Anda di halaman 1dari 33

Proposal Perencanaan Usaha

Sapi Perah
I. PENDAHULUAN

Sektor peternakan merupakan sektor yang memiliki peluang sangat


besar untuk dikembangkan sebagai sebuah usaha dimasa depan. Kesadaran
masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi pangan hewani mengakibatkan
permintaan terhadap produk-produk hewani seperti susu, telur, dan daging
menjadi meningkat. Pengembangan subsektor peternakan khususnya sapi
perah. Peluang meningkatkan produksi susu masih cukup besar, baik melalui
peningkatan populasi dan produktivitas ternak maupun diversifikasi sumber
susu. Salah satu ternak yang potensial sebagai ternak perah
Sapi perah merupakan salah satu sumberdaya lokal yang
penyebarannya sangat luas di Jawa. Pemeliharaan sapi perah merupakan
salah satu susu disamping sapi perah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
susu di Indonesia. Usaha agribisnis mempunyai kontribusi besar bagi
pembangunan di Indonesia. Perencanaan adalah hal yang sangat penting
dalam memulai usaha Peternakan. Perencanaan usaha akan membantu kita
dalam melangkah dan membuat keputusan.
Pemeliharaan sapi perah merupakan salah satu alternatif diversifikasi
ternak penghasil susu sebagai upaya pemenuhan kebutuhan susu di
Indonesia. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa susu sangat digemari.
Adanya peluang bisnis dari meningkatnya permintaan susu sapi dan harga
susu sapi yang cukup merakyat menyebabkan banyak orang tertarik untuk
membudidayakan sapi perah. Di masyarakat, usaha ternak sapi perah
diusahakan dalam skala yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam
merencanakan dan mengembangkan usaha ternak sapi perah, maka
keputusan mengenai skala usaha menjadi sangat penting. Jennes (1980)
Bertitik tolak dari hal tersebut maka kajian mengenai skala usaha ternak sapi
perah, dalam hal ini dikhususkan pada sapi perah FH, menjadi hal yang
sangat menarik.
1.2. Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan proposal ini dibuat:


1. Untuk mengetahui analisis data dalam usaha pembibitan sapi perah dan
2. Untuk mendapatkan berbagai informasi dalam menganalisi data peternakan

1.3. Manfaat
Manfaat dalam penulisan proposal ini adalah sebagai
berikut:
1. Persiapan dalam perencanaan usaha pembibitan sapi perah selama
10 tahun ke depan
2. Untuk menganalisis data dalam usaha pembibitan sapi perah
3. Mendapatkan berbagai informasi dalam menganalisis data peternakan
II. LINGKUNGAN USAHA PETERNAKAN

Lingkungan Usaha
Lingkungan usaha peternakan ini meliputi persedian lingkungan usaha
secara mikro dan lingkungan usaha makro. Lingkungan usaha makro ini meliputi
tentang : kondisi tempat, social budaya, teknologi dan kebijakan pemerintah.
Sedangkan untuk kondisi lingkungan mikro ini meliputi sarana prasarana,
budidaya pemeliharaan dan pemasaran yang akan dijelasakan dibawah ini:

2.1. Lingkungan usaha Makro


Lingkungan usaha makro ini meliputi tentang : kondisi geografis, social
budaya, teknologi dan kebijakan pemerintah yang akan dijelasakan dibawah ini:
a. Lahan dan Kondisi Geografis
lokasi dan lahan usaha pembibitan sapi perah harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sesuai dengan rencana Tata ruang wilayah Provinsi (RTRWP), rencana
Tata ruang wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK), atau rencana Detail Tata
ruang Daerah (RDTRD);
b. letak dan ketinggian lahan dari wilayah sekitarnya memperhatikan topograf
dan fungsi lingkungan, untuk menghindari kotoran dan limbah yang
dihasilkan tidak mencemari lingkungan;
c. tidak ditemukan agen penyakit hewan menular strategis terutama yang
berhubungan dengan reproduksi dan produksi ternak;
d. mempunyai potensi sebagai sumber bibit sapi perah;
e. Upaya Pengelolaan lingkungan hidup dan Upaya Pemantauan lingkungan
hidup (UKl/UPl); dan
f. mudah diakses atau terjangkau alat transportasi.
g. Sapi perah pada umumnya pada suhu 18 0C – 24 0C, berada di dataran
tinggi
b. Sosial Budaya
Sebagai Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam,
produkproduk yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan bagi umat muslim
sangat berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu produk peternakan yang
berhubungan dengan kegiatan keagamaan adalah ternak sapi perah.

c. Teknologi
Perkembangan dibidang teknologi saat ini dapat membawa perubahan
yang cukup signifikan kearah kemajuan. Adanya teknologi di bidang peternakan
diharapkan mampu meningkatkan posisi tawar produk-produk peternakan di
Indonesia. Pemerintah terus berupaya mendorong petani termasuk di dalamnya
peternak untuk menerapkan teknologi tepat guna dalam rangka meningkatkan
daya saing produk hasil ternaknya. Rendahnya produksi susu sapi lokal
disebabkan oleh belum terspesialisasikannya bangsa sapi perahl (tipe perah)
sesuai tujuan produksi serta sedikitnya upaya pemuliaan yang dilaksanakan
peternak. Masalah tersebut dapat dipecahkan melalui program pemuliaan yaitu
perkawinan sapi perah dengan inseminasi buatan.. sapi perah yang memenuhi
persyaratan genetik tadi adalah sapi FH. Untuk memperbaiki mutu genetik
tersebut, satu-satunya cara adalah dengan metode IB. Di luar negeri, metode ini
telah diterapkan dengan tingkat keberhasilan 33 – 73%.
Kendala utama dalam aplikasi teknologi IB pada sapi ialah kualitas semen
beku yang rendah dan teknik inseminasi yang belum tepat untuk sapi . Selain
perkembangan teknologi di bidang teknis, perkembangan teknologi dapat berupa
perkembangan pada alat-alat yang mendukung kegiatan produksi di suatu
peternakan. Saat ini peralatan dengan teknologi yang lebih maju dalam usaha sapi
perah adalah adanya mesin perah. Dengan menggunakan mesin perah,
pemerahan susu jadi lebih praktis dan cepat. Perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi yang semakin cepat secara langsung atau tidak langsung akan
berpengaruh pada cepatnya informasi yang diperoleh peternakan Usaha
peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha dalam sektor peternakan
yang cukup menjanjikan.
d. Kebijakan Pemerintah

Prosedur untuk mendirikan usaha peternakan adalah mendaftarkan


usahanya dengan membawa kelengkapan yang diperlukan antara lain surat status
kepemilikan tanah, kartu identitas dan surat izin lingkungan. Surat Keterangan Izin
Lingkungan berisi izin dari masyarakat sekitar mengenai keberadaan peternakan.
Ketentuan yang ada di dalamnya adalah mengenai komitmen dari pihak peternakan
untuk tidak menimbulkan pencemaran serta dapat saling menjaga keamanan,
ketertiban, kebersihan dan kepedulian lingkungan.

2. 2. Faktor Mikro

Kondisi lingkungan mikro ini meliputi sarana prasarana, Budidaya


pemeliharaan sapi perah dan pemasaran yang akan dijelaskan dibawah ini:

A. Sarana Prasarana
Sarana untuk usaha pembibitan sapi perah meliputi bangunan, alat dan
mesin peternakan dan kesehatan hewan, bibit, pakan, dan obat hewan.
1. Bangunan
1. kandang pedet untuk minum susu, pedet lepas sapih, dara/muda, induk
melahirkan, dan induk laktasi serta kandang isolasi;
2. gudang atau tempat penyimpanan pakan dan obat hewan; dan
3. tempat penampungan dan/atau pengolahan limbah.
4. tempat pengolahan susu dan laboratorium susu;
5. tempat pemerahan otomatis (milking parlour);
6. tempat penyimpanan susu;
7. instalasi air bersih;
8. tempat deeping/spray;
9. perkantoran terletak dalam satu lokasi dengan tempat usaha pembibitan; dan
10. biosecurity.

2. Konstruksi Kandang
a. konstruksi harus kuat
b. drainase dan saluran pembuangan limbah baik;
c. tempat kering dan tidak tergenang air;
d. lantai dengan kemiringan 2-5 derajat, tidak licin, tidak kasar, mudah kering
dan tahan injakan serta menggunakan alas (karpet/matras); dan
e. luas kandang sesuai peruntukannya.

3. Alat dan Mesin Peternakan dan Kesehatan hewan Dalam usaha pembibitan sapi
perah yang baik diperlukan alat dan mesin peternakan dan kesehatan hewan antara
lain:
1) alat pensuci hama;
2) alat pembersih kandang;
3) timbangan, pengukuran, dan pencatatan;
4) alat penerangan;
5) mesin pencacah rumput (chopper);
6) identitas ternak antara lain kalung, microchip, dan ear tag;
7) transportasi;
8) California Mastitis Test (CMT);
9) dipping cup;
10) milk can untuk penampung susu;
11) gelas ukur;
12) cooling unit;
13) mesin pasteurisasi, pendingin, pengepakan;
14) alat uji susu (colostrometer);
15) mesin pemerahan susu; dan
16) saringan.

4. Bibit
Bibit yang digunakan untuk pembibitan sapi perah harus memenuhi
persyaratan mutu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Lahan Hijauan dan Kebutuhan Pakan


Dalam usaha pembibitan sapi perah harus disediakan lahan pakan terutama
lahan hijauan rumput yang mempunyai kualitas yang bagus yaitu sekitar 1 Ha.
Pakan Ternak sapi dengan jumlah cukup dan berkualitas yang berasal dari:
a. hijauan pakan, antara lain rumput (rumput budi daya dan rumput alam), dan
legume;
b. hasil samping tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura dengan
kualitas tergantung dari umur pemotongan, palatabilitas dan ada tidaknya zat
toksik (beracun) serta tidak bersifat anti nutrisi;
c. pakan konsentrat tidak boleh mengandung bahan pakan yang berupa darah,
daging dan/atau tulang serta tidak boleh dicampur dengan hormon tertentu
atau antibiotic imbuhan pakan;
d. pakan yang berasal dari pabrik harus berlabel dan memiliki nomor
pendaftaran, dan pakan yang diolah sendiri harus memenuhi nutrisi.

Tabel 1. Produksi Jenis Hijauan

Persentase
Poduksi
Perbandingan
Jenis Bahan Protein Daya
Rumput Bahan Kering Kasar(PK) Cerna
Hijauan Segar
Kering
Hijaun Segar
(Ton/ha/Tahun) (ton/ha/thn)
Rumput
1076 110 48:52:00 32:68 13,5 59.7
Raja
r. gajah
525 63 59:41:00 64:36:00 12,3 64,2
hawai
r. gajah
376 40 44:56:00 44:56:00 13,5 64,2
afrika

5. Obat hewan
a. obat hewan yang dipergunakan dalam pembibitan sapi perah harus memiliki
nomor pendaftaran;
b. obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan
meliputi premiks dan sediaan obat alami sesuai dengan peruntukannya; dan
c. penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang obat hewan.

B. Budidaya Pemeliharaan Sapi Perah

a. Pemilihan Bibit Unggul


Bibit berpengaruh sangat besar terhadap produktivitas ternak, dan
oleh karenanya pemilihan bibit yang berkualitas baik sangat penting untuk
diperhatikan. Menurut Sutama (2007), hal yang harus diperhatikan ketika
memilih induk sapi agar memiliki kemampuan produksi susu yang tinggi
diantaranya : untuk ciri sapi betina yaitu mempunyai karakter keibuan, garis
punggung rata, mata cerah bersinar, kulit bulu halus dan bulu tidak kusam.
Posisi baik, kapasitas rongga perut besar, dada lebar serta kaki kuat dan
normal. Ukuran ambing cukup besar, kenyal, dan berbentuk simetris. Puting
susu empat buah dan normal., perototan kuat dan mata yang dimiliki terlihat
bersinar. Bentuk punggung kuat dan rata. Bentuk kaki kuat dan simetris,.

b. Pakan
Ternak ruminansia perlu hijauan sebagai makanan yang dikonsumsi
ternak setiap hari. Penyediaan hijauan yang cukup dan berkualitas tinggi
merupakan prioritas utama dalam menunjang keberhasilan suatu usaha
peternakan. Pakan yang sempurna mengandung protein, karbohidrat, lemak,
air, vitamin dan mineral. Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya
peternakan sapi perah adalah pemberian pakan. Hal yang perlu diperhatikan
dalam pemberian pakan adalah mengetahui berapa jumlah pakan dan jenis
pakan apa yang tepat diberikan untuk sapi perah. Jenis pakan yang diberikan
untuk sapi perah adalah hijauan dan konsentrat. Pakan yang diberikan
disesuaikan dengan kelompok umur.
Jenis jenis pakan ternak yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
nutrisi diantaranya rumput, legum, onggok, dedak, shorgum, merupakan
sumber energi yang dibutuhkan ternak. Sumber protein meliputi legum,
limbah hasil pertanian (bungkil kedelai, bungkil kelapa, ampas tahu).
Pemenuhan sumber energi bagi ternak dapat menggunakan garam dapur,
kapur, tepung tulang dan mineral mix, sedangkan sebagai sumber vitamin
dapat menggunakan jagung kuning, hijauan segar (rumput dan legum),. Hal
yang harus diperhatikan ketika memberikan pakan disesuaikan dengan
kondisi dan umur ternak.

c. Reproduksi
Perkawinan adalah upaya untuk melanjutkan keturunan dan
meningkatkan populasi sapi perah sehingga dapat meningkatkan produksi
susu. Pengaturan perkawinan merupakan faktor yang sangat penting dalam
tatalaksana pemeliharaansapi perah. Metode perkawinan yang diterapkan di
biasanya adalah metode inseminasi buatan (IB) sapi perah pertama
dikawinkan pada usia 15 bulan betina akan dikawinkan lagi pada 2-3 bulan
setelah beranak tergantung dari produksi susu.
d. Kandang
Pembuatan kandang dapat dilakukan dengan penggunaan lantai
dengan tanah atau beton.. Kandang merupakan tempat tinggal bagi ternak,
pola pemeliharaan secara intensif harus memperhatikan kontruksi kandang.
Tujuannya adalah agar kontruksi kuat dan yang lebih penting lagi ternak yang
berada di dalam kandang merasa nyaman atau tidak gaduh. Menurut
Setiawan dan Tanius (2003), fungsi kandang bagi ternak diantaranya:
sebagai tempat ternak berlindung dari semua gangguan yang dapat
diprediksi seperti aklimatisasi, terpaan angin, sinar matahari maupun
binatang pengganggu. Fungsi kandang harus mempermudah pengawasan
dan pemeliharaan bagi peternak, seperti makan, minum, tidur, membuang
kotoran. Hingga pada proses pemerahan susu nantinya.

e. Penyakit
Sapi perah yang sehat mencirikan sistem manajemen pemeliharaan
seperti kebersihan kandang, pakan yang cukup, tanggap terhadap gejala
penyakit sehingga dapat ditanggulangi sedini mungkin. Dengan harapan
produksi yang dihasilkan seoptimal mungkin. Beberapa jenis penyakit ada
yang bersifat menular dan tidak menular. Menurut Sutama (2007), penyakit
menular disebabkan oleh inveksi virus, bakteri, jamur, parasit darah, cacing
dan kutu. Jenis penyakit yang sering menyerang ternak diantaranya mastitis,
scabies, puru, cacingan. Sedangkan jenis penyakit yang tidak menular
dikarenakan kekurangan mineral, tanaman beracun, racun. Jenis penyakit
tidak menular diantaranya perut kembung, kurus kurang gizi, patah kaki
karena terjepit dan lain sebagainya. Penyebaran penyaki dapat terjadi melalui
: kontak langsung dengan hewan sakit, tanaman beracun, racun, melalui
serangga, angin, dan pekerja kandang.

f. Obat-obatan
Penanganan ternak yang sakit dapat menggunakan obat kimia
buatan pabrik dan obat tradisional. Menurut Williamson dan Payne (1993),
beberapa penyakit yang sering terdapat pada sapi perah dapat berupa
penyakit bakterial, penyakit parasit, serta penyakit yang disebabkan oleh
virus. Obat diberikan dengan cara disuntik, melalui mulut, dan disemprot.
C. Pemasaran
Usaha pembibitan sapi perah ini mempunyai pasar yang sangat bagus,
karena usaha ini sebagai usaha utamanya penghasil susu, tetapi tidak hanya
sebagai penghasil susu saja, ada usaha sampingan yang bisa diandalkan yaitu
penjualan anakan yang digemukan dan kotoran sapi diolah menjadi kompos.

D. Alat Transportasi
Alat transportasi ini sangat dibutuhkan yaitu : 1) untuk mengangkut hasil
susu usaha, terutama yang steril, dingin dan bersih dikarenakan susu mudah
rusak, 2) membeli kesedian pakan dan indukan,

2. 3. Ancaman Lingkungan Usaha


Ancaman yang terjadi pada lingkungan usaha ternak sapi perah
adalah sebagai berikut:

1. Kondisi politik dan keamanan di Indonesia yang tidak menentu


2. Teknik IB yang belum tepat dan rendahnya kualitas semen
3. Legalitas dari pemerintah untuk membuka usaha peternakan
cukup mudah
4. Adanya peternakan lain dengan jumlah populasi ternak lebih
besar serta memiliki sistem marketing dan pelayanan yang jauh
lebih bagus
III. SATUAN TERNAK (ST) DAN KOEFISIEN TEKNIS

3.1. Satuan Ternak


Satuan Ternak (ST) adalah ukuran yang digunakan untuk
menghubungkan berat badan ternak dengan jumlah makanan ternak yang
dimakan. Jadi ST memiliki arti ganda, yaitu ternak itu sndiri atau jumlah
makanan ternak yang dimakannya. Mula-mula ST digunakan pada ternak
pemamah biak (rumninansia) untuk mengetahui daya tamping suatu
padang rumput terhadap jumlah ternak yang dapat dipelihara dengan
hasil rumput dari padang rumput tersebut. Namun penggunaan ST kini
juga pada jenis ternak lainnya. Manfaat Satuan Ternak (ST) yaitu :
a. Untuk mengetahui potensi ternak suatu daerah
b. Untuk memproduksi kebutuhan makanan
c. Sebagai standart untuk pertukaran ternak

3.2. Penggunaan ST

Satuan ternak digunakan disamping untuk menghitung daya


tampung makanan ternak suatu padang rumput atau daya tampung sisa
hasil usaha tani suatu areal tanah pertanian terhadap jumlah ternak,
dapat juga digunakan untuk perhitungan berbagai masukan dan keluaran
fisik. Dengan demikian biaya masukan dan penerimaan dapat pula
diperhitungkan. Masukan fisik misalnya, rumput, hijauan dan makanan
ternak lainnya, luas kandang, luas padang rumput, jumlah air minum,
obat, perkawinan ternak dan tenaga buruh. Output fisik misalnya, jumlah
pupuk kandang, jumlah berat badan dan tenaga kerja ternak.
Penggunaan ST yang digunakan untuk ternak sapi sabagai berikut:

Kelompok umur Umur Satuan ternak


sapi dewasa >1 tahun 1
Muda 0,5-1 tahun 0,5
Anak <1 tahun 0,25
Penggunaan ST yang lainnya sebagai berikut:

No Uraian Keterangan
1 Luas kandang 1 5 m2
2 ST
Obat-obatan 1unit/periode/S
3 Tenaga kerja T
(HK/periode)
1 ST (15,75)
4 Kemasan susu 200 ml
5 Hijauan:
Sapi 35 kg
dewasa/ekor/hari
Sapi 25 kg
muda/ekor/hari
Konsentrat:
Sapi 5 kg
dewasa/ekor/hari
sapi 3 kg
6 muda/ekor/hari 10 ton
Feses
1ST/periode
3.3. Koefisien Teknis
Koefisien Teknis adalah angka standar yang mematuhi kaidah yang
sudah ditentukan yang dapat dipergunakan untuk menghitung suatu
besaran yang bersifat linear, luas bidang, volume, jumlah berat, dan
berbentuk persentase. Berikut koefisien teknis yang digunakan dalam
perencanaan proyeksi usaha ternak sapi perah :

No Uraian Koef.teknis
1 Umur jual dara bunting 2 tahun
2 Umur jual jantan 0-1 tahun
3 Umur afkir induk/jantan 10 tahun
4 Sex ratio kelahiran anak jantan:betina 50:50
5 Gross Kid 90%
6 Mortalitas dewasa 8%
7 Mortalitas Pre-sapihan 5%
8 Mortalitas Post-sapihan 5%
9 Net Kid 100%
10 % induk laktasi 80%
11 Masa laktasi 305 hari
12 Produksi susu perliter/hari/ekor 20 liter
13 Susu rusak per periode 0,50%
Konsumsi susu untuk pedet
a. Jantan/ekor/hari (60 hari) 3L
b. Betina /ekor/hari (120 hari) 3L
Koefisien Teknis Harga:

No Uraian Keterangan (Rp)


1 Ternak sapi betina bunting 20.000.000
2 Ternak sapi jantan tahun ke-0 5.000.000
3 Hijauan per kg 500
4 Konsentrat per kg 5.000
5 Susu sapi per liter 5.000
6 Obat2an perunit/periode 1.000.000
7 Tenaga kerja (HK/periode) 1 30.000
ST/15.75
8 Kemasan susu/200ml/kantong 1.500
9 Harga jual feses/kg 1.000
10 Harga jual susu/liter 5.000
11 Harga jual ternak afkir
Betina 15.000.000
Harga jual dara bunting 20.000.000
Harga jual pedet jantan 5.000.000
12 Biaya listrik/bulan 4.000.000
13 PBB/tahun 500.000
14 Promosi/bulan 100.000
15 Biaya transportasi (bensin/hari) 7.500
16 Biaya pemeliharaan transportasi 100.000
17 Pajak perusahaan 10% dari tiap
total
penerimaan/periode
IV. PROYEKSI FISIK DAN FINANSIAL
4.1. Komponen Fisik dan Faktor
Waktu
PROYEKSI TERNAK SAPI PERAH TANPA PRE-PROYEK

0 1th 2th 3th 4th 5th 6th 7th 8th 9th 10th
Induk 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1500 1500 1000
Jantan
Anak Betina - 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500
Anak Jantan - 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500
Dara 7-15 Bulan - - 500 1000 1000 1000 1000 1000 500 500 1000
Jantan 0-5 Bulan - - - - - - - - - - -
Jumlah Ternak 1000 2000 2500 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000
Satuan Ternak (ST) 1000 1250 1500 1750 1750 1750 1750 1750 2000 2000 1750
PENJUALAN
Dara bunting - - - 500 500 500 500 500 - - 500
Anak Jantan - 500 500 500 500 500 500 500 500 500
Susu (1000L) - 5575000 5575000 5575000 5575000 5575000 5575000 5575000 5575000 5575000
Induk Tua Afkir - - - - - - - - 500 500 -
Jantan Tua Afkir - - - - - - - - - - -
Total Penjualan - 500 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000
Sisa Ternak 1000 1500 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000

Luas Kandang (1ST=5m²) 5000m2 6250m2 7500m2 8750m2 8750m2 8750m2 8750m2 8750m2 8750m2 8750m2 8750m2
PROYEKSI
1 2 3 PRODUKSI
4 SUSU
5 6 7 8 9 10
Total Produksi 488000 488000 488000 488000 488000 488000 488000 488000 488000
Susu
Susu untuk pedet 0225000 0225000 0225000 0225000 0225000 0225000 0225000 0225000 0225000
Susu Rusak 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000
Susu Terjual 435500 435500 435500 435500 435500 435500 435500 435500 435500
(1000L) 0 0 0 0 0 0 0 0 0

PROYEKSI
BIAYA
VARIABEL

Dalam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
tahun
P TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
a 6.387.500.000
Hijauan (kg)
k 1.825.000.000 4.106.250.000 6.387.500.000 6.387.500.000 6.387.500.000 6.387.500.000 9.581.250.000 9.581.250.000 6.387.500.000
a
n 11.862.500.000
konsentrat (kg) 9.125.000.000 10.493.750.000 11.862.500.000 11.862.500.000 11.862.500.000 11.862.500.000 15.056.250.000 15.056.250.000 11.862.500.000

Obat2an/unit/1ST/ 1.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000
Periode

Teker 869.047.619 1.042.857.142 1.216.666.665 1.390.476.190 1.390.476.190 1.390.476.190 1.390.476.190 1.390.476.190 1.390.476.190 1.216.666.665
(HK/Periode) 1ST
Kemasan susu 1.168.000.000 1.168.000.000 1.168.000.000 1.168.000.000 1.168.000.000 1.168.000.000 1.168.000.000 1.168.000.000
1.168.000.000
total 21.808.476.190
12.819.047.619 17.810.857.142 21.634.666.665 21.808.476.190 21.808.476.190 21.808.476.190 28.195.976.190 28.195.976.190 21.634.666.665
4.2. Komponen Finansial dan Faktor Waktu
DAYA
ITEM JUMLAH HARGA SATUAN NILAI BARU TAHAN PENYUSUTAN NILAI
INVESTASI TAHUN BIAYA TETAP SISA
LAHAN 10.000 M2 Rp Rp 10 Rp
INSTALASI 1 UNIT 500.000,00
Rp 5.000.000.000,00
Rp 10 Rp 5.000.000.000,00
Rp
LISTRIK
MESS 1 UNIT 10.000.000,00
Rp 10.000.000,00
Rp 10 200.000,00
Rp 8.000.000,00
Rp
PEMBUATAN 30.000.000,00 30.000.000,00 1.000.000,00 20.000.000,00
KANDANG 10 UNIT Rp Rp 10 Rp Rp
SAPI INDUK 1000 50.000.000,00
Rp 500.000.000,00
Rp 10 5.000.000,00
Rp 450.000.000,00
Rp
1000
EKOR 20.000.000,00 20.000.000.000,00 100.000.000,00 19.000.000.000,00
SEMEN BEKU SEMEN Rp Rp 1 Rp Rp
MILKING 10.000,00 10.000.000,00 10.000.000,00 -
PARLOUR 1 UNIT Rp Rp 10 Rp Rp
INTERNET 1 UNIT 100.000.000,00
Rp 100.000.000,00
Rp 1 2.000.000,00
Rp 80.000.000,00
Rp
TIMBANGAN 1 UNIT 5.000.000,00
Rp 5.000.000,00
Rp 10 500.000,00
Rp 4.500.000,00
Rp
SELANG 100 5.000.000,00
Rp 5.000.000,00
Rp 1 50.000,00
Rp 4.500.000,00
Rp
POMPA AIR METER
1 UNIT 5.000,00
Rp 1.000.000,00
Rp 1 1.000.000,00
Rp -Rp
SAPRONAK 5 UNIT 2.000.000,00
Rp 2.000.000,00
Rp 1 2.000.000,00
Rp -Rp
3 UNIT 5.000.000,00 25.000.000,00 25.000.000,00 -
TRANSPORTA MOBIL Rp Rp 10 Rp Rp
SI
ALAT 1 UNIT 100.000.000,00
Rp 300.000.000,00
Rp 10 3.000.000,00
Rp 270.000.000,00
Rp
KEMASAN
ATK 1 UNIT 50.000.000,00
Rp 50.000.000,00
Rp 1 500.000,00
Rp 45.000.000,00
Rp
TOTAL 5.000.000,00
Rp 382.515.000,00 5.000.000,00
Rp 5.000.000,00
Rp 155.250.000,00 -Rp 24.882.000.000,00
26.043.000.000,00
4.3. Komponen Finansial dan Faktor Waktu
ANALISA BIAYA (Rp)
PERTAHUN

URAIAN - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. INFLOW

Penjualan susu 1.775.000.000 21.775.000.000 21.775.000.000 21.775.000.000 21.775.000.000 21.775.000.000 21.775.000.000 21.775.000.000 21.775.000.000
Penjualan dara
bunting 7.500.000.000 7.500.000.000 7.500.000.000 7.500.000.000 7.500.000.000 7.500.000.000 7.500.000.000 7.500.000.000

Penjualan anak Jantan 2.500.000.000 2.500.000.000 2.500.000.000 2.500.000.000 2.500.000.000 2.500.000.000 2.500.000.000 2.500.000.000 2.500.000.000
penjualan jantan tua

penjualan feses (kg) 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000

TOTAL INFLOW 10.000.000 24.285.000.000 31.785.000.000 31.785.000.000 31.785.000.000 31.785.000.000 31.785.000.000 31.785.000.000 31.785.000.000 31.785.000.000
B.OUTFLOW

Rumput 1.825.000.000 4.106.250.000 6.387.500.000 6.387.500.000 6.387.500.000 6.387.500.000 6.387.500.000 9.581.250.000 9.581.250.000 6.387.500.000

Konsentrat 9.125.000.000 10.493.750.000 11.862.500.000 11.862.500.000 11.862.500.000 11.862.500.000 11.862.500.000 15.056.250.000 15.056.250.000 11.862.500.000

Biaya Investasi 26.043.000.000


a. Biaya Tetap

Listrik 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000

PBB 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000

promosi 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000

penyusutan 155.000.000 155.000.000 155.000.000 155.000.000 155.000.000 155.000.000 155.000.000 155.000.000 155.000.000 155.000.000

pajak perusahaan 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
biaya transportasi
(bensin) 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000
pemeliharaan
transportasi 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000

TOTAL OUTFLOW 26.043.000.000 11.225.700.000 14.875.700.000 18.525.700.000 18.525.700.000 18.525.700.000 18.525.700.000 18.525.700.000 24.913.200.000 24.913.200.000 18.525.700.000

TOTAL Biaya Tetap (26.043.000.000 (11.215.700.000 9.409.300.000 13.259.300.000 13.259.300.000 13.259.300.000 13.259.300.000 13.259.300.000 6.871.800.000 6.871.800.000 13.259.300.000
) )
V. KELAYAKAN USAHA

5.1. Analisa Pasar dan Pemasaran

a. Segmentasi Pasar

Usaha ternak sapi perah dilihat dari pesaing usaha dapat


dikatakan cukup tinggi. Hal ini tercermin dari jumlah peternakan sapi perah
yang cukup banyak. Informasi ini mengindikasikan tingginya minat
peternak untuk mengembangkan usaha ternak sapi perah, akan tetapi
jumlah peternak yang cukup banyak tersebut tidak menimbulkan
persaingan yang terlalu ketat. Persaingan yang terjadi bersifat sehat dan
saling melengkapi. Artinya sesama pelaku produsen susu sapi saling
menginformasikan jika ada pesanan susu yang disesuaikan dengan daya
beli konsumen. Usaha ternak sapi perah masih memiliki prospek yang
cukup menjanjikan. Apalagi melihat pola hidup masyarakat dewasa ini
mengarah kepada minuman kesehatan dan pengobatan alami membuat
kebutuhan akan mengkonsumsi susu sapi meningkat. Selain susu sapi
sebagai sumber pendapatan dapat juga menjual produk lain seperti ternak
afkir, anakan/ cempe hingga pada kotoran ternak yang digunakan sebagai
pupuk organik. Hal ini menjadi peluang karena dapat memberikan potensi
pendapatan tambahan.

b. Lembaga Pemasaran

Bauran pemasaran yang seharusnya diterapkan oleh Peternak


meliputi price, product, place, dan promotion. Tujuan menerapkan bauran
pemasaran diharapkan mengetahui tingkat intensitas persaingan sesama
pelaku usaha, sehingga produk yang dihasilkan ketika dipasarkan dapat
ditrima oleh konsumen. Selain itu menguntungkan bagi pelaku usaha yang
akan menjalankan suatu usaha.

5.2. Analisis Finansial

Biaya dan Pendapatan

Biaya adalah nilai semua input/faktor produksi yang digunakan


dalam proses produksi yang dapat diukur dan dipertimbangkan.
Soekartawi et al. (1986) membagi biaya berdasarkan sifatnya menjadi
biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap
adalah biaya tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi
sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah apabila luas
usahanya berubah. Total biaya tetap yang digunakan peternakan Sapi
perh ini selama 10 tahun sebesar Rp . 91.493.000.000.

Biaya Variabel merupakan biaya yang umumnya berubah-ubah


sesuai dengan volume bisnis. Makin besar volume penjualan, makin besar
pula biaya yang harus dikeluarkan. Biaya operasional berkaitan dengan
volume dan dibayar per barang atau jasa yang diproduksi. Biaya variabel
adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan. Biaya variabel yang digunakan peternakan sapi perah ini
selama 10 tahun sebesar Rp 184.325.000.000

Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total


pengeluaran. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara
pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usaha tani.
Pendapatan bersih merupakan suatu ukuran keuntungan usahatani yang
dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani
(Soekartawi et al., 1986). Pendapatan yang dihasilkan selama 10 tahun
sebesar. Rp .91.493.000.000
Analisis kelayakan finansial adalah suatu analisis yang membandingkan
antara biaya dengan manfaat untuk menentukan apakan suatu proyek
akan menguntungkan selama umur proyek atau tidak ditinjau dari sudut
pandang pelaku proyek. Umumnya, kriteria penilaian kelayakan investasi
menggunakan beberapa metode, yaitu metode Net Present Value (NPV),
metode Net B/C Ratio dan metode Internal Rate of Return (IRR) (Kadariah
et al.,1999).

a. NPV
Net Present Value merupakan nilai selisih antara nilai sekarang
investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di
masa yang akan datang (Husnan dan Suwarno 2000). Menurut Umar
(2005), NPV yaitu selisih antara present value dari investasi dengan nilai
sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan
datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga
yang relevan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah
sebagai berikut
:
Rumus NPV :

Keterangan :
Bt = Penerimaan (Benefit) tahun ke-t
(Rupiah) Ct = Biaya (Cost) tahun ke-t
(Rupiah)
n = Umur ekonomis proyek (Tahun)
i = Tingkat suku bunga/Discount rate (persen)
t = Periode Tahun

Nilai NPV yang diperoleh berdasarkan nilai sekarang akan memperoleh


keuntungan sebesar Rp 33.656.243.910 s elama umur proyek. Berdasarkan
kriteria investasi NPV ≥ 0 berarti secara finansial usaha layak untuk
dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang
dikeluarkan. Artinnya perusahaan sapi perah yang dijalankan oleh memberikan
manfaat positif selama umur proyek dengan suku bunga pinjaman 7 %,
sehingga dari keriteria tersebut usaha ini layak untuk dilaksanakan. Apabila
besarnnya NPV yang diperoleh ≤ 0 berarti secara finansial usaha tersebut
tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh
lebih kecil dari biaya sehingga tidak cukup untuk menutup biaya yang
dikeluarkan. Bila besarnnya penerimaan NPV = 0, berarti secara finansial
proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk
menutupi biaya yang dikeluarkan
Tabel 9. Net Presen Value
Tahun ke Kas Bersih Df 7% PV Kas Bersih
0 - 1 -
1 11.215.700.000 0,934579 10.481.962.617

2 9.409.300.000 0,873439 8.218.447.026

3 13.259.300.000 0,816298 10.823.538.439

4 13.259.300.000 0,762895 10.115.456.485

5 13.259.300.000 0,712986 9.453.697.650

6 13.259.300.000 0,666342 8.835.231.448

7 13.259.300.000 0,622750 8.257.225.653

8 6.871.800.000 0,582009 3.999.450.165

9 6.871.800.000 0,543934 3.737.803.892

10 13.259.300.000 0,508349 6.740.355.769

Total Present Value 59.699.243.910

Total Investasi (26.043.000.000)

Net Present Value 33.656.243.910

NPV = 33.656.243.910
a. NPV ≥ 0 berarti secara finansial usaha layak untuk dilaksanakan
karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya.
b. NPV ≤ 0 berarti secara finansial usaha tersebut tidak layak
untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih
kecil dari biaya/tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan.
c. NPV = 0, berarti secara finansial proyek sulit dilaksanakan karena
manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang
dikeluarkan.

Nilai NPV untuk usaha sapi perah ini lebh dari 1 sehingga secara
finansial usaha layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh
lebih besar dari biaya.
Tabel 10. Perhitungan B/C dan R/C

Tahun
ke Df 7% Penerimaan Cost Benefit PV Penerimaan PV Cost PVBenefit

0 - -
1 - - - -
1
0,934579 10.000.000 11.225.700.000 (11.215.700.000) 9.345.794 10.491.308.411 (10.481.962.617)
2
0,873439 24.285.000.000 14.875.700.000 9.409.300.000 21.211.459.516 12.993.012.490 8.218.447.026

3 18.525.700.000 13.259.300.000
0,816298 31.785.000.000 25.946.028.017 15.122.489.578 10.823.538.439
4
0,762895 31.785.000.000 18.525.700.000 13.259.300.000 24.248.624.315 14.133.167.830 10.115.456.485
5
0,712986 31.785.000.000 18.525.700.000 13.259.300.000 22.662.265.715 13.208.568.065 9.453.697.650
6
0,666342 31.785.000.000 18.525.700.000 13.259.300.000 21.179.687.584 12.344.456.136 8.835.231.448
7
0,622750 31.785.000.000 18.525.700.000 13.259.300.000 19.794.100.546 11.536.874.893 8.257.225.653
8
0,582009 31.785.000.000 24.913.200.000 6.871.800.000 18.499.159.389 14.499.709.224 3.999.450.165
9
0,543934 31.785.000.000 24.913.200.000 6.871.800.000 17.288.934.008 13.551.130.116 3.737.803.892
10
0,508349 31.785.000.000 18.525.700.000 13.259.300.000 16.157.882.251 9.417.526.481 6.740.355.769

Jumlah 278.575.000.000 187.082.000.000 91.493.000.000 186.997.487.134 127.298.243.224 59.699.243.910

B/C 6,69 R/C 1,47


Tahun
ke Df 7% Cost Penerimaan Penerimaan - Cost NPV 7 %

0
1 - - - -
1
0,934579 11.225.700.000 10.000.000 (11.215.700.000) (10.481.962.617)
2
0,873439 14.875.700.000 24.285.000.000 9.409.300.000 8.218.447.026
3
0,816298 18.525.700.000 31.785.000.000 13.259.300.000 10.823.538.439
4
0,762895 18.525.700.000 31.785.000.000 13.259.300.000 10.115.456.485
5
0,712986 18.525.700.000 31.785.000.000 13.259.300.000 9.453.697.650
6
0,666342 18.525.700.000 31.785.000.000 13.259.300.000 8.835.231.448
7
0,622750 18.525.700.000 31.785.000.000 13.259.300.000 8.257.225.653
8
0,582009 24.913.200.000 31.785.000.000 6.871.800.000 3.999.450.165
9
0,543934 24.913.200.000 31.785.000.000 6.871.800.000 3.737.803.892
10
0,508349 18.525.700.000 31.785.000.000 13.259.300.000 6.740.355.769

Jumlah 187.082.000.000 278.575.000.000 91.493.000.000 59.699.243.910

B/C 6,69
b. Net Benefit Cost Rasio
(B/C)

Net B/C ratio merupakan angka perbandingan antara nilai kini arus manfaat
dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Angka tersebut menunjukkan tingkat
besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang.
Kriteria yang digunakan untuk pemilihan ukuran Net B/C ratio dari manfaat proyek
adalah memilih semua proyek yang nilai B/C rationya sebesar satu atau lebih jika
manfaat didiskontokan pada tingkat biaya opportunitis capital (Gittinger, 1986) tetapi
jika nilai Net B/C < 1, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus
B/C sebagai berikut:

𝐵 ∑𝑡=𝑛
𝑡=0 𝑁𝑃𝑉 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓
Net = ∑𝑡=𝑛
𝐶 𝑡=0 𝑁𝑃𝑉 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓

Keterangan:
Bt : manfaat pada tahun t
Ct : biaya pada tahun t
t : tahun kegiatan usaha (t= 1, 2, 3…, n), tahun awal bias tahun 1 bergantung pada
karakteristik usahanya
i : tingkat discount factor pada tahun ke-t.

𝐵 ∑𝑡=𝑛
𝑡=0 𝑁𝑃𝑉 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓
Net = ∑𝑡=𝑛 𝑁𝑃𝑉 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓
𝐶 𝑡=0

𝐵 70.181.206.527
Net = = 6,69
𝐶 10.481.962.617

Nilai net benefit cost ratio (Net B/C) yang diperoleh sebesar. Faktor yang
mempengaruhi besarnnya nilai net B/C pada perhitungan diatas karena nilai PV
positif yang dihasilkan lebih besar dibandingkan PV negatif. Masing-masing angka
yang diperoleh adalah sebesar 6,69. Nilai tersebut menunjukan lebih dari satu.
Artinnya dari setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan mampu menghasilkan
manfaat bersih sebesar satuan. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya
tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang. Nilai
tersebut menunjukan usaha peternakan sapi layak untuk dijalankan karena nilai net
B/C > dari 1.
c. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate Return adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari
suatu proyek sama dengan nol. Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata
keuntungan intern tahunan dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh dari IRR
lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku, maka proyek layak untuk dilaksanakan.
Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek
tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan dalam menghitung
IRR adalah sebagai berikut :

𝑁𝑃𝑉1
IRR = i1 + 𝑁𝑃𝑉 x (i2 – i1)
1− 𝑁𝑃𝑉2

Keterangan :
i1 : discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2 : discount rate yang menghasilakn NPV negative
NPV1 : NPV yang bernilai positif
NPV2 : NPV yang bernilai negative

Keterangan
P1 = tingkat bunga satu
P2 = tingkat bunga dua
C1 = NPV1 (bernilai positif)
C2 = NPV2 (bernilai negative)

IRR > bunga deposito = proyek layak dilaksanakan

IRR < bunga deposito = proyek tidak layak dilaksanakan


9 %−7%
IRR = 7% - (33.656.243.910 x 27.209.399.039−33.656.243.910 )

IRR = 17,44%
Tabel 11. Perhitungan IRR

Tahun
ke Df 7% PV Kas Bersih Df 9% PV Kas Bersih

0 1 1
(26.043.000.000) (26.043.000.000)
1 0,934579439 0,917431193
(10.481.962.617) (10.289.633.028)
2 0,873438728 0,841679993
8.218.447.026 7.919.619.561
3 0,816297877 0,772183480
10.823.538.439 10.238.612.417
4 0,762895212 0,708425211
10.115.456.485 9.393.222.401
5 0,712986179 0,649931386
9.453.697.650 8.617.635.230
6 0,666342224 0,596267327
8.835.231.448 7.906.087.367
7 0,622749742 0,547034245
8.257.225.653 7.253.291.163
8 0,582009105 0,501866280
3.999.450.165 3.448.724.701
9 0,543933743 0,460427780
3.737.803.892 3.163.967.615
10 0,508349292 0,422410807
6.740.355.769 5.600.871.612
NPV 33.656.243.910 27.209.399.039
IRR
25,44

Dilihat dari nilai IRR pada perhitungan yaitu sebesar 25,4 persen nilai tersebut
menunjukan lebih besar dari tingkat suku bunga diskonto sebesar enam persen.
Berdasarkan kriteria IRR usaha ini layak untuk dijalankan.
d. Payback Periode

Payback Period merupakan jangka waktu periode yang dibutuhkan


untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam
investasi suatu proyek. Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik
proyek tersebut untuk diusahakan. Rumus yang digunakan sebagai:

𝑐
26043000000 - 2.086.176.983
Payback period = n + ---------------------------------------------------- X 1
10921408431 - 2.086.176.983

= 7,71

Keterangan :
n : tahun terakhir dimana jumlah arus kas masi belum dapat
menutupi investasi mula-mula.
a : jumlah investasi mula-mula
b : jumlah kumulatif kas pada tahun ke n
c : jumlah kumulatif kas pada tahun ke n+1
Tabel 12. Perhitungan Payback Period

Tahun Nilai
Kas Bersih Df 7% PV Kas Bersih
ke Kumulatif
- - -
0 1
26.043.000.000 26.043.000.000 26.043.000.000
- - -
1 0,934579439
11.215.700.000 10.481.962.617 36.524.962.617
-
2 9.409.300.000 0,873438728 8.218.447.026
28.306.515.591
-
3 13.259.300.000 0,816297877 10.823.538.439
17.482.977.152
4 13.259.300.000 0,762895212 10.115.456.485 -7.367.520.667
5 13.259.300.000 0,712986179 9.453.697.650 2.086.176.983
6 13.259.300.000 0,666342224 8.835.231.448 10.921.408.431
7 13.259.300.000 0,622749742 8.257.225.653 19.178.634.084
8 6.871.800.000 0,582009105 3.999.450.165 23.178.084.248
9 6.871.800.000 0,543933743 3.737.803.892 26.915.888.141
10 13.259.300.000 0,508349292 6.740.355.769 33.656.243.910

a Investasi awal 26.043.000.000


b
c

PBP 7,71

Berdasarkan perhitungan diatas payback periode Payback Periode


yang diperoleh adalah selama 7,71 tahun. Hal ini menunjukan kemampuan
tingkat pengembalian modal usaha peternakan sapi perah lebih kecil dari umur
proyek yaitu selama sepuluh tahun. Artinnya usaha peternakan sapi perah
dilihat dari PBP usaha ini layak karena pengembalian modal investasi tercapai
sebelum umur proyek berakhir. Pentingnya mengetahui tingkat pengembalian
modal bagi para pelaku usaha maupun investor yang ingin menanamkan modal
pada usaha tertentu agar dapat mengantisipasi terhadap perubahan risiko
pengembalian modal. Artinnya semakin cepat tingkat pengembalian modal
investasi, semakin kecil risiko terhadap perubahan nilai uang yang terjadi.
5.2.1 Titik Impas (Break Even Point)

Berdasarkan perhitungan diperoleh BEP dalam produk bibit sapi


perah, artinya usaha tersebut mampu berjalan apabila minimal bisa
menjual bibit sapi perah sebanyak 178 ekor dan BEP dalam rupiah
sebesar Rp 2.223.387.097 artinya usaha tersebut mampu berjalan
apabila mampu menjual barang dengan harga minimal sebesar Rp
12.500.00,- maka dapat disimpulkan usaha peternakan sapi perah ini
menguntungkan.

𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑻𝒆𝒕𝒂𝒑
BEP dalam Rupiah = 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑽𝒂𝒓𝒊𝒂𝒃𝒆𝒍 /𝒖𝒏𝒊𝒕
𝟏− 𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒋𝒖𝒂𝒍/𝒖𝒏𝒊𝒕

𝟐𝟕𝟓.𝟕𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
= 𝟏𝟎.𝟗𝟓𝟎.𝟎𝟎𝟎 = 2.223. 387.097
𝟏− 𝟏𝟐.𝟓𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎

BEP Volume Produksi =


𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑻𝒆𝒕𝒂𝒑
𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒋𝒖𝒂𝒍 𝒔𝒂𝒕𝒖𝒂𝒏−𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒗𝒂𝒓𝒊𝒂𝒃𝒆𝒍 𝒔𝒂𝒕𝒖𝒂𝒏

275.700.000
=
12.500.000−10.950.000

= 178 ekor

5.2.2 Pay Back Period (PBP)

Pay Back Period (PBP) adalah jangka waktu pengembalian biaya


investasi yang merupakan nilai kumulatif dari arus penerimaan (benefit).
Semakin cepat suatu rencana usaha dapat mengembalikan biaya investasi
maka semakin cepat pula suatu usaha dapat menghasilkan keuntungan.
Pada usaha sapi perah ini, PBP diperoleh 7,7 tahun,, hal ini
menunjukan bahwa mampu mengembalikan seluruh investasi yang telah di
tanam pada tahun ke-7 bulan ke-7.
VI. KESIMPULAN

Hasil perhitungan proyeksi tanpa pre-proyek perencanaan usaha


pembibitan sapi perah selama 10 tahun dikatakan layak dilaksanakan Hasil
analisis kriteria kelayakan finansial, Usaha Pembibitan sapi perah dilihat
dari kriteria NPV, IRR, net B/C dan PBP masing-masing nilai yang
diperoleh NPV sebesar Rp.
33.656.243.910, IRR: 17,44% , Net B/C: 6,70 dan PBP: 7,71 atau
setara dengan
tujuh tahun tujuh bulan.

Berdasarkan perhitungan Diperoleh BEP dalam produk bibit sapi


perah, artinya usaha tersebut mampu berjalan apabila minimal bisa
menjual bibit sapi perah sebanyak 178 ekor dan BEP dalam rupiah
sebesar Rp 2.223.387.097 artinya usaha tersebut mampu berjalan apabila
mampu menjual bibit sapi perah dengan harga minimal sebesar Rp
12.500.00,- maka dapat disimpulkan usaha pembibitan sapi perah ini
menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA

Gitingger JP.1968. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian.


Penerjemah

Slamet Sutomo Dan Komet Manggiri. Jakarta: Universitas Indonesia perss.

Husnan S. dan Suwarsono.2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: UPP


AMPYKPN.

Jennes, R. 1980. Composition and characteristic of goat milk: Review 1968-


1979.J. Dairy Sci. 63:1605-1630.

Kadariah, L. Karlina dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek.


Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Setiawan A dan Tanius A. 2003. Beternak sapi Perah Peranakan Etawa.


Jakarta: Penebar Swadaya.

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. UI Press, Jakarta.

Sunarlim, R., Triyantini, B. Setiadi & H. Setiyanto. 1990. Upaya mempopulerkan


dan meningkatkan penerimaan susu sapi dan domba. Prosiding
Sarasehan Usaha Ternak Domba dan sapi Menyongsong Era PJPTII.
ISPI dan PDHF, Bogor.

Sutama I K , et al. 2007. Budidaya sapi Perah. Direktorat Budidaya


TernakRumenansia. Direktorat Jendral Peternakan. Departemen
Pertanian.Jakarta.

Williamson, G dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah


Tropis. Terjemahan : D. Darmaja. UGM Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai