Anda di halaman 1dari 6

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI DAGING KELINCI NASIONAL

BERDASARKAN ANALISIS SWOT


ILMU MANAJEMEN ANEKA TERNAK

Disusun oleh :
M. Hadaf Al-Ma’isyah I.
205050100111105

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kelinci merupakan salah satu hewan ternak yang memiliki banyak manfaat, mulai dari
sebagai binatang hias/peliharaan, pemanfaatan feses/kotoran sebagai penghasil kompos,
penghasil daging yang mempunyai gizi tinggi serta rambut dan kulitnya dapat digunakan
sebagai bahan kerajinan.
Pengembangan usaha peternakan kelinci merupakan sebuah trobosan strategi dalam bidang
peternakan untuk mempercepat tercapainya swasembada daging. Berdasarkan fakta tersebut
maka swasembada pangan terutama protein hewani asal ternak khususnya daging, akan
tercapai jika progam pembangunan peternakan sudah diapresiasi positif dan dipacu
pertumbuhannya oleh pemerintah. Disamping itu, prioritas progam diarahkan pada jenis ternak
yang cepat menghasilkan, efisien dalam pakan, tidak memerlukan modal yang besar serta
membutuhkan lahan yang relatif sempit. Solusi yang ditawarkan adalah beternak kelinci.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam melakukan usaha ternak kelinci adalah pasar yang
spesifik dan terbatas, terutama pasar domestik, bibit ternak yang kurang bermutu dan
mortalitas yang masih cukup tinggi. Untuk itu perlu dilakukan analisa terhadap kekuatan
(Strenght ),kelemahan (Weakness ), peluang ( Oppurtunities ) dan ancaman (Threat ) yang
dapat terjadi dalam usaha peternakan kelinci sehingga dapat disusun strategi pengembangan
agribisnis peternakan kelinci.
1.2 RUMUSAN MASALAH
• Apa saja faktor pendukung dan penghalng bagi pengembangan usaha pakan kelinci?
• Bagaimana Analisa SWOT usaha peternakan kelinci ?
1.3 TUJUAN
• Untuk mengetahui bagaimana strategi guna meningkatkan produksi daging kelinci
nasional
1.4 MANFAAT
• Informasi dalam strategi pengembangan budidaya kelinci
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut S.N. Sirajuddun dkk (2012) menyatakan bahwa Beberapa kendala yang dihadapi
dalam melakukan usaha ternak kelinci adalah pasar yang spesifik dan terbatas, terutama pasar
domestik, bibit ternak yang kurang bermutu dan mortalitas yang masih cukup tinggi. Serta pada
penelitian yang telah dilakukan Sirajuddin dkk (2012) menyatakan bahwa ) Persaingan usaha,
dimana usaha ternak kelinci belum berkembang pesat seperti usaha sapi (sapi perah, sapi potong)
dan usaha ayam (ayam petelur, ayam broiler) dan pengetahuan peternak untuk menangani penyakit
ternak masih kurang.
Faktor teknis dan non teknis menjdai salah satu kendala pada teknis budidaya kelinci
seperti yang telah diutarakan Darman (2011) Faktor teknis terutama kematian merupakan kendala
pada teknis budidaya, sedangkan faktor nonteknis adalah masalah psikologis dan daya beli
mayarakat masih rendah. Promosi pengembangan kelinci melalui pengenalan produk-produk
olahan sehingga masyarakat mempunyai pilihan atas produk daging kelinci. Darman (2011) juga
mengutarakan bahwa pada pengembangan ternak kelinci diharapkan berorientasi komersiil,
dengan spesifikasi aktivitas usaha (pembibitan, budidaya dan pengolahan hasil).
Yang perlu diperhatikan dalam usaha ternak kelinci adalah persiapan lokasi yang sesuai,
pembuatan kandang, penyediaan bibit dan penyediaan pakan. Fungsi kandang sebagai tempat
berkembangbiak dengan suhu ideal 21° C, sirkulasi udara lancar, lama pencahayaan ideal 12 jam
dan melindungi ternak dari predator. Menurut bentuknya kandang kelinci dibagi menjadi: (1)
kandang sistem postal, tanpa halaman pengumbaran, ditempatkan dalam ruangan dan cocok untuk
kelinci muda; (2) kandang sistem ranch, dilengkapi dengan halaman pengumbaran; dan (3)
kandang battery, mirip sangkar berderet di mana satu sangkar untuk satu ekordengan konstruksi
Flatdech Battery (berjajar), Tier Battery (bertingkat), Pyramidal Battery (susun piramid).
Perlengkapan kandang yang diperlukan adalah tempat pakan dan minum yangtahan pecah dan
mudah dibersihkan. Untuk syarat ternak tergantung dari tujuan utama pemeliharaan kelinci
tersebut.Untuk tujuan jenis bulu maka jenis Angora, American Chinchilla dan Rex merupakan
ternak yang cocok. Sedang untuk tujuan daging maka jenis Belgian, Californian, Flemish Giant,
Havana, Himalayan dan New Zealand merupakan ternak yang cocok dipelihara.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 STRENGTH
Bisnis ternak kelinci sangat menjanjikan, karena permintaannya yang tinggi, daya jual yang
tinggi. Maka dari itu, untuk bisnis ternak kelinci ini juga dinilai sangat menguntungkan. Namun,
untuk cara ternak kelinci ini bisa dikatakan tidak mudah dibutuhkan ketelitian yang tepat. Apabila
saat merawat memberikan pakan yang tidak tepat bisa saja kelinci ini akan mati. Akan tetapi,
pemula dapat mulai mempelajarinya atau bisa melakukan analisis usaha budidaya kelinci, lalu
kekuatannya adalah ;
o Ternak kelinci mudah dipelihara.
o Limbah cair dan limbah padat dapat dijadikan pupuk organik.
o Kandang sangat sederhana.
o Memiliki SDM yang memadai.
o Tersedianya pakan hijauan.
o Kandungan gizi tinggi.
3.2 WEAKNESS
Dalam usaha beternak kelinci dibutuhkan kemtiraan dengan peternak lain seperti dalam hal
pembibitan untuk memperoleh kelinci yang unggul maupun dengan badan jasa pemberi modal,
sehingga dapat memperlancar dan mengembangkan usaha tersebut. Kemudian kelemahan yang
bisa terjadi pada usaha kelinci ;
o Sulitnya mencari bibit ternak kelinci unggulan.
o Kurangnya area promosi
o Kurangnya modal
o Sistem pemeliharaan tradisional.
3.3 OPPORTUNITY
Kelinci sebagai penghasil daging dan bulu memerlukan pakan yang dapat menunjang
kebutuhan nutriennya setiap hari, selain murah dan tersedia sepanjang waktu. Kemudian peluang
pada usaha ternak kelinci adalah :
o Kebutuhan pupuk organik meningkat.
o Tempat yang strategis untuk peternakan.
o Meningkatnya permintaan konsumsi daging kelinci.
o Memelihara kelinci menjadi hobi masyarakat.
3.4 THREATNESS
Pada usaha peternakan kelinci juga terdapat beberapa ancaman yaitu antara lain :
o Persaingan pasar meningkat.
o Cuaca yang tak tentu
o Penyakit yang menyerang kelinci
o Harga pakan tidak tentu
Produk ternak kelinci yang dapat dipasarkan adalah dalam bentuk hidup, bentuk produk
segar maupun produk olahan. Transaksi jual-beli kelinci hidup antara produsen dan konsumen
dapat berlangsung di lokasi produsen maupun di pasar (pasar umum, pasar hewan, bahkan tempat
rekreasi). Ternak yang diperjual belikan mulai dari status lepas sapih hingga ternak siap kawin.
Daerah pemasaran kelinci, mempunyai tingkatan, mulai dari produsen, pedagang/penyalur,
konsumen. Pemasaran kelinci di tingkat produsen; transaksi antara peternak dengan pedagang,
pedagang melakukan pembelian kelinci kepada produsen (peternak), ternak yang diperjual belikan
adalah ternak bibit, siap potong maupun kelinci dewasa. Pemasaran di tingkat konsumen biasnya
langsung diolah oleh pedagang-pedagang masakan yang mengolah makanan yang terbuat dari
daging kelinci seperti: sate, soup, dan tongseng kelinci yang menjual makanannya kepada
konsumen penyuka masakan tersebut. Pemasaran kelinci biasanya juga banyak terdapat dilokasi
pariwisata.
Pemanfaatan ternak kelinci dan pengolahan produk kelinci telah dapat memberikan
keuntungan yang cukup berarti bagi kehidupan masyarakat di pedesaan, terutama pada sentra-
sentra produksi di daerah pariwisata. Seberapa jauh nilai keuntungan yang dapat diraih bagi
produsen (peternak), apabila peternak di pedesaan akan mengusahakan sebanyak 20 kelinci induk
dan lima pejantan selama setahun. Dengan memperhatikan nilai koefisien teknis produktivitas
kelinci dari berbagai hasil penelitian sebelumnya oleh para ahli dan nilai jual produk kelinci
(daging, kulit bulu dankotoran) saat ini, maka hasil pendapatannya dapat diketahui.
Menurut Adrianto, (2014) menyatakan bahwasanya sampai saat ini semakin bertambah
jumlah peternak yang mulai menekuni usaha ternak kelinci tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin berkembangnya minat para peternak yang didukung oleh peluang pasar yang masih
sangat terbuka. Oleh kerena itu peneliti merasa tertarik melakukan penelitian terhadap usaha ternak
maupun hias ini dengan fokus dan perhatian pada aspek pengelolaan usaha, aspek pendapatan,
kelayakan dan pemasarannya.
BAB IV KESIMPULAN
o Ternak kelinci mempunyai potensi sebgai penghasil daging, kulit bulu, ternak hidup dan
kotoran yang sangat bernilai bagi kepentingan manusia
o Strategi yang harus diimplementasikan dalam Pengembangan Usaha Ternak Kelinci
memperluas pangsa pasar kelinci,
o Membentuk dan mengembangkan usaha pembibitan kelinci unggul,
o Meningkatkan penyuluhan mengenai nilai gizi daging kelinci dan cara beternak kelinci
yang baik.
o Dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki ketrampilan dan etos kerja yang professional
melalui kegiatan pelatihan tata cara beternak kelinci yang produktif, sehingga produksi
kelinci dapat meningkat serta berkembangnya usaha.
o Dalam usaha beternak kelinci dibutuhkan kemtiraan dengan peternak lain seperti dalam hal
pembibitan untuk memperoleh kelinci yang unggul maupun dengan badan jasa pemberi
modal, sehingga dapat memperlancar dan mengembangkan usaha tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto, D. T. (2014). Analisis Usaha dan Pemasaran Ternak Kelinci (Studi Kasus: Desa
Gundaling II dan Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo). Journal on
Social Economic of Agriculture and Agribusiness, 2(9):
Darman. 2011. Analisis Ekonomi Usaha Ternak Kelinci. Binus Busness Review 2(2): 914-922
S.N. Sirajuddin, S. Nurlaelah, dan R. Abriati. 2012. Strategi Pengembangan Ternak Kelinci di
Kabupaten Soppeng. Jurnal Inovasi Teknologi Pertanian 2(1): 60-73

Anda mungkin juga menyukai