Anda di halaman 1dari 18

Analisis Kelayakan Investasi …

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI


PENGGEMUKAN SAPI POTONG
(KASUS: PT CATUR MITRA TARUMA,
KABUPATEN BOGOR)

Chairun Nisa1), Ratna Winandi2) dan Netti Tinaprilla3)


1,2,3)
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,Institut Pertanian Bogor
1)
cnsbasymeleh@gmail.com

ABSTRACT
A gap between national beef consumption and beef production becomes an opportunity for beef
cattle fattening business. . The purpose of this research is to analyze the feasibility of beef cattle
fattening. The research was conducted at the main office of PT Catur Mitra Taruma at South
Jakarta and its feedlot stall at Desa Cariu, Kabupaten Bogor. Aqualitative analysis method was
used to analyze the non-financial feasibility, that covered market aspects, technical aspects,
management and law aspects, and also social, economic, and environmental aspects. The
financial feasibility was analyzed quantitatively by investment criteria and switching value
analysis. The result shows that beef cattle fattening in PT Catur Mitra Taruma is feasibleand it
is more sensitive to the decreasing sales of beef cattle than to the increasing price of feed.
Keyword(s): beef cattle, fattening, feasibility.

ABSTRAK
Terdapat kesenjangan antara jumlah konsumsi daging sapi dengan jumlah produksi daging sapi
nasional. Kesenjangan tersebut membuka peluang untuk bisnis penggemukan sapi potong.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan investasi penggemukan sapi
potong, dengan mengambil contoh kasus pada PT Catur Mitra Taruma. Lokasi penelitian
dilakukan di kantor pusat PT Catur Mitra Taruma di Jakarta Selatan dan di lokasi kandang
penggemukan di Desa Cariu Kabupaten Bogor. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk
menilai kelayakan investasi berdasarkan aspek nonfinansial meliputi aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen dan hukum, dan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sedangkan analisis
kuantitatif digunakan untuk menilai kelayakan investasi berdasarkan kriteria penilaian investasi
meliputi NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period. Selain itu juga dilakukan analisis sensitivitas
berdasarkan switching value. Hasil analisis yang diperoleh, bisnis penggemukan sapi potong
pada PT Catur Mitra Taruma layak untuk dijalankan baik berdasarkan aspek nonfinansial
maupun aspek finansial. Selain itu, bisnis penggemukan sapi potong pada PT Catur Mitra
Taruma lebih peka terhadap penurunan volume penjualan sapi potong dibandingkan
peningkatan harga pakan.
Kata Kunci: kelayakan, penggemukan, sapi potong.

PENDAHULUAN yang menyumbang pertumbuhan per-


Subsektor peternakan merupakan ekonomian nasional, dibuktikan dengan
salah satu bagian dari sektor pertanian laju pertumbuhan yang selalu bernilai

35
Chairun Nisa, Ratna Winandi dan Netti Tinaprilla

positif dan kontribusi yang cenderung balian modal panjang (Suryana, 2009;
meningkat (Ditjennak, 2013). Sapi Priyanto, 2011).
potong merupakan sumber penyedia Perkembangan industri peng-
daging terbesar kedua di Indonesia gemukan sapi potong di Indonesia
setelah ayam (Ngadiyono, 2004; BKPM, didukung oleh berbagai faktor, di
2012). Daging sapi merupakan salah satu antaranya faktor harga, peningkatan
komoditas prioritas dalam pembangunan kebutuhan, dan kebijakan pemerintah.
ketahanan pangan nasional, terutama Harga daging sapi, baik di tingkat
ketahanan pangan asal ternak (Saragih, produsen maupun konsumen tercatat
2000; Daryanto, 2009; Priyanti, et al. mengalami peningkatan dari tahun ke
2011). Selain mengandung gizi yang tahun. Data yang dikeluarkan Pusdatin
tinggi, daging sapi juga memiliki nilai (2013a) menunjukkan bahwa terjadi
ekonomis yang tinggi. Daging sapi peningkatan sebesar 8,23 persen pada
merupakan komoditas peternakan yang rata-rata harga produsen daging sapi dan
bersifat high income elastic. Artinya, peningkatan sebesar 8,92 persen pada
dengan semakin meningkatnya pen- rata-rata harga konsumen daging sapi di
dapatan maka akan diikuti dengan seluruh Indonesia pada periode 2008-
meningkatnya permintaan terhadap 2013. Tren positif harga daging sapi
daging sapi (Saragih, 2000; Ilham, 2009). tersebut menjadi peluang bagi ber-
Terdapat dua pelaku utama dalam kembangnya bisnis penggemukan sapi
industri sapi potong di Indonesia yaitu potong.
peternak rakyat dan perusahaan berbadan Peningkatan kebutuhan daging sapi
hukum (swasta dan BUMN). Perbedaan masyarakat Indonesia juga menjadi salah
di antara keduanya terletak pada skala satu peluang berkembangnya bisnis
usaha, permodalan, dan pemeliharaan. penggemukan sapi potong di Indonesia.
Peternak rakyat umumnya memiliki skala Kebutuhan daging sapi masyarakat
usaha relatif kecil, permodalan terbatas, Indonesia terus meningkat seiring dengan
sistem pemeliharaan tradisional dalam peningkatan jumlah penduduk, pening-
bentuk usaha pembibitan maupun katan daya beli masyarakat, dan
penggemukan (Hadi dan Ilham, 2002; perubahan gaya hidup serta peningkatan
Suryana, 2009; Sunari et al., 2010; kesadaran akan pentingnya pemenuhan
Ekowati et al., 2011; Ashari et al., 2012; gizi yang seimbang (Daryanto, 2009;
Prasetyo et al., 2012). Sementara itu, Mayulu, et al. 2010). Rata-rata konsumsi
perusahaan berbadan hukum umumnya daging sapi per kapita masyarakat
memiliki skala usaha yang relatif besar, Indonesia antara tahun 2002-2012
padat modal, dan sistem pemeliharaan sebesar 1,87 kg/kapita/tahun, dengan
lebih modern dalam bentuk usaha rata-rata peningkatan sebesar 3,23 persen
pembibitan dan penggemukan. Namun, setiap tahunnya (Pusdatin, 2013b).
umumnya usaha pembibitan kurang Upaya pemenuhan kebutuhan
diminati perusahaan swasta karena daging sapi terus diupayakan oleh
efisiensinya rendah dan jangka pengem- pemerintah maupun oleh pihak swasta

36
Analisis Kelayakan Investasi …

yang menjalankan usaha peternakan sapi Penilaian kelayakan investasi pada


potong. Hal ini ditunjukkan oleh jumlah bisnis penggemukan sapi potong dilihat
populasi sapi potong dan produksi daging dari dua aspek yaitu aspek nonfinansial
sapi yang terus meningkat setiap berupa aspek pasar, aspek teknis, aspek
tahunnya, dengan masing-masing pening- manajemen dan hukum, dan aspek sosial,
katan berturut-turut sebesar 6,83 persen ekonomi, dan lingkungan, dan aspek
dan 7,48 persen setiap tahunnya finansial. Analisis kelayakan aspek non-
(Ditjennak, 2013). finansial akan melihat bagaimana kondisi
Peningkatan populasi dan produksi bisnis penggemukan sapi potong mampu
daging sapi yang terjadi pada kenyataan- memenuhi kriteria dari masing-masing
nya belum mampu memenuhi seluruh aspek kelayakan nonfinansial, mulai dari
kebutuhan dalam negeri, baik itu potensi pasar yang dapat diraih, kegiatan
kebutuhan pelaku usaha maupun produksi yang dilakukan, kegiatan
kebutuhan konsumen akhir. Hal tersebut manajerial dalam masa pembangunan
dibuktikan dengan masih dibukanya bisnis hingga bisnis dijalankan, serta
impor sapi hidup maupun daging sapi dampak atau manfaat dari bisnis peng-
oleh pemerintah. Bahkan pada tahun 2013 gemukan sapi potong dilihat dari sisi
pemerintah melalui Kementerian Per- sosial, ekonomi, dan lingkungan.
dagangan mengeluarkan Permendag Bisnis penggemukan sapi potong
Nomor 46/M-DAG/PER/8/2013 tentang tentu dihadapkan pada ketidakpastian
Ketentuan Impor dan Ekspor Hewan dan yang memungkinkan terjadinya per-
Produk Hewan yang menghapuskan ubahan-perubahan yang akan mem-
sistem kuota impor dan digantikan pengaruhi kelayakan bisnis, seperti
dengan mekanisme harga referensi penurunan volume penjualan sapi siap
(Kemendag, 2013). Penghapusan kuota potong dan peningkatan biaya pakan
impor dan pembebasan importasi sapi konsentrat. Analisis sensitivitas ber-
potong melalui Permendag tersebut dasarkan switching value dilakukan untuk
menjadi peluang tersediri bagi ber- mengetahui sensitivitas (kepekaan) dari
kembangnya bisnis penggemukan sapi komponen yang kemungkinan meng-
potong di Indonesia. alami perubahan selama bisnis dilakukan.
Peluang-peluang yang muncul baik Berdasarkan uraian tersebut, maka
dari sisi harga, peningkatan kebutuhan, masalah penelitian yang diangkat dalam
dan kebijakan pemerintah dapat men- penelitian ini adalah bagaimana ke-
dorong berkembangnya bisnis peng- layakan investasi dan sensitivitas bisnis
gemukan sapi potong di Indonesia. Bisnis penggemukan sapi potong, baik ber-
penggemukan sapi potong berkaitan erat dasarkan aspek finansial maupun
dengan investasi dalam jumlah yang nonfinansial?. Adapun tujuan dari
cukup besar. Untuk itu, penilaian penelitian ini adalah untuk mengetahui
kelayakan investasi perlu dilakukan agar kelayakan investasi dan sensitivitas bisnis
terhindar dari keterlanjuran investasi penggemukan sapi potong, baik dari
yang tidak menguntungkan. aspek finansial maupun nonfinansial.

37
Chairun Nisa, Ratna Winandi dan Netti Tinaprilla

METODE PENELITIAN kepustakaan, dan penelusuran literatur


Penelitian dilakukan pada bulan Badan Pusat Statistik (BPS), Kementrian
Januari hingga April 2013. Lokasi Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan
penelitian dilaksanakan di PT Catur Mitra dan Kesehatan Hewan, Badan Ketahanan
Taruma (TARUMA) yang berkantor Pangan serta penelitian terdahulu yang
pusat di Grha Induk KUD Lantai 3, berkaitan dengan penelitian ini.
Warung Buncit Raya No. 18-20, Jakarta Pengolahan dan analisis data yang
12510, dan kandang penggemukan sapi digunakan dalam penelitian ini meng-
yang terletak di Jl. Raya Jonggol Cariu gunakan metode analisis kualitatif dan
km 81, Desa Cariu, Kecamatan Cariu, kuantitatif sesuai dengan sifat data. Data
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan yang bersifat kualitatif dianalisis untuk
lokasi ini dilakukan secara sengaja mengkaji aspek kelayakan non-finansial
(purposive) dengan mempertimbangkan yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek
bahwa TARUMA merupakan perusahaan manajemen dan hukum, aspek sosial,
penggemukan sapi potong di kawasan ekonomi, dan lingkungan. Data yang
Jabodetabek sebagai kawasan pasar bersifat kuantitatif diolah untuk mengkaji
utama industri penggemukan sapi potong aspek kelayakan finansial berdasarkan
(Talib dan Noor, 2008) dengan umur kriteria penilaian investasi yaitu NPV,
operasional yang masih sangat muda, Net B/C, IRR, dan PP serta dilakukan
yaitu 3 tahun dan nilai dari kegiatan analisis sensitivitas melalui switching
investasi dan operasional yang dilakukan value untuk mengetahui komponen dalam
oleh TARUMA cukup besar, mencapai bisnis penggemukan sapi potong yang
Rp 30 milyar dan Rp 87,5 milyar serta lebih peka terhadap perubahan serta
melakukan pinjaman modal kerja kepada mengetahui persentase perubahan pro-
pihak perbankan. duksi dan biaya variabel terhadap
Jenis data yang digunakan dalam kelayakan finansial yang masih dapat
penelitian ini adalah data produksi berupa ditoleransi dalam bisnis sehingga masih
data penggunaan input termasuk jumlah dinyatakan layak dengan menggunakan
dan keseluruhan biaya yang dikeluarkan Microsoft Excel 2007 dan kalkulator.
serta data penerimaan (penjualan output). Analisis yang dilakukan untuk
Data yang digunakan dalam penelitian ini menilai kelayakan bisnis penggemukan
berasal dari dua sumber yaitu sumber sapi potong adalah sebagai berikut:
primer dan sumber sekunder. Data dari
sumber primer diperoleh langsung dari 1. Analisis Aspek Pasar
TARUMA melalui wawancara kepada Tujuan analisis aspek pasar yang
direktur utama, pihak manajer, dan dilakukan pada bisnis penggemukan sapi
karyawan lapang. Data dari sumber potong adalah untuk menilai apakah
sekunder pada penelitian ini diperoleh bisnis penggemukan sapi potong yang
dari dokumen yang dimiliki oleh dijalankan dapat menghasilkan produk
TARUMA seperti company profile yang diterima oleh pasar dan meng-
TARUMA, laporan keuangan, studi untungkan. Bisnis penggemukan sapi

38
Analisis Kelayakan Investasi …

potong dinyatakan layak berdasarkan kegiatan manajerial pada masa pem-


aspek pasar jika bisnis tersebut telah bangunan bisnis dan kegiatan manajerial
memenuhi beberapa kriteria yang pada masa operasional bisnis. Bisnis
diperlukan dalam aspek pasar seperti penggemukan sapi potong dinyatakan
potensi dan pangsa pasar yang jelas, layak berdasarkan aspek manajemen jika
bauran pemasaran yang baik serta produk bisnis tersebut telah memenuhi kriteria
yang dihasilkan dapat diterima oleh pasar yang ada pada aspek manajemen serta
dan menguntungkan (Kasmir dan Jakfar, mampu menjawab tujuan dari di-
2010; Suliyanto, 2010). lakukannya analisis aspek manajemen
(Kasmir dan Jakfar, 2010; Suliyanto,
2. Analisis Aspek Teknis 2010).
Tujuan analisis aspek teknis yang Tujuan analisis aspek hukum yang
dilakukan pada bisnis penggemukan sapi dilakukan pada bisnis penggemukan sapi
potong adalah untuk menilai apakah potong adalah untuk menilai apakah
secara teknis bisnis penggemukan sapi bisnis yang dijalankan memenuhi
potong dapat dijalankan dengan baik atau ketentuan hukum dan berbagai perizinan
tidak. Kriteria yang diperhatikan dalam yang diperlukan dalam rangka pendirian
penilaian aspek teknis adalah kegiatan dan operasional perusahaan. Kriteria
penentuan lokasi bisnis, tata letak atau yang dilihat dalam analisis kelayakan
layout produksi, proses produksi serta aspek hukum adalah kelengkapan
penggunaan infrastruktur dan fasilitas dokumen serta perizinan. Bisnis peng-
yang ada. Bisnis penggemukan sapi gemukan sapi potong dinyatakan layak
potong dinyatakan layak berdasarkan berdasarkan aspek hukum jika bisnis
aspek teknis jika bisnis tersebut telah tersebut telah memenuhi kriteria yang ada
memenuhi kriteria yang ada pada aspek pada aspek hukum serta mampu men-
teknis serta mampu menjawab tujuan dari jawab tujuan dari dilakukannya analisis
analisis aspek teknis yang dilakukan aspek hukum (Kasmir dan Jakfar, 2010;
(Kasmir dan Jakfar, 2010; Suliyanto, Suliyanto, 2010).
2010).
4. Analisis Aspek Sosial, Ekonomi,
3. Analisis Aspek Manajemen dan dan Lingkungan
Hukum Tujuan analisis aspek sosial,
Tujuan analisis aspek manajemen ekonomi, dan lingkungan yang dilakukan
yang dilakukan pada bisnis penggemukan pada bisnis penggemukan sapi potong
sapi potong adalah untuk menilai apakah adalah untuk menilai apakah bisnis yang
bisnis yang dijalankan dapat dibangun dijalankan dapat memberikan manfaat
sesuai dengan rencana dan apakah baik dilihat dari sisi sosial, ekonomi,
tersedia sumber daya manusia yang maupun lingkungan. Bisnis peng-
sesuai dengan kegiatan bisnis yang gemukan sapi potong dinyatakan layak
dijalankan. Kriteria yang harus ada dalam berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan
penilaian aspek manajemen adalah lingkungan jika bisnis tersebut mampu

39
Chairun Nisa, Ratna Winandi dan Netti Tinaprilla

memberikan manfaat secara sosial, matematis, Net B/C dirumuskan sebagai


ekonomi, dan lingkungan baik bagi berikut:
masyarakat sekitar lokasi bisnis maupun
pemerintah (Kasmir dan Jakfar, 2010). ∑ ( )
( )
= ⋯
∑ ( )
( )
5. Analisis Aspek Finansial
a) Net Present Value (NPV) Dimana:
Bt = Manfaat pada tahun t
Net present value (NPV) merupakan Ct = Biaya pada tahun t
nilai selisih antara total present value t = Tahun kegiatan bisnis
i =Tingkat discount rate (%)
manfaat dengan total present value biaya
atau penjumlahan dari present c) Internal Rate of Return (IRR)
value manfaat bersih selama umur bisnis Internal Rate of Return (IRR)
(Nurmalina et al., 2010). NPV me- merupakan kriteria penilaian investasi
nunjukkan manfaat bersih yang di-terima untuk melihat besarnya pengembalian
oleh perusahaan selama umur bisnis pada bisnis terhadap investasi yang dilakukan
discount rate tertentu. Satuan dari NPV (Nurmalina et al., 2010). Sebuah bisnis
adalah Rupiah. Suatu bisnis dikatakan dikatakan layak jika nilai IRR lebih besar
layak jika nilai NPV-nya lebih besar dari dari nilai discount rate-nya. IRR
nol, sedangkan bisnis yang nilai NPV-nya dinyatakan dengan satuan persentase (%).
kurang dari nol maka dikatakan bisnis Secara matematis, IRR dirumuskan
tersebut tidak layak. Secara matematis, sebagai berikut:
NPV dirumuskan sebagai berikut:
NPV
IRR = + ×( − )
− NPV − NPV
NPV =
(1 + ) Dimana:
NPV1 = NPV positif
Dimana: NPV2 = NPV negatif
Bt = Manfaat pada tahun t i1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif
Ct = Biaya pada tahun t i1 = discount rate yang menghasilkan NPV negatif
t = Tahun kegiatan bisnis
i =Tingkat discount rate (%)
IRR adalah tingkat discount rate yang
menghasilkan NPV sama dengan nol,
b) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
artinya besarnya persentase IRR dalam
Net benefit-cost ratio (Net B/C)
kriteria penilaian investasi bisnis tertentu
merupakan salah satu kriteria penilaian
merupakan persentase discount rate pada
investasi untuk menggambarkan manfaat
saat NPV menunjukkan angka nol
bersih yang menguntungkan terhadap
(Nurmalina et al., 2010).
setiap satu satuan kerugian dari bisnis
tersebut (Nurmalina et al., 2010). Suatu
d) Payback Period
bisnis dikatakan layak jika nilai Net B/C -
Payback period (PP) merupakan
nya lebih dari satu, sedangkan jika nilai
kriteria penilaian investasi yang
Net B/C -nya kurang dari satu maka bisnis
digunakan untuk mengukur seberapa
tersebut dikatakan tidak layak. Secara
40
Analisis Kelayakan Investasi …

cepat kegiatan investasi yang dilakukan 3. Kandang untuk sapi dibedakan


dalam suatu bisnis dapat kembali menjadi dua yaitu kandang untuk
(Nurmalina et al, 2010). Suatu bisnis sapi lokal dengan kapasitas
dapat dikatakan layak jika payback maksimum 800 ekor sapi dan
period-nya lebih kecil dari umur bisnis kandang untuk sapi BX dengan
yang dijalankan. Satuan dari payback kapasitas maksimum 2400 ekor
period adalah tahun. Secara matematis, sapi. Kapasitas kandang sewaan
payback period dirumuskan sebagai sebesar 1800 ekor sapi, hanya
berikut: digunakan pada tahun pertama.
4. Baik sapi lokal maupun sapi BX
I
= digemukkan selama 120 hari (4
Ab bulan) dengan bobot awal untuk
Dimana: sapi lokal sebesar 331,40 kg dan
I = Biaya investasi yang dikeluarkan
Ab = Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahunnya bobot awal untuk sapi BX sebesar
301,30 kg, yang diperoleh ber-
6. Asumsi Dasar dasarkan rata-rata bobot awal sapi
Beberapa asumsi dasar yang di- dari data sapi tahun 2011 dan tahun
gunakan dalam penelitian ini adalah 2012 yang digemukkan di
sebagai berikut: TARUMA.
1. Umur bisnis untuk analisis 5. Total bobot akhir dari sapi yang
finansial selama 21 tahun, ber- siap dijual dihitung menggunakan
dasarkan umur ekonomis dari rumus:
bangunan kandang sapi yaitu 20
Total Bobot Akhir (kg) =
tahun yang dihitung sejak
(jumlah sapi (ekor) x bobot awal
bangunan kandang selesai di-
(kg)) + (jumlah sapi (ekor) x
bangun, yakni pada tahun kedua.
ADG (kg/ekor/hari) x
Diasumsikan pada tahun pertama
lama penggemukan (hari))
kegiatan bisnis dilakukan di
kandang sewaan. Sehingga pada saat penjualan,
2. Sapi yang digemukkan adalah bobot akhir dari sapi lokal sebesar
jenis-jenis sapi lokal dan sapi 464,60 kg dan bobot akhir dari sapi
impor jenis BX (Brahman Cross). BX sebesar 470,50 kg.
Sapi lokal yang dimaksud di sini 6. ADG (Average Daily Gain)
adalah sapi Peranakan Ongole, merupakan rataan pertambahan
Peranakan Limousin, Rotte bobot sapi setiap hari, satuannya
Ongole, Sumba Ongole, dan Pegon kg/ekor/hari. ADG untuk sapi lokal
yang diperoleh dari peternak di yang digemukkan di TARUMA
beberapa daerah di Pulau Jawa dan adalah 1,11 kg/ekor/hari, sedang-
Sumbawa, sedangkan sapi BX kan ADG untuk sapi BX adalah
diperoleh dari importir sapi 1,41 kg/ekor/hari. Angka ADG ter-
Australia. sebut diperoleh dari data sapi tahun
41
Chairun Nisa, Ratna Winandi dan Netti Tinaprilla

2011 dan tahun 2012 yang di- 12. Pajak pendapatan yang digunakan
gemukkan di TARUMA. berdasarkan Undang-Undang
7. Proyeksi yang dilakukan tidak Republik Indonesia Nomor 36
memperhatikan tahapan siklus tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a, yang
bisnis, artinya bisnis yang di- merupakan perubahan keempat
jalankan stabil dan berada pada atas Undang-Undang Nomor 7
kondisi kemampuan produksi mak- tahun 1983 tentang pajak
simumnya. penghasilan yaitu sebesar 25
8. Tingkat mortalitas dari sapi yang persen, berlaku flat hingga akhir
digemukkan diasumsikan sebesar bisnis.
0,05 persen setiap tahunnya baik
untuk sapi lokal maupun sapi BX. HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase tingkat mortalitas di- Analisis Kelayakan Aspek Pasar
peroleh berdasarkan data historis Hasil analisis aspek pasar me-
TARUMA. nunjukkan bahwa bisnis penggemukan
9. Biaya pengangkutan sapi hanya sapi potong pada TARUMA layak untuk
dikeluarkan pada saat pembelian dijalankan, karena telah memenuhi
sapi lokal dan hanya 7 persen dari kriteria kelayakan bisnis yang ada yaitu
total keseluruhan sapi yang dibeli potensi dan pangsa pasar yang jelas,
dalam satu tahun yang mengeluar- bauran pemasaran yang dijalankan
kan biaya pengangkutan, sebesar dengan baik serta produk yang dihasilkan
Rp 561,728/kg bobot sapi, sisanya dapat diterima oleh pasar dan meng-
tidak ada biaya pengangkutan. untungkan. TARUMA telah memiliki
Pada saat penjualan sapi siap target pasar dan pangsa pasar yang jelas
potong tidak ada biaya peng- dalam memasarkan sapi siap potong yang
angkutan karena ditanggung lang- dihasilkan TARUMA. Selain itu, potensi
sung oleh pembeli. pasar pada masa yang akan datang yang
10. Perhitungan penyusutan meng- masih terbuka lebar seiring dengan
gunakan metode garis lurus, yaitu: peningkatan konsumsi yang dipengaruhi
oleh peningkatan jumlah penduduk dan
Penyusutan per tahun =
peningkatan pendapatan. Strategi pe-
Nilai Beli − Nilai Sisa masaran melalui bauran pemasaran juga
Umur Ekonomis telah diupayakan dengan baik. Produk
11. Tingkat discount rate (DR) yang yang dihasilkan TARUMA merupakan
digunakan adalah sebesar 13 produk yang diinginkan konsumen
persen berdasarkan besarnya suku dengan kualitas yang baik serta harga
bunga pinjaman pada Victoria sesuai dengan harga yang berlaku di
Bank, selaku bank yang mem- pasaran. Konsumen langsung memilih
berikan pinjaman modal kerja sapi mana yang akan dibeli dengan datang
untuk TARUMA, diasumsikan langsung ke lokasi penggemukan
tetap hingga akhir bisnis. TARUMA sehingga konsumen dapat

42
Analisis Kelayakan Investasi …

memastikan sendiri kondisi sapi yang Proses produksi yang dijalankan


akan dibeli. Selain produknya dapat TARUMA dilakukan dengan prosedur
diterima pasar, produk yang dihasilkan yang lengkap yang telah ditentukan oleh
TARUMA merupakan produk yang pihak manajemen TARUMA, mulai dari
menguntungkan untuk dijual. Keuntung- aktivitas pembelian sapi bakalan, pe-
an tersebut diperoleh dari pertambahan masukan dan pengelompokkan sapi
bobot sapi selama kegiatan penggemukan bakalan di kandang, pemeliharaan sapi
dijalankan. bakalan yang meliputi pemberian pakan,
pengecekan kesehatan, dan pembersihan
Analisis Kelayakan Aspek Teknis kandang, hingga pemanenan sapi siap
Hasil analisis aspek teknis me- jual. Keseluruhan proses produksi ter-
nunjukkan bahwa bisnis penggemukan sebut diupayakan dengan sangat baik
sapi potong pada TARUMA layak untuk sehingga tingkat mortalitas (kematian)
dijalankan karena telah memenuhi dari sapi yang digemukkan di TARUMA
kriteria kelayakan bisnis yang ada yaitu dapat diminimalisir, hanya sebesar 0,05
penentuan lokasi bisnis yang tepat, persen per tahunnya.
pemanfaatan infrastruktur dan fasilitas
yang ada, proses produksi yang jelas, dan Analisis Kelayakan Aspek Manajemen
tata letak atau layout produksi yang baik. dan Hukum
Lokasi bisnis dipilih berdasarkan alasan Hasil analisis aspek manajemen
kedekatan dengan konsumen, sumber menunjukkan bahwa bisnis penggemukan
daya alam yang tersedia mendukung sapi potong pada TARUMA layak untuk
untuk kegiatan bisnis penggemukan sapi dijalankan karena telah memenuhi
potong serta faktor ketersediaan tenaga kriteria kelayakan bisnis yang ada yaitu
kerja. Proses produksi telah dijalankan kegiatan manajerial pada masa pem-
dengan baik mulai dari pembelian sapi bangunan bisnis dan pada masa
bakalan hingga proses penjualan operasional bisnis yang dijalankan
dilakukan. TARUMA menyiapkan per- dengan baik. Bisnis penggemukan sapi
syaratan dan standar tertentu pada setiap potong pada TARUMA telah dibangun
kegiatan produksi yang dijalankan sesuai dengan rencana yang telah
sehingga hasil dari kegiatan produksinya ditentukan sebelumnya. Sumberdaya
dapat memuaskan. Infrastruktur dan manusia yang baik juga dimiliki oleh
fasilitas telah dibangun dengan lengkap TARUMA sehingga mampu menghasil-
guna menunjang kegiatan produksi yang kan kegiatan manajerial yang baik, baik
dijalankan TARUMA. Infrastruktur dan dalam masa pembangunan bisnis maupun
fasilitas yang ada ditata sedemikian rupa pada masa operasional bisnis. Struktur
sehingga menghasilkan layout produksi organisasi yang ada mencerminkan
yang baik dan efisien serta mem- kegiatan manajerial yang baik yaitu
permudah proses produksi yang di- struktur organisasi dibagi-bagi ber-
lakukan. dasarkan dengan sub bidang masing-
masing, mulai dari bidang pemasaran

43
Chairun Nisa, Ratna Winandi dan Netti Tinaprilla

(niaga), bidang produksi (kegiatan peluang peningkatan kesempatan kerja


penggemukan), serta bidang administrasi bagi masyarakat sekitar lokasi pen-
dan keuangan. Deskripsi dari masing- dapatan, peningkatan pendapatan baik
masing pekerjaan yang ada juga telah bagi masyarakat sekitar maupun bagi
ditentukan degan jelas sehingga masing- pemerintah daerah, serta pemanfaatan
masing individu dalam organisasi limbah untuk kegiatan pertanian
perusahaan mampu menjalankan tugas masyarakat sekitar. Bisnis penggemukan
dan tanggung jawabnya dengan baik. sapi potong pada TARUMA juga dinilai
Hasil analisis aspek hukum me- tidak mencemari lingkungan karena
nunjukkan bisnis penggemukan sapi TARUMA telah mengupayakan kegiatan
potong pada TARUMA layak untuk pengolahan limbah yang dihasilkan dari
dijalankan karena telah memenuhi kegiatan produksi yang dijalankan.
kriteria kelayakan bisnis yang ada yaitu
kelengkapan dokumen dan perizinan Analisis Kelayakan Aspek Finansial
yang dilakukan, baik dalam masa pen- Kriteria penilaian investasi di-
dirian bisnis hingga masa operasional gunakan untuk menganalisis kelayakan
bisnis. TARUMA dalam pendirian bisnis penggemukan sapi potong pada
bisnisnya telah melengkapi berbagai TARUMA berdasarkan aspek finansial.
dokumen dan kebutuhan perizinan yang Hasil analisis berdasarkan laporan arus
ada, mulai dari akta pendirian PT, NPWP, kas (cashflow) menunjukkan bahwa
tanda daftar perusahaan, pengesahan bisnis penggemukan sapi potong
badan hukum perseroan, SIUP, izin TARUMA layak secara finansial untuk
lokasi, IMB, izin gangguan serta izin dijalankan karena memiliki NPV lebih
budidaya ternak. dari nol, nilai Net B/C lebih dari satu, IRR
lebih dari discout rate yang digunakan
Analisis Kelayakan Bisnis Aspek (13%), dan PP sebelum umur bisnis
Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan berakhir. Hasil analisis kelayakan
Hasil analisis aspek sosial, ekonomi, finansial berdasarkan kriteria penilaian
dan lingkungan menunjukkan bahwa investasi disajikan pada Tabel 1.
bisnis penggemukan sapi potong pada
TARUMA layak untuk dijalankan karena Tabel 1. Hasil analisis kelayakan
telah memenuhi kriteria kelayakan bisnis finansial TARUMA
yaitu baik secara sosial, ekonomi, Kriteria Hasil penilaian pada
kelayakan DF 13%
maupun lingkungan kegiatan yang
NPV Rp 20.696.240.936
diusahakan TARUMA mampu men-
Net B/C 1,75
datangkan manfaat tidak hanya bagi
IRR 22%
TARUMA sendiri juga manfaat bagi
masyarakat sekitar dan pemerintah PP 7 tahun 3 bulan
setempat. Manfaat yang muncul dari Sumber: Data primer (diolah).

kegiatan bisnis penggemukan sapi potong


yang dijalankan TARUMA berupa

44
Analisis Kelayakan Investasi …

NPV yang diperoleh selama umur diperoleh dari penjualan persediaan sapi
bisnis sebesar Rp 20.696.240.936 yang dibeli di tahun pertama namun dijual
menunjukkan bahwa pengusahaan pada tahun kedua. Penyebab laba negatif
TARUMA menurut nilai sekarang yang diperoleh TARUMA pada masa
menguntungkan untuk dijalankan karena awal bisnisnya adalah kapasitas produksi
memberikan tambahan manfaat bersih maksimal yang belum terpenuhi. Terbukti
sebesar Rp 20.696.240.936 selama jangka pada saat kapasitas produksi telah
waktu 21 tahun. Nilai net B/C sebesar dimaksimalkan pada tahun 2014
1,75 menunjukkan bahwa setiap tam- diperoleh laba positif sebesar
bahan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp Rp10.931.729.927 (Lampiran 1).
1 akan menghasilkan tambahan manfaat Analisis switching value digunakan
bersih bagi TARUMA sebesar Rp 1,75. untuk mengetahui batasan persentase
Nilai IRR yang diperoleh yaitu 22 persen perubahan tertentu pada komponen
lebih besar dari tingkat diskonto yang penting dari bisnis yang dijalankan.
digunakan yaitu 13 persen. Persentase Komponen dari bisnis penggemukan sapi
IRR menunjukkan seberapa besar pada TARUMA yang dinilai peka
pengembalian bisnis terhadap investasi terhadap perubahan adalah penurunan
yang ditanamkan. PP yang diperoleh volume penjualan sapi siap potong dan
selama 7 tahun 3 bulan menunjukkan peningkatan biaya pakan konsentrat.
bahwa jangka waktu pengembalian Berdasarkan besaran persentase per-
investasi yang dilakukan lebih cepat dari ubahan yang diperoleh dari analisis
umur bisnis. switching value, maka dapat diketahui
Selain analisis aspek finansial komponen mana yang lebih peka
berdasarkan kriteria penilaian investasi, terhadap perubahan, dilihat berdasarkan
juga dilakukan analisis laba rugi pada besaran persentase perubahan. Besaran
TARUMA. Laporan laba rugi meng- persentase perubahan yang rendah
gambarkan kinerja perusahaan dalam mengindikasikan bahwa komponen
periode tertentu karena dalam laporan tersebut relatif lebih peka jika di-
laba rugi dapat dilihat kondisi keuntungan bandingkan dengan komponen lain yang
yang diperoleh perusahaan pada periode besaran persentase perubahannya lebih
tertentu. Laba bersih positif pertama yang besar. Hasil analisis switching value yang
diperoleh TARUMA terjadi pada tahun diperoleh disajikan pada Tabel 2.
kedua berdirinya bisnis, yaitu sebesar
Rp 2.889.607.652. Namun pada tahun Tabel 2. Hasil analisis switching value
berikutnya laba negatif kembali di- pada TARUMA
Komponen yang Persentase
peroleh. Laba positif yang diperoleh
berubah perubahan
TARUMA pada tahun kedua di- Maksimum penurunan 2,99 %
perkirakan karena jumlah pembelian sapi volume penjualan sapi
yang sedikit pada tahun tersebut namun siap potong
nilai penjualan sapinya besar. Nilai Maksimum peningkatan 15,72 %
biaya pakan konsentrat
penjualan yang lebih besar tersebut Sumber: Data primer (diolah)

45
Chairun Nisa, Ratna Winandi dan Netti Tinaprilla

Hasil analisis switching value yang konversikan ke dalam jumlah sapi, maka
diperoleh yang menunjukkan bahwa penurunan volume penjualan sebesar 2,99
maksimum penurunan volume penjualan persen setara dengan penurunan pen-
sapi siap potong yang masih dapat jualan sebanyak 281 ekor sapi BX atau
ditoleransi agar bisnis tetap dikatakan 308 ekor sapi lokal.
layak adalah sebesar 2,99 persen dan Penurunan volume penjualan dapat
maksimum peningkatan biaya pakan terjadi setidaknya karena dua kemung-
konsentrat yang masih dapat ditoleransi kinan. Kemungkinan pertama adalah
agar bisnis tetap dikatakan layak adalah kemampuan perusahaan untuk ber-
sebesar 15,72 persen. Pada kondisi produksi berkurang. Dalam hal ini,
tersebut, besarnya NPV yang diterima kemampuan berproduksi perusahaan
perusahaan adalah nol dengan nilai Net dihubungkan dengan angka pertambahan
B/C sebesar 1 dan IRR sebesar 13 persen bobot harian pada sapi yang digemukkan
sesuai dengan discount rate yang (ADG). Apabila ADG menurun, bobot
digunakan. Jika dibandingkan besaran akhir dari sapi yang digemukkan akan
persentase maksimum antara penurunan berkurang dari sebagaimana mestinya,
volume penjualan sapi siap potong dan sehingga akan berdampak pada
peningkatan biaya pakan konsentrat, penurunan volume penjualan. Penurunan
besaran persentase maksimum penurunan ADG dari sapi yang digemukkan dapat
volume penjualan sapi siap potong lebih disebabkan oleh penurunan kondisi
rendah dibandingkan besaran persentase kesehatan sapi atau asupan gizi yang
maksimum peningkatan biaya pakan diperoleh sapi berkurang.
konsentrat, sehingga dapat dikatakan Kemungkinan kedua penyebab
bahwa pada TARUMA komponen penurunan penjualan adalah berkaitan
penjualan sapi siap potong lebih peka dengan strategi pemasaran. Strategi
terhadap perubahan dibandingkan dengan pemasaran berkaitan dengan bauran
biaya pakan konsentrat. Komponen yang pemasaran perusahaan yang terdiri dari
lebih peka terhadap perubahan tersebut produk, harga, tempat, dan promosi.
hendaknya lebih diperhatikan oleh Penurunan kualitas produk dapat
perusahaan sehingga perubahan yang menurunkan volume penjualan. Selain
terjadi tidak melebihi batasan yang ada itu, karena perusahaan bersaing dengan
karena jika melebihi batasan yang ada perusahaan lainnya, apabila harga jual
maka bisnis yang dijalankan akan tidak kompetitif dengan pesaingnya,
mengalami kerugian dan bisnis tidak lagi maka dapat menurunkan volume pen-
dinyatakan layak untuk dijalankan. jualan. Terkait dengan tempat dan
Penurunan volume penjualan sapi promosi, tidak ada masalah karena
siap potong pada harga jual yang konstan perusahaan berlokasi di kawasan pusat
sebesar 2,99 persen atau setara dengan konsumsi daging sapi (Jabodetabek) dan
132.273 kg bobot hidup untuk sapi BX perusahaan telah memiliki pelanggan
dan 142.986 kg bobot hidup untuk sapi tetap.
lokal. Jumlah tersebut apabila di-

46
Analisis Kelayakan Investasi …

Peningkatan biaya pakan konsentrat terhadap perubahan dibanding kom-


sebesar 15,72 persen atau setara dengan ponen biaya pakan.
Rp 346/kg konsentrat dapat dimungkin-
kan terjadi karena peningkatan harga
bahan baku pakan seperti misalnya harga Saran
kedelai atau bahan baku pakan lainnya. Adapun saran yang dapat di-
sampaikan adalah:
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Upaya antisipasi terhadap penurunan
Kesimpulan penjualan sapi potong yang di-
Adapun kesimpulan yang didapat- akibatkan oleh penurunan ADG adalah
kan berdasarkan penelitian yang telah dengan terus memperhatikan manaje-
dilakukan adalah: men pakan dan pengecekan kesehatan
1. Berdasarkan hasil analisis kelayakan sapi potong, mengingat penurunan
investasi aspek pasar, aspek teknis, penjualan sapi potong merupakan
aspek manajemen dan hukum, serta komponen bisnis yang peka terhadap
aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan perubahan.
menunjukkan bahwa bisnis peng- 2. Antisipasi peningkatan harga bahan
gemukan sapi potong layak untuk baku pakan misalnya kedelai atau
dijalankan. Berdasarkan hasil analisis bahan baku lainnya dapat dilakukan
kelayakan investasi aspek finansial, dengan menyiapkan alternatif bahan
bisnis penggemukan sapi potong juga baku pakan lainnya yang memiliki
layak untuk dijalankan, dilihat dari kandungan serupa dengan bahan baku
indikator kriteria penilaian investasi yang meningkat harganya dengan
yang menunjukkan NPV mencapai harga yang lebih murah sehingga
Rp 20.696.240.936, Net B/C sebesar kualitas pakan yang dihasilkan tidak
1.75, IRR sebesar 22 persen, dan PP jauh berbeda dengan kualitas pakan
selama 7 tahun 3 bulan. sebelumnya dan biaya yang di-
2. Hasil analisis switching value pada keluarkan juga tidak mengalami
dua komponen yang dinilai paling peningkatan.
berpengaruh dalam bisnis peng-
gemukan sapi yaitu penjualan sapi UCAPAN TERIMA KASIH
siap potong dan biaya pakan me- Terima kasih kami ucapkan kepada
nunjukkan bahwa penurunan mak- Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar
simum yang masih dapat ditoleransi Negeri (BPKLN) Kementerian Pendidik-
dalam volume penjualan sapi siap an dan Kebudayaan Republik Indonesia
potong sebesar 2,99 persen sedang- yang telah memberikan beasiswa kepada
kan kenaikan maksimum yang masih penulis selama menempuh pendidikan
dapat ditoleransi dalam biaya pakan master di Program Studi Magister Sains
sebesar 15,72 persen. Hasil tersebut Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.
menunjukkan bahwa komponen pen-
jualan sapi siap potong lebih peka

47
Chairun Nisa, Ratna Winandi dan Netti Tinaprilla

DAFTAR PUSTAKA Kementerian Perdagangan. 2013.


Peraturan Meneteri Perdagangan
Ashari, N. Ilham dan S. Nuryanti. 2012. Republik Indonesia Nomor 46/M-
Dinamika Program Swasembada DAG/PER/8/2013. Kementerian
Daging Sapi: Reorientasi Konsepsi Perdagangan. Jakarta.
dan Implementasi. Analisis Mayulu, H., Sunarso, C.I. Sutrisno,
Kebijakan Pertanian, 10(2):181- Sumarsono. 2010. Kebijakan
198. Pengembangan Peternakan Sapi
Badan Koordinasi Penanaman Modal. Potongdi Indonesia. Jurnal Litbang
2012. Beef Cattle Industry at a Pertanian, 29(1):34-41.
Glance. Badan Koordinasi Ngadiyono, N. 2004. Pengembangan
Penanaman Modal. Jakarta. Sapi Potong dalam Rangka
Daryanto, A. 2009. Dinamika Daya Saing Penyediaan Daging di Indonesia.
Industri Peternakan. IPB Press. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru
Bogor. Besar pada Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada. UGM.
Direktorat Jenderal Peternakan dan
Yogyakarta.
Kesehatan Hewan. 2013. Statistik
Peternakan dan Kesehatan Hewan Nurmalina, R., T. Sarianti, A. Karyadi.
2013. Direktorat Jenderal 2010. Studi Kelayakan Bisnis.
Peternakan dan Kesehatan Hewan. Departemen Agribisnis FEM IPB.
Jakarta. Bogor.
Ekowati, T., D.H. Darwanto, S. Nurtini Prasetyo, E., Sunarso, P.B. Santosa, E.
dan A. Suryantini. 2011. The Rianto. 2012. The Influence of
Analysis of Beef Cattle Subsystem Agribusiness Subsystem on Beef
Agribusiness Implementation in Cattle Fattening Farm’s Profit in
Central Java Province, Indonesia. J. Central Java. J. Indonesian Trop.
Indonesian Trop. Anim. Agric, Anim. Agric, 37(2):121-126.
36(4):281-289. Priyanti, A., I. Mahendri, U. Kusnadi.
Hadi, P.U. dan N. Ilham. 2002. Problem 2011. Dinamika Produksi Daging
dan Prospek Pengembangan Usaha Sapi di Wilayah Sentra Usaha Sapi
Pembibitan Sapi Potong di Potong di Indonesia. Pusat
Indonesia. Jurnal Litbang Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, 21(4):148-157. Peternakan dan Balai Penelitian
Ternak. Bogor.
Ilham, N. 2009. Kelangkaan Produksi
Daging: Indikasi dan Implikasi Priyanto, D. 2011. Strategi
Kebijakannya. Analisis Kebijakan Pengembangan Usaha Ternak Sapi
Pertanian, 7(1):43-63. Potong dalam Mendukung
Program Swasembada Daging Sapi
Kasmir dan Jakfar. 2010. Studi
dan Kerbau Tahun 2014. Jurnal
Kelayakan Bisnis Edisi Kedua.
Litbang Pertanian, 30(3):108-116.
Kencana. Jakarta.

48
Analisis Kelayakan Investasi …

Pusat Data dan Sistem Informasi Suryana. 2009. Pengembangan Usaha


Pertanian. 2013a. Statistik Harga Ternak Sapi Potong Berorientasi
Komoditas Pertanian Tahun 2013. Agribisnis dengan Pola Kemitraan.
PusData dan Sistem Informasi Jurnal Litbang Pertanian, 28(1):29-
Pertanian. Jakarta. 37.
_____. 2013b. Buletin Konsumsi Pangan, Talib, C., Y.G. Noor. 2008. Penyediaan
4(1):1-15. Daging Sapi Nasional dalam
Ketahanan Pangan Indonesia.
Saragih, B. 2000. Agribisnis Berbasis
Prosiding Seminar Nasional
Peternakan: Kumpulan Pemikiran.
Teknologi Peternakan dan
USESE Foundation dan Pusat Studi
Veteriner 2008. Puslitbangnak.
Pembangunan IPB. Bogor.
Bogor.
Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis:
Pendekatan Praktis. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Sunari, A., N. Avianto, M.N. Ritinov.
2010. Naskah Kebijakan: Strategi
dan Kebijakan dalam Percepatan
Pencapaian Swasembada Daging
Sapi 2014. Direktorat Pangan dan
Pertanian, BAPPENAS. Jakarta.

49
Chairun Nisa, Ratna Winandi dan Netti Tinaprilla

Lampiran 1. Proyeksi laba rugi TARUMA

50
Sumber: Data primer dan Laporan keuangan PT Catur Mitra Taruma tahun 2010, 2011, 2012 (diolah)
Analisis Kelayakan Investasi …

51
Chairun Nisa, Ratna Winandi dan Netti Tinaprilla

52

Anda mungkin juga menyukai