempat melalui perangkat daerahnya seperti satuan polisi pamong praja (satpol PP), polisi,
atau bahkan TNI dapat dikerahkan dengan harapan dapat mengawasi jalannya kegiatan new
normal pada UMKM. Sebelum pemberlakukan new normal, pemerintah pusat maupun daerah
harus melakukan sebuah simulasi atau semacam uji coba new normal terlebih dahulu selama
waktu tertentu (1-2 minggu) dan dievaluasi apakah pemberlakuan new normal pada UMKM
berjalan dengan baik atau tidak. Pemerintah juga harus menyiapkan strategi dan berani
memperketat atau memberlakukan kembali PSBB jika terjadi “second wave”.

VI. MEMASUKI ‘NEW NORMAL’: INOVASI KEBIJAKAN UNTUK MEMBANGKITKAN GAIRAH


UMKM DALAM PEREKONOMIAN

Selama masa recovery dari pandemi


COVID-19, UMKM akan mendapat
berbagai jenis fasilitas yang akan
meringankan expense mereka dari mulai
keringanan pajak sampai kredit modal
kerja. Di sisi lain, UMKM membutuhkan
pelanggan yang mempunyai uang tunai
untuk siap dibelanjakan, sedangkan
bantuan sosial yang sudah diberikan pada
masa social distancing lebih bersifat jaring
pengaman agar tingkat kemiskinan tidak
meningkat. Pada masa new normal, ketika
Persiapan UMKM Menghadapi New Normal
ekonomi sudah mulai masuk pada tahap
pemulihan, berbagai jenis bantuan sosial
perlu diperpajang pemberiannya untuk mendorong sisi demand pada ekonomi. Perlahan,
pemberian bantuan sosial yang bersifat sementara mulai dikurangi secara gradual sampai
dengan ekonomi pulih pada level yang sama sebelum resesi COVID-19. Pemerintah
melaksanakan cost-effectiveness analysis untuk menentukan bentuk program bantuan sosial
mana yang harus dilanjutkan, apakah perlu penambahan target penerima dan/atau
penambahan jumlah bantuan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk cost-

25
effectiveness analysis ialah evaluasi dampak19 dengan experiment maupun quasi-experiment
dengan data-data pada tingkat individu atau rumah tangga.

Selain pemberian bantuan sosial, beberapa kebijakan yang dapat ditempuh untukmendorong
sisi permintaan adalah sebagai berikut.

1. Mendorong program padat karya tunai (ILO, 2020) melalui pemanfaatan dana
kecamatan, dana desa, dan pemanfaatan program pembangunan oleh K/L. Tujuan
program ini adalah untuk mendorong daya beli masyarakat serta membuka lapangan
pekerjaan. Mengingat dampak pandemi paling besar dirasakan pada perkotaan,
pemerintah daerah dapat mereplikasi kebijakan padat karya ini pada perkotaan sesuai
dengan kebutuhan daerahnya masing-masing. Pemerintah pusat juga dapat
menggunakan jalur K/L untuk mendorong program padat karya, seperti proyek
pembangunan irigasi atau perumahan pada Kementerian PUPR atau program irigasi
tambak/kolam pada Kementerian Kelautan dan Perikanan.
2. Upaya pemerintah untuk mengembalikan kepercayaan konsumen pada keamanan
transaksi dan produk. Serangkaian prosedur yang menjamin barang dan transaksi
yang terbebas dari risiko virus COVID-19 harus ditetapkan dan dijalankan dengan
tegas.

Di samping penguatan kebijakan dari sisi permintaan, pemerintah pun sebaiknya juga
menerapkan kebijakan-kebijakan yang bertujuan langsung untuk memperkuat sisi penawaran
yakni dari UMKM itu sendiri. Saat ini, berbagai negara sedang mempersiapkan diri untuk
menghadapi new normal. Tabel 2 berikut merangkum beberapa kebijakan dari berbagai
negara terkait UMKM yang dapat dijadikan pembelajaran oleh pemerintah Indonesia.

19
pilihan metode evaluasi dampak: pre-post, simple difference, difference-in-difference, regression, evaluasi acak

26
Tabel 2. Perbandingan Kebijakan Antarnegara untuk Penguatan UMKM di Masa Pandemi COVID-19

Negara Kategori Kebijakan Bentuk Kebijakan


Korea Selatan Pembebasan atau pengurangan biaya sewa bagi UMKM Pemilik properti komersil diberikan insentif berupa potongan pajak
penghasilan sebesar 50% jika bersedia menurunkan biaya sewa bagi
UMKM.
Transformasi digital UMKM Pemerintah memberikan voucher untuk mendukung transisi UMKM ke
platform belanja online dan mengidentifikasi pembeli potensial di
negara-negara dengan pembatasan perjalanan.
Republik Rakyat Pembebasan atau pengurangan biaya sewa bagi UMKM Pemilik properti komersil mendapat insentif berupa pembebasan Pajak
Tiongkok (RRT) Bumi dan Bangunan (PBB) dengan syarat bersedia untuk mengurangi
harga sewa bagi pemilik bisnis UMKM. Biaya sewa oleh UMKM di RRT
dapat dibebaskan sepenuhnya jiwa properti disewa oleh UMKM untuk
keperluan produksi dan operasional, sementara jika properti disewa oleh
UMKM untuk keperluan perkantoran maka biaya sewa hanya dikurangi
sebesar 50%. Kebijakan ini diterapkan hanya di beberapa provinsi dan
kota, di antaranya Beijing dan Shanghai, yang berlangsung selama 2
bulan bagi UMKM yang menyewa properti dari BUMN.
Transformasi digital UMKM Pengurangan biaya untuk platform bisnis online bagi UMKM dan
memberikan asistensi bagi UMKM dalam penggunaan platform bisnis
online untuk memperluas channel pemasarannya.
Malaysia Pembebasan atau pengurangan biaya sewa bagi UMKM Pemilik properti komersil memperoleh insentif pemotongan pajak
sejumlah besaran potongan biaya sewa yang diberikan kepada UMKM,
dengan syarat jumlah potongan biaya sewa yang diberikan minimal 30%
dari biaya asli. Bantuan pengurangan atau pembebasan biaya sewa di
Malaysia dilakukan sampai dengan 3 bulan setelah periode Movement
Control Order (MCO) berakhir.
Pemberian subsidi upah Pemerintah telah menyediakan program subsidi upah sejak 6 April 2020
untuk UMKM selama 3 bulan, dengan besaran sekitar 1.200 Ringgit
Malaysia (setara hampir Rp4 juta) per bulan. Pada skema ini, pemilik
UMKM harus mempertahankan pekerjanya selama setidaknya 6 bulan,
yang terdiri dari 3 bulan setelah menerima subsidi upah dan tambahan
selama 3 bulan setelahnya.
Transformasi digital UMKM Pemerintah mengalokasikan 40 juta ringgit untuk membantu UMKM di
sektor pertanian untuk menjual produk mereka pada platform e-
commerce yang dapat menjangkau lebih banyak pembeli. Pemerintah
Malaysia juga membentuk The Malaysia Digital Economy Corporation

27
Negara Kategori Kebijakan Bentuk Kebijakan
sebagai bagian dari strategi digital negara yang menawarkan berbagai
solusi digital bagi UMKM oleh perusahaan teknologi Malaysia.
Vietnam Pemberian subsidi upah Vietnam memberikan dukungan finansial selama 3 bulan untuk pekerja
selama menjalani cuti tidak berbayar atau dikurangi jam kerjanya selama
pandemi.
Kamboja Pemberian subsidi upah Subsidi upah diberikan kepada pengusaha garmen yang operasi atau
kontrak pekerjanya ditangguhkan untuk sementara, namun pemiliki
usaha juga harus berkontribusi sebagian dalam pembayaran upah.
Besaran subsidi upah yang diberikan adalah 60% dari upah minimum
(setara hampir Rp2,7 juta) untuk pekerja yang menjalani cuti tidak
bebayar.
Singapura Transformasi digital UMKM Program SMEs Go Digital ditingkatkan untuk mencakup lebih banyak
solusi digital untuk keberlanjutan binsis dengan dukungan sebesar s.d.
90% dari Enterprise Development Grant (EDG) dan 80% dari Productivity
Solutions Grant (PSG). Dengan transformasi digital, diharapkan demand
atas produk UMKM meningkat dan keberlanjutan bisnis UMKM dapat
terjaga di tengah pandemi.
Jerman Transformasi digital UMKM Pemerintah memberikan alokasi anggaran sebesar EUR 4000 untuk
membantu UMKM membayar biaya konsultansi untuk membantu UMKM
menemukan solusi menghadapi krisis.
Yunani Transformasi digital UMKM Pemerintah meluncurkan inisiatif solidaritas digital
(www.digitalsolidarity.gov.gr), yaitu sebuah platform di mana
perusahaan teknologi yang besar menyediakan pelatihan online
marketing dan account management gratis kepada UMKM.
Sumber: SMEs Policy Responses, OECD, 2020

28
Belajar dari berbagai kebijakan negara dalam Tabel 2 dan mengacu dengan OECD (2020)20
dan World Bank (2020)21, berikut ini merupakan tiga kebijakan yang dapat diterapkan oleh
pemerintah Indonesia selama masa pemulihan ekonomi UMKM dari COVID-19.

1. Pembebasan atau pengurangan biaya sewa bagi UMKM


Ketentuan mengenai besaran, durasi, dan persyaratan pemberian bantuan
pembebasan atau pengurangan biaya sewa bagi UMKM tersebut perlu dikaji lebih
lanjut. Konsekuensi yang mungkin terjadi dari kebijakan ini ialah pemerintah akan
kehilangan sebagian potensi pendapatan yang bersumber dari sewa properti tersebut,
juga berkurangnya pendapatan pajak karena pemberian insentif potongan pajak untuk
pemilik properti komersil yg menyewakan ke UMKM.

2. Pemberian subsidi upah (wage subsidy)


Subsidi upah (wage subsidy) dapat diberikan sebagai alternatif terhadap bantuan
langsung tunai. Program subsidi upah perlu dilakukan untuk membantu pemilik UMKM
mempertahankan pekerjanya dan mencegah PHK lanjutan, selagi menyusun strategi
untuk mempertahankan usaha di tengah pandemi. Program ini dapat membantu
pemilik dan pekerja UMKM untuk melanjutkan operasi begitu pandemi COVID-19 usai.
Subsidi upah bagi pekerja UMKM sebaiknya diterapkan di Indonesia selama pandemi
dengan besaran minimal 60%-85% dari upah minimum regional. Pemilik UMKM harus
meneruskan subsidi upah yang dibayarkan pemerintah kepada pekerjanya, dan
diberikan insentif misalnya akses terhadap pinjaman dengan bunga 0% selama periode
tertentu. Pemerintah juga perlu berdiskusi dengan berbagai asosiasi industri untuk
menetapkan ketentuan lebih lanjut mengenai rincian besaran, durasi, dan persyaratan
program subsidi, karena dampak pandemi COVID-19 tidak sama untuk semua
subsektor industri.
3. (Advance) transformasi digital UMKM
a. Memberikan asistensi dan pengurangan biaya untuk membuka dan
meningkatkan platform bisnis online bagi UMKM
b. Memberikan jasa konsultasi gratis dari perusahaan teknologi (melalui
partnership antara pemerintah dengan perusahaan teknologi).
c. Identifikasi tujuan ekspor di tengah pembatasan akibat pandemi.
d. Integrasi UMKM dengan marketplace22.

20
kebijakan labour berupa pemberian subsidi upah, kebijakan deferral berupa keringanan biaya sewa, dan
kebijakan struktural yaitu digitalisasi UMKM
21
kebijakan dukungan employment support, kebijakan business cost, serta kebijakan business advice dan kebijakan
demand
22
seperti bukalapak, tokopedia, shopee, dan lain-lain

29
e. UMKM memiliki manajemen stok produk yang terintegrasi dengan pembelian
dan penjualan sehingga mampu memantau persediaan barang dengan cepat
dan tepat.
f. UMKM perlu mengintegrasikan pengiriman barang dagangannya, baik itu
dalam kota, antar kota, sampai antar negara.
g. UMKM dapat terintegrasi dengan sistem komunikasi yang cepat kepada
pelanggan, sekipun tidak dapat bertatap muka langsung dengan pelanggan.
UMKM dapat menggunakan WhatsApp, Line, dan sebagainya.
h. UMKM perlu mengintegrasikan sistem pembayaran mereka dengan sistem
transfer bank, e-wallet (Dana, Ovo, dsb), dan juga cash on delivery (COD).

Bantuan lain yang diharapkan tetap hadir saat dimulainya new normal ialah insentif
pembayaran pajak. Sejak wabah COVID-19 menyerang, pemerintah memang sudah memberi
insentif pajak untuk UMKM yang masih memiliki omzet di bawah Rp 4,8 miliar per tahun.
Dengan begitu, tarif pajak penghasilan (PPh) final UMKM tersebut turun menjadi nol alias
bebas pajak dari 0,5% selama 6 bulan di periode April-September 2020. Penyaluran modal
bantuan darurat dalam bentuk KUR juga sebaiknya tetap diberikan untuk UMKM yang
terdampak pandemi dan mulai memasuki masa new normal.

Terakhir, pemerintah diharapkan dapat memperpanjang penundaan pembayaran pokok


utang dan subsidi bunga kepada UMKM hingga bulan ke-9. Restrukturisasi yang diberikan
pemerintah kepada UMKM selama ini berbentuk pengurangan bunga hingga penundaan
pembayaran cicilan. Pelonggaran restrukturisasi utang sebaiknya diperpanjang hingga bulan
ke-9 dengan asumsi bahwa akibat COVID-19 ini diprediksi masih akan terus ada hingga awal
tahun 2021, mempertimbangkan ketersediaan vaksin paling cepat pada pertengahan tahun
2021. Berdasarkan Tabel 1 bahwa biaya penundaan pembayaran pokok utang dan subsidi
bunga untuk 6 bulan ialah sekitar 64 dan 34 triliun, masing-masing, maka perpanjangan
periode penundaan pembayaran pokok utang dan subsidi hingga bulan ke-9 akan
membutuhkan dana sekitar 49 triliun Rupiah. Pemerintah harus melakukan realokasi APBN
untuk mampu melaksanakan pilihan kebijakan ini. Salah satu pos yang dapat dipertimbangkan
alokasinya ialah pos infrastruktur (the least priority infrastructure) dan jasa konsultansi.

VII. PENUTUP

Sebagai kebijakan yang relatif baru saja diimplementasikan oleh pemerintah, kebijakan
stimulus UMKM dan bantuan sosial ini masih memiliki beberapa potensi permasalahan yang
sebetulnya dapat dicegah sejak dini dan perbaikan dapat dilaksanakan bersamaan dengan
implementasi kebijakan tersebut. Efektivitas kebijakan dari sisi penawaran dan permintaan,
rekomendasi sistem satu data dan perbaikan metode targeting, serta pengawasan kebijakan
di daerah dan pelibatan masyarakat dalam pengawasan, menjadi prioritas-prioritas
rekomendasi kebijakan yang diharapkan mampu memperbaiki kebijakan pemerintah untuk

30
UMKM saat pandemi COVID-19 dan ke depannya. Berbagai kebijakan untuk membantu
UMKM selama masa pemulihan dan new normal, baik dari sisi UMKM maupun sisi konsumen,
harus mulai dipertimbangkan oleh pemerintah.

31
REFERENSI

Alatas, V., Banerjee, A., Hanna, R., Olken, B.A., dan Tobias, J. (2012). Targeting the poor
Evidence from a field experiment in Indonesia. The American Economic Review Vol.102 No.4,
pp. 1206-1240.

Badan Kebijakan Fiskal. (2020). Media Briefing: Program Pemulihan Ekonomi Nasional.

Bank Indonesia. (2015). Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM). Jakarta: Bank
Indonesia and Human Services. https://www.ahrq.gov/research/findi

bebas.kompas.id. (2020, 14 Mei). Bantuan pemerintah untuk UMKM belum optimal. Diakses
pada Mei 2020 dari https://bebas.kompas.id/baca/bebas-akses/2020/05/14/bantuan-
pemerintah-untuk-umkm-belum-maksimal/

bebas.kompas.id. (2020, 18 Mei). Masyarakat bisa ikut awasi penyaluran bansos melalui
Kawalbansos.id. Diakses pada Mei 2020 dari https://bebas.kompas.id/baca/bebas-
akses/2020/05/18/masyarakat-awasi-penyaluran-bansos-melalui-kawalbansos-id/

bisnis.tempo.co. (2020, 1 Mei). Sri Mulyani tambah insentif pajak bagi pelaku UMKM. Diakses
pada Mei 2020 dari https://bisnis.tempo.co/read/1337693/sri-mulyani-tambah-insentif-pajak-
bagi-pelaku-umkm

bpkp.go.id. (2020, 20 Mei). Kepala BPKP paparkan peran BPKP dalam penanganan pandemi
Covid-19. Diakses pada Mei 2020 dari http://www.bpkp.go.id/berita/read/24609/0/Kepala-
BPKP-Paparkan-Peran-BPKP-dalam-Penanganan-Pandemi-Covid-19.bpkp

BPOM. (2020). Serba COVID: Cegah COVID-19 sehat untuk semua. Jakarta: Satgas
Pencegahan dan Penanggulangan COVID-19 Badan POM.

cnbcindonesia.com. (2020, 2 Mei). Kapan subsidi bunga dirilis? Sri Mulyani: Insya Allah Mei ini.
Diakses pada 16 Mei 2020, dari https://www.cnbcindonesia.com/market/20200502171918-
17-155846/kapan-subsidi-bunga-dirilis-sri-mulyani-insya-allah-mei-ini

detik.com. (2020, 1 April). Siapa yang berhak mendapatkan paket subsidi upah di Australia?
Diakses pada Juni 2020 dari https://news.detik.com/abc-australia/d-4960719/siapa-yang-
berhak-mendapatkan-paket-subsidi-upah-di-australia

Dinh, T., Malesky, E., To, T., dan Nguyen, D. (2013). Effect of interest rate subsidies on firm
performance and investment behavior during economic recession: Evidence from Vietnam.
Asian Economic Journal, Vol. 27(2), pp. 185-207.

finance.detik.com. (2020, 28 Mei). UMKM minta relaksasi kredit diperpanjang hadapi new
normal. Diakses pada Juni 2020 dari https://finance.detik.com/solusiukm/d-5032042/umkm-
minta-relaksasi-kredit-diperpanjang-hadapi-new-normal

32
ILO. (2020). Interventions to support enterprises during the COVID-19 pandemic and recovery.
ILO ENTERPRISES Brief, 16 April 2020.

Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Refocussing Kegiatan, Realokasi
Anggaran serta Pengadaan Barang dan Jasa dalam rangka Percepatan Penanganan Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19).

indonesia.go.id. (2020, 19 April). Ekstra insentif agar UMKM tetap aktif. Diakses pada Mei 2020
dari https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-angka/ekonomi/ekstra-insentif-agar-
umkm-tetap-aktif

jurnal.id. (2020, 17 April). Pandemi Corona, ini 5 keluhan para pelaku bisnis UMKM. Diakses
pada 16 Mei 2020, dari https://www.jurnal.id/id/blog/keluhan-para-pelaku-bisnis-umkm-saat-
corona/

katadata.co.id. (2020, 8 April). Pemerintah beri stimulus, berapa jumlah UMMKM di Indonesia?
Diakses pada Juni 2020 dari
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/04/08/pemerintah-beri-stimulus-berapa-
jumlah-umkm-di-indonesia

kemenkeu.go.id. (2020, 29 April). Ini skema subsidi bunga untuk UMKM dan UMi di tengah
lesunya ekonomi akibat COVID-19. Diakses pada Mei 2020 dari
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-skema-subsidi-bunga-untuk-umkm-dan-
umi-di-tengah-lesunya-ekonomi-akibat-covid-19/

kemenkeu.go.id. (2020, 10 April). Pelaku UMKM dapat tunda bayar kredit KUR/UMi selama 6
bulan. Diakses pada 16 Mei 2020, dari https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/pelaku-
umkm-dapat-tunda-bayar-kredit-kurumi-selama-6-bulan/

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/328/2020


Tentang Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Di
Tempat Kerja Perkantoran Dan Industri Dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha
Pada Situasi Pandemi.

kompas.id. (2020, 5 Mei). Data penerima bantuan sosial tak akurat, KPK ingatkan pemda.
Diakses pada Mei 2020 dari https://kompas.id/baca/polhuk/2020/05/05/kpk-dorong-
perbaikan-data-agar-bansos-tepat-sasaran/

kpk.go.id. (2020, 22 April). KPK ingatkan pemerintah pastikan data penerima bantuan sosial.
Diakses pada Mei 2020 dari https://www.kpk.go.id/id/berita/siaran-pers/1600-kpk-ingatkan-
pemerintah-pastikan-data-penerima-bantuan-sosial

Kristanto, A. (2018). Perancangan sistem informasi dan aplikasinya / Andri Kristanto.


Yogyakarta: Gava Media.

33
kumparan.com. (2020, 20 Mei). Redam imbas Corona, Teten Masduki akan gencarkan
digitalisasi UMKM. https://kumparan.com/kumparanbisnis/redam-imbas-corona-teten-
masduki-akan-gencarkan-digitalisasi-umkm-1tS1SKhhzwl/full

mckinsey.com. (2020, 2 Mei). Survey: Indonesian consumer sentiment during the coronavirus
crisis. Diakses pada Mei 2020 dari https://www.mckinsey.com/business-functions/marketing-
and-sales/our-insights/survey-indonesian-consumer-sentiment-during-the-coronavirus-crisis

medcom.id. (2020, 4 Mei). Butuh satgas pengawasan penyaluran dana bansos Covid-19.
Diakses pada Mei 2020 dari https://www.medcom.id/ekonomi/bisnis/Dkq74ReN-butuh-
satgas-pengawasan-penyaluran-dana-bansos-covid-19

mediaindonesia.com. (2020, 9 Mei). Rawan korupsi, pengawasan dana Covid-19 libatkan


banyak pihak. Diakses pada Mei 2020 dari https://mediaindonesia.com/read/detail/311424-
rawan-korupsi-pengawasan-dana-covid-19-libatkan-banyak-pihak

news.ddtc.co.id. https://news.ddtc.co.id/

OECD Centre for Entrepreneurship, SMEs, Regions and Cities (CFE). (2020). SME Policy
Responses. Organisation for Economic Co-operation and Development. https://oecd.dam-
broadcast.com/pm_7379_119_119680-di6h3qgi4x.pdf

OECD. OECD Policy Responses to Coronavirus (COVID-19): SME policy responses. Updated
19 May 2020. http://www.oecd.org/coronavirus/policy-responses/coronavirus-covid-19-sme-
policy-responses-04440101/#section-d1e12793

republika.co.id. (2020, 16 April). Kemenkop: 56 persen UMKM mengalami penurunan penjualan.


Diakses pada 16 Mei 2020, dari https://republika.co.id/berita/q8vsnj383/kemenkop-56-persen-
umkm-mengalami-penurunan-penjualan

Saez, E., & Zucman, G. (2020). Keeping Business Alive During the Coronavirus Crisis:
Government as Buyer of Last Resort. Promarket. https://promarket.org/2020/03/16/keeping-
business-alive-during-the-coronavirus-crisis-government-as-buyer-of-last-resort/

suara.com. (2020, 27 Mei). Strategi UMKM dalam menghadapi new normal. Diakses pada Juni
2020 dari https://www.suara.com/yoursay/2020/05/27/134117/strategi-umkm-dalam-
menghadapi-new-normal

Surat Edaran KPK Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Penggunaan DTKS Dan Data Non-DTKS
Dalam Pemberian Bantuan Sosial Ke Masyarakat.

Surat Edaran Menteri Perdagangan Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Pemulihan Aktivitas
Perdagangan Yang Dilakukan Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Dan
New Normal.

34
tempo.co. (2020, 19 Mei). Teten Masduki prediksi 20 juta UMKM belum dapat program
pemulihan. Diakses pada Mei 2020 dari https://bisnis.tempo.co/read/1344106/teten-
masduki-prediksi-20-juta-umkm-belum-dapat-program-pemulihan

travel.kompas.com. (2020, 28 Mei). New normal. Pelaku UMKM makanan diminta utamakan
higienitas dan digitalisasi. Diakses pada Juni 2020 dari
https://travel.kompas.com/read/2020/05/28/180200027/new-normal-pelaku-umkm-
makanan-diminta-utamakan-higienitas-dan-digitalisasi?page=all

UKM Center Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. ( ). UMKM Outlook 2020: Do
it digital.

ukmindonesia.id. (2020, 15 April). Stimulus Kredit Usaha Rakyat. Diakses pada 16 Mei 2020,
dari https://www.ukmindonesia.id/baca-artikel/267

World Bank. (2020, 14 April). Map of SME-Support Measures in Response to COVID-19.


Diakses pada Juni 2020 dari
https://www.worldbank.org/en/data/interactive/2020/04/14/map-of-sme-support-measures-
in-response-to-covid-19

worldbank.org. (2019) World Development Indicators. Diakses pada Mei 2020 dari
https://databank.worldbank.org/reports.aspx?source=2&country=IDN

35

Anda mungkin juga menyukai