Anda di halaman 1dari 56

PRAKTIKUM PETROLOGI

LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batuan beku merupakan batuan yang terbetuk dariproses pembekuan larutan
silika cair, liat, pijar, yang bersifat mudah bergerak yang disebut magma baik di
bawah permukaan bumi sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan
bumi sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan
setengah cair ataupun dari batuan yang sudah ada, baik di mantel maupun kerak
bumi yang kemudian karena tekanan dan suhu akhirnya meleleh.
Batuan adalah kumpulan dari beberapa mineral yang agregat atau saling
terkompaksi. Dari jenisnya, maka batuan dapat di golongkan menjadi tiga jenis, dari
golongan tersebut yaitu batuan beku (Igneous Rock). Batuan sedimen (Sedimentary
Rock) dan batuan metamorfosal malihan (Metamorphic Rock). Batuan–batuan
tersebut berbeda–beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses
pembentukannya. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut , yang
bersifat volatile (air, CO2, iron, chlorine, flourin, dan sulphur) yang merupakan
penyebab dari mobilitas magma dan non volatile (non gas) yang merupakan
pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku. Pada saat magma
mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-
mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran.
Berdasrkan suatu minerla silika oleh NL. Bowen disusun RBS.

1.1 Maksud dan Tujuan


Maksud dari laporan ini yaitu untuk menambah wawasan pengetahuan
tentang batuan terkhususnya batuan beku basa dan ultrabasa.
Adapun tujan dari laporan ini yaitu:
1. Dapat memahami definisi batuan beku serta membedakan jenis batuan beku
basa dan batuan beku ultrabasa.
2. Dapat menjelaskan mineral-mineral utama, sekunder, dan tambahan.
3. Dapat melakukan pendeskripsian.
4. Dapat menggunakan tabel klasifikasi Fenton dan Travis.

1.3 Alat dan Bahan

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Alat-alat yang digunakan:


1. Loop perbesaran 10x.
2. ATM.
3. Skala Fenton dan Travis.
Bahan-bahan yang digukan:
1. Batuan beku basa.
2. Batuan beku ultrabasa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batuan Beku


MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA
093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lartan, dimana bagian lautan lebih
besar dari pada bagian daratan. Akan tetatpi karena daratan adalah bagian dari kulit
bumi yang dapat kita amati `langsung dengan dekat banyak hal-hal yang dapat pula
kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa
daratan tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berada satu sama lain. Dari
jenisnya batuan-batuan tersebut dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan yaitu
batuan beku (igneus rocks), batuan sedimen (sedimentary rocks) dan batuan
metamorfosa atau dapat disebut juga malihan (metamorpic rocks). Batuan-batuan
tersebut berbeda-beda materi penyusunya dan berbeda-beda pembentukannya.
Batuan beku atau batuan igneous (dari Bahasa Latin: Ignis, "api") adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau
tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik)
maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947),
Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar
terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500o–2.500oC dan bersifat
mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma
tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine,
fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma,
dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai
dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan
bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan
peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma),
oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.
Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui karakteristik
batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan beku. Dalam
membicarakan masalah sifat fisik batuan beku tidak akan lepas dari.
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin
dan mengeras. Baik dibawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun
diatas sebagai batuan ekstrusif (vulkanik) magma sendiri. Menurut para ahli seperti

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Turner dan Verhoogen (1960) didefinisikan sebagai cairan silika kental yang pijar
yang terbentuk secara alamiah.

Magma Bertemperatur yang tinggi sekitar 1.500–2.500 C dan bersifat mobile

(dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah (dapur magma).

2.2 Pengenalan Batuan Beku

Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokan yaitu


berdasarkan genetik batuan senyawa kimia yang terkandung dan berdasarkan
genetik batuan senyawa kimia yang terkandung dan berdasarkan susunan dari
mineralogi:
1.Berdasarkan Genetik:
Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan
beku, pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum
dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku
adalah sebagai berikut :
a. Batuan Beku Intrusif
Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut batuan
beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai
karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat (dapat sampai
jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan
sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Tubuh batuan
beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam,
tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Berdasarkan
kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang
diterobosnya, struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua
yaitu konkordan dan diskordan. Batuan beku korok, terbentuk pada celah –
celah atau pipa gunug api dan proses pendinginannya dapat berlangsung
relatif cepat.
b. Batuan Beku Ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang


terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
 Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai
lapisan.
 Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal seperti batang pensil.
 Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-
gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada
lingkungan air.
 Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada
batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat
pembekuan.
 Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh
mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit
 Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya
kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran.
2. Berdasarkan Senyawa Kimia
Berdasarkan senyawa atau komposisi kimianya maka batuan beku dapat
dibedakan menjadi 4 yaitu :
a. Batuan beku ultra basa, memiliki kandungan silika kurang dari 45%
b. Batuan beku basa, memiliki kandungan silika yaitu antara 45% - 52%
c. Batuan beku intermedite, memiliki kandungan silika sekitar 52% - 66%
d. Batuan beku asam, memiliki kandungan silika lebih dari 60%
3.Berdasarkan Susunan Morfologi
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat
mencerminkan sebuah pembentukan batuan dari pada asas dasar kimia.
Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pada
pembentukan dari batuan tersebut. Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat
oleh Russel B. Travis.

2.3 Batuan Beku Basa

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Batuan beku basa adalah batuan beku yang secara kimia mengandung 45% -
52% SiO2 dalam komposisinya. Kadungan mineral mineral penyusunnya didominasi
oleh mineral-mineral gelap (mafic). Batuan beku basa dapat terbentuk secara
plutonik umunya ataupun vulkanik. Adapun batuan beku secara pultonik umunya
batuan dari kerak samudra yang terbetnuk dari jalur tektonik divergen. Sedangkan
batuan beku yang terbentuk secara vulkanik adalah gunung api atau intrusian yang
ketebalan kerak buminya tidak terlalu tebal. Kehadiran mineral-mineral seperti
olivin, piroksin, hornblende, dan biotite, plagioklas dan sedikit kuarsa. Warna pada
batuan beku basa ini adalah umunya gelap karena kandungan mineralnnya yang
dominan gelap dan ukuran butir dari batuan ini adalah halus hingga kasar. Batuan
beku basa dalam bentuk intrusi kebanyakan dike, sill, dan lelehan. Bentuk intrusi
terseut berhubungan dengan sifat-sifat yang memeiliki kekentalannya sangan rendah
(encer) sehingga memasuki celah-celah yang sempit atau dapat berupa lelehan yang
luas permukaan batuan beku basa ini. Kadang ditemukan vesikulasi-vesikulasi
sebaga bahan-bahan volatil.

2.4 Batuan beku Ultrabasa

Batuan beku ultrabasa adalah batuan beku yang secara kimia mengandung
kurang dari 45% SiO2 dari komposisinya. Kandungan mineralnya didominasi oleh
mineral-mineral berat dengan kandungan unsur-unsur seperti Fe (besi/iron) dan Mg
(magnesium) yang disebut juga mineral ultramafik. Batuan beku ultrabasa hanya
dapat terbentuk secara plutonik, dikarenakan materi magma asalnya yang merupakan
magma induk (parent magma) yang berasal dari asthenosfer. Kehadiran mineralnya
seperti olivin, piroksin, hornblende, biotit dan sedikit plagioklas. Pada batuan beku
ultrabasa hampir tidak ditemukan mineral kuarsa. Batuan beku ultrabasa ini juga
hanya bertekstur afanitik karena sifat tempat terbentuknya yang plutonik. Batuan
beku ultrabasa yaitu batuan yang tersusun oleh mineral-mineral yang
ferromagnesium sehingga kenampakannya sangat gelap atau sangat hitam. Batuan ini
mudah lapuk terhadap air hujan seperti halnya batu gamping karena akan sifatnya
yang tidak tahan terhadap kondisi asam. Bentuknya dapat diketahui dengan jelas
karena batuan ini merupakan batuan dasar samudera yang umum lebih tua.

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Kehadiran jenis batuan ultrabasa ini biasanya diakibatkan oleh obduksi, sehingga
banyak juga memberikan batas litologi dan zona sesar naik. Sehingga akibat
aktivitas tektonik, batuan ultrabasa banyak mengalami penghanturan atau pengerusan
kekar-kekar dan metamorfisme dinamis yang disertai dengan proses kristalisai,
serpentinisasi, dan lain-lain sebagainya. Temperatur pembekuan batuan beku
ultrabasa adalah di atas 1000 oC dan secara teoritis proses asimilasi berjalan
sempurna. Ciri khas dari pada batuan beku ultrabasa adalah batuan beku yang
mengandung silikat kurang dari 45% berwarna gelap. Batuan ultrabasa adalah
batuan beku yang kandungan silikanya rendah (< 45 %), kandungan MgO>18 %,
tinggi akan kandungan FeO, rendah akan kandungan kalium dan umumnya
kandungan mineral mafiknya lebih dari 90%. Batuan ultrabasa umumnya terdapat
sebagai opiolit. Kelompok batuan peridotite terdiri dari
Dunite. Dunite dari olivine, dengan sedikit kandungan enstatite, pyroxene dan
chromite. Kemudian Harzburgite terdiri dari olivine, enstatite, dan sedikit chromite.
Ada Lherzolite terdiri dari olivine, enstatite, diopside, serta sedikit chromite dan atau
pyropegarnet. Kemudian yang terakhir ada Pyroxenite terdiri dari orthopyroxene dan
atau clinopyroxene, dengan sejumlah kecil kandungan olivine, garnet, dan spinel.
Sebaran batuan ultrabasa di Indonesia cukup luas, mulai dari Aceh, Sumatra
Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Tengah, NTT, Maluku, Irian Jaya Barat dan Papua.. Luas sebaran
seluruhnya mencapai 3 juta hektar. Dari sekian banyak sebaran batuan ultrabasa,
diantaranya yang dekat aksesibilitasnya dengan aktifitas manusia (kota) adalah
sebaran batuan ultrabasa di daerah Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Papua. Sebagian besar batuan
ultrabasa di Indonesia adalah batuan peridotit yang sebagian telah mengalami
serpentinisasi. Jenis batuan batuan ultrabasa di wilayah ini adalah batuan peridotit
yang terserpentinkan, berwarna hijau tua, di beberapa tempat mengandung buncak
dan lensa kromit. Tebal satuan ini sekitar 2.500 m mempunyai kontak dengan batuan
sekitarnya. Umur satuan ini diperkirakan berumur Trias. Batuan ultrabasa di daerah
Sulawesi Selatan terdapat di Kabupaten Barru, di sekitar Palaka, Kecamatan Barru
dan Komplek Bantimala, Kecamatan Tanete Riaja. Luas sebaran di Kecamatan Barru

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

sekitar 2.500 ha, di Kecamatan Tanete Riaja 3.300 ha. Sumberdaya batuan ultrabasa
sekitar 580 juta m3 atau sekitar 4.800 juta ton.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

PRAKTIKUM PETROLOGI

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

ACARA : BATUAN BEKU BASA DAN ULTRABASA NAMA :ISHAK S.


HARI/TGL : MINGGU/26-04-2015 STB :09320130054

Nomor Urut : 01
Nomor peraga : B.02
Warna lapuk : Cokelat
Warna segar : Hitam
Jenis batuan : Beku basa
Tekstur
1. Kristalinitas : Holohyalin
2. Granularitas : Afanitik
3. Fabrik
a. Bentuk : Anhedral
b. Relasi : Inequigranular
Komposisi mineral

Mineral Nama Mineral Rata-Rata (%)


Mineral Utama Piroksin 76,67%
Mineral Pelengkap Olivin 25%
Mineral Tambahan Biotit 5%

Struktur : Massive
Nama batuan : BASALT ( Fenton, 1950 )
BASALT ( Travis, 1955)
Simbol Batuan :

PRAKTIKUM PETROLOGI

ACARA : BATUAN BEKU BASA DAN ULTRABASA NAMA :ISHAK S.


HARI/TGL : MINGGU/26-04-2015 STB :09320130054

Nomor urut : 02
Nomor peraga : B.31
Warna lapuk : Putih Kecoklatan
Warna segar : Abu-abu

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Jenis batuan : Beku basa


Tekstur :
1. Kristalinitas : Hipokristalin
2. Granularitas : Porfiritik (Faneroporfiritik)
3. Fabrik
a. Bentuk : Subhedral
b. Relasi : Ineqigranular
Komposisi mineral

Mineral Nama Mineral Rata-Rata(%)

Mineral Utama Amphibol 63,33%

Mineral Pelengkap Biotit 26,67%


Mineral Tambahan Kuarsa 10%

Struktur : Massive
Nama batuan : GABRO PORPHYRI ( Fenton, 1940 )
GABRO PORFIRI ( Travis, 1955 )
Simbol Batuan :-

PRAKTIKUM PETROLOGI

ACARA : BATUAN BEKU BASA DAN ULTRABASA NAMA :ISHAK S.


HARI/TGL : MINGGU/26-04-2015 STB :09320130054

Nomor urut : 03
Nomor peraga : B.31
Warna lapuk : Cokelat
Warna segar : Hitam keabuan
Jenis batuan : Beku basa
Tekstur :
1. Kristalinitas : Hipokristalin
MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA
093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

2. Granularitas : Porfiritik (Faneroporfiritik)


3. Fabrik
a. Bentuk : Subhedral
b. Relasi : Equigranular
Komposisi mineral

Mineral Nama Mineral Rata-Rata(%)

Mineral Utama Piroksin 68,33%

Mineral Pelengkap Plagioklas 25%


Mineral Tambahan Amphibol 5%

Struktur : Massive
Nama batuan : GABRO PORPHYRI ( Fenton, 1940 )
PORFIRI TERALIT ( Travis, 1955 )
Simbol Batuan :-

PRAKTIKUM PETROLOGI

ACARA : BATUAN BEKU BASA DAN ULTRABASA NAMA : ISHAK S.


HARI/TGL : MINGGU/26-04-2015 STB :09320130087

Nomor urut : 04
Nomor peraga :
Warna lapuk : Hitam
Warna segar : Hitam kehijauan
Jenis batuan : Beku ultra basa
Tekstur :
1. Kristalinitas : Holokristalin
2. Granularitas : Faneritik
3. Fabrik
a. Bentuk : Euhedral
b. Relasi : Equigranular
MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA
093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Komposisi mineral

Mineral Nama Mineral Rata-Rata(%)

Mineral Utama Olivin 49,33%

Mineral Pelengkap Piroksin 25%


Mineral Tambahan Amphibol 10%

Struktur : Massive
Nama batuan : PERIDOTITE ( Fenton, 1940 )
PERIDOTITE ( Travis, 1955 )
Simbol Batuan :

PRAKTIKUM PETROLOGI

ACARA : BATUAN BEKU BASA DAN ULTRABASA NAMA :ISHAK S.


HARI/TGL : MINGGU/26-04-2015 STB :09320130054

Nomor urut : 05
Nomor peraga :
Warna lapuk : Hitam kecoklatan
Warna segar : Kuning kehitaman
Jenis batuan : Beku ultra basa
Tekstur :
1. Kristalinitas : Holohyalin
2. Granularitas : Afanitik
3. Fabrik
a. Bentuk : Anhedral
b. Relasi : Inequigranular
Komposisi mineral

Mineral Nama Mineral Rata-Rata(%)

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Mineral Utama Olivin 76,67%

Mineral Pelengkap Piroksin 18,33%


Mineral Tambahan Amphibol 8,33%

Struktur : Massive
Nama batuan : LIMBURGIT ( Fenton, 1940 )
LIMBURGIT ( Travis, 1955 )
Simbol Batuan :-

3.2 Pembahasan
3.2.1 BASALT ( Fenton, 1950 ) atau BASALT ( Travis, 1955 )
Warna segar merupakan warna yang alamia dari suatu batuan dimana belum
terjadi kontak langsung dengan atmosfir luar. Warna pada batuan ini memiliki warna
segar yaitu warna hitam. Disamping itu warna pada batuan terdapat warna lapuk.
Warna lapuk yaitu warna yang sudah terkontaminasi oleh atmosfir luar,sehingga
intensitas warnanya berubah warna lapuk dari batuan ini yaitu warna cokelat.
Jenis batuan yang dimaksud sesuai kandungan SiO2 (silika) menurut
(C.L.Hugnes,1962) dalam klasifikasi batuan beku dimana batuan ini merupakan jenis
batuan beku basa. Dimana kandungan SiO2 antara 45%-52%. Kristalinitas pada
batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu sendiri. Bila pembekuan magma
berlangsung lambat,maka akan terdapat cukup energi pertumbuhan kristal pada saat
melewati perubahan dari fase cair kepadat,sehingga akan terbentuk kristal-kristal
yang berukuran besar. Bila penurunan suhu relatif cepat,maka kristal yang dihasilkan
kecil-kecil dan tidak sempurna. Apabila pembekuan magma terjadi sangat
cepat,maka kristal tidak akan terbentuk,karena tidak ada energi yang cukup untuk
penggantian dan pertumbuhan kristal sehingga dihasilkan gelas. Tingkat kristalinitas
batuan beku dapat dibagi menjadi tiga,yaitu Holokristalin atau seluruh batuan
tersusun atas kristal-kristal mineral. Hipokristalin atau bila batuan beku terdiri dari
sebagian gelas dan sebagian kristal. Holohyalin atau bila seluruh batuan tersusun
oleh gelas. Pada batuan ini kristalinitas yang dapat ditunjukan yaitu

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Holohyalin,karena seluruh batuan tersusun atas gelas sebab sangat halus dan kristal-
kristalnya sangat halus.
Granularitas dalam batuan beku menyangkut derajat kesamaan ukuran butir
dari kristal penyusun batuan. Dalam granularitas terbagi atas tiga,yaitu Faneritik atau
kristal-kristal dari mineral penyusunnya tampak jelas dan dapat dibedakan dengan
mata telanjang atau kaca pembesaran 10x. Porfiritik adalah dimana kristal-kristal
besar(fenokris) tertanam dalam massa dasar yang lebih halus. Dapat berupa butiran
kristal yang halus yang dibedakan menjadi dua yaitu faneroporfiritik atau bila
butiran-butiran mineralnya yang besar dikelilingi oleh mineral-mineral yang
berukuran kecil( massa dasar yang dapat dikenal dengan mata telanjang), dan
porfiroafanitik atau bila butiran-butiran mineral(fenokris) dikelilingi massa dasar
afanitik. Granularitas yang terakhir yaitu Afanitik atau ukuran kristal-kristal mineral
sangat halus,sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Pada batuan ini
granularitasnya yaitu afanitik tersusun atas kristal yang sangat halus.
Bentuk merupakan ukuran kristal-kristal yang mempunyai ukuran cukup
besar,dapat dilihat kesempurnaan bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberikan
gambaran mengenai proses kristalisasi mineral-mineral pembentuk batuan. Bentuk
kristal dibedakan menjadi tiga yaitu bentuk Euhedral,Subhedral,dan Anhedral.
Bentuk Euhedral yaitu bentuk kristal yang baik dan dibatasi ileh bidang-bidang
kristal yang jelas. Subhedral yaitu bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian
saja yang dibatasi bidang-bidang kristal. Sedangkan Anhedral yaitu bentuk apabila
bidang batas kristal tidak jelas. Bentuk yang terdapat dalam deskripsi ini yaitu bentuk
Anhedral. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini:

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Gambar 3.2.1.1 Bentuk Anhedral

Relasi adalah hubungan antar butir kristal yang menyusun dari batuan. Relasi
dibagi menjadi dua yaitu Equigranular dan Inequigranular. Equigranular yaitu
kristal yang menyusun batuan hampir sama besar. Sedangkan Inequigranular yaitu
ukuran butir dari kristal-kristal yang penyusunnya tidak sama besar. Relasi yang
terdapat pada deskripsi ini yaitu relasi yang menunjukan relasi Inequigranular. Pada
batuan ini menunjukan hubungan antar kristal-kristal yang ukuran butir dari kristal-
kristal penyusunnya menunjukan ukuran yang tidak sama besranya. Untuk lebih
jelasnya perhatikan ganmbar dari relasi Inequigranular:

Gambar 3.2.1.2 Relasi Inequigranular

Struktur dari batuan ini yaitu struktur dari batuan beku ekstrusif yaitu batuan
beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku
ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk
mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini
diantaranya Massiv, Sheeting Joint, Columnar Joint, dan Pillow Lava. Struktur

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Massiv yaitu struktur yang memperlihatkan suatu massa batuan yang terlihat
seragam. Struktur Sheeting Joint yaitu struktur dari batuan beku yang terlihat sebagai
perlapisan dan Columnar Joint yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal seperti batang pinsil. Pillow Lava yaitu struktur batuan beku ekstrusif yang
berbentuk seperti bantal yang bergumpal. Untuk lebih jelasnya akan ditampilkan
beberapa gambaran struktur batuan beku ekstrusif.

Gambar 3.2.1.3 Struktur Columnar Joint

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Gambar 3.2.1.4 Struktur Pillow Lava (Lava bantal)

Mineral-mineral pembentuk batuan beku pada umumnya yang terdapat pada


Reaksi Bowen Series ( Bowen Reaction Series ). Reaksi ini merupakan skema yang
menunjukan urutan kristal dari mineral-mineral pembentuk batuan beku. Dimana
deret deret tersebut merupakan suatu deret mineral-mineral pembentuk batuan
beku,baik yang terbentuk diawal maupun terbentuk diakhir,lengkap beserta suhu-
suhu terbentuknya mineral tersebut. Perhatikanlah skema dari Reaksi Bowen Series
(Bowen Reaction Series):
Bowen’s Reaction Series

Mafic Felsic

High Temp. Deret Diskontinu Deret Kontinu Basa

(1100-1200)oC Olivin Plagioklas


(MgFe)2SiO4 Anortit Ca -
(CaAl,SiO8) Ultrabasa
(1000-1100)oC Piroksin Bitownit
(Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti)Si2O6 (Ca-Na-AlSilika)

(900-1000)oC Amphibole Labradorit Basaltik


Ca2(MgFe)5(Si8O22)(OH)2 (Ca-Na-AlSilika)

(800-900)oC Biotit Andesin


K2(MgFe)2(OH)2AlSi3O10 (Na-Ca-AlSilika) Andesitik
Oligoklas
(Na-Ca-AlSilika)

Albit
(Na-AlSilika) Na -

(700-800)OC K. Feldspar (K-AlSi3O8) Granitik

(600-700)oC Muskovit (KAl(OH)2(AlSi3O10)

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

(573-600)oC Kuarsa (SiO2)

Low Temp. Asam

Komposisi mineral dari batuan BASALT yaitu komposisi mineral utama


adalah Hornblende, mineral pelengkap adalah Olivin, dan mineral tambahan yaitu
Biotit.

A. Mineral Utama
1. Hornblende
Hornblende memiliki unsur kimia K2(Mg,Fe)AlSi3O8. Memiliki kekerasan
5-6 Skala Mosh dan berwarna hitam kehijauan. Sistim kristalnya yaitu
monoklin.
B. Mineral Pelengkap
1. Olivine
Olivine mempunyai unsur kimia (Mg,Fe)2 SiO4. Memiliki kekerasan 6,5-7
Skala Mosh,dan warnanya kuning sampai kuning kehijauan. Sistim
kristalnya yaitu orthorombik
2. Plagioklas
Plagioklas mempunyai komposisi kimia (Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti)SiO8.
Memiliki kekerasan 5-6 Skala Mosh,dan warna mineralnya hijau
kehitaman. Bentuk kristalnya hexagonal
C. Mineral Tambahan
1. Biotit
Biotit memiliki komposisi kimia K2(Mg,Fe)2(OH)2. Memiliki kekerasan 3
Skala Mosh dan warna mineralnya hitam. Sistim kristalnya monoklin
Tabel komposisi mineral dari batuan di atas antara lain :

Tabel 3.2.1.1 Komposisi Mineral


Presentase
Mineral Nama Mineral
Rata-Rata

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Utama Plagioklas, Olivin, Blotit 73%

Pelengkap Hornblende 14%

Tambahan Feldspar 4%

Gambar 3.2.1.4 Persentase Kenampakan Mineral

Berdasarkan kenampakan mineral dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini


bernama BASALT (Fenton,1940) atau BASALT (Travis,1955).

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Gambar 3.2.1.5 Skala Fenton (1940)

Gambar 3.2.1.6 Skala Travis (1955)

Proses pembentukan (genesa) dari batu BASALT (Fenton,1940) atau


BASALT (Travis,1955) yaitu secara ekstrusif yang artinya terbentuk diatas
permukaan bumi . BASALT adalah batuan beku vulkanik yang berasal dari
pembekuan magma yang berkomposisi basa di permukaan bumi atau dekat
permukaan bumi. Biasanya membentuk lempeng suatu samudra dunia. BASALT
adalah umum ekstrusif batuan vulkanik. BASALT alkali khas dijumpai di daerah
kerak benua yang terangkat berbentuk kubah (updomed continental crust) dan pulau-
pulau oceanic yang mengalami rifting (rifted continental crust) seperti kepulauan
hawai. BASALT teolitik khas di jumpai di lantai samudra atau sebagai lava ekstrusi
yang sangat besar sehingga membentuk placeau di kerak benua. Contohnya peccan
trap di India. Batuan BASALT berasosiasi dengan GRANIT, SHALE,BATUPASIR,
BASALT POROHYRI, BATU TUFF, BATU LAPILLI, BATU METABASALT ,

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

serta AMPHIBOLIT. Kegunaan dari BASALT antara lain untuk batu bangunan,
material lokal pengaspalan jalan, dan produksi serabut kaca. Ada juga digunakan
untuk pondasi

Gambar 3.2.1.7 BASALT (Fenton,1940)


BASALT (Travis,1955)

Hornblende(Mineral Utama) Olivine/Plagioklas(Mineral Pelengkap)

Biotit(Mineral Tambahan)

3.2.2 GABRO PORPHYRI (Fenton,1940) atau GABRO PORFIRI (Travis,1955)

Warna segar merupakan warna yang alamia dari suatu batuan dimana belum
terjadi kontak langsung dengan atmosfir luar. Warna pada batuan ini memiliki warna
segar yaitu warna hitam keabuan. Disamping itu warna pada batuan terdapat warna
lapuk. Warna lapuk yaitu warna yang sudah terkontaminasi oleh atmosfir

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

luar,sehingga intensitas warnanya berubah warna lapuk dari batuan ini yaitu warna
putih kecokelatan.
Jenis batuan yang dimaksud sesuai kandungan SiO2 (silika) menurut
(C.L.Hugnes,1962) dalam klasifikasi batuan beku dimana batuan ini merupakan jenis
batuan beku basa. Dimana kandungan SiO2 antara 45%-52%. Kristalinitas pada
batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu sendiri. Bila pembekuan magma
berlangsung lambat,maka akan terdapat cukup energi pertumbuhan kristal pada saat
melewati perubahan dari fase cair kepadat,sehingga akan terbentuk kristal-kristal
yang berukuran besar. Bila penurunan suhu relatif cepat,maka kristal yang dihasilkan
kecil-kecil dan tidak sempurna. Apabila pembekuan magma terjadi sangat
cepat,maka kristal tidak akan terbentuk,karena tidak ada energi yang cukup untuk
penggantian dan pertumbuhan kristal sehingga dihasilkan gelas. Tingkat kristalinitas
batuan beku dapat dibagi menjadi tiga,yaitu Holokristalin atau seluruh batuan
tersusun atas kristal-kristal mineral. Hipokristalin atau bila batuan beku terdiri dari
sebagian gelas dan sebagian kristal. Holohyalin atau bila seluruh batuan tersusun
oleh gelas. Pada batuan ini kristalinitas yang dapat ditunjukan yaitu
Hipokristalin,karena sebagian kristal dapat terlihat dan sebagian gelas (amorf).
Granularitas dalam batuan beku menyangkut derajat kesamaan ukuran butir
dari kristal penyusun batuan. Dalam granularitas terbagi atas tiga,yaitu Faneritik atau
kristal-kristal dari mineral penyusunnya tampak jelas dan dapat dibedakan dengan
mata telanjang atau kaca pembesaran 10x. Porfiritik adalah dimana kristal-kristal
besar(fenokris) tertanam dalam massa dasar yang lebih halus. Dapat berupa butiran
kristal yang halus yang dibedakan menjadi dua yaitu faneroporfiritik atau bila
butiran-butiran mineralnya yang besar dikelilingi oleh mineral-mineral yang
berukuran kecil( massa dasar yang dapat dikenal dengan mata telanjang), dan
porfiroafanitik atau bila butiran-butiran mineral(fenokris) dikelilingi massa dasar
afanitik. Granularitas yang terakhir yaitu Afanitik atau ukuran kristal-kristal mineral
sangat halus,sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Pada batuan ini
granularitasnya yaitu porfiritik(faneroporfiritik) yang artinya fenokrisnya tertanam
dalam massa dasar yang masih terlihat oleh mata telanjang.
Bentuk merupakan ukuran kristal-kristal yang mempunyai ukuran cukup
besar,dapat dilihat kesempurnaan bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberikan

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

gambaran mengenai proses kristalisasi mineral-mineral pembentuk batuan. Bentuk


kristal dibedakan menjadi tiga yaitu bentuk Euhedral,Subhedral,dan Anhedral.
Bentuk Euhedral yaitu bentuk kristal yang baik dan dibatasi ileh bidang-bidang
kristal yang jelas. Subhedral yaitu bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian
saja yang dibatasi bidang-bidang kristal. Sedangkan Anhedral yaitu bentuk apabila
bidang batas kristal tidak jelas. Bentuk yang terdapat dalam deskripsi ini yaitu bentuk
Subhedral. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini:

Gambar 3.2.2.1 Bentuk Subhedral

Relasi adalah hubungan antar butir kristal yang menyusun dari batuan. Relasi
dibagi menjadi dua yaitu Equigranular dan Inequigranular. Equigranular yaitu
kristal yang menyusun batuan hampir sama besar. Sedangkan Inequigranular yaitu
ukuran butir dari kristal-kristal yang penyusunnya tidak sama besar. Relasi yang
terdapat pada deskripsi ini yaitu relasi yang menunjukan relasi Inequigranular. Pada
batuan ini menunjukan hubungan antar kristal-kristal yang ukuran butir dari kristal-
kristal penyusunnya menunjukan ukuran yang tidak sama besranya. Untuk lebih
jelasnya perhatikan ganmbar dari relasi Inequigranular.

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Gambar 3.2.2.2 Bentuk Inequigranular

Struktur dari batuan ini yaitu struktur dari batuan beku intrusif yaitu batuan
beku yang proses pembekuannya berlangsung di bawah permukaan bumi. Batuan
beku intrusif berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang
diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu
konkordan dan diskordan.
A. Konkordan
Konkordan ialah tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan di
sekitarnya. Jenis-jenis dari tubuh batuan batuan ini yaitu:
1. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan
batuan yang ada di sekitarnya.
2. Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome). Dimana
perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibay

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

penerobosan batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter


Laccolith berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter.
3. Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith.
Yaitu bentuk tubuh batuan beku yang modelnya cembung ke bawah.
Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith yaitu puluhan
sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
B. Diskordan
Diskordan yaitu tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan
disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
1. Dyke /Dike, yaitu tubuh batuan beku yang memotong perlapisan batuan
disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya
dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang
ratusan meter.
2. Batolith, yaitu tubuh batuan beku yang memiliki ukuran sangat besar
yaitu>100 Km2 dan membeku pada kedalamanyang besar.
3. Stock, yaitu tubuh batuan beku yang mirip dengan batolith,hanya saja
ukuran dari stock lebih kecil dari batolith.

Gambar 3.2.2.3 Struktur tubuh Intrusi Batuan Beku

Mineral-mineral pembentuk batuan beku pada umumnya yang


terdapat pada Reaksi Bowen Series ( Bowen Reaction Series ). Reaksi ini merupakan
MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA
093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

skema yang menunjukan urutan kristal dari mineral-mineral pembentuk batuan beku.
Dimana deret deret tersebut merupakan suatu deret mineral-mineral pembentuk
batuan beku,baik yang terbentuk diawal maupun terbentuk diakhir,lengkap beserta
suhu-suhu terbentuknya mineral tersebut. Perhatikanlah skema dari Reaksi Bowen
Series (Bowen Reaction Series):
Bowen’s Reaction Series

Mafic Felsic

High Temp. Deret Diskontinu Deret Kontinu Basa

(1100-1200)oC Olivin Plagioklas


(MgFe)2SiO4 Anortit Ca -
(CaAl,SiO8) Ultrabasa
(1000-1100)oC Piroksin Bitownit
(Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti)Si2O6 (Ca-Na-AlSilika)

(900-1000)oC Amphibole Labradorit Basaltik


Ca2(MgFe)5(Si8O22)(OH)2 (Ca-Na-AlSilika)

(800-900)oC Biotit Andesin


K2(MgFe)2(OH)2AlSi3O10 (Na-Ca-AlSilika) Andesitik
Oligoklas
(Na-Ca-AlSilika)

Albit
(Na-AlSilika) Na -

(700-800)OC K. Feldspar (K-AlSi3O8) Granitik

(600-700)oC Muskovit (KAl(OH)2(AlSi3O10)

(573-600)oC Kuarsa (SiO2)

Low Temp. Asam

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Komposisi mineral dari batuan GABRO PORPHYRI (Fenton,1940) atau


GABRO PORFIRI (Travis,1955) yaitu komposisi mineral utama adalah Amphibol,
mineral pelengkap adalah Biotit, dan mineral tambahan yaitu Kuarsa.
A. Mineral Utama
1. Amphibol
Amphibol memiliki rumus atau unsur kimia Ca(Mg,Fe)5(AlSi3O10)(OH)2.
Memiliki kekerasan 5-6 Skala Mosh dan berwarna hitam. Sistim
kristalnya monoklin.
B. Mineral Pelengkap
1. Biotit
Biotit memiliki unsur kimia K(Mg,Fe)3 (AlSi3O10)(OH)2. Memiliki
kekerasan 2,5-3 Skala Mosh dan warnanya hijau cokelat sampai hitam.
Sistim kristalnya monoklin.
C. Mineral Tambahan
1. Kuarsa
Kuarsa memiliki unsur kimia SiO2. Memiliki suatu kekerasan 7 Skala
Mosh dan berwarna putih hingga bening. Sistim kristalnya hexagonal.

Tabel 3.2.2.1 Komposisi Mineral


Presentase
Mineral Nama Mineral
Rata-Rata

Utama Amphibole 63,33%

Pelengkap Biotit 26,67%

Tambahan Kuarsa 10%

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Gambar 3.2.2.4. Persesntase Kenampakan Mineral

Berdasarkan kenampakan mineral dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini


bernama GABRO PORPHYRI (Fenton,1940) atau GABRO PORFIRI
(Travis,1955).

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Gambar 3.2.2.5 Skala Fenton (1940)

Gambar 3.2.2.6 Skala Travis

Prose pembentukan (genesa) batuan ini terbentuk di bawah permukaan dan


termasuk dalam batuan beku intrusif namun terbentuk di korok(gang),karena tekstur
bersifat porfiri. Terbentuk pada suhu 10000C-12000C, dan pada kedalaman 15-50
Km. Dalam perjalanan sebelum sampai ke permukaan bumi proses pembentukannya
diawali dengan proses naiknya magma dari perut bumi diakibatkan oleh prose
konveksi(arus konveksi). Arus konveksi adalah adalah arus yang berputar
berlawanan yang terletak di bawah permukaan bumi(litosfer) yang menggerakan
lempeng(kerak benua dan samudra). Sebelumnya juga arus konveksi dapat
menyebabkan gejala struktur seperti perlipatan,dan patahan(sesar). Arus konveksi
merupakan teori dari Harry Hess (1962). Dimana Harry Hess (1962) dalam bukunya
menuliskan “Arus Konveksi dan Pergeseran Lempeng Menyebabkan Terbentuknya
Relief Muka Bumi.”

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Gambar 3.2.2.7 Arus Konveksi

Sebelum mencapai permukaan bumi magma mengalami berbagai macam


proses yang dimulai dari proses pemisahan magma homogen dalam fraksi-fraksi
komposisi. Adapun proses pemisahan magma yang terjadi terbagi menjadi dua,yaitu
differensiasi magma dan asimilasi magma. Differensasi kristalisasi yang melibatkan
pemisahan kristal yang membentuk dengan cairan magma dan differensasi gravitasi
yakni pemisahan antara magma yang memiliki kandungan silika rendah (magma bsa
dengan magma yang tinggi kandungan silikanya magma asam dan dilanjutkan
dengan proses kristalisasi magma membentuk mineral-mineral sesuai dengan
bowen’s reksis series, yang dengan pembentukan mineral plagioklas kemudian olivin
pada suhu 1200⁰C - 1100⁰C. hornblende 1000⁰C - 900⁰C, Biotit 900⁰C - 800⁰C dan
yang terakhir feldspar pada suhu 800⁰C - 700⁰C. proses kristalisasi mingral dapat
berlangsung sempurna (Subhedral) proses kristalisasi mineral yang berlangsung
cepat. Ini menyebabkan tekstur bersifat Faneroporfiritik. Aggregasi dari mineral-
mieral di atas membentuk batuan GABRO PORPHYRI (Fenton, 1940) atau GABRO
PORFIRI (Travis,1955). Yang terbentuk di dalam permukaan bumi,yaitu di celah-
MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA
093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

celah kerak bumi. Batuan ini tersingkap pada daerah yang dekat dengan gunung api.
Tenaga endogen juga bisa di sebut juga tenaga tektonik. Tenaga endogen adalah
terdiri dari proses diatropisme dan proses vulkanisme. Tenaga endogen sering
menekan disekitar lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit bumi (Litosfer).
Sedangkan tenaga eksogen yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifat umum
tenaga eksogen merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan dari tenaga
endogen. Bukit atau tebing yang membentuk hasil tenaga endogen terkikis oleh
angin, sehingga dapat mengubah bentuk permukaan bumi. Proses eksogen yaitu
proses yang terjadi atau berasal dari permukaan bumi,contohnya erosi. Batuan akan
tersingkap setelah batuan yang diatasnya yang menutupi batuan sebelumnya
mengalami erosi atau terus menerus akan terkikis hingga lapuk.
Asosiasi dari batuan ini yaitu batuan beku, misal : GABRO dan GRANIT
PORFIRI. Pada batuan sedimen BATU PASIR, dan BATU GAMPING, dan pada
batuan piroklatik yaitu BATU TUFF dan BATU LAPILLI. Serta pada batuan
metamorf yaitu BREKSI dan AMPHIBOLIT.
Kegunaan dari batuan ini yaitu untuk di gunakan sebagai dasar bangunan
beton dan perbaikan jalan.untuk secara spesifik kegunaan dari batuan ini belum
diketahui. Ahli-ahli ilmu geologi masih meneliti dan mengembangkan tentang
manfaat batuan ini.

Kuarsa

Amphibol

Biotit

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Gambar 3.2.2.8 GABRO PORPHYRI (Fenton,1940)


PORFIRI GABRO (Travis,1955)
3.2.3 GABRO POFIRI (Fenton,1940) atau PORFIRI TERALIT (Travis,1955)
Warna segar merupakan warna yang alamia dari suatu batuan dimana belum
terjadi kontak langsung dengan atmosfir luar. Warna pada batuan ini memiliki warna
segar yaitu warna hitam keabuan. Disamping itu warna pada batuan terdapat warna
lapuk. Warna lapuk yaitu warna yang sudah terkontaminasi oleh atmosfir
luar,sehingga intensitas warnanya berubah warna lapuk dari batuan ini yaitu warna
cokelat.
Jenis batuan yang dimaksud sesuai kandungan SiO2 (silika) menurut
(C.L.Hugnes,1962) dalam klasifikasi batuan beku dimana batuan ini merupakan jenis
batuan beku basa. Dimana kandungan SiO2 antara 45%-52%. Kristalinitas pada
batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu sendiri. Bila pembekuan magma
berlangsung lambat,maka akan terdapat cukup energi pertumbuhan kristal pada saat
melewati perubahan dari fase cair kepadat,sehingga akan terbentuk kristal-kristal
yang berukuran besar. Bila penurunan suhu relatif cepat,maka kristal yang dihasilkan
kecil-kecil dan tidak sempurna. Apabila pembekuan magma terjadi sangat
cepat,maka kristal tidak akan terbentuk,karena tidak ada energi yang cukup untuk
penggantian dan pertumbuhan kristal sehingga dihasilkan gelas. Tingkat kristalinitas
batuan beku dapat dibagi menjadi tiga,yaitu Holokristalin atau seluruh batuan
tersusun atas kristal-kristal mineral. Hipokristalin atau bila batuan beku terdiri dari
sebagian gelas dan sebagian kristal. Holohyalin atau bila seluruh batuan tersusun
oleh gelas. Pada batuan ini kristalinitas yang dapat ditunjukan yaitu
Hipokristalin,karena sebagian kristal dapat terlihat dan sebagian gelas (amorf).
Granularitas dalam batuan beku menyangkut derajat kesamaan ukuran butir
dari kristal penyusun batuan. Dalam granularitas terbagi atas tiga,yaitu Faneritik atau
kristal-kristal dari mineral penyusunnya tampak jelas dan dapat dibedakan dengan
mata telanjang atau kaca pembesaran 10x. Porfiritik adalah dimana kristal-kristal
besar(fenokris) tertanam dalam massa dasar yang lebih halus. Dapat berupa butiran
kristal yang halus yang dibedakan menjadi dua yaitu faneroporfiritik atau bila
butiran-butiran mineralnya yang besar dikelilingi oleh mineral-mineral yang
berukuran kecil( massa dasar yang dapat dikenal dengan mata telanjang), dan
porfiroafanitik atau bila butiran-butiran mineral(fenokris) dikelilingi massa dasar

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

afanitik. Granularitas yang terakhir yaitu Afanitik atau ukuran kristal-kristal mineral
sangat halus,sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Pada batuan ini
granularitasnya yaitu porfiritik (faneroporfiritik) yang artinya fenokrisnya tertanam
dalam massa dasar yang masih terlihat oleh mata telanjang.
Bentuk merupakan ukuran kristal-kristal yang mempunyai ukuran cukup
besar,dapat dilihat kesempurnaan bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberikan
gambaran mengenai proses kristalisasi mineral-mineral pembentuk batuan. Bentuk
kristal dibedakan menjadi tiga yaitu bentuk Euhedral,Subhedral,dan Anhedral.
Bentuk Euhedral yaitu bentuk kristal yang baik dan dibatasi ileh bidang-bidang
kristal yang jelas. Subhedral yaitu bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian
saja yang dibatasi bidang-bidang kristal. Sedangkan Anhedral yaitu bentuk apabila
bidang batas kristal tidak jelas. Bentuk yang terdapat dalam deskripsi ini yaitu bentuk
Subhedral. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini:

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Gambar 3.2.3.1 Bentuk Subhedral

Relasi adalah hubungan antar butir kristal yang menyusun dari batuan. Relasi
dibagi menjadi dua yaitu Equigranular dan Inequigranular. Equigranular yaitu
kristal yang menyusun batuan hampir sama besar. Sedangkan Inequigranular yaitu
ukuran butir dari kristal-kristal yang penyusunnya tidak sama besar. Relasi yang
terdapat pada deskripsi ini yaitu relasi yang menunjukan relasi Equigranular. Pada
batuan ini menunjukan hubungan antar kristal-kristal yang ukuran butir dari kristal-
kristal penyusunnya menunjukan ukuran yang sama besranya. Untuk lebih jelasnya
perhatikan ganmbar dari relasi Equigranular:
.

Gambar 3.2.3.2 Relasi Equigranular

Struktur dari batuan ini yaitu struktur dari batuan beku intrusif yaitu batuan
beku yang proses pembekuannya berlangsung di bawah permukaan bumi. Batuan
beku intrusif berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang
diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu
konkordan dan diskordan.
A. Konkordan
Konkordan ialah tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan di
sekitarnya. Jenis-jenis dari tubuh batuan batuan ini yaitu:

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

1. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan
batuan yang ada di sekitarnya.
2. Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome). Dimana
perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibay
penerobosan batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter
Laccolith berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter.
3. Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith.
Yaitu bentuk tubuh batuan beku yang modelnya cembung ke bawah.
Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith yaitu puluhan
sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
B. Diskordan
Diskordan yaitu tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan
disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
1. Dyke /Dike, yaitu tubuh batuan beku yang memotong perlapisan batuan
disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya
dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang
ratusan meter.
2. Batolith, yaitu tubuh batuan beku yang memiliki ukuran sangat besar
yaitu>100 Km2 dan membeku pada kedalamanyang besar.
3. Stock, yaitu tubuh batuan beku yang mirip dengan batolith,hanya saja
ukuran dari stock lebih kecil dari batolith.

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Gambar 3.2.3.3 Struktur tubuh Intrusi Batuan Beku

Mineral-mineral pembentuk batuan beku pada umumnya yang


terdapat pada Reaksi Bowen Series ( Bowen Reaction Series ). Reaksi ini merupakan
skema yang menunjukan urutan kristal dari mineral-mineral pembentuk batuan beku.
Dimana deret deret tersebut merupakan suatu deret mineral-mineral pembentuk
batuan beku,baik yang terbentuk diawal maupun terbentuk diakhir,lengkap beserta
suhu-suhu terbentuknya mineral tersebut. Perhatikanlah skema dari Reaksi Bowen
Series (Bowen Reaction Series):
Bowen’s Reaction Series

Mafic Felsic

High Temp. Deret Diskontinu Deret Kontinu Basa

(1100-1200)oC Olivin Plagioklas


(MgFe)2SiO4 Anortit Ca -
(CaAl,SiO8) Ultrabasa
(1000-1100)oC Piroksin Bitownit
(Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti)Si2O6 (Ca-Na-AlSilika)

(900-1000)oC Amphibole Labradorit Basaltik


Ca2(MgFe)5(Si8O22)(OH)2 (Ca-Na-AlSilika)

(800-900)oC Biotit Andesin


K2(MgFe)2(OH)2AlSi3O10 (Na-Ca-AlSilika) Andesitik
Oligoklas
(Na-Ca-AlSilika)

Albit
(Na-AlSilika) Na -

(700-800)OC K. Feldspar (K-AlSi3O8) Granitik

(600-700)oC Muskovit (KAl(OH)2(AlSi3O10)

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

(573-600)oC Kuarsa (SiO2)

Low Temp. Asam

Komposisi mineral dari batuan GABRO PORPHYRI (Fenton,1940) atau


PORFIRI TERALIT (Travis,1955) yaitu komposisi mineral utama adalah Piroksin,
mineral pelengkap adalah Plagioklas, dan mineral tambahan yaitu Amphibol.
A. Mineral Utama
1. Piroksin
Piroksin memiliki rumus atau unsur kimia (Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti)Si2O6.
Memiliki kekerasan 5-6 Skala Mosh dan berwarna abu-abu kehitaman.
Sistim kristalnya trombofik dan triklin
B. Mineral Pelengkap
1. Plagioklas
Plagioklas memiliki unsur kimia Ca(Mg,Fe)5(SiO2)(OH)2. Memiliki
kekerasan 5-6 Skala Mosh dan warnanya hitam. Sistim kristalnya
monoklin.
C. Mineral Tambahan
1. Amphibol
Amphibol memiliki rumus atau unsur kimia Ca(Mg,Fe)5(AlSi3O10)(OH)2.
Memiliki kekerasan 5-6 Skala Mosh dan berwarna hitam. Sistim
kristalnya monoklin.
Tabel 3.2.3.1 Komposisi Mineral
Presentase
Mineral Nama Mineral
Rata-Rata

Utama Piroksin 63,33%

Pelengkap Plagioklas 25%

Tambahan Amphibol 5%

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Gambar 3.2.3.4 Persentase Kenampakan Mineral

Berdasarkan kenampakan mineral dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini


bernama GABRO PORPHYRI (Fenton,1940) atau PORFIRI TERALIT
(Travis,1955).

Gambar
3.2.3.5
Skala
Fenton
(1940)

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Gambar 3.2.3.6 Skala Travis (1955)

Prose pembentukan (genesa) batuan ini terbentuk di bawah permukaan dan


termasuk dalam batuan beku intrusif namun terbentuk di korok(gang),karena tekstur
bersifat porfiri. Terbentuk pada suhu 11000C-10000C, dan pada kedalaman 15-50
Km. Batuan ini berasal dari suatu pencampuran batuan atau magma basa(silika
rendah) sehingga menhasilkan batuan beku basa. Batuan ini berasal dari magma
teralit yang membeku di korok atau gang. Dalam perjalanan sebelum sampai ke
permukaan bumi proses pembentukannya diawali dengan proses naiknya magma dari
perut bumi diakibatkan oleh prose konveksi(arus konveksi). Arus konveksi adalah
adalah arus yang berputar berlawanan yang terletak di bawah permukaan
bumi(litosfer) yang menggerakan lempeng(kerak benua dan samudra). Sebelumnya
juga arus konveksi dapat menyebabkan gejala struktur seperti perlipatan,dan
patahan(sesar). Arus konveksi merupakan teori dari Harry Hess (1962). Dimana
Harry Hess (1962) dalam bukunya menuliskan “Arus Konveksi dan Pergeseran
Lempeng Menyebabkan Terbentuknya Relief Muka Bumi.”

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Gambar 3.2.2.7 Arus Konveksi

Sebelum mencapai permukaan bumi magma mengalami berbagai macam


proses yang dimulai dari proses pemisahan magma homogen dalam fraksi-fraksi
komposisi. Adapun proses pemisahan magma yang terjadi terbagi menjadi dua,yaitu
differensiasi magma dan asimilasi magma. Differensasi kristalisasi yang melibatkan
pemisahan kristal yang membentuk dengan cairan magma dan differensasi gravitasi
yakni pemisahan antara magma yang memiliki kandungan silika rendah (magma bsa
dengan magma yang tinggi kandungan silikanya magma asam dan dilanjutkan
dengan proses kristalisasi magma membentuk mineral-mineral sesuai dengan
bowen’s reksis series, yang dengan pembentukan mineral plagioklas kemudian olivin
pada suhu 1200⁰C - 1100⁰C. hornblende 1000⁰C - 900⁰C, Biotit 900⁰C - 800⁰C dan
yang terakhir kuarsa pada suhu 600⁰C - 573⁰C. Proses kristalisasi mineral dapat
berlangsung sempurna (Subhedral) proses kristalisasi mineral yang berlangsung tidak
cepat maupun lambat . Ini menyebabkan tekstur bersifat porfiritik (Faneroporfiritik).
Aggregasi dari mineral-mieral di atas membentuk batuan GABRO PORPHYRI
(Fenton, 1940) atau PORFIRI TERALIT (Travis,1955). Yang terbentuk di dalam
permukaan bumi,yaitu di celah-celah kerak bumi. Batuan ini tersingkap pada daerah
yang dekat dengan gunung api. Tenaga endogen juga bisa di sebut juga tenaga
tektonik. Tenaga endogen adalah terdiri dari proses diatropisme dan proses
vulkanisme. Tenaga endogen sering menekan disekitar lapisan-lapisan batuan
pembentuk kulit bumi (Litosfer). Sedangkan tenaga eksogen yaitu tenaga yang
berasal dari luar bumi. Sifat umum tenaga eksogen merombak bentuk permukaan
bumi hasil bentukan dari tenaga endogen. Bukit atau tebing yang membentuk hasil

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

tenaga endogen terkikis oleh angin, sehingga dapat mengubah bentuk permukaan
bumi. Proses eksogen yaitu proses yang terjadi atau berasal dari permukaan
bumi,contohnya erosi. Batuan akan tersingkap setelah batuan yang diatasnya yang
menutupi batuan sebelumnya mengalami erosi atau terus menerus akan terkikis
hingga lapuk.Asosiasi dari batuan ini yaitu batuan beku, misal : HERZOLITE dan
KIMBERLIT. Pada batuan sedimen BATU PASIR, dan BATU LEMPUNG, dan pada
batuan piroklastik yaitu BATU TUFF dan BATU LAPILLI. Serta pada batuan
metamorf yaitu BREKSI dan KONGLOMERAT.
Kegunaan dari batuan ini yaitu untuk di gunakan sebagai dasar bangunan
beton dan perbaikan jalan.untuk secara spesifik kegunaan dari batuan ini belum
diketahui. Ahli-ahli ilmu geologi masih meneliti dan mengembangkan tentang
manfaat batuan ini.

Piroksin

Plagioklas

Amphibol
Ganbar
3.2.3.8
GABRO

PORPHYRI (Fenton, 1940)


PORFIRI TERALIT (Travis,1955).
3.2.4 PERIDOTIT ( Fenton, 1940 ) atau PERIDOTIT ( Travis, 1955 )

Warna segar merupakan yang alami dari suatu batuan dimana belum terjadi
kontak langsung atmosfer luar. Warna pada batuan ini memiliki warna segar yaitu
hitam kehujauan. Di samping itu warna pada batuan juga terdapat juga warna lapuk.
Warna lapuk yaitu warna batuan yang sudah terkontaminasi oleh atmosfer luar
sehingga intentitasnya warnanya berubah warna lapuk dari batuan ini adalah hitam.

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Jenis batuan yang dimaksud sesuai kandungan SiO2 (Silika) menurut ( C.L.
Hugnes, 1962). Dan dalam klasifikasi batuan beku dimana batuan ini merupakan
jenis batuan beku ultrabasa. Dimana kandungan SiO 2 kurang dari 45% Kristalinitas
pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu sendiri. Bila pembekuan
magma berlangsung maka akan terdapat cukup energi pertumbuhan kristal pada saat
melewati perubahan fase dari cair ke padat sehingga akan terbentuk kristal yang
berukuran besar. Bila penurunan suhu relatif cepat maka kristal yang dihasilkan
magma terjadi sangat cepat maka kristal tidak akan terbentuk karena sangat cepat
maka kristal tidak akan terbentuk karena tidak ada energi yang cukup untuk
penggantian dan pertumbuhan kristal sehingga akan dihasilkan gelas. Tinggat
kristalinitas batuan beku dapat di bagi menjadi tiga yaitu holokristalin, hipokristalin,
dan holohyalin. Pada batuan ini yaitu holokristalin yaitu pada batuan ini tersusun
oleh semua kristal.
Granularitas dalam batuan beku mengukur derajat keasaman ukuran butir dari
kristal penyusun batuan. Granularitas terbagi atas tiga, yaitu porfiritik
(Fanerororfiritik dan Porfiroafanitik), Afanitik, dan Faneritik). Pada batuan ini
granularitasnya yaitu feneritik yang artinya kristal – kristal dari batuan ini tampak
jelas dan bisa di lihat dengan mata telanjang.
Bentuk merupakan ukuran kristal-kristal yang mempunyai ukuran cukup
besar padat dilihat kesempurnaan bentuk kristalnya. Bentuk kristal dibedakan
menjadi tiga yaitu Euhedral, Subhedral, dan Anhedral yang terdapat pada deskripsi
yaitu bentuk Euhedral yang artinya bentuk bidang batas dari kristal dapt bervariasi
kombinasi dari bentuk jelek dengan bentuk bagus. untuk lebih jelasnya perhatikan
gambar berikut ini.

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Gambar 3.2.4.1 Bentuk Euhedral

Relasi adalah hubungan antar butir kristal yang menyusun dari batuan.
Relasi dibagi menjadi dua yaitu Equigranular dan Inequigranular, dan pada deskripsi
ini yaitu relasi yang menunjukan relasi Inequigranular yaitu ukuran butir kristal yang
menyusunnya tidak sama besarnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dari
relasi Inequigranular.

Gambar 3.2.4.2 Relasi Equigranular

Struktur batuan ini yaitu massive/kompak yaitu struktur yang


memperlihatkan susunan mineral-mineral yang kompak tanpa adanya pori-pori,
penjajaran mineral atau pun bentuk aliran. Batuan ini memiliki struktur batuan beku
intrusif yaitu batuan beku yang proses pembekuannya yang berlangsung di bawah

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

permukaan bumi. Batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkor dan
diskordan. Dimana konkordan yaitu tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan
perlapisan disekitarnya. Jenis-jenis dari tubuh batuan ini yaitu Sill ( tubuh batuan
berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya),
Laccolith( tubuh batuan yang berbentuk kubah/dome), dan Lopolith ( sama dengan
laccolith, tetapi bentuk tubuh cembung ke bawah), dan Diskordan yaitu tubuh batuan
beku yang memotong perlapisan pada batuan disekitarnya. Jenis – jenis tubuh batuan
ini \yaitu Dyke ( tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki
bentuk tabular atau memanjang), Batolith ( tubuh batuan yang memiliki ukuran yang
sangat besar yaitu lebih dari 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar )dan
Stock ( tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil )
gambar dari struktur batuan beku, antara lain :

Gambar 3.2.2.3 Struktur tubuh Intrusi Batuan Beku

Reaksi seri bowen merupakan suatu skema yang menunjukkan urutan


kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku.

Bowen’s Reaction Series

Mafic Felsic

High Temp. Deret Diskontinu Deret Kontinu Basa


MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA
093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

(1100-1200)oC Olivin Plagioklas


(MgFe)2SiO4 Anortit Ca -
(CaAl,SiO8) Ultrabasa
(1000-1100)oC Piroksin Bitownit
(Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti)Si2O6 (Ca-Na-AlSilika)

(900-1000)oC Amphibole Labradorit Basaltik


Ca2(MgFe)5(Si8O22)(OH)2 (Ca-Na-AlSilika)

(800-900)oC Biotit Andesin


K2(MgFe)2(OH)2AlSi3O10 (Na-Ca-AlSilika) Andesitik
Oligoklas
(Na-Ca-AlSilika)

Albit
(Na-AlSilika) Na -

(700-800)OC K. Feldspar (K-AlSi3O8) Granitik

(600-700)oC Muskovit (KAl(OH)2(AlSi3O10)

(573-600)oC Kuarsa (SiO2)

Low Temp. Asam

Komposisi mineral dari batuan PERIDOTITE yaitu mineral utama olivin,


mineral pelengkap olivin, piroksi dan mineral tambahan amphibol.
A. Mineral Utama
1. Olivin
Olivin memilki unsur kimia K2(MgFe)2 SiO4. Memiliki kekerasan 6,5 -
7 (skala mosh) dan berwarna kuning kehijauan. Sistem kristalnya yaitu
orthorombik.
B. Mineral Pelengkap
1. Piroksin

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Piroksin memiliki rumus atau unsur kimia (Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti)Si2O6.


Memiliki kekerasan 5-6 Skala Mosh dan berwarna abu-abu kehitaman.
Sistim kristalnya trombofik dan triklin.
C. Mineral Tambahan
1. Amphibol
Amphibol memiliki rumus atau unsur kimia Ca(Mg,Fe)5(AlSi3O10)(OH)2.
Memiliki kekerasan 5-6 Skala Mosh dan berwarna hitam. Sistim
kristalnya monoklin.
Tabel. 3.2.4.1 Tabel Persentase Mineral

Mineral Nama Mineral Rata-Rata

Utama Olivin 49,33%

Pelengkap Piroksin 25%

Tambahan Amphibol 10%

Gambar 3.2.4.4 Persentase Kenampakan Mineral

Berdasarkan pengamatan diatas dapat diinterprestasikan bahwa batuan ini


bernama PERIDOTITE ( Travis 1940) atau PERIDOTITE (Travis, 1955)

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Gambar 3.2.4.5 Klasifikasi Fenton (1940)

Gambar 3.2.4.6 Klasifikasi Travis (1955)

Differensasi kristalisasi yang melibatkan pemisahan kristal yang membentuk


dengan cairan magma dan differensasi gravitasi yakni pemisahan antara magma yang
memiliki kandungan silika rendah (magma bsa dengan magma yang tinggi
kandungan silikanya magma asam dan dilanjutkan dengan proses kristalisasi magma
membentuk mineral-mineral sesuai dengan bowen’s reksis series, yang dengan
pembentukan mineral plabioksis kemudian olivin pada suhu 1200⁰C - 1100⁰C.
MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA
093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Piroksin 1100⁰C - 1000⁰C, Biotit 900⁰C - 800⁰C.. proses kristalisasi mingral dapat
berlangsung sempurna (Anhedral) proses kristalisasi mineral yang berlangsung cepat.
Ini menyebabkan tekstur bersifat Fangroporitik. Aggregasi dari mineral-mieral di
atas membentuk batuan PERIDOTIT(fenton 1940) atau PERIDOTIT (Travis
1955). Yang terbentuk didalam permukaan bumi. Batuan ini tersingkap pada daerah
yang dekat dengan gunung api. Tenaga endogen juga bisa di sebut juga tenaga
tektonik. Tenaga endogen adalah terdiri dari proses diatropisme dan proses
vulkanisme. Tenaga endogen sering menekan disekitar lapisan-lapisan batuan
pembentuk kulit bumi (Litosfer). Sedangkan tenaga eksogen yaitu tenaga yang
berasal dari luar bumi. Sifat umum tenaga eksogen merombak bentuk permukaan
bumi hasil bentukan dari tenaga endogen. Bukit atau tebing yang membentuk hasil
tenaga endogen terkikis oleh angin, sehingga dapat mengubah bentuk permukaan
bumi. Asosiasi dari batuan ini yaitu batuan beku misal gabro porfiri dan granit. Pada
batuan sedimen yaitu breksi dan konglomerat. Pada batuan piroklastik batu pasir dan
lempung, dan pada batuan metamorf yaitu marmer dan sabak. Kegunaan dari
PERIDOTIT digunakan sebagai bhn bangunan dan bernilai ekonomis yang dapat di
pakai sebagai btu permata buat ornamen pada perhiasan

Piroksin

Amphibol

Gambar 3.2.4.7 PERIDOTITE (Fenton,1940) Olivin


PERIDOTITE (Travis,1955)

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

3.2.5 LIMBURGIT ( Fenton, 1950 ) atau LIMBURGIT ( Travis, 1955 )

Warna segar merupakan yang alami dari suatu batuan dimana belum terjadi
kontak langsung atmosfer luar. Warna pada batuan ini memiliki warna segar yaitu
hitam. Di samping itu warna pada batuan juga terdapat juga warna lapuk. Warna
lapuk yaitu warna batuan yang sudah terkontaminasi oleh atmosfer luar sehingga
intentitasnya warnanya berubah warna lapuk dari batuan ini adalah hitam
kecokelatan.
Jenis batuan yang dimaksud sesuai kandungan SiO2 (Sikka) menurut ( C.L.
Hugnes, 1962). Dan dalam klasifikasi batuan beku dimana batuan ini merupakan
jenis batuan beku ultrabasa. Dimana kandungan SiO2 kurang dari 45% Kristalinitas
pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu sendiri. Bila pembekuan
magma berlangsung maka akan terdapat cukup energi pertumbuhan kristal pada saat
melewati perubahan fase dari cair ke padat sehingga akan terbentuk kristal yang
berukuran besar. Bila penurunan suhu relatif cepat maka kristal yang dihasilkan
magma terjadi sangat cepat maka kristal tidak akan terbentuk karena sangat cepat
maka kristal tidak akan terbentuk karena tidak ada energi yang cukup untuk
penggantian dan pertumbuhan kristal sehingga akan dihasilkan gelas. Tinggat
kristalinitas batuan beku dapat di bagi menjadi tiga yaitu holeskristalin, hipokristalin,
dan holohyalin. Pada batuan ini yaitu hipokristalin yaitu pada batuan ini tersusun
oleh sebagian gela dan sebagian kristal.

Granularitas dalam batuan beku mengukur derajat keasaman ukuran butir dari
kristal penyusun batuan. Granularitas terbagi atas tiga, yaitu porfiritik
(Fanerororfiritik dan Porfiroafanitik), Afanitik, dan Faneritik). Pada batuan ini
granularitasnya yaitu faneroporfiritik yang artinya paa batuan ini lebih banyak di
lihat kristalnya dari pada massa dasarnya

Bentuk merupakan ukuran kristal-kristal yang mempunyai ukuran cukup


besar padat dilihat kesempurnaan bentuk kristalnya. Bentuk kristal dibedakan
menjadi tiga yaitu Euhedral, Subhedral, dan Anhedral yang terdapat pada deskripsi
yaitu bentuk Anhederal yang artinya dimana kesempurnaan dari bentuk kristal dari

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

batuan ini yang bidang batas dari kristalnya tidak jelas sehingga masuk dalam
klasifikasi bentuk Anhedral untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini.

Gambar 3.2.4.1 Bentuk Anhedral

Relasi adalah hubungan antar butir kristal yang menyusun dari batuan. Relasi
dibagi menjadi dua yaitu Equigranular dan Inequigranular, dan pada peskripsi ini
yaitu relasi yang menunjukan relasi Inequigranular yaitu ukuran butir kristal yang
menyusunnya tidak sama besarnya. Untuk lebih jelasnya perhatika gambar dari relasi
Inequigranular.

Gambar 3.2.4.2 Relasi Inequigranular

Struktur batuan ini yaitu massive/kompak yaitu struktur yang


memperlihatkan susunan mineral-mineral yang kompak tanpa adanya pori-pori,

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

penjajaran mineral atau pun bentuk aliran. Batuan ini memiliki struktur batuan beku
intrusif yaitu batuan beku yang proses pembekuannya yang berlangsung di bawah
permukaan bumi. Batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkor dan
diskordan. Dimana konkordan yaitu tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan
perlapisan disekitarnya. Jenis-jenis dari tubuh batuan ini yaitu SILL ( tubuh batuan
berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya), Laccolith
( tubuh batuan yang berbentuk kubah/dome), dan Lopolith ( sama dengan laccolith,
tetapi bentuk tubuh cembung ke bawah), dan Diskordan yaitu tubuh batuan beku
yang memotong perlapisan pada batuan disekitarnya. Jenis – jenis tubuh batuan ini
\yaitu Dyke ( tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki
bentuk tabular atau memanjang), Batolith ( tubuh batuan yang memiliki ukuran yang
sangat besar yaitu lebih dari 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar )dan
Stock ( tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil )
gambar dari struktur batuan beku, antara lain :

Gambar 3.2.4.4 sturuktur batuan beku

Reaksi seri bowen merupakan suatu skema yang menunjukkan urutan


kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku.

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Mafic Bowen’s Reaction Series Felsic

High Temp. Deret Diskontinu Deret Kontinu Basa

(1100-1200)oC Olivin Plagioklas


(MgFe)2SiO4 Anortit Ca -
(CaAl,SiO8) Ultrabasa
(1000-1100)oC Piroksin Bitownit
(Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti)Si2O6 (Ca-Na-AlSilika)

(900-1000)oC Amphibole Labradorit Basaltik


Ca2(MgFe)5(Si8O22)(OH)2 (Ca-Na-AlSilika)

(800-900)oC Biotit Andesin


K2(MgFe)2(OH)2AlSi3O10 (Na-Ca-AlSilika) Andesitik
Oligoklas
(Na-Ca-AlSilika)

Albit
(Na-AlSilika) Na -

(700-800)OC K. Feldspar (K-AlSi3O8) Granitik

(600-700)oC Muskovit (KAl(OH)2(AlSi3O10)

(573-600)oC Kuarsa (SiO2)

Low Temp. Asam

Komposisi mineral dari batuan LIMBURGIT yaitu mineral utama hornblende,


mineral pelengkap olivin, plagioklas dan mineral tambahan biotit.

A. Mineral Utama
1. Olivin
Olivin memilki unsur kimia K2(MgFe)2 SiO4. Memiliki kekerasan 6,5 -
7 (skala mosh) dan berwarna kuning kehijauan. Sistem kristalnya yaitu
orthorombik.
B. Mineral Pelengkap
1. Piroksin

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Piroksin mempunyai unsur kimia (Mg,Fe) 2 Si O4 memiliki kekerasan


6,5-7 (skala most), dan warna kuning sampai kuning kehijauan. Sistem
kristalnya yaitu Orthromisik
C. Mineral Tambahan
1. Plagioklas
Plagioklas mempunyai komposisi kimia (Ca, Mg, Fe, Na, Al, Ti) Si2O6,
memiliki kekerasan 5-6 (skala most), dan warna mineralnya abu – abu
kehitaman. Bentuk kristalnya monoklin .

Tabel komposisi mineral antara lain.


Tabel. 3.2.4.1 Tabel Dersentase Mineral

Mineral Nama Mineral Rata-Rata

Utama Olivin 72%

Pelengkap Pirokin 25%

Tambahan Plagioklas 3%

Presentase Kenampakkan Mineral :

Berdasarkan pengamatan diatas dapat diinterprestasikan bahwa batuan ini bernama


LIMBURGIT ( Travis 1940) atau LIMBURGIT (Travis, 1955)

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

LIMBURGI
LIMBURGI
TT

LIMBURGIT
LIMBURGIT

Differensasi kristalisasi yang melibatkan pemisahan kristal yang membentuk


dengan cairan magma dan differensasi gravitasi yakni pemisahan antara magma yang
memiliki kandungan silika rendah (magma bsa dengan magma yang tinggi
kandungan silikanya magma asam dan dilanjutkan dengan proses kristalisasi magma
membentuk mineral-mineral sesuai dengan bowen’s reksis series, yang dengan
pembentukan mineral plabioksis kemudian olivin pada suhu 1200⁰C - 1100⁰C.
Piroksin 1100⁰C - 1000⁰C, Biotit 900⁰C - 800⁰C.. proses kristalisasi mingral dapat
berlangsung sempurna (Anhedral) proses kristalisasi mineral yang berlangsung cepat.
Ini menyebabkan tekstur bersifat Fangroporitik. Aggregasi dari mineral-mieral di

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

atas membentuk batuan LIMBURGIT (fenton 1950) atau LIMBURGIT (Travis


1955). Yang terbentuk didalam permukaan bumi. Batuan ini tersingkap pada daerah
yang dekat dengan gunung api. Tenaga endogen juga bisa di sebut juga tenaga
tektonik. Tenaga endogen adalah terdiri dari proses diatropisme dan proses
vulkanisme. Tenaga endogen sering menekan disekitar lapisan-lapisan batuan
pembentuk kulit bumi (Litosfer). Sedangkan tenaga eksogen yaitu tenaga yang
berasal dari luar bumi. Sifat umum tenaga eksogen merombak bentuk permukaan
bumi hasil bentukan dari tenaga endogen. Bukit atau tebing yang membentuk hasil
tenaga endogen terkikis oleh angin, sehingga dapat mengubah bentuk permukaan
bumi.

Asosiasi dari batuan ini yaitu batuan beku misal gabro porfiri dan granit. Pada
batuan sedimen yaitu breksi dan konglomerat. Pada batuan piroklastik batu pasir dan
lempung, dan pada batuan metamorf yaitu marmer dan sabak.

Kegunaan dari LIMBURGIT digunakan sebagai bhn bangunan dan bernilai


ekonomis yang dapat di pakai sebagai btu permata buat ornamen pada perhiasan

Gambar 3.2.4.5 Batuan Limburgit

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM BATUAN DAN DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BATUAN BEKU BASA DAN ULTRA BASA

Olivine

Gambar 3.2.5.6 LIMBURGIT (Fenton,1940)

LIMBURGIT (Travis,1955)

Piroksin Piroksin

MUHAMMAD FARID WAJDI ROBY MARDIYAN SAFITRA


093 2013 0054

Anda mungkin juga menyukai