Anda di halaman 1dari 8

I-G.M. Budiarsana, dkk.

Produktivitas dan Rantai

Produktivitas dan Rantai Pasok Ternak Kambing dan Domba


(KADO) Studi Kasus di Kabupaten Tegal
(Productivity and Supply Chain Sheep and Goat A Case Studyin Tegal
District)

I-G.M. Budiarsana1, Broto Wibowo1 ,Dwi Priyanto1


Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002
Email : budiarsana_99@yahoo.com

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan 1).kinerja dan pelaku rantai pasok
ternak kado, 2). menganalisis kelembagaan manajemen rantai pasok dan 3). menganalisis rantai
nilai ternak kado di Kabupaten Tegal. Data yang digunakan terdiri dari data sekunder dan
primer.Data primer diperoleh melalui metode survai mewawancarai para pelaku rantai pasok
dengan menggunakan daftar pertanyaan tersetruktur, sedangkan data sekunder diperoleh dari
instansi terkait yang terdiri dari data perkembangan populasi, produksi dan konsumsi.Data-data
yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis B/C rasio, analisis kelembagaan dan
analisis margin tataniaga, namun data yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif. Hasil
menunjukkan bahwa terdapat 7 pelaku rantai pasok ternak kado yang diawali dari peternak
selaku produsen, pedagang desa, belantik pasar, pedagang pengumpul, pedagang antar propinsi,
pejagal dan pedagang sate, analisis kelembagaan menunjukkan bahwa lembaga pedagang pasar
sangat strategis karena mampu sebagai perantara antara penjual dengan pembeli. Dengan
analisis nilai rantai menunjukkan bahwa semua pelaku pasok memperoleh keuntungan sehingga
dapat disimpulkan peternakan kado memberi manfaat bagi perkembangan ekonomi suatu
daerah.
Kata Kunci : kelembagaan, ekonomi, domba dan kambing

Abstract
The aimed of this study was to describe 1). performance and livestock supply chain
actors on sheep and Goats, 2). analyzing institutional supply chain management and 3).
analyzing the value chain of livestock present in Tegal regency. The data used consisted of
secondary and primary data. The primary data obtained through the survey method interviewed
actors supply chain, using questionnaires, while secondary data obtained from relevant
agencies that consisted of sheep and goats population, production and consumption. The data
were analyzed using the B/C ratioanalysis , institutional analysis and the analysis of the margin
trading system. meanwhile the qualitative data were analyzed descriptively. The results indicate
that there are seven actors supply chain of sheep and goat which are farmers as producers,
traders village, Orion markets, traders, merchants between provinces, bucher and merchants
satay, institutional analysis shows that the institution of market traders is very strategic because
it is able as an intermediary between sellers with buyers. With a value chain analysis shows that
all actors gain supply so that it can be concluded sheep and goat are to benefit the economic
development of the region.
Keywords : institutional, economic, sheep and goats

Pendahuluan industri pengolahan yaitu sebesar 23,94%.


Sub sektor peternakan berperan Dalam aspek ketatenagakerjaan sub sektor
penting dalam perekonomian nasional sebagai peternakan menyerap 4,3 juta tenaga kerja
penyedia bahan pangan, memberikan (BPS 2013). Sampai saat ini kinerja sektor
penyerapan tenaga kerja. Produk domestik peternakan belum mampu memenuhi
bruto tahun 2012 dari sektor peternakan kebutuhan daging nasional dan harus di
sebesar 14,44% atau peringkat kedua setelah import sebanyak 30%, oleh karena itu

35
JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2016, VOL.16, NO.2

pengembangan sektor peternakan perlu ternak kambing muda Balibul (dibawah lima
dilakukan secara konprehensif oleh semua bulan) dan malah sekarang banyak penjual
stake holder dalam suatu siklus rantai pasok sate memasang iklan dengan Batibul (bawah
mulai dari pembibitan ternak sampai pada tiga bulan). Secara teoritis apabila hal ini
tingkat konsumen daging. benar maka akan terjadi pengurasan populasi.
Ternak Kambing dan Domba (Kado) Konsep Value Chain Analysis (VCA)
merupakan ternak yang sangat populer dan adalah bagaimana mengkoordinasikan semua
telah dikenal dengan baik oleh masyarakat pihak yang terlibat dalam suatu rantai nilai
Indonesia. Kambing sangat digemari oleh dan membagi informasi secara transparan di
masyarakat untuk diternakkan karena ukuran dalam rantai untuk memperoleh efisiensi
tubuhnya yang tidak terlalu besar, proses aliran produk dan keuntungan yang
perawatannya mudah, cepat berkembang biak, adil bagi setiap pelakunya (Andri dan
jumlah anak perkelahiran sering lebih dari Stringer, 2010). Kaplinsky dan Morris (2001)
satu ekor, jarak antar kelahiran pendek dan mengemukakan terdapat empat aspek analisis
pertumbuhan anaknya cepat. Selain itu, rantai nilai di sektor pertanian yang dianggap
kambing memiliki daya adaptasi yang tinggi penting, yaitu 1) memetakan para pelaku yang
terhadap kondisi agroekositem suatu tempat berpartisipasi dalam produksi, distribusi,
(Sarwono, 2007). pemasaran, dan penjualan suatu produk
Pertumbuhan ekonomi indonesia tertentu; 2) mengidentifikasi distribusi
diramalkan akan terus bertumbuh dan hal manfaat (melalui analisis margin pemasaran)
tersebut akan memacu peningkatan konsumsi bagi para pelaku tata niaga dalam rantai nilai;
daging termasuk daging kambing. Usaha 3) mengkaji peran peningkatan nilai pada
peternakan kambing dan domba harus rantai pasok pada setiap tingkatan pelaku tata
melakukan antisipasi terhadap peningkatan niaga; dan 4) mengkaji peran tata kelola
konsumsi tersebut. Antisipasinya yaitu masing-masing pelaku dalam rantai nilai.
bagaimana menangkap peluang kesempatan Rantai nilai dapat dianalisis dari sudut
usaha dan hal ini akan menumbuh pandang pelaku yang terlibat di dalamnya.
kembangkan sistem rantai pasok yang ada. Analisis rantai nilai dapat membantu
Pengembangan peternakan kambing dan merancang program untuk memberikan
domba secara profesional dengan dukungan terhadap sauatu rantai nilai tertentu
memepertimbangkan skala usaha/pemilikan untuk mencapai hasil pembangunan yang
dapat dijadikan basis pengembangan ekonomi diharapkan (ACIAR, 2012). Manfaat hasil
rakyat di pedesaan. pembangunan dengan menggunakan analisis
Hasil kajian tentang prospek nilai rantai nilai mencakup: 1) para pelaku
ekonomi, sosial dan budaya ternak kambing diharapkan dapat mengakses pasar modern
sangat nyata yaitu dapat menyumbangkan 14– dan pasar ekspor; 2) penciptaan lapangan
25% dari total pandapatan keluarga petani. kerja untuk peternak rakyat.
Peranan kambing sebagai ternak potong Saptana dan Daryanto (2012)
dalam upacara agama atau adat merupakan mengemukakan bahwa manfaat dari
sumbangan terhadap ketahanan budaya penerapan manajemen rantai pasok
bangsa dan status sosial peternak. Potensi diantaranya yaitu 1) adanya penambahan nilai
kambing untuk agribisnis belum banyak yang meliputi kesesuaian baik dalam kualitas
dilirik orang karena belum memperhatikan maupun kuantitas dan kesesuaian dalam
peluang pasar. Sistem penjualan ternak masih pembebanan biaya produksi; 2) pengurangan
didasarkan atas kebutuhan uang tunai, biaya transaksi yang berdampak pada
sehingga pengelolaan ternak yang dilakukan timbulnya respon terhadap pasar yang lebih
tidak menjamin kontinuitas pendapatan dan berorientasi pada kepentingan pedagang
sulit meramalkan ketersediaan ternak sebagai pengecer (ritel). 3).pengurangan resiko bisnis
barang dagangan (Mulyono dan Sarwono, yaitu memberikan jaminan pemasaran
2007). disesuaikan dengan adopsi teknologi yang
Hasil pengamatan lapang khususnya mengarah pada efisiensi produksi.
pada level penjual sate menunjukkan bahwa Secara umum penelitian ini bertujuan
jenis daging yang dijajakan untuk sate adalah merumuskan kebijakan pengembangan

36
I-G.M. Budiarsana, dkk. Produktivitas dan Rantai

menajemen rantai pasok komoditas ternak pemasaran menggambarkan perbedaan harga


kado.Tujuan penelitian secara khusus adalah yang dibayarkan konsumen dan harga-harga
mendeskripsikan pelaku rantai pasok, yang diterima produsen. Termasuk dalam
menganalisis kelembagaan manajemen rantai margin pemasaran adalah biaya tataniaga dan
pasok komoditas ternak kado. keuntungan pelaku tataniaga yang secara
matematika rumusnya sebagai berikut:
Materi dan Metode Penelitian mn
Penelitian dilakukan di Kota dan M = ∑Ci + ∑∏j
Kabupaten Tegal. Analisis diawali dengan
i =1 j=1
mengidentifikasi masing-masing pelaku kunci
dalam rantai pasok, termasuk peran dan
tingkat pengaruh dan kepentingan masing- Keterangan :
masing pelaku rantai pasok dalam M : margin pemasaran
keseluruhan rantai pasok. Selanjutnya digali
Ci : biaya pemasaran yang dikeluarkan
secara seksama kegiatan manajemen pada
masing-masing pelaku dari tingkat peternak, masing-masing pelaku tataniaga,
pedagang kado pejagal sampai pada pedagang (i=1,2,3,...,m)
sate. Jenis dan jumlah responden seperti m : jumlah jenis pembiayaan
ditunjukkan pada Tabel 1. ∏ : Keuntungan yang diperoleh masing-
Data yang digunakan terdiri dari data masing pelaku tataniaga j
sekunder dan primer. Data sekunder terdiri (j=1,2,3...,n)
dari datatentang populasi ternak Kado, n : jumlah pelaku tataniaga yang ikut
produksi dan konsumsi. Data dan informasi ambil bagian dalam proses
mengenai jumlah perusahaan serta pola usaha pemasaran.
peternakan kado di Kabupaten Tegal, data
mengenai harga tentang input output usaha
Hasil dan Pembahasan
kado serta hasil-hasil studi terkait
Pelaku rantai pasok di tingkat produsen
pengembangan budidaya ternak kado.
(peternak).
Sementara itu data primer difokuskan pada Hasil kajian menunjukkan bahwa pola
data mengenai: 1) sistem usaha ternak Kado, usaha ternak kambing di Jawa tengah dapat di
2) struktur input dan output usaha ternak bagi 2 yaitu peternakan Kado skala kecil dan
kado, 3). pola kelembagaan manajemen rantai skala menengah. Jenis ternak yang dipelihara
pasok. Data kuantitatif dianalisis dengan di lokasi kajian yaitu domba maupun kambing
metode matematis sederhana sedangkan data dimana pilihannya sangat dipengaruhi oleh
kualitatif menyangkut kebijakan dan kondisi agroekosistem. Pada agroekosistem
kelembagaan di analisis secara deskriftif. persawahan banyak dijumpai ternak domba,
Analisis margin pemasaran dihitung sedangkan daerah
secara matematis menurut Dahl dan Hamond
(1997) yang menyatakan bahwa margin

Tabel 1.Jumlah dan jenis responden.


Jumlah Responden
No Jenis Responden
(orang)
1 Peternak domba dan kambing 13
2 Pedagang domba dan kambing 7
3 Pedagang di Pasar hewan 10
4 Pejagal di Rumah potong hewan 5
5 Pedagang sate kambing. 6

37
JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2016, VOL.16, NO.2

Tabel 2. Rataan pemilikan ternak Kado menurut status fisiologis di tingkat peternak di
KabupatenTegal.
Peternak Domba (n=10) Peternak Kambing (n=3)
Parameter Rataan Rataan Prosentase
Prosentase
pemilikan pemilikan
Dewasa Jtn 0,4 5,3 1,0 16,7
Dewasa Btn 2,3 30,3 2,5 41,7
Muda Jtn 1,6 21,1 0,5 8,3
Muda Btn 1,2 15,8 1,0 16,7
Anak Jtn 1,4 18,4 - -
Anak Btn 0,7 9,2 1,0 16,7
Total Pemilikan 7,6 100 6,0 100

dengan lahan kering (tegalan) banyak ditemui anak hanya secara alami. Tidak terencananya
ternak kambing. Breed domba yang umum produksi berdampak pada tidak terencananya
ditemui di lokasi kajian yaitu domba cokol. penjualan ternak. Penjualan ternak biasanya
Sementara kambing yaitu kambing Bligon. dilakukan pada saat peternak membutuhkan
Domba cokol merupakan breed ternak domba dana untuk keperluan bibit pada lahan
hasil persilangan antara domba ekor tipis dan pertanian atau untuk kebutuhan keluarga yang
domba ekor gemuk. Sedangkan breed mendesak seperti diantaranya untuk
Kambing Bligon lebih dikenal dengan nama pembayaran uang sekolah anak.
kambing Jawarandu. Kambing Jawarandu ini
merupakan hasil perkawinan Kambing Pelaku rantai pasok di tingkat pedagang.
Peranakan Ettawa (PE) dengan kambing lokal Pada pemasaran ternak kado di
(biasanya kambing kacang). Kabupaten Tegal, pelaku rantai pasok terdiri
Dari 13 responden peternak sebanyak dari beberapa level yaitu pedagang desa,
77% diantaranya memelihara domba dan 23 Pedagang Belantik Pasar, pedagang belantik
% peternak memelihara ternak kambing. Dari pengumpul, pedagang antar propinsi, Pejagal
13 peternak responden tidak ditemui peternak dan pedagang sate. Pedagang desa disebut
yang memelihara kedua jenis ternak secara juga pedagang keliling karena pedagang
bersamaan. Rataan pemilikan ternak domba tersebut berkeliling desa untuk mencari ternak
yaitu 7,6 ekor/peternak sedangkan kambing kado yang dijual oleh para peternak.
sebanyak 6 ekor/peternak. Dari skala Pedagang keliling ini kemudian membawa
pemeliharaan tersebut proporsi induk ternak kado ke pasar hewan terdekat atau
merupakan proporsi tertinggi yaitu mencapai pasar yang dianggap dapat membeli ternak
30-40%. (Tabel 2), hal ini mengindikasikan kado yang akan dipasarkan sesuai dengan
bahwa pola usaha mengarah pada usaha harga yang diinginkan. Ternak yang
menghasilkan anak. dipasarkan umumnya di serahkan ke belantik
Sistem pemeliharaan yaitu sistem cut pasar. Di pasar hewan para belantik pasar
and carry, jenis pakan utama yang diberikan menawarkan ternak yang diperoleh dari
yaitu hijauan (rumput dan daunan). Pemberian pedagang keliling kepada pedagang
pakan tambahan dalam bentuk konsentrat pengumpul maupun pedagang antar Propinsi.
jarang dilakukan. Kandang dibangun di Pada kondisi tertentu misalnya saat lebaran
belakang rumah di lahan pekarangan milik haji pedagang antar propinsi membeli ternak
sendiri yang dibangun dengan sistem dari pedagang desa. Untuk pengadaan ini
panggung yang ketinggian lantai kandang pedagang propinsi menyerahkan dana terlebih
berkisar 0,8-1m dari atas tanah. Hampir dahulu kepada pedagang keliling. Belantik
semua responden menyatakan tidak pasar di Kabupaten tegal dapat menjual ternak
menghitung secara detail nilai finansial usaha kadonya kepada pejagal atau pedagang
pola produksi dan penjualan tidak terencana. pengumpul. Pedagang pengumpul menjual
Lebih dari itu peternak tidak melakukan ternak kepada pedagang antar propinsi
penjadwalan perkawinan sehingga produksi maupun kepada pejagal. Para jagal dapat

38
I-G.M. Budiarsana, dkk. Produktivitas dan Rantai

secara langsung membeli ternak di pasar ternak yang dijual ke pedagang pengumpul
hewan bertemu dengan belantik pasar atau mencapai 80% dari total ternak yang dijual
melalui perantara yaitu pedagang pengumpul. oleh para belantik pasar. Sementara itu 20%
Pada kasus seorang jagal yang membeli ternak diantaranya dijual kepada para jagal. Para
melalui pedagang pengumpul maka hal ini pedagang pengumpul ini biasanya menyimpan
biasanya melalui perjajnjian antar kedua belah ternaknya di lokasi kandang miliknya
pihak terlebih dahulu. beberapa hari sebelum dikirim atau
dipasarkan pada hari berikutnya. Biaya untuk
Pelaku rantai pasok di tingkat pedagang pemeliharaan relatif efisien karena umumnya
sate. biaya upah dibayar secara bulanan. Para
Muara akhir dari pemasaran ternak pejagal merupakan pelanggan terbanyak dari
Kado yaitu secara umum warung sate pedagang pengumpul ini yaitu mencapai 90%
sehingga dapat dikatakan bahwa pelaku rantai dan sisanya 10% dari pedagang antar propinsi.
pasok akhir dari ternak kambing ini yaitu para Beberapa pedagang pengumpul yang
konsumen. Daging kado tidak hanya untuk diwawancarai menyatakan bahwa telah
sate namun juga untuk kambing guling melakukan kontrak pengadaan kepada para
maupun sop, gulai atau tongseng. Pedagang pejagal.
sate berpeluang memperoleh daging dari 2 Hasil wawancara dengan para pejagal
sumber yaitu dari jagal atau dengan melalukan menunjukkan bahwa alasan para jagal
pemotongan ternak sendiri. Sedikit berbeda membeli ternak dari pedagang pengumpul
dengan daging jenis lainnya, daging kambing yaitu karena keterbatasan waktu.Para jagal
umumnya hanya di konsumsi dalam keadaan biasanya beroperasi sejak subuh sehingga
segar dan sangat jarang diolah terlebih dahulu peluang untuk ke pasar hewan sangat kecil.
dalam industri pengolahan daging. Para Jagal menjual daging kepada pedagang
sate sebanyak 90% dan ke Hotel maupun
Analisis kelembagaan rantai pasok. pasar becek sebanyak 10% .
Hasil kajian menunjukkan bahwa
aliran pemasaran ternak kado di Kabupaten Analisis nilai rantai
Tegal dari produsen sampai ke konsumen Analisis finansial usaha peternakan
akhir seperti ditunjukkan pada (Gambar 1). Kado di tingkat peternak menunjukkan bahwa
Para peternak kecil selaku produsen menjual meningkatnya skala usaha memberikan
ternak sepenuhnya kepada pedagang desa. tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Pada
Pedagang desa ini sangat mudah di hubungi skala (7 ekor) modal yang dibutuhkan sebesar
oleh para peternak terlebih adanya alat Rp.7 juta jumlah tersebut digunakan untuk
komunikasi hand phone (HP). Peternak skala pengadaan bibit sebesar Rp.4,8 juta dan
kecil ini menjual ternak nya 100% ke kandang sebesar Rp.2,2 juta.
pedagang desa. Selanjutnya pedagang desa ini Usaha pada skala ini hanya mampu
memasarkannya ke pedagang belantik pasar menghasilkan pendapatan sebesar Rp.3,05
sebanyak 90%. Pemasaran ternak kepada juta per tahun. Pada analisis finansial tersebut
pedagang pengumpul hanya 10% yang terjadi biaya tenaga kerja untuk perawatan dan
pada saat-saat tertentu yaitu diantaranya pada tenaga kerja untuk ngarit diperhitungkan
saat pedagang pengumpul mendapat pesanan sebagai biaya. Biaya tenaga kerja pada usaha
dari Pedagang antar propinsi. Pada peternakan rakyat jarang dihitung sebagai
kelembagaan rantai pasok di Kabupaten Tegal pengeluaran usaha. Lama waktu yang
terlihat bahwa peran belantik pasar sangat dibutuhkan untuk kegiatan perawatan ternak
strategis. Para belantik pasar inimampu dengan skala ini yaitu sebanyak 1,5 jam
mempengaruhi harga ternak di pasaran. Para sehari.
pembeli dari pihak belantik pasar pada
umumnya para pedagang pengumpul. Jumlah

39
JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2016, VOL.16, NO.2

Belantik/ 90% Pejagal


Peternak
Pasar Hewan
5%
100% 10% 95%
90%

Pedagang Pedagang Pedagang Hotel


Desa 5% pengumpul (warungSate

90% 100%
5%
Pedagang
antar Konsumen
sate
Provinsi

Gambar 1.Aliran produk (ternak kado) di Kabupaten Tegal tahun 2015.

Tabel 3.Analisis usaha ternak Kado pada pola maupun skala usahayang berbeda.
Breeding Penggemukan
Uraian
Skala 7 ekor skala 200 ekor skala 250 ekor
A. Biaya Tetap
1. Bibit ternak induk,pejantan atau Bakalan (*) 240,000 13,500,000 600,000,000
2. Penyusutan Kandang 440,000 6,000,000 7,500,000
3. Peralatan kandang 125,000 1,500,000 1,500,000
Total Biaya Tetap (A) 805,000 21,000,000 609,000,000
B. Biaya Variabel - - -
1. Tenaga Kerja 2,053,125 30,000,000 30,000,000
2. Pakan Konsentrat - 56,210,000 191,625,000
3. Pakan Hijauan - 32,120,000 109,500,000
4. Obat-obatan 20,000 300,000 500,000
Total Biaya Variabel (B) 2,073,125 118,630,000 331,625,000
Total Biaya (A+B) 2,878,125 139,630,000 940,625,000
Penjualan - - -
1. Pupuk Kandang (karung) 52,000 1,460,000 5,475,000
2. Ternak Kado 3,000,000 162,000,000 1,125,000,000
Total Penjualan 3,052,000 163,460,000 1,130,475,000
B/C Rasio 1.06 1.16 1.20
Keterangan :(*) Pada pola breeding hanya biaya penyusutan ternak (deplesi) demikian juga dari sisi
penjualan tidak termasuk penerimaan dari penjualan bibit afkir.

Pada pola breeding dengan skala yang manufacture, oleh karenanya sangat
lebih tinggi yaitu 200 ekor modal yang dibutuhkan sentuhan kebijakan pemerintah
dibutuhkan yaitu sekitar Rp.330 juta untuk dalam bentuk kredit murah.
pengadaan ternak bibit Rp.270 juta dan untuk Pada usaha penggemukan di satu sisi
kandang Rp.60 juta. Total Investasi tersebut relatif lebih menarik dibandingkan dengan
mampu menghasilkan keuntungan sebesar usaha yang diuraikan sebelumnya. Oleh
Rp.23.830.000/tahun yaitu setara dengan karena pemeliharaan per periode relatif lebih
bunga modal sebesar 7,2% per tahun. Nilai ini singkat, mengindikasikan bahwa kebutuhan
relatif kecil dibandingkan dengan usaha modal relatif lebih sedikit. Jumlah modal yang

40
I-G.M. Budiarsana, dkk. Produktivitas dan Rantai

dibutuhkan untuk usaha penggemukan yaitu Hasil analisis rantai nilai dari
Rp. 237,5 juta rupiah yang digunakan untuk komoditas ternak Kado menunjukkan bahwa
pembelian bakalan sebanyak Rp.200 juta dan jumlah nilai yang ditambahkan pada setiap
pembuatan kandang sebanyak Rp. 37,5 juta. tingkatan rantai pasok yaitu berkisar Rp.
Adapun keuntungan yang dihasilkan yaitu 25.000 - Rp.70.000,-dengan rataan nilai yang
sebesar Rp.189,850.000/tahun dengan nilai ditambahkan setiap pelaku rantai pasok yaitu
BC rasio sebesar 1,2. Nilai BC ini sebesar Rp.40.000,-. Implikasibahwa
mengindikasikan bahwa dengan pengeluaran peternakan Kado di kabupaten Tegal telah
sebesar Rp.1 mampu menghasilkan memberi manfaat positif kepada para pelaku
pendapatan sebanyak Rp. 1,2,- rantai pasok.

Analisis margin pemasaran ternak kado. Kesimpulan


Margin pemasaran terdiri atas biaya Pelaku rantai pasok ternak Kado di
pemasaran (Marketing cost) dan margin Kabupaten Tegal yaitu pedagang desa,
keuntungan (profit margin). Analisis margin Pedagang Belantik Pasar, pedagang belantik
pemasaran ternak kado di Kabupaten Tegal pengumpul, pedagang antar propinsi, pejagal
seperti ditunjukkan pada (Tabel 4). Biaya dan pedagang sate.
pemasaran terbesar dikeluarkan oleh Rantai pasok dari berbagai jalur
pedagang desa yaitu 4,8% diikuti dengan ternak kado di Kabupaten Tegal terlihat
pedagang sate yaitu sebesar 4,37%. bahwa pelaku rantai pasok yang paling
Komponen biaya terbesar dari biaya strategisyaitu pedagang pasar.Pelaku rantai
pemasaran yaitu biaya transfortasi dan tenaga pasok ini sangat menentukan kelancaran
kerja handling ternak. Dari sisi keuntungan transaksi namun disatu sisi akibat kuatnya
yang diperoleh menujukkan keuntungan per persatuan para anggota masing-masing
ekor ternak diterima oleh pelaku rantai pasok berpeluang mengganggu sistem rantai pasok
pedagang sate yaitu sebesar Rp.45.000 per untuk menjadi tidak efisien.
ekor. Keuntungan ini adalah perhitungan nilai Hasil analisis biaya dan keuntungan
ternak menjadi daging (karkas), dan belum menunjukkan bahwa semua palaku rantai
termasuk keuntungan pada saat kuliner. pasok menerima keuntungan dan keuntungan
terbesar diterima oleh pedagang sate.

Tabel 4. Analisis Margin pemasaran dan analisis Rantai nilai ternak kado di Kabupaten
Tegal.
Pelaku Rantai pasok Jumlah
Pedagang Penambahan
Uraian Peternak Pedagang Belantik Pejagal Pedagang
pengumpul nilai
(n=10) desa (n=5) Pasar (n=7) (n=3) sate (n=10)
(n=3) pemasaran
A. Rataan Harga Jual
kambing/domba 600,000 625,000 670,000 700,000 730,000 800,000
(Rp/ekor)
B. Biaya -biaya
- Biaya transport desa ke
15,000 12,000 5,000 10,000
pasar (Rp/ekor)
- Biaya handling dan
15,000 - 18,000 15,000 -
pakan Ternak (Rp/ekor)
- Biaya Retribusi Pasar
- 5,000 5,000 5,000 5,000
(Rp/ekor)
- Biaya Memotong
- - - - 20,000
ternak (Rp/ekor)
Rataan Biaya yang
30,000 5,000 25,000 25,000 35,000
dikeluarkan (Rp/ekor)
C. Rataan Keuntungan
35,000 25,000 15,000 30,000 45,000
(Rp/ekor)
Nilai ekonomi yang
25,000 45,000 30,000 30,000 70,000 200,000
ditambahkan (Rp/ekor)

41
JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2016, VOL.16, NO.2

Daftar Pustaka
[ACIAR] Australian Centre for International Dahl D, Hamond JW. 1977. Market and Price
Agricultural Research (ACIAR) Analysis.The Agricultural Industries.
.2012. Membuat Rantai Nilai Lebih USA: Mc. Graw Hill Book
Berpihak Pada Kaum Company.
Miskin.Australian Centre for Saptana, Daryanto A. 2012. Manajemen
International Agricultural Research. Rantai Pasok (Supply Chains
Diterjemahkan oleh Mia Hapsari Management) Melalui Strategi
Kusumawardani. Jakarta: Tabros, Kemitraan Pada Industri Broiler.
Indonesia. Dalam: Bunga Rampai Rantai Pasok
Andri KB, Stringer R. 2010. Panduan Komoditas Pertanian Indonesia. Eds.
Pedoman Pelaksanaan Penerapan Erna Maria Lokollo. Bogor: IPB
VCA (Analisa Rantai Nilai) untuk Press.
Staf Peneliti BPTP dan BBP2TP. Kaplinsky, R. and M. Morris. 2001. A
Bogorr: Badan Litbang Pertanian, Handbook for Value Chain Research.
Kementerian Pertanian. Brighton: Institute of Development
Badan Pusat Statistik 2013 Data Strategis Studies, University of Sussex.
Statistik Nasional, Jakarta.
Badan Pusat Statistik, 2013. Statistik
Peternakan

42

Anda mungkin juga menyukai