Anda di halaman 1dari 14

Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280

Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

ANALISIS PEMASARAN SAPI POTONG


(Analysis of Marketing in Beef Cattle)
Nurafni Lasaharu1), Nibras K. Laya2), Yuriko Boekoesoe*3)
1Alumni Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
2Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
3Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

*Coresponding Author: Email: yurikoboekoesoe@yahoo.co.id

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the marketing analysis of beef cattle in Taluditi
Regency, Pohuwato Regency. Gorontalo. The research method uses the survey method. The data used
in this study are primary data with data collection techniques conducted through observation,
interviews, and documentation. Sampling is determined through stratification of Random Sampling,
where the sample is based on the largest population. The number of samples produced was 72
respondents. Data were analyzed descriptively. The observed variables are marketing channels,
marketing margins and marketing efficiency. The findings of this study are two beef cattle marketing
channels in Taluditi District, Pohuwato Regency, namely: Channel I (Farmers - Collector Traders -
Consumers), and Channel II are (Breeders - Collector Traders - Retailers Traders - Consumers). The
average marketing margin in each marketing institution is Rp. 100,000 - Rp. 500,000. The level of
marketing efficiency in each marketing institution is 0.26-3.1

Keywords: Beef Cattle, Merketing, marketing institution

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran pemasaran, marjin pemasaran dan tingkat
efisiensi pemasaran sapi potong di Kecamatan Taluditi, Kabupaten Pohuwato. Metode penelitian
menggunakan metode survei. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan
teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selain itu,
pengambilan sampel dilakukan melalui Stratified Random Sampling, dimana populasi dibagi
menjadi berbagai tingkatan, yaitu memilih desa dengan populasi tinggi. Jumlah sampel sebanyak 72
responden. Variabel pengamatan adalah: Saluran pemasaran, Margin pemasaran dan Efisiensi
Pemasaran. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa saluran pemasaran sapi potong di
Kecamatan Taluditi, Kecamatan Pohuwato, terdiri dari dua saluran, yaitu: Saluran I (Peternak -
Pedagang Pengumpul - Konsumen), dan Saluran II adalah (Peternak - Pedagang Kolektor - Pedagang
Pengecer - Konsumen ). Nilai margin pemasaran di tiap lembaga pemasaran yaitu sebesar
Rp.100,000- Rp.500,000., dengan nilai efisiensi 0.26-3.1 disetiap lembaga pemasaran

Kata kunci: Lembaga pemasaran, Pemasaran, Sapi potong

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 62


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

PENDAHULUAN peternak menerima harga sapi yang


Sub-Sektor peternakan di tidak ditimbang, hanya berdasarkan
Indonesia terus berkembang sehingga penaksiran bobot badan dengan cara
memiiki prospek yang baik. melihat tampilan fisik sapi. Dengan
Perkembangan ini didukung dengan menjual sapi peternak dapat
semakin meningkatnya jumah memenuhi kebutuhan, biayai
penduduk dan taraf hidup pendidikan anak.
masyarakat, sehingga menimbulkan Pemasaran sapi potong oleh
kesadaran pentingnya mengkonsumsi peternak yang ada di Kecamatan
protein hewani. Hal ini menyebabkan Taluditi cukup tinggi, hal ini terlihat
perlunya peningkatan ketersediaan dari sapi potong yang cukup banyak
bahan makanan dari hewani. tersedia dengan harga terjangkau.
Pemenuhan kebutuhan ini dapat Untuk menciptakan pemasaran sapi
diproduksi dari sapi potong. potong yaitu peternak menggunakan
Pemasaran merupakan proses saluran pemasaran sapi yang dilalui
lanjutan dari proses produksi sehingga pedagang pemotong sampai ke tangan
pemasaran mempunyai peranan konsumen itu sendiri. Ada juga
penting bagi usaha peternakan. beberapa pedagang ternak sapi potong
Pemasaran adalah proses kegiatan di Taluditi seperti blantik yaitu
perpindahan produk dari produsen ke bertemu langsung dengan peternak
konsumen. Pemasaran juga adalah melakukan transaksi secara tunai
sarana untuk menyampaikan produk maupun kontrak pembelian dan
peternakan ke konsumen. Setiap pedagang pengumpul yaitu pedagang
kegiatan pemasaran sapi potong akan yang membeli ternak sapi dari blantik
melibatkan berbagai lembaga dengan harga yang relatif kecil.
pemasaran. Saluran pemasaran sapi Berdasarkan data Badan Pusat
potong yang ditempuh oleh peternak Statistik (BPS) Kabupaten Pohuwato
yaitu : 1) Peternak memasarkan pada Tahun 2018 total jumlah ternak
kepada konsumen akhir. 2) peternak sapi potong di Kabupaten Pohuwato
memasarkan ternak kepada pedagang yaitu 32,057 ekor.
pengumpul, pengecer, pedagang Kecamatan Taluditi merupakan
besar, pedagang antar pulau atau salah satu Kecamatan yang terdapat di
bahkan kepada pengusaha pemotong Kabupaten Pohuwato memiliki jumlah
seperti penjual daging kiloan. populasi ternak sapi potong sebanyak
Menurut Daroini, (2013) Proses 2.718 ekor ternak, sehingga daerah ini
menjual sapi potong, peternak memiliki potensi untuk
memilih pembeli yang potensial, pengembangan budidaya sapi potong.
biasanya peternak mampu memutus Permasalahan yang terjadi dalam
peran belantik (makelar) sapi saat budidaya Ternak sapi adalah
proses penjulan, menerima umumnya masih bersifat tradisional,
pembayaran dengan uang tunai tanpa sehingga produktifitas dari ternak
menunggu dalam beberapa hari. lambat. Banyaknya betina bunting
Diawali penentuan harga sapi, yang di perjual belikan sehingga

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 63


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

regenerasi ternak terhambat, masalah distribusi, margin pemasaran dan


lain juga adalah Inseminasi buatan efisien pemasaran sapi potong.
yang tidak maksimal dalam METODE PENELITIAN
pelaksanaannya
Ketersediaan ternak sapi ini Kecamatan Taluditi Kabupaten
menjadi peluang dalam pemasaran Pohuwato adalah tempat pelaksanaan
ternak, namun permasalahan yang penelitian ini, yang dilaksanakan pada
terjadi adalah tingginya kebutuhan bulan Juli-Agustus tahun 2019.
akan daging sapi namun produksi sapi Populasi peternak sebanyak 694
yang belum memenuhi swasembada. peternak, dengan jumlah ternak sapi
Kondisi ini merupakan peluang dalam sebanyak 1846 ekor (Kantor desa
pemasaran. Kecamatan Taluditi, 2018). Teknik
Pemasaran yang terjadi di sampling yang digunakan adalah
tingkat tani-ternak masih memiliki Stratified Random Sampling.
proses yang panjang. Perpindahan Teknik penentuan jumlah
ternak sapi dari tani-ternak harus sampel dilakukan dengan
melalui lembaga yang berhubungan menggunakan rumus Slovin.
langsung atau tidak langsung yang Instrument penelitian yang digunakan
terkait dalam kegiatan pemasaran. adalah observasi dan kuesioner yang
Menurut Suarda, (2009); diarahkan kepada peternak dan
Sumantri (2013) Saluran pemasaran lembaga-lembaga pemasaran ternak
ternak di sapi ada 3 saluran. semakin sapi yang ada di kecamatan Taluditi.
panjang saluran pemasaran semakin Analisis data dalam penelitian ini
besar margin pemasaran, sedangkan adalah analisis saluran pemasaran,
Ali (2014) terdapat tiga saluran analisis margin pemasaran dan analisis
pemasaran ternak sapi yaitu saluran efisiensi saluran pemasaran. Analisis
langsung (I), saluran tidak langsung pemasaran digunakan rumus yang
(II) dan saluran tidak langsung (III). disarankan Singaribuan (1995)
Biaya pemasaran dan harga ditingkat menggunakan :
peternak adalah faktor-faktor yang 1. analisis margin pemasaran:
mempengaruhi margin pemasaran 𝑀𝑝𝑠 = 𝐻𝑠 − 𝐻𝑙 − 1
secara nyata (Koesmara, dkk, 2015)
Keterangan:
Analisis pemasaran sapi potong
Mps : Margin pemsaran ternak sapi
ini penting dikaji sebagai upaya
potong oleh lembaga yang lebih
terinformasinya saluran dan distribusi
akhir
pemasaran yang terjadi, seberapa
Hs : Harga jual ternak sapi yang
besar margin yang dihasilkan dalam
diterima oleh lembaga pemsaran
sisitim pemasaran dan apakah efisien
yang lebih akhir
proses pemasaran sapi potong yang
Hl-1 : Harga jual ternak sapi yang
terjadi ditingkat lembaga terkait.
diterima oleh lembaga
Tujuan pemnelitian ini untuk
sebelumnya
mengetahui analisis pemasaran sapi
potong, yang difokuskan saluran

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 64


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

Analisis Keuntungan Biaya Pemasaran


EP = 𝑥 100%
Nilai Produk yang Di pasarkan
𝐿𝑝𝑠 = 𝑀𝑝𝑠 − 𝐵𝑝 − 𝐵𝑡
Keterangan: Ep : Efisiensi Pemasaran ternak
Lps : Keuntungan penjualan ternak sapi potong
sapi pada setiap kelembagaan BP : Biaya Pemasaran
pemasaran NPD : Nilai Produk yang dipasarkan
Mps : Margin pemasaran ternak sapi
potong pada setiap HASIL DAN PEMBAHASAN
kelembagaan Karakteristik Responden
Bp : Biaya pemasaran ternak sapi
Umur
potong pada setiap kelembagaan
pemasaran Menurut (Febriana,2008) bahwa
Bt : Biaya transaksi (biaya negosiasi umur produktif 16-65 tahun
dan lainnya) pada setiap sedangkan yang belum produktif 0-15
kelembagaan tahun dan yang tidak produktif > 65
tahun. Karakteristik responden dengan
Analisis efisiensi pemasaran presentase jumlah peternak
berdasarkan tingkat umur dapat
dilihat padaTabel 1.

Tabel 1. Karakteristik peternak sapi potong berdasarkan umur di Kecamatan Taluditi Kabupaten
Pohuwato
No Umur Jumlah Presentase (%)
1 <30 2 5,26
2 31-50 25 65,26
3 51-62 11 28,95
Total 38 100
Berdasarkan Tabel 1. produktif akan lebih efektif dalam
Menggambarkan umur petani- mengelola usahanya bila
peternak yang memelihara sapi dibandingkan dengan peternak yang
dikecamatan Taluditi Kab. Pohuwato lebih tua.
adalah petani-peternak berumur 30-62, Tingkat Pendidikan
berdasarkan sedangkan Febriana, Kemampuan seseorang dalam
(2008) menyatakan umur produktif 16- menjalankan usaha sangat
65 tahun sedangkan yang belum dipengaruhi oleh kemampuan
produktif 0-15 tahun dan yang tidak intelektual. Karakteristik peternak sapi
produktif > 65 tahun, sedangkan potong berdasarkan tingkat
Adiwilaga (2013) menyatakan bahwa, pendidikan di Kecamatan Taluditi
peternak yang berada pada usia Kabupaten Pohuwato pada Tabel 2.

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 65


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

Tabel 2. Karakteristik peternak sapipotong berdasarkan pendidikan di Kecamatan Taluditi Kabupaten


Pohuwato
No Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase (%)

1 SD 21 55,26
2 SLTP 17 44,74
3 SLTA 0 0,00
Total 38 100

Berdasarkan tabel 2, Tingkat mengelola usaha yang dijalankan


pendidikan tertinggi adalah tingkatan terutama sikap terhadap inovasi usaha
SD jumlah 21 responden dengan dimasa yang akan datang.
presentase 55,26 %, sedangkan Tanggungan Keluarga
terendah adalah tingkatan kelompok
umur responden terkecil adalah SLTP Karakteristik peternak sapi
jumlah 17 responden dengan potong berdasarkan tanggungan
presentase 44,74%, responden yang keluarga di Kecamatan Taluditi
bersedia untuk diteliti tidak ada yang Kabupaten Pohuwato di sajikan pada
untuk tingkatan SLTA.Hal ini tabel 3
berpengaruh buruk terhadap

Tabel 3. Karakteristik peternak sapi potong berdasarkan tanggungan keluarga di Kecamatan Taluditi
Kabupaten Pohuwato
No Tanggungan Keluarga Jumlah Presentase (%)
1 < 4 Orang 11 28,95
2 4-6 Orang 27 71,05
3 > 6 Orang 0 0,00
Total 38 100

Berdasarkan Tabel 3, beban disatu sisi, akan tetapi bila dilihat


Tanggungan Keluarga yang tertinggi dari disisi lain merupakan sumber
adalah 4-6 orang dengan jumlah 27 tenaga kerja.
responden meliki presentase 71,05%, Pengalaman Beternak
sedangkan yang terendah adalah <4
orang dengan jumlah 11 responden Karakteristik peternak sapi
memiliki presentase 28,95%. Keadaan potong berdasarkan pengalaman
ini akan mempengaruhi ketersediaan beternak di Kecamatan Taluditi
tenaga kerja keluarga. (Winarso (2013) Kabupaten Pohuwato seperti pada tabel
menyatakan bahwa semakin banyak 4.
jumlah anggota keluarga merupakan

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 66


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

Tabel 4. Karakteristik peternak sapi potong berdasarkan pengalaman beternak di Kecamatan Taluditi
Kabupaten Pohuwato
No Pengalaman Beternak Jumlah Presentase (%)
1 < 5 Tahun 7 18,42
2 5 - 10 Tahun 25 68,42
3 > 10 Tahun 5 13,16
Total 38 100

Berdasarkan pengalaman dipelihara dan cepat tanggap dalam


peternak dalam memelihara ternak penetapan kondisi usahanya.
sapi di kecamatan taluditi yakni 5-10 Jumlah Ternak yang di Pelihara
tahun, Pengalaman peternak
menjadikan seorang peternak sapi Jumlah kepemilikan ternak
lebih paham teknis pemeliharaan akan dipengaruhi besar kecilnya
tentang ternak yang dipelihara dan pendapatan yang di jadikan salah satu
merupakan motivasi dalam indicator ekonomi peternak. Hasil
pengembagan usahanya serta penelitian jumlah yang dipelihara oleh
pengambilan keputusan dalam masing-masing peternak sapip otong
meemasarakan hasil ternak. Soeharjo di Kecamatan Taluditi Kabupaten
dan Patong (2010), mengatakan bahwa Pohuwato seperti pada Tabel 5.
umur dan pengalaman beternak akan Tingkat kepemilikan peternak
mempengaruhi kemampuan berusaha, terhadap ternak sapi di Kec. Taluditi
peternak mempunyai pengalaman Kab. Pohuwato adalah 4-10 ekor,
yang lebih banyak akan lebih berhati- banyaknya populasi ternak yang
hati dalam bertindak karena adanya dimiliki oleh peternak sangat
pengalaman pahit yang pernah menentukan perputaran usaha ternak
dialam, sedangkan Sulistyati M., dkk yang dilakukannya, hal ini dapat
(2013) lama beternak adalah kondisi berpengaruh langsung terhadap
seorang pertenak mengelola usaha jumlah pendapatan peternak.
ternaknya, sehingga memiliki
pengalaman tentang ternak yang
Tabel 5. Jumlah Ternak yang Dipelihara oleh Masing-masing Peternak
No Kepemilikanternak Jumlah Presentase (%)
1 4-6 ekor 26 68.42
2 6-8 ekor 10 26.32
3 8-10 ekor 2 5.26
4 >10 ekor 0 0
Jumlah 38 100

Tingkat kepemilikan peternak yang dilakukannya, hal ini dapat


terhadap ternak sapi di Kec. Taluditi berpengaruh langsung terhadap
Kab. Pohuwato adalah 4-10 ekor, jumlah pendapatan peternak.
banyaknya populasi ternak yang Semakin tinggi atau besar skala
dimiliki oleh peternak sangat usaha, dapat meningkatkan
menentukan perputaran usaha ternak kesejahteraan peternak atau semakin

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 67


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

banyak ternak yang di pelihara dapat Untuk mengetahui karakteristik


meningkatkan pendapatan peternak responden pedagang pengumpul dan
(Harry, R. K., 2014). pedagang pengecer sapi potong dari
Karateristik Lembaga Pemasaran segi umur, tingkat pendidikan dapat
dilihat padaTabel 6

Tabel 6. Karakteristik pedagang pengumpul dan pedagang pengecer sapi potong berdasarkan umur
peternak di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato
No Umur (tahun) JumlahResponden Orang Presentase (%)

1 < 30 2 6
2 30-50 21 62
3 >50 11 32
Total 34 100

Berdasarkan Tabel 6, Dari segi 62 %, sedangkan kelompok umur


umur pedagang pengumpul dan responden terkecil adalah kelompok
pedagang pengecer kelompok umur umur <30 tahun sebanyak 2 responden
yang terbebesar adalah kelompok dengan presentase 6%. Digolongkan
umur 30-50 tahun dengan jumlah 21 pada usia produktif lebih dari 50
responden dengan presentase tahun.

Tabel 7. Karakteristik responden pedagang pengumpul dan pedagang pengecer menurut tingkat
pendidikan di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato
No Tingkat pendidikan JumlahResponden Orang Presentase (%)
1 SD 21 61,76
2 SLTP 12 35
3 SLTA 1 2,94
Total 34 100
Berdasarkan tabel 7, Tingkat Saluran Pemasaran
pendidikan tertinggi adalah tingkatan Dari hasil survei menunjukan
SD jumlah 21 responden dengan bahwa aktifitas pemasaran ternak sapi
presentase 61,76 %, sedangkan potong yang ada di Kecamatan
terendah adalah tingkatan kelompok Taluditi terdapat 2 jenis saluran
umur responden terkecil adalah SLTA pemasaran.
jumlah 1 responden dengan presentase
2,94%.

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 68


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

Saluran Peamsaran I

Pedagang Konsumen

Produsen

Pedagang Pedagang Konsumen

Saluran Peamsaran II

Gambar 1 : Saluran Pemasaran Sapi Potong di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato

Gambar 1 menunjukkan saluran atau konsumen langsung yang


pemasaran ternak sapi potong yang membutuhkan ternak sapi.
ada di Kecamatan Taluditi Kabupaten Harga saluran pemasaran I
Pohuwato terdapat 2 jenis saluran pada tingkat peternak yaitu sebesar
pemasaran 79,40%, bagian harga pada tingkat
1. Saluran Pemasaran Pertama mugee sebesar 7,27% dan harga pada
Bentuk saluran pemasaran tingkat pedagang daging yang sebesar
pertama, peternak menjual sapinya 13,33%, (Koesmara,2015)
kepada pedagang pengumpul, hal ini 2. Saluran Pemasaran ke-dua:
dikarenakan peternak mengambil Bentuk saluran kedua,peternak
langkah mudah untuk menjual menjual sapi kepada pedagang
sapinya kepada pedagang pengumpul pengumpul kemudian pedagang
karenamereka lebih mepercayakannya pengumpul menjual kembali kepada
kepada pedagang pengumpul, adanya kepada pedagang pengecer. kemudian
ketidaktahuan peternak mengenai pedagang pengecer mejual langsung
pemasaran sapi potong dan harga sapi kepada konsumen. pada saluran
potong di pasar hewan dapat kedua pedagang pengumpul mudah
menjadi salah satu sebab peternak dalam pemasaran sapi potong karena
menjual langsung kepada pedagang mendapat bantuan pemasaran melalui
pengumpul. Pada saluran pertama ini pedagang pengecer.
pedagang pengumpul menjual sapi Hasil penelitian ini berbeda
potong kepada konsumen di pasar dengan hasil penelitiaan Ali, (2014)
hewan Taluditi. Pemasaran di lembaga menyatakan Terdapat tiga bentuk
awal ini terlihat sangat saluran pemasaran ternak sapi di
Kabupaten Gorontalo yaitu saluran
menguntungkan, dimana peternak
langsung menjual kepada pedagang langsung I, saluran tidak langsung II
dan saluran tidak langsung III.,

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 69


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

sedangkan Heryadi, (2010) Margin Pemasaran


menyatakan saluran pemasaran sapi Margin merupakan perbedaan
potong di pulau Madura adalah harga atau selisi harga yang dibayar
panjang, dan kompleks. Lembaga konsumen akhir dengan harga yang
tataniaga yang telibat sangat banyak diterima oleh peternak (Simmanora,
tetapi tidak ada satupun lembaga 2010). Dalam hal ini margin
tataniaga yang bertindak sebagai pemasaran pedagang pengumpul
pengimbang. adalah perbedaan harga yang
Saluran pemasaran II harga di dibayarkan kepada peternak dengan
tingkat peternak sebesar 81,79% dan harga jual kepada pedagang pengecer
pada tingkat pedagang daging sebesar dan konsumen dalam saluran
18,21%. (Koesmara,2015) pemasaran dengan komoditi yang
sama (Ali, 2014).

Tabel 8. Margin Pemasaran Pada Saluran I Sapi Potong di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato
Saluran I
No Lembaga Pemasaran
Nilai Rata-Rata (Rp/Ekor) Presentase (%)
Peternak
a. HargaJual 9,500,000
b. BiayaPemasaran
1
 BiayaTenagaKerja 38,816 13
 BiayaTransportasi 222,237 74
 BiayaRestribusi 38,816 13
PedagangPengumpul
a. HargaBeli 9,500,000
b. BiayaPemasaran
2  BiayaTenagaKerja 88,095 12
 BiayaTransportasi 528,571 72
 BiayaRestribusi 114,286 16
c. HargaJual 9,600,000
KonsumenAkhir
3 9,600,000 100
HargaBeli
Margin Pemasaran 100,000

Berdasarkan Tabel 8, Saluran Pada saluran pemasaran II


pemasaran I di lembaga pemasaran memiliki margin lebih banyak dengan
yang meyalurkan sapi potong terdiri jumlah Rp. 500,000/ekor karena hanya
dari peternak, pedagang pengumpul melalui lembaga pemasaran yaitu
dan konsumen akhir. Total margin lembaga pemasaran yang terdiri dari
keseluruhan yaitu Rp.100,000, dimana peternak, pedagang pengumpul,
total biaya pemasaran keseluruhan pedangang pengecer dan konsumen.
sebesar Rp.1,030,821/ekor. Dengan Menurut Sumantri (2013)
perhitungan biaya tenaga kerja Rp. Saluran pemasaran ternak di
88,095/orang, biaya transportasi Rp. Kabupaten Ogan Komering Ilir ada 3
528,571/ekor, dan biaya restribusi Rp. saluran. Saluran pemasaran I
114.286/bln. mempunyai margin pemasaran

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 70


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

terbesar yaitu Rp2.562.835,-/ekor, hal pedagang daging sebesar 18,21%.


ini membuktikan bahwa semakin (Koesmara,2015)
panjang saluran pemasaran semakin Besaran marjin tataniaga
besar margin pemasaran. ditentukan oleh besar kecilnya biaya
Harga saluran pemasaran I yang dikeluarkan dan resiko yang
pada tingkat peternak yaitu sebesar ditanggung oleh lembaga Tataniaga.
79,40%, bagian harga pada tingkat Share biaya dan share keuntungan
mugee sebesar 7,27% dan harga pada cukup merata, kecuali share biaya
tingkat pedagang daging yang sebesar untuk pedagang pengumpul kecil,
13,33%, sedangkan pada saluran sehingga pemasaran sapi potong di
pemasaran II harga di tingkat peternak pulau Madura dapat dikatakan efisien
sebesar 81,79% dan pada tingkat (Heryadi, 2010)
Tabel 9. Margin Pemasaran Pada Saluran II Sapi Potong di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato
Saluran II
No LembagaPemasaran
Nilai Rata-Rata (Rp/Ekor) Presentase (%)
Peternak
a. HargaJual 9,500,000
b. BiayaPemasaran
1
 BiayaTenagaKerja 38,816 13
 BiayaTransportasi 222,237 74
 Biaya Restribusi desa 38,816 13
PedagangPengumpul
a. HargaBeli 9,500,000
b. BiayaPemasaran
2  BiayaTenagaKerja 88,095 12
 BiayaTransportasi 528,571 72
 BiayaRestribusi 114,286 16
c. HargaJual 9,600,000
PedagangPengecer
a. HargaBeli 9,600,000
b. BiayaPemasaran
3  Biaya Tenaga Kerja 50,000 13
 BiayaTransportasi 288,462 75
 BiayaRestribusi 48,077 12
c. HargaJual 10,000,000
KonsumenAkhir
4 10,000,000 100
HargaBeli
Margin Pemasaran 500,000

Berdasarkan Tabel 9, pemasaran untuk pedagang pengecer


menunjukan bahwa, saluran II Rp.1,330,385/ekor.
lembaga pemasaran yang Dengan perhitungan tenaga
menyalurkan sapi potong terdiri dari kerja untuk pedagang pengumpul
peternak, pedagang pengumpul, Rp.88,095/orang, biaya transportasi
pedagang pengecer dan konsumen Rp.528,571/ekor, dan biaya distribusi
akhir. Total margin keseluruhan yaitu Rp.114,286/bln. Sedangkan untuk
Rp.500,000 yang dimana total biaya pedagang pengecer perhitungan

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 71


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

tenaga kerja Rp.50,000/orang, biaya Rp. 9,500,000/ekor dan biaya


transportasi Rp.288,462/ekor, dan pemasaran sapi potong yang
biaya retribusi Rp.48,077/bln. dikeluarkan sebesar Rp.
Berdasarkan margin pemasaran, 299,868.42/ekor. Jadi efisiensi
peternak, pedagang pengumpul, dan pemasaran ternak sapi potong yaitu :
pedangang pengecer terdapat EP = 3, 1 %
perbedaan pada saluran pemasaran 2. Lembaga Pemasaran untuk
dipengaruhi oleh beberapa faktor Pedagang Pengumpul
diantaranya lembaga yang terlibat dan Efisiensi pemasaran pada tingkat
besarnya yang dikeluarkan oleh suatu lembaga pemasaran II yaitu rata-rata
lembaga pemasaran. harga jual ternak sapi potong oleh
Menurut Indriyo (2001) bahwa, pedagang pengumpul sampai kepada
semakin panjang dan semakin banyak pedagang pengecer sebesar
lembaga pemasaran yang terlibat Rp.9,600,000/ekor dan biaya
dalam proses pemasaran akan semakin pemasaran ternak sapi yang
besar total margin dan laba bersih dikeluarakan dalam waktu tersebut
yang didapat oleh pelaku sebesar Rp. 704,761,90. Jadi efisiensi
pemasaran, sebaliknya semakin pemasaran ternak sapi potong yaitu :
pendek dan sedikit lembaga EP = 0,73%
pemasaran yang terlibat dalam proses 3. Status untuk pedagang pengecer
pemasaran semakin kecil total margin Efisiensi pemasaran pada
dan laba bersih yang didapat lembaga tingkat saluran pemasaran III yaitu,
pemasaran, sedangkan Amalia dkk diketahui Rata-rata nilai produk ternak
(2013) menyatakan bahwa, besar sapi potong oleh pedagang pengecer
kecilnya margin pemasaran sampai ke konsumen sebesar
dipengaruhi oleh perubahan biaya Rp.10,000,000 dan biaya pemasaran
pemasaran, keuntungan pedagang yang di keluarkan sebesar Rp.
perantara, harga yang dibayar oleh 263,846.15. Jadi efisiesi pemasaran
konsumen akhir dan harga yang ternak sapi potong yaitu : EP = 0,26 %
diterima oleh produsen. Efisiensi pemasaran sapi potong
Efisiensi Pemasaran dalam penelitian ini menunjukkan
efisien hal ini ditunjukkan nilai
Secara umum efisiensi efisiensi di lembaga pemasaran sebesar
pemasaran adalah nisbih antara biaya 0.23-3.1%
pemasaran dengan nilai produk yang
dinyatakan dengan persen. Efesiensi Nilai Efisiensi dalam penelitian
pemasaran pada setiap lembaga dapat ini sama dengan penelitian yang
dilihat pada Tabel 10. dilaksanakan oleh Agusu, (2019) yakni
1. Lembaga Pemasaran untuk nilai efisiensi pemasaran berkisar 0-5%
peternak Efisiensi pemasaran di
Efesiensi pemasaran pada pengaruhi oleh pola pemasaran dan
tingkat lembaga pemasaran I yaitu faktor lain diluar model pemasaran,
Harga jual ternak sapi oleh peternak sedangkan margin pemasaran juga
kepada pedagang pengumpul sebesar ditentukan oleh penerimaan dan

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 72


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

dikurangi biaya yang dikeluarkan dikeluarkan pada pola pemasaran I


selama proses produksi (Dermawan lebih kecil dan lembaga yang terlibat
R.A, dkk 2018). lebih sedikit dibandingkan dengan
Menurut Syahdani dan Hanafi, saluran pemasaran lainnya karena
(2016) Pola pemasaran yang paling peternak menjual langsung ke
efisien adalah pola I. Hal ini konsumen
disebabkan karena biaya yang

Tabel 10. Tingkat Efisiensi Pemasaran pada Setiap Lembaga Pemasaran

Lembaga Pemasaran Tingkat Efisiensi (%) Keterangan

Peternak 3, 1 Efisien

PedagangPengumpul 0,73 Efisien

Pedangan Pengecer 0,26 Efisien

DAFTAR PUSTAKA
Jika Efisiensi Pemasaran adalah
0-5% maka saluran pemasaran Adiwilaga, E. 2013. Analisis Saluran
dikatakan efisien, sedangkan EP lebih Pemasaran Dan Marjin
besar dari 5% maka saluran pemasaran Pemasaran Kelapa di Daerah
kurang efisien. Faktor-faktor yang Perbatasan Kalimantan Timur.
mempengaruhi efisiensi pemasaran Jurnal AGRIFORAR. Vol 11 (1)
adalah margin dan biaya pemasaran :1-10
serta jumlah lembaga pemasaran
terkait (Agusu, 2019) Andhika R, Hasnudi, dan Ginting N.,
2014. Pengaruh rantai Tata
KESIMPULAN
Saluran Pemasaran sapi potong Niaga Terhadap Efisiensi
yang dijumpai di Kecamatan Taluditi Pemasaran Daging Sapi Di
Kabupaten Boalemo Provinsi Kab. Karo. Jurnal Peternakan
Gorontalo terdapat 2 saluran Itegratif. Vol 3 No 2 : 224-234
pemasaran yaitu: Saluran Pemasaran I
adalah Peternak - Pedagang ALI, I. (2014). Analisis margin
Pengumpul –Konsumen. Saluran pemasaran ternak sapi bali di
Pemasaran II adalah: Peternak - Kecamatan Pulubala
Pedagang Pengumpul - Pedagang Kabupaten Gorontalo. Skripsi, 1
pengecer – Konsumen. Nilai margin (621409041).
pemasaran di tiap lembaga pemasaran
yaitu sebesar Rp.100,000- Rp.500,000., Alamsyah, A. F. (2015). Analisis
dengan nilai efisiensi 0.26-3.1 disetiap Saluran Dan Margin
lembaga pemasaran Pemasaran Sapi Potong Di
Pasar Hewan Tanjungsari.
Students E-Journal, 4(2).

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 73


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

Amalia, A.J, D.H. Utami, A.B. pemasaran sapi potong dan


Nugroho. 2013. Analisis daging sapi di Kabupaten Aceh
Pemasaran Usaha Sapi potong Besar. Buletin Peternakan, 39(1),
skala Kecil dan besar pada pola 57-63.
Kemitraan Sinar Sarana sentosa.
Malang, Fakultas Peternakan, Syahdani, A., dan Hanafi, N. D. (2016).
Universitas Brawijaya Analisis Pendapatan Dan
Efisiensi Pemasaran Usaha
Badan Pusat Statistik. 2018. Profil Sapi Potong Di Kabupaten
Kecamatan. BPS. Pohuwato. Langkat. Jurnal Peternakan
Gorontalo Integratif, 4(3), 222-234.

Daroini, A. (2013). Pola pemasaran Simmanora, 2010. Manajemen


sapi potong pada peternak Pemasaran Internasional. Jilid
skala kecil di Kabupaten Kediri. II. Salemba Empat, Jakarta
Jurnal Manajemen Agribisnis,
13(1), 55-62. Soeharjo, A dan S. Patong. 2010.
Potensi Agribisnis Usaha
Dermawan, R. (2018). Analysis Feasibility Ternak Sapi Potong dikota
of Effort Breeding Laying Hens. kendari. Jitro Vol. 1 (1) :88-98
Jambura Journal of Animal Science,
1(1). November 2018; 24-39. Sulistyati M, Hermawan, dan Fitriani
PISSN 2655-4356. EISSN 2655- A. 2013. Potensi Usaha
2280. Department of Animal Peternakan Sapi Perah Rakyat
Husbandry. Gorontalo State dalam Menghadapi Pasar
University Global. Fakultas Peternakan.
Universitas Padjadjaran. Jurnal
Febriana. 2008. Metode Penelitian Ilmu Ternak, Juni 2013, Vol. 13,
Kuantitatif. Bandung: Alfabeta. No. 1

Heryadi, A. Y. (2010). Pola pemasaran Suarda, A. (2009). Saluran pemasaran


sapi potong di pulau Madura. sapi potong di Sulawesi Selatan.
JSEP (Journal of Social and Jurnal Sains dan Teknologi, 9, 113-
Agricultural Economics), 5(2), 38- 118.
46.
Sumantri, J., Kusumastuti, T. A., &
Indriyo, G.S. 2001. Akuntansi Biaya Widiati, R. (2013). Pemasaran
Edisi Ketujuh. Penerbit BPFE, ternak sapi potong di
Yogyakarta. Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Sumatera Selatan. Buletin
Koesmara, H., Nurtini, S., & Peternakan, 37(1), 49-58.
Budisatria, I. G. S. (2015).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi margin

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 74


Jambura Journal of Animal Science E-ISSN: 2855-2280
Volume 2 No 2 Mei 2020 P-ISSN: 2655-4356

Winarso, A. 2013. Jumlah Perusahan


menurut anggota. Penerbit
Rajawali. Malang

Publisher: Animal husbandry department, Gorontalo State University 75

Anda mungkin juga menyukai