Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tingginya pertumbuhan penduduk Indonesia (1,38 per tahun) berbanding

lurus dengan semakin tingginya permintaan masyarakat terhadap daging ayam

yang mencapai 9 kilogram per kapita per tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa

industri perunggasan pada sektor ayam pedaging merupakan industri yang

mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di negara berkembang seperti

Indonesia. Potensi tersebut dilihat dari beberapa keunggulan dari sektor

perunggasan diantaranya: a) masa panen yang singkat, b) efisiensi lahan, c) modal

kecil, dan d) tersedianya industri dari hulu sampai hilir yang merupakan kesatuan

dari sistem agribisnis dan agroindustri peternakan, sehingga mampu menyerap

banyak tenaga kerja (Banjoko et al., 2014).

Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan nasional

yang bertujuan untuk menyediakan pangan hewani berupa daging, susu serta telur

yang bernilai gizi tinggi, meningkatkan pendapatan peternak serta menambah

devisa dan memperluas kesempatan kerja. Pada masa yang akan datang

diharapkan pembangunan peternakan dapat memberikan kontribusi yang nyata

dalam pembangunan perekonomian bangsa.

Potensi ternak yang bernilai jual tinggi salah satunya adalah ayam broiler.

Sebagaimana diketahui ayam broiler merupakan ternak penghasil daging yang

relatif lebih cepat masa produksinya dibandingkan dengan ternak potong lainnya.

1
Hal ini yang menjadi salah satu alasan peternak untuk mengusahakan peternakan

ayam broiler.

Peternak ayam broiler mempunyai prospek yang cukup baik untuk

dikembangkan, baik dalam usaha kecil maupun dalam skala besar. Hal ini terlihat

dari jumlah peningkatan populasi ternak ayam broiler di provinsi Aceh dari tahun

2014-2018 dengan rata-rata peningkatannya 7,00% per tahun (Direktorat Jendral

Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2018). Keunggulan yang dimiliki ayam broiler,

antara lain masa produksi yang relatif pendek yaitu kurang lebih 32-35 hari, harga

relative murah, permintaan yang semakin meningkat serta berbagai keunggulan

lain nyadibandingkan unggas lain (Rasyid dan Sirajuddin, 2010).

Berdasarkan Data Statistik Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan

Hewan tahun 2018 jumlah populasi ternak ayam broiler dari tahun ke tahun

mengalami fluktuasi (Tabel 1). Khusus Provinsi Aceh, jumlah populasi ternak

ayam broiler pada tahun 2017 dan 2018 mengalami peningkatan dari 5.571.629

ekor menjadi 5.961.633 ekor.

Tabel 1. Data jumlah populasi ternak ayam broiler di Provinsi Aceh tahun
2014-2018.
Tahun Jumlah (ekor)
2014 3.324.447
2015 4.591.820
2016 4.833.893
2017 5.571.629
2018 5.961.633
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2018

Melihat usaha ayam broiler yang sedang berkembang saat ini,

masyarakat tertarik untuk melakukan usaha ternak ayam broiler tersebut. Tetapi

masalah lainnya muncul yaitu pada modal dan pemasaran, modal yang sangat

2
besar membuat terhambatnya langkah dari masyarakat untuk melakukkan usaha

ternak ayam broiler. Salah satu cara terbaik yang dapat dianjurkan dalam

pengembangan peternakan ayam broiler atau ayam ras pedaging adalah

menerapkan sistem koordinasi vertikal dengan pola kemitraan (Suparta, 2005).

Usaha ternak ayam broiler saat ini sangat berkembang di Provinsi Aceh.

Peternak sudah sangat banyak yang melakukan usaha ayam broiler dengan pola

kemitraan, khususnya skema kemitraan bersama PT. Indojaya Agrinusa Banda

Aceh (anak perusahaan PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk). Permasalahan modal

yang dihadapi peternak saat ini sudah mulai teratasi dengan adanya kemitraan

ini. Kemitraan adalah salah satu cara agar usaha peternakan ayam broiler

khususnya di Provinsi Aceh menjadi lebih maju.

PT. Indojaya Agrinusa Banda Aceh merupakan perusahaan yang

bergerak di bidang perunggasan khususnya ayam broiler dengan pola kemitraan

berupaya membantu meningkatan produktivitas, kuantitas, kualitas dan efisiensi

usaha peternakan ayam broiler secara baik. Dalam hal ini PT. Indojaya Agrinusa

Banda Aceh menyediakan sarana produksi ternak yang meliputi DOC (Day Old

Chick), pakan, obat, vitamin, kimia, pemasaran (ayam besar siap panen) dan

Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang akan didistribusikan ke plasma

(peternak) dengan kesepakatan harga di awal (harga kontrak).

Kemitraan usaha peternakan di Indonesia dikembangkan sejak tahun

1984 melalui pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) dalam perunggasan. Perusahaan

peternakan berfungsi sebagai inti dan peternak rakyat sebagai plasma yang

selanjutnya dikenal dengan pola Inti-plasma. Kemitraan diharapkan dapat

3
menjadi solusi untuk merangsang tumbuhnya peternak di Indonesia terutama

bagi peternak rakyat yang kepemilikan modalnya relatif kecil.

PT. Indojaya Agrinusa Banda Aceh adalah salah satu perusahaan

peternakan ayam broiler yang melakukan kerjasama dengan peternak di Provinsi

Aceh melalui pola kemitraan inti-plasma. Tujuan pola kemitraan ini adalah

menigkatkan pendapatan, menigkatkan kualitas sumberdaya peternak dan

membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat, serta penigkatan skala usaha

baik dari pihak perusahaan maupun peternak. Selain itu, peternak juga

mendapatkan kemudahan dalam hal pemasaran, karena tanggung jawab

pemasaran diambil alih oleh perusahaan, dimana setelah panen pedagang

pengempul yang bekerjasama dengan perusahaan akan mengambil hasil panen

ayam untuk kemudian dipasarkan. Namun bukan berarti peternak bermitra dapat

mengabaikan masalah pemasaran dalam hal pemasaran ayam, karena kelancaran

pemasaran menjadi ujung tombak keberhasilan usaha peternakan ayam bagi

pertenak bermitra.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian laporan KKU dengan judul “Prospek Kelayakan Investasi

Peternakan Ayam Broiler Dengan Skema Kemitraan Pada PT. Indojaya

Agrinusa Banda Aceh (Japfa)”.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana profil umum perusahaan dan skema kemitraan pada PT.

Indojaya Agrinusa Banda Aceh?

4
2. Bagaimanakah kelayakan bisnis usaha ternak ayam broiler ditinjau dari

aspek finansial?

1.3 Tujuan Laporan KKU

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka

tujuan yang ingin dicapai pada laporan KKU ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui gambaran umum profil perusahaan dan skema

kemitraan pada PT. Indojaya Agrinusa Banda Aceh.

2. Untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha ternak ayam broiler dengan

skema kemitraan pada PT. Indojaya Agrinusa ditinjau dari aspek non

finansial yang terdiri dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan

produksi, aspek manajemen dan organisasi, aspek hukum serta ekonomi

dan sosial serta aspek finansial

1.4 Manfaat Laporan KKU

Adapun beberapa manfaat yang dapat dijadikan referensi atau pedoman

dari usaha ini antara lain :

1. Bagi Perusahaan PT. Indojaya Agrinusa Banda Aceh

Sebagai bahan informasi dan untuk mengetahui dalam menjalankan

usaha perusahaan agar dapat lebih selektif ketika pemilihan plasma

(peternak) baru yang akan berinvestasi atau bekerjasama dengan skema

kemitraan.

2. Bagi Investor

5
Laporan ini dapat menjadi referensi untuk kelayakan dalam pembiayaan

usaha ini serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan

keputusan apakah layak atau tidak dalam melakukan investasi untuk jenis

usaha ini serta bahan evaluasi bagi plasma (peternak) baru ayam broiler.

3. Bagi Masyarakat dan Pemerintah

Laporan ini dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan baru

dalam berwirausaha serta kontribusinya dalam peningkatan pendapatan

masyarakat, sehingga masyarakat dapat meningkatkan pendapatannya

melalui usaha ini, dan pemerintah juga dapat menurunkan pengganguran

serta lebih memperhatikan para peternak ayam broiler.

4. Bagi Penulis

Laporan ini dapat menambah wawasan mengenai usaha ternak ayam

broiler dengan skema kemitraan serta dapat melihat prospek investasi

pada usaha ini baik skala lokal maupun nasional.

Anda mungkin juga menyukai