Anda di halaman 1dari 9

TOR

(TERM OF REFERENCE)
EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHA TERNAK
AYAM PEDAGING DI KABUPATEN SIKKA

OLEH
FRANSISCO HERYFIANTO
NIM. 1205037081

PENDAHULUAN
Latar Belakang - Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan
keseluruhan yang bertujuan untuk menyediakan pangan hewani berupa daging, susu, serta telur
yang bernilai gizi tinggi, meningkatkan pendapatan petani peternak, serta menambah devisa dan
memperluas kesempatan kerja. Hal inilah yang mendorong pembangunan sektor peternakan
sehingga pada masa yang akan datang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata
dalam pembangunan perekonomian bangsa.
Usaha perunggasan (ayam ras) di Indonesia telah menjadi sebuah industri yang memiliki
komponen lengkap dari sektor hulu sampai ke hilir di mana perkembangan usaha ini
memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan pertanian dan memiliki nilai strategis
khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan protein hewani dalam negeri serta mempunyai
peranan dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja (Rita Yunus, 2009) .
Sebagaimana diketahui ayam broiler merupakan ternak penghasil daging yang relatif
lebih cepat dibandingkan dengan ternak potong lainnya. Hal inilah yang medorong sehingga
banyak peternak yang mengusahakan peternakan ayam broiler ini. Perkembangan tersebut
didukung oleh semakin kuatnya industri hilir seperti perusahaan pembibitan (Breeding Farm),
perusahaan pakan ternak (Feed Mill), perusahaan obat hewan dan peralatan peternakan (Saragih,
2000). Perkembangan populasi ternak ayam broiler tidak terlepas dari permasalahan yang
menjadi dilema bagi peternak dan sulit dipecahkan oleh peternak yaitu aspek pasar dan
penyediaan sarana produksi yang tidak seimbang dengan harga jual produksi, sehingga membuat
peternak takut mengambil resiko untuk mengembangkan usaha peternakan ayam broiler dengan
skala produksi lebih besar.
Perkembangan perunggasan selalu berfluktuasi setiap saat dilihat dari harga produk
perunggasan yang selalu naik turun bahkan tidak hanya mingguan tetapi sampai harga harian.
Naik turunnya harga dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain daya beli masyarakat terhadap
produk perunggasan dan biaya untuk memproduksi produk perunggasan itu sendiri. Oleh karena
itu usaha perunggasan dikategorikan sebagai usaha beresiko tinggi. Peternak menyiasatinya
dengan menjalankan usaha ini dengan pola kemitraan seperti yang sedang marak dijalankan oleh
peternak saat ini. Namun, masih banyak peternak yang menjalankan usaha ayam pedaging
secara mandiri dengan skala usaha yang lebih kecil.
Pola kemitaraan merupakan suatu bentuk kerja sama antara pengusaha dengan peternak
dari segi pengelolaan usaha peternakan. Dalam kemitraan pihak pengusaha dan peternak harus
mempunyai posisi yang sejajar agar tujuan kemitraan dapat tercapai dimana dalam hal
perhitungan tentang biaya produksi diatur sepenuhnya oleh perusahaan yang disepakati bersama
oleh peternak. Pada hakekatnya kemitraan adalah sebuah kerja sama bisnis untuk tujuan tertentu
dan antara pihak yang bermitra harus mempunyai kepentingan dan posisi yang sejajar
Berdasarkan SK. Mentan No. 940/Kpts/O1210/1997 tentang pedoman kemitraan usaha
pertanian ada beberapa pola kemitraan yang direkomendasikan yaitu : a) Pola inti plasma, b)
Pola sub kontrak, c) Pola dagang umum, dan d) Pola kerjasama operasional. Pola kemitraan
usaha peternakan ayam ras pedaging yang banyak dilaksanakan di Kabupaten Sikka adalah pola
inti plasma, yaitu kemitraan antara peternak mitra dengan perusahaan mitra, dimana peternak
mitra bertindak sebagai plasma, sedangkan perusahaan mitra sebagai inti. Pada pola inti plasma
kemitraan ayam ras yang berjalan selama ini, perusahaan mitra menyediakan sarana produksi
peternakan (sapronak) berupa: DOC, pakan. obat-obatan/vitamin, bimbingan teknis dan
memasarkan hasil, sedangkan plasma menyediakan kandang dan tenaga kerja.
Faktor pendorong peternak ikut pola kemitraan adalah: 1) Tersedianya sarana produksi
peternakan, 2) Tersedia tenaga ahli, 3) Modal kerja dari inti, 4) Pemasaran terjamin. Namun ada
beberapa hal yang juga menjadi kendala bagi peternak pola kemitraan yaitu: 1) Rendahnya posisi
tawar pihak plasma terhadap pihak inti, 2) Terkadang masih kurang transparan dalam penentuan
harga input maupun output (ditentukan secara sepihak oleh inti).
Di pihak lain, peternak mandiri prinsipnya adalah menyediakan seluruh input produksi
dari modal sendiri dan bebas memasarkan produknya. Pengambilan keputusan mencakup kapan
memulai beternak dan memanen ternaknya, serta seluruh keuntungan dan risiko usaha
ditanggung sepenuhnya oleh peternak. Usaha ternak secara mandiri cenderung spekulatif dimana
besar kemungkinan untuk memperoleh keuntungan namun besar pula kemungkinan untuk
menderita kerugian.
Pendapatan peternak ayam ras pedaging sangat dipengaruhi oleh kombinasi penggunaan
faktor-faktor produksi yaitu bibit ayam (DOC), pakan, obat-obatan, vitamin dan vaksin, tenaga
kerja, biaya listrik, serta investasi kandang dan peralatan (Sumartini, 2004). Dengan
menggunakan kombinasi faktor-faktor produksi yang serasi diharapkan dapat meningkatkan
efisiensi baik secara teknis maupun ekonomis. Peningkatan produksi ternak dapat dilaksanakan
dengan mempertinggi efisiensi pengelolaan faktor-faktor produksi.
Pengelolaan usaha secara efisien ini diharapkan dapat menurunkan biaya produksi per
unit untuk memperbaiki pendapatan petani peternak. Hal ini dirasa perlu diketahui sampai sejauh
mana penggunaan faktor-faktor produksi yang efisien dalam meningkatkan pendapatan petani
peternak.
Berdasarkan gambaran tersebut maka akan dilakukan penelitan tentang Efisiensi
Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Usaha Ternak Ayam Pedaging Di Kabupaten Sikka

Rumusan Masalah -- Berdasarkan gambaran latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar tingkat pendapatan peternak ayam pedaging di Kabupaten Sikka?
2. Apakah penggunaan faktor-faktor produksi dalam usaha ternak ayam pedaging di
Kabupaten Sikka sudah efisien?

Tujuan dan Kegunaan -- Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Tingkat pendapatan dari peternak ayam pedaging di Kabupaten Sikka.
2. Tingkat efisiensi dari penggunaan faktor-faktor produksi dalam usaha ternak ayam
pedaging di Kabupaten Sikka.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :
1. Petani peternak sebagai informasi dalam memanfaatkan faktor-faktor produksi dalam
usahanya secara baik agar bisa memperoleh keuntungan yang optimum.
2. Pemerintah dan instansi terkait sebagai sumber informasi dalam membuat kebijakan-
kebijakan bagi peningkatan produksi dan pengembangan usaha peternakan.
3. Peternak sebagai informasi untuk bahan pertimbangan dalam menilai pengembangan
usahanya.
4. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknnologi khususnya di bidang sosial
ekonomi peternakan.
5. Sebagai informasi untuk penelitian selanjutnya.

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Usaha ternak ayam pedaging adalah salah satu usaha ternak yang dapat dilakukan para
guna mencapai tujuan kesejahteraan yang diharapkan karena produksinya cepat sehingga cepat
pula mengembalikan modal. Selain itu, sarana produksinya cukup lengkap, pemeliharaannya
relatif mudah dilakukan serta produknya dapat diterima oleh semua kalangan masyarakat.
Ayam broiler adalah ayam ras pedaging yang biasanya dipotong sebelum berumur
delapan minggu, dagingnya memilki tekstur yang lembut, empuk dan gurih dengan bobot hidup
antara 1,8 2,0 kg (Winarno, 1993). Daging ayam broiler merupakan bahan pangan asal hewani
yang dibutuhkan oleh manusia sebagai sumber protein hewani. Daging ayam memiliki
kandungan gizi yang cukup baik, terutama dari kandungan protein, niasin, vitamin B6 dan B12,
Zn, dan potasium, selain itu daging ayam mempunyai komponen lemak rendah dan didominasi
lemak tak jenuh yang baik bagi tubuh..
Efisiensi pada umumnya menunjukkan perbandingan antara nilai-nilai output terhadap
nilai input, namun pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi.
Keberhasilan usaha ternak ayam ras pedaging disamping dapat dianalisis dari kombinasi
penggunaan faktor produksi, juga dapat dilihat aspek efisiensi baik efisiensi ekonomi maupun
efisiensi teknis.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu diduga bahwa penggunaan faktor-
faktor produksi pada usaha ternak ayam pedaging oleh peternak mandiri maupun peternak mitra
belum efisien. Hal ini karena para peternak mandiri masih sulit mendapatakan Day Old Chick
(DOC), harga pakan yang tinggi, pemeliharaan ternak masih pada skala yang kecil (100-500
ekor), serta harga jual ayam potong yang fluktuatif dan posisi tawar yang rendah dari peternak
mitra.

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan di Kabupaten Sikka dengan
lama pengumpulan data 1 bulan.
Metode Penentuan Contoh -- Penentuan contoh dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama
adalah penentuan dua wilayah kecamatan contoh yang dilakukan secara purposif dari enam
kecamatan yang ada di Kabupaten Sikka dengan pertimbangan jarak pasar dan jumlah konsumen
daging ayam broiler. Tahap kedua adalah penentuan responden contoh, diambil 2% dari jumah
konsumen pada kelurahan yang jumlah kepala keluarga (KK) lebih dari 1000 dan 5% dari
kelurahan yang KKnya kurang dari 1000.

Metode Pengumpulan Data -- Penelitian ini menggunakan metode survei. Data terdiri atas dua
jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan
wawancara langsung dengan responden yang adalah konsumen daging ayam broiler di
Kabupaten Sikka . Data sekunder diperoleh dari instansi terkait atau lembaga lain yang relevan
dengan penelitian ini.

Jenis dan Sumber Data -- Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer
dan data sekunder. Data primer yang dimaksudkan antara lain mencakup pengamatan secara
langsung di pasar, serta latar belakang responden yang terdiri dari umur, pekerjaan, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan dan jumlah anggota keluarga. Sedangkan data sekunder meliputi
keadaan umum daerah penelitian yang meliputi kondisi geografis, iklim dan demografis serta
tingkat produksi dan konsumsi daging ayam broiler di Kabupaten Sikka.
Metode Analisis data - Data yang diperoleh akan ditabulasi dan dilakukan analisis, perhitungan
rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi. Untuk mengetahui bentuk hubungan antara faktor
produksi dengan penerimaan dilakukan analisis regrasi dengan pendekatan fungsi Cobb-
Douglass (Soekartawi, 1994) sebagai berikut :
Y = b0X1b1. X2b2 . X3b3 . X4b4 .X5b5 eu
Keterangan :
Y = penerimaan
a = konstanta
X1, X2, X3, X4,X5 = faktor-faktor produksi

Dimana :

X1 = Jumlah ternak yang dipelihara


X2 = Biaya pakan ternak
X3 = Biaya kesehatan
X4 = Biaya kandang dan peralatan
X5 = Biaya Tenaga Kerja
u = kesalahan
e = logaritma natural, e = 2,718
b1, b2, b3, b4 = Elastisitas masing masing faktor produksi
Untuk memudahkan pendugaan maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear
dengan melogaritmakan persamaan tersebut, sehingga persamaannya dapat ditulis sebagai
berikut :
Ln Y = Ln a + b1 LnX1 + b2 LnX2 + b3LnX3 + b4LnX4 + b5LnX5
Atau Y * = a * + b1 + b2 + b3 + b4 + b5
Dimana :
Y* = Ln Y
a* = LN a
X* = Ln X
Y = Produk
a, b1, b2, b3, b4, b5 = besaran yang akan diduga
Xn = Faktor-faktor produksi

Untuk mengetahui koefisien regresi/elastisitas (bi) digunakan perhitungan dengan metode


Doolitle sesuai dengan petunjuk gasperz (1991).
Untuk mengetahui seberapa besar keragaman penerimaan usaha ternak ayam pedaging
bersangkutan dengan variabel-variabel yang diidentifikasi, maka dilakukan perhitungan
koefisien determinasi berganda (R2) dengan rumus :

R2 = JK Total
Analisis ekonomi dilakukan digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi ekonomi
(Soekartawi, 1994). Kriteria efisiensi ekonomi dilakukan dengan cara membandingkan Nilai
Produk Marginal (NPM) dengan Biaya Faktor Marginal (BFM). Efisiensi ekonomi tercapai bila

=1

Kriteria pengujian sebagai berikut :


a. NPM/BFM < 1 maka penggunaan faktor produksi belum efisien
b. NPM/BFM = 1, maka penggunaan faktor produksi telah efisien
c. NPM/BFM > 1 maka penggunaan faktor produksi tidak efisien

Konsep pengukuran
1. Penerimaan (Y) adalah jumlah yang diterima peternak dari hasil penjualan ternak serta
ternak yang dikonsumsi yang diukur dalam satuan rupiah.
2. Pendapatan adalah selisih dari penerimaan dengan total biaya faktor-faktor produksi.
3. Jumlah ternak yang dipelihara (X1) adalah jumlah ternak ayam pedaging yang dipelihara
dalam satu periode usaha yang diukur dalam satuan ekor.
4. Biaya pakan ternak (X2) adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan bahan makanan
bagi ternak selama satu periode usaha yang diukur dalam rupiah .
5. Biaya kesehatan (X3) adalah total biaya yang dikeluarkan dalam usaha pencegahan
maupun pengobatan penyakit pada ternak yang diukur dalam rupiah
6. Biaya kandang serta peralatan (X4) adalah jumlah biaya yang dikeluarkan dalam
pembuatan kandang serta pengadaan peralatan kandang yang diukur dalam rupiah.
7. Biaya Tenaga kerja (X5) adalah biaya yang dikeluarkan untuk menyewa tenaga kerja
selama satu periode usaha yang diukur dalam rupiah
8. Produk Marginal (PM) adalah hasil bagi antara tambahan produk dengan tambahan input
dalam satuan fisik
9. Nilai Produk Marginal (NPM) adalah Produk Marginal (PM) yang dikalikan dengan
harga produk
10. Biaya Korbanan Marginal (BFM) adalah Harga dari faktor produksi (input)
11. Produk Total (PT) adalah jumlah dari seluruh produk yang dihasilkan selama produksi
12. Nilai Produk Total adalah Produk Total yang dikalikan dengan harga produk
13. Produk Rata-Rata adalah hasil bagi antara produk total dengan input total dalam satuan
fisik.
14. Nilai Produk Rata-rata (NPR) adalah Produk Rata-rata yang dikalikan dengan harga
produk
15. Efisiensi Teknik (ET) adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara produksi
yang sebenarnya dengan produksi maksimum.
16. Efisiensi Ekonomi (EE) adalah besaran yang menunjukan perbandingan antara
Keuntungan yang sebenarnya dengan keuntungan maksimum
DAFTAR PUSTAKA
Sumartini. 2004. Kemitraan Agribisnis Serta Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Usaha Ternak
Ayam Ras Pedaging (Studi Pada Kemitraan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di
Kabupaten Bandung). Universitas Padjajaran Bandung
Adiwilaga. 1982. Ilmu Usaha Tani. Alumni Bandung
AAK. 1986. Beternak Ayam Pedaging. Kanisius. Bandung
Sutawi . 1999. Rentabilitas Usaha Peternakan Ayam Pedaging Peternak Plasma Kemitraan di
Kabupaten Malang. Fakultas Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
Soekartawi, 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Penerbit CV Rajawali
Jakarta.
--------------1994. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-Douglass.
Cetakan ke-2. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Yunus, Rita. 2009. Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Pola
Kemitraan dan Mandiri Di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Tesis Universitas
Diponegoro. Semarang

Anda mungkin juga menyukai