Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS EKONOMI PETERNAKAN AYAM BROIR

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Peternakan merupakan salah satu bagian dari sub sektor pertanian. Peternakan adalah
kegiatan memelihara ternak untuk dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan dari kegiatan
tersebut (Rasyaf,1996). Sub sektor peternakan terbagi menjadi ternak besar, yaitu sapi, kerbau,
dan kuda, dan ternak kecil terdiri dari kambing, domba dan babi serta ternak unggas (ayam, itik,
dan burung puyuh).
Tingginya tingkat konsumsi produk olahan peternakan merupakan suatu peluang usaha tersendiri
untuk dikembangkan. Seiring dengan meningkatnya permintaan akan protein terutama asal
hewani dari tahun ke tahun maka pembangunan pada sub sektor peternakan terus ditingkatkan.
Selain untuk memenuhi kebutuhan protein juga untuk meningkatkan jumlah pendapatan petani
peternak dengan melaksanakan diversifikasi ternak dan meningkatkan populasi ternak.
Salah satu komoditi perunggasan yang memiliki prospek yang sangat baik untuk
dikembangkan adalah ayam ras pedaging karena didukung oleh karakteristik produknya yang
dapat diterima oleh semua masyarakat Indonesia. Kabupaten kupang sebagai salah satu daerah
otonom memiliki berbagai sumber daya yang dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan utama
dari pembangunan ekonomi, yaitu meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk
masyarakat daerah agar kesejahteraan masyarakat lebih merata. Dalam upaya mencapai tujuan
tersebut, pemerintah harus mampu mengembangkan sektor perekonomian yang potensial agar
berkembang sebagai sektor unggulan. Dengan harapan bahwa sektor tersebut mampu
memberikan kontribusi bagi perekonomian, selain memiliki nilai efisiensi yang tinggi sebagai
usaha ekonomi yang produktif. Di NTT, khususnya di Kabupaten Kupang pelaksanaan usaha
peternakan ayam ras pedaging juga dilakukan secara mandiri dan dengan pola kemitraan,
misalnya telah mendorong masyarakat untuk menjalankan usaha tersebut. Hal ini karena
masyarakat menyadari bahwa usaha peternakan ayam ras pedaging memiliki peluang ekonomi
yang cukup baik diwilayah ini karena permintaan akan daging ayam relatif tinggi.
Pemeliharaan ayam broiler membutuhkan factor-faktor produksi. Factor-faktor produksi
tersebut adalah tanah, tenaga kerja, modal untuk pengadaan DOC,pakan, obat-obatan serta biaya
operasional lainnya. Umumnya factor-faktor produksi tersebut cukup tersedia di kota kupang,
sehingga memudahkan para wirausaha untuk menjalankan usaha tersebut. Keberhasilan usaha ini
dapat dicapai antara lain bila para wirausaha memperhatikan system pemasaran ayam broiler.
Hal ini karena mencapai setelah mencapai umur finesher penanganan pemasaran yang baik dan
terencana dapat mengurangi pendapatan usaha.Pemasaran yang baik adalah yang tepat waktu,
tepat harga, tepat tempat dan tepat target konsumennya. Harga jual produk produk berupa ayam
broiler hendaknya sesuai dengan harga yang berlaku dipsar. Selain itu factor ketepatan
waktu produksi dan pemasaran pun untukdiperhatikan. Pemasaran yang terlambat, walau hanya
beberapa hari akan memperbesar biaya produksi terutama untuk biaya pakan.
1.2 Tujuan PKL
Adapun tujuan dari pelaksanaan PKL adalah
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari PKL ini adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman serta
pelatihan kepada mahasiswa tentang kelembagaan dan manajemen praktis dalam bidang
peternakan, menambah pengalaman lapangan, serta meningkatkan kompetensi penguasaan ilmu
dan teknologi peternakan.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari PKL ini adalah :
Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi ayam Broiler

Mengetahui skala usaha peternakan ayam Broiler pada Kelompok Tani Ternak (KTT) Sejahtera
Naibonat

Mengetahui tingkat keuntungan usaha ternak ayam broiler pada KTT Sejahtera Naibonat,
Kabupaten Kupang.

Mengetahui tingkat kelayakan usaha pada Peternakan ayam broiler pada peternakan ayam
broiler KTT Sejahtera Naibonat, Kabupaten Kupang.

1.3 Manfaat PKL


Adapun manfaat PKL ini adalah :
a) Nilai tambah dalam meningkatkan jiwa kewirausahaan (enterpreneur) bagi mahasiswa.
b) Informasi ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berguna bagi mahasiswa di
Fakultas Peternakan.
1.4 Tempat dan Waktu
Praktek kerja lapangan dilakukan pada tanggal 29 Agustus sampai 29 September
2013.Lokasi yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini adalah
diKelompok Tani Ternak (KTT) Sejahtera Naibonat, Kabupaten Kupang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Faktor Produksi Usaha Peternakan Ayam Broiler


Pengelolaan usaha memerlukan faktor produksi yang sering disebut korbanan produksi
untuk menghasilkan produk (Soekartawi 1994). Dalam istilah ekonomi, faktor produksi disebut
dengan input. Dalam usaha peternakan ayam ras pedaging faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi adalah:
Bibit Ayam (DOC).-- Bibit ayam (DOC) merupakan faktor utama dalam usaha peternakan
ayam Broiler, dan diantara bibit ayam ras pedaging terdapat perbedaan yang turut dilakukan oleh
peternak atau lembaga yang mengembangkannya. Pertumbuhan ayam Broiler pada saat masih
bibit tidak selalu sama, ada bibit yang pada masa awalnya tumbuh dengan cepat, tetapi dimasa
akhir biasa-biasa saja, atau sebaliknya. Perbedaan pertumbuhan ini sangat
tergantung pada perlakuan peternak, pembibit, atau lembaga yang membibitkan ayam tersebut,
sehingga peternak harus memperhatikan konversi pakan dan mortalitasnya (Rasyaf, 2008). Biaya
pembelian bibit merupakan biaya terbesar kedua. Kaitannya dengan pegangan berproduksi
secara teknis karena bibit akan mempengaruhi konversi ransum dan berat badan ayam.
Sulistyono (1995) menghitung biaya bibit sebesar 27% dari total biaya produksi, sedangkan
Rasyaf (1997) mengemukakan biaya itu berkisar antara 9 - 15% dari total biaya produksi. Sutawi
(1999) menyatakan bahwa biaya bibit sebesar 13,43% - 27% dan Sumartini (2004) menyatakan
bahwa biaya bibit sebesar 26,79% - 33,83% dari total biaya produksi atau operasional.
Pakan.-- Pertumbuhan yang cepat sangat dipengaruhi oleh konsumsi pakan yang banyak.
Terlebih ayam Broiler termasuk ayam yang senang makan. Bila pakan diberikan tidak terbatas
atau ad libitum, ayam Broiler akan terus makan sepuasnya sampai kekenyangan. Oleh karena
itu, sebaiknya setiap ayam sudah ditentukan taraf konsumsi pakannya pada batas tertentu sesuai
dengan arah pembentukan bibit. Pemberian pakan ada yang lebih banyak dimasa awal sedangkan
dimasa akhir biasa saja atau sebaliknya. Ada juga yang relatif sedikit dari pada bibit yang lain,
tetapi bobot tubuh atau pertumbuhannya agak lambat. Hal ini tentunya akan menimbulkan
kelebihan dan kelemahan yang biasanya muncul bila faktor lainnya mendukung atau tidak
mendukung. Proporsi biaya terbesar dalam usaha ternak adalah biaya pakan, hal ini dipertegas
oleh Girinsonta (1991) bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi biaya produksi adalah biaya
pakan. Biaya pakan merupakan biaya terbesar yaitu sekitar 60% dari biaya total produksi.
Demikian pula dalam penelitian Sumartini (2004) bahwa biaya pakan mencapai 58,13% -
66,22% dari seluruh biaya operasional, dan penelitian Sutawi (1999) juga menyimpulkan bahwa
biaya produksi terbesar digunakan adalah biaya pakan yaitu 61,75%-82,14%.
Vaksin, Obat dan Vitamin.-- Vaksinasi perlu diberikan untuk menanggulangi dan
mencegah penyakit menular, tapi minimnya pengetahuan akan berpengaruh terhadap proses
vaksinasi. Obat atau antibiotik dapat didefinisikan sebagai antibakteri yang diperoleh dari
metabolit fungsi dan bakteri, sedangkan vitamin merupakan komponen organik yang berperan
penting dalam metabolisme tubuh, walaupun ayam dalam jumlah sedikit, vitamin tetap
dibutuhkan dan berperan cukup besar. Girinsonta (1991) mengemukakan bahwa pengeluaran
biaya untuk obat- obatan dan vaksin cukup besar. Hal senada diungkapkan pula Sumartini (2004)
bahwa berdasarkan hasil penelitiannya, pengeluaran biaya untuk obat-obatan dan vaksin cukup
besar.
Tenaga Kerja.-- Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting
dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan saja dilihat
dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu
disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Secara
usaha-ternak, tenaga kerja yang berasal dari keluarga peternak merupakan sumbangan keluarga
pada produksi perternakan dan tidak pernah dinilai dengan uang, sedangkan secara ekonomi
tenaga kerja merupakan faktor produksi yang merupakan bagian dari biaya didalam suatu usaha
(Mubyarto, 1989). Peternakan ayam sebenarnya bukan padat karya dan tidak selalu padat modal.
Peternakan cenderung mempunyai kesibukan temporer, terutama pagi hari dan pada saat ada
tugas khusus seperti vaksinasi. Oleh karena itu dalam suatu peternakan dikenal beberapa istilah
tenaga kerja, yaitu: (i) tenaga kerja tetap yang merupakan staf teknis atau peternak itu sendiri,
merekalah yang sehari-hari berada dikandang dan yang menentukan keberhasilan usaha
peternakan; (ii) tenaga kerja harian, umumnya merupakan tenaga kasar pelaksana kandang,
misalnya membersihkan kandang ayam yang usai produksi, membersihkan rumput, dll.
(iii)tenaga kerja harian lepas, tenaga ini hanya bekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
sementara dan setelah itu tidak ada ikatan lagi. Besar kecilnya upah tenaga kerja ditentukan oleh
berbagai hal antara lain dipengaruhi oleh mekanisme pasar, jenis kelamin, kualitas tenaga kerja
dan umur tenaga kerja. Oleh karena itu perlu di standarisasi menjadi Hari Orang Kerja (HOK)
atau Hari Kerja Setara Pria (HKSP).
Listrik.-- Penggunaan listrik dalam usaha peternakan ayam Broiler ini tujuannya sebagai
pencahayaan. Pengaturan cahaya lampu dimalam hari sangat menunjang pemeliharaan
ayam Broiler didaerah tropis, terutama untuk makan di malam hari, karena pengaturan cahaya
akan membantu meningkatkan penampilan ayam (Arifien, 2002). Didaerah tropis, suhu siang
hari suhu cukup tinggi sehingga mengganggu konsumsi pakan. Untuk mengejar konsumsi pakan
, ayam harus diberi kesempatan makan pada malam hari. Tata letak lampu yang benar dan
cahaya lampu yang cukup dalam kandang membantu meningkatkan konsumsi pakan. Girinsonta
(1991) biaya pemakaian listrik tidak terlalu mempengaruhi input usaha dibidang peternakan
ayam. Hal senada diungkapkan pula Sumartini (2004) bahwa berdasarkan hasil penelitiannya,
biaya pemakaian listrik tidaklah terlalu mempengaruhi usaha dibidang peternakan ayam Broiler.
Kandang.-- Luas kandang atau luas ruang kandang untuk ayam Broiler adalah 10
ekor/m2. Dengan demikian, luas ruang yang akan disediakan tinggal dikalikan dengan jumlah
ayam yang akan dipelihara dalam kandang tersebut. Dari hasil penelitian ayang dilakukan di
Indonesia diketahui bahwa antara kepadatan 8,9,10,11, dan ekor ayam tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata (Rasyaf, 2008). Hal ini dapat diartikan bahwa untuk dataran rendah atau
dataran pantai, kepadatan yang lebih baik adalah 8-9 ekor ayam/m2. Sedangkan untuk dataran
tinggi atau daerah pegunungan kepadatannya sekitar 11-12 ekor ayam/ m2, atau denga rata-rata
10 ekor ayam/ m2.
2.2. Analisis Kelayakan Usaha
Menurut Kashmir dan Jakfar (2007), analisis kelayakan usaha adalah suatu kegiatan yang
mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan usaha berdasarkan data-data dan informasi
yang ada dengan menggunakan metode-metode penilaian dan dengan ukuran tertentu sehingga
diketahui layak atau tidaknya usaha tersebut dijalankan.
Analisis ekonomi pada dasarnya merupakan analisis yang menyeluruh, tidak saja hanya
masalah-masalah yang menyangkut finansial tetapi juga menyangkut kemungkinan adanya
dampak usaha terhadap perekonomian negara secara keseluruhan, dampak pada lingkungan dan
dampak pada kehidupan masyarakat banyak (Sofyan, 2003).
Analisis finansial adalah analisis yang melihat suatu proyek dari sudut-sudut lembaga
yang mempunyai kepentingan langsung dalam proyek atau menginvestasikan modalnya ke
dalam proyek (Mulyadi, 1998). Analisis finansial ini diperlukan dalam pelaksanaan suatu
proyek karena di anggap penting sebagai: 1). alat perencanaan dalam pengambilan keputusan
baik untuk pimpinan pelaksana proyek, pejabat atau pemberi kredit dan lembaga lain yang
berhubungan dengan kegiatan tersebut; 2). Sebagai pedoman atau alat dalam pengawasan apakah
proyek tersebut nantinya berjalan sesuai dengan yang direncanakan atau tidak.
Dalam rangka suatu ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan atau penolakan
suatu proyek yang dikembangkan berbagai cara yang dinamakan Investment Criteria atau criteria
investasi. Alat analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu usaha
adalah dengan menggunakan beberapa kriteria investasi yaitu NPV (Net Present Value), Net B/C
(Net Benefit Cost) dan IRR (Internal Rate of Return) (Choliq. Dkk.,1993).
NPV (Net Present Value) dari suatu proyek merupakan nilai sekarang (Present
Value)dari selisih antara benefit (manfaat) dan cost (biaya) pada Discount Rate tertentu. NPV
menunjukkan kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost (biaya). Apabila Present
Value manfaat lebih besar Present Value biaya, maka proyek tersebut layak atau
menguntungkan. Dengan kata lain apabila NPV > 0 berarti proyek tersebut menguntungkan dan
sebaliknya apabila NPV < 0 berarti proyek tersebut tidak menguntungkan atau tidak layak
diusahakan.
Selanjutnya, dijelaskan pula bahwa Net B/C merupakan angka perbandingan antara
jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif. Net B/C menunjukkan gambaran berapa kali
lipat benefit akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Jika Net B/C > 1 berarti proyek tersebut
layak untuk diusahakan, jika Net B/C < 1 berarti usaha tersebut tidak layak untuk
diusahakan. Internal Rate of Returns (IRR) adalah suatu kriteria investasi untuk mengetahui
persentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun. Jika IRR Social Discount
Rate usaha tersebut layak, jika IRR < Social Discount Rate usaha tersebut tidak layak.
Dalam kaitan dengan pembahasan laporan ini maka analisis kelayakan usaha difokuskan
pada beberapa indicator yaitu: return cost ratio (R/C), payback period (PP) dan break even point
(BEP).
2.3. Return Cost Ratio
Return Cost Ratio adalah nisbah antara penerimaan dengan biaya. Secara matematik hal
ini dituliskan :
Kriteria uji: jika R/C > 1, layak untuk diusahakan dan Jika R/C < 1, tidak layak untuk
diusahakan (Soekartawi, 2002 : 40-44).
2.4. Payback Period (PP)
Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali
pengeluaran investasi. PP sangat penting untuk menghitung jangka waktu pengembalian modal.
Oleh ksrns itu, semakin cepat waktu yang di gunakan untuk pengembalian modal (PP) maka
bisinis atau usaha tersebut semakin baik (Deno Ratu,.dkk, 2010:86). Secara matematis
dipformulasikan sebagai berikut:
Total Investasi
PP =
Keuntungan Usaha

2.5. Break Even Point (BEP)


Kasmir (200d 6: 49) dan Ibrahim (2003:58 ) menyebutkan Break Event Point
(BEP)adalah titik pulang pokok di mana total revenue sama dengan total cost. Dilihat dari
jangka waktu pelaksanaan sebuah proyek/usaha, terjadinya titik pulang pokok tergantung
pada besaranpenerimaan sebuah proyek/usaha untuk dapat menutupi segala biaya operasi, dan
biaya-biaya lainnya, termasuk pemeliharaan dan biaya modal lainnya.
Analisis break even point (BEP) dipergunakan untuk melihat batas nilai atau volume
produksi dari suatu usaha. BEP bisa dihitung berdasarkan jumlah produksi (BEP produksi) atau
harga (BEP harga) dengan perhitungan sebagai berikut :
BEP bisa dihitung berdasarkan jumlah produksi (BEP produksi) atau harga (BEP harga)
dengan formula sebagai berikut.
Total Biaya
BEP Harga =
Total produksi
Total Biaya
BEP Produksi (ekor) =
Harga penjualan

BAB III
METODE KEGIATAN
3.1.Waktu dan Lokasi Kegiatan

Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan ii. Kelompok Tani Ternak(KTT) Sejahtera,
Naibonat- Kabupaten Kupang selama satu bulan yaitu dari tanggal 29 Agustus-29 September
2013.

3.2.Pelaksanaan Kegiatan
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan selama 1(satu) bulan dengan cara magang
kerja(observasi partisipasi), yaitu penulis secara aktif dan terus menerus melaksanakan kegiatan
di Kelompok Tani Ternak (KTT) Sejahtera sesuai dengan ketentuan atau aturan yang telah
ditetapkan oleh pimpinan instansi tersebut.

3.3.Jadwal Kegiatan

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Sejahtera
Naibonat Kabupaten Kupang. Selama satu bulan(1 bulan). Jadwal kegiatan tersebut seperti pada
tabel berikut:

3.4. Evaluasi Hasil Kegiatan

Setelah kegiatan PKL, hasilnya akan dianalisis dengan cara membandingkan hasilobservasi
diokasi dengan landasan teori yang ada sebagai acuan dalam mengambil kesimpulan.

3.5.Jadwal Kegiatan

PELAKSANAAN PKL/JADWAL KEGIATAN


Tabel.1. Jadwal pelaksanaan kegiatan PKL
Kegiatan Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pendaftaran
Penulisan rencana
dan pengesahaan
oleh dosen
pembimbing
Pelaksanaan
Penulisan draf
laporan
Ujian PKL
Revisi laporan dan
pengesahan
laporan PKL

BAB IV

KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN

4.1. Sejarah Umum Lokasi PKL


Kelompok Tani Ternak Sejahtera(KTT Sejahtera) merupakan salah satu kelompok tani
dalam masyarakat kelurahan Naibonat. Yang berdiri diatas lahan seluas 1.2 Ha milik bapak
Sugiarno,dimana pada lahan seluas ini awal dijalankan usaha peternakan sapi Bali,dan dalam
perkembangannya beberapa jenis komoditi usaha dibidang peternakan dan pertanian. Yang terdir
dari: peternakan sapi Bali, ayam broiler, ternak kambing, dan tambak ikan lele dan tanaman
pertanin lainnya.
Sumber dana awal dari pembentukan KTT Sejahter itu sendiri berasal dari Dinas
Pertanian Kabupaten Kupang dan dana tersebut diberikan secara cuma-cuma kepada kelompok
usaha tani ternak sejahtera atau dengan kata lain diberikan dalam bentuk hibah untuk
menjalankan usaha dengan total dana Rp 300.000.000. dana ini diberikan untuk pengadaan sapi
sebanyak 50 ekor (6 ekor pejantan, 14 ekor jantan bakalan, 8 ekor induk bunting dan 22 ekor
sapi darah), persiapan kandang, biaya operasional dan biaya obat-obatan.
KTT Sejahtera awalnya beranggotakan 18 0rang anggota kelompok dengan jangka waktu
kontrak 3 (tiga) tahun yang diketuai oleh Bp Alamsyah. Namun seiring dengan berjalannya
waktu anggota kelompok yang 18 orang tersebut terus berkurang hingga yang masih bertahan
sampai saat ini hanya tersisakan 8 orang anggota kelompok. Hal ini dikarenakan adanya satu dan
lain hal yang menyebabkan 10 orang dari 18 orang anggota kelompok mengundurkan diri, faktor
utama yang menyebabkan mereka mengundurkan diri yaitu adanya perselisihan pendapat dalam
kelompok dan sikap yang malas bekerja.
Dalam perkembangannya selain menjalankan usaha peternakan sapi, dilokasi peternakan
tersebut juga menjalankan usaha peternakan ayam broiler karena dipandang perlu untuk
penambahan modal dan pendapat anggota kelompok dan usaha ini dapat menyokong pendanaan
dalam pengembangan usaha peternakan dikelompok Tani Ternak tersebut serta memberikan
omset yang cukup tinggi. Selain itu juga ada beberapa usaha dibidang peternakan yang
dijalankan sekaligus sebagai usaha sampingan seperti usaha peternak kambing yang berjumlah
55 ekor kambing, 3 tambak ikan lele dan ikan pati, kebun, 2 tempat penginapan sekaligus
sebagai pos jaga dan terdapat juga RPH mini yang dibangun oleh kelompok namun tidak
berfungsi lagi.
Keadaan topografi berkisar antara 0 15 % tanah mengandung formasi alluvium yang
terdiri atas tanah lempengan berwarna hitam. Areal tersebut kedap air sehingga menyebabkan air
mudah tergenang. Kondisi drainase juga kurang baik karena dilintasi oleh air dimusim penghujan
sehingga akan menghambat pekerjaan di lokasi. Dengan kondisi seperti ini maka ternak akan
tenggelam hingga batas lutut. Pada lokasi ini juga terdapat lahan untuk HMT dengan luas 2 Ha,
namun tidak dimanfaatkan untuk penanaman HMT karena faktor kekurangan tenaga kerja,
sehingga banyak ditumbuhi oleh tanaman-tanaman liar dan juga pohon gewang.
4.2. Letak, Luas Dan Batas Batas Wilayah
KTT Sejahtera terletak di Kelurahan Naibonat, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang.
Secara geografis batas-batas wilayah KTT Sejahtera :
Sebelah Barat berbatasan dengan : Raknamo
Sebelah Timur berbatasan dengan : Fatuleu
Sebelah Utara berbatasan dengan : Sulamu
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Tatelek
Topografi wilayah KTT Sejahtera adalah dataran rendah, dengan luas lahan 5 Ha. Yang
terbagi dalam beberapa sesuai penggunaannya antara lain digunakan untuk pembangunan
penginapan/pos jaga, perkandangan, kolam ikan dan kebun sedangkan sisa lahan digunakan
sebagai lahan Hijauan Makanan Ternak (HMT) yang tak dimanfaatkan.
4.3. Iklim dan Curah Hujan
Iklim dan curah hujan di tempat PKL seperti halnya dengan daerah daerah lain di
daratan Pulau Timor adalah beriklim tropis dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim
hujan. Musim hujan berlangsung selama 3 sampai 4 bulan dan musim kemarau selama 8 sampai
9 bulan. Rata rata curah hujan 500 1500 mm/tahun. Sumber air yang ada di tempat PKL
berasal dari Tarus dan dari air tanah (sumur) di lokasi peternakan.
4.4. Jarak Dari Lokasi Pasar

Dilihat dari aspek ekonomi, jarak antara lokasi pasar sangat strategis, karena jalur
transportasi dan jarak antara lokasi pasar yaitu terletak diantaradua pasar utama yaitu pasar lili
dan pasar oesao serta sulamu yang tidak begitu jauh

4.5. Ketenagakerjaan
Peternakan ayam broiler KTT Sejahtera Naibonat memiliki 1 orang tenaga kerja dengan
latar belakang pendidikannya SMA dan dibantu oleh pemilik peternakan itu sendiri. Jam kerja di
peternakan ini yaitu pagi dan sore dengan kegiatan antara lain : pemberian makan dan
minum,serta membersihkan lingkungan sekitar kandang.
4.6. Jaminan Sosial
Untuk mensejahterakan tenaga kerja dalam hal pemberian upah untuk petugas kandang
sebesar Rp. 500.000/periode. Para tenaga kerja bekerja pada pagi dan sore hari.
4.7.Kegiatan Praktek Kerja Lapangan
Dalam PKL ini, ada beberapa kegiatan yang dilakukan setiap harinya. Kegiatan-kegiatan
tersebut meliputi:
Kegiatan Rutin
a. Pembersihan Kandang
Pembersihan kandang secara umum meliputi:
Pembersihan lantai kandang, dinding kandang dan tempat makan sebelum ternak diberi
makan dan minum. Kandang harus selalu dibersihkan, dinding digosok atau disemprotkan
dengan air agar kotoran atau debu yang melekat bisa bersih dan tidak ada hama yang
mengganggu ternak ayam dalam kandang. Pembersihan kandang bertujuan untuk mencegah
menumpuknya kotoran dari ternak tersebut di dalam kandang dan pakan yang diberikan tidak
tercampur dengan kotoran, karena penumpukan kotoran dapat meningkatkan perkembangan bibit
penyakit. Jadi tujuannya adalah menghindarkan ayam dari gangguan penyakit dapat dilakukan
dengan meningkatkan kegiatan pencegahan baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga lingkungan terkontrol atau terhindar dari kemungkinan masuknya atau berkembangnya
penyakit.
b. Pembukaan Tirai Kandang
Tirai yang digunakan terbuat dari terpal yang digantung
Umur anak ayam(hari) Titai kandang
1-6 Tertutup penuh
7-14 1/3 bagian
15-22 2/3 bagian
22pemasaran Terbuka semua

c. Pemberian Pakan dan Air Minum


Pemberian pakan yang tepat merupakan hal yang sangat penting. Dikatakan demikian
karena selain pakan menduduki komponen biaya tertinggi dari biaya produksi total yaitu dapat
mencapai 80 persen. Hal ini disebabkan ternak ayam broiler secara genetik memiliki
pertumbuhan yang cepat, konsekuensinya keperluan akan pakan dalam jumlah dan mutu adalah
vital. Pemberian pakan di usaha peternakan ayam broiler pada KTT Sejahtera, Naibonat
dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
Jenis pakan yang diberikan dalam pemeliharaan ayam broiler di peternakan ayam Broiler KTT
Sejahtera adalah BR1 -BR2 dan CP11-CP12. Proses pemberian pakan biasanya diawali dengan:
a) Meyedikan tempat pakan dan air minum

b) Pemberian pakan dengan takaran kg/ tempat pakan

c) Pakan yang telah di curahkan dalam tempat pakan diangkut kedalam kandang dari gudang

d) Setelah anak ayam berumur 2 minggu pemberian pakan BR1/CP11 diganti dengan pakn
BR2/CP12

e) Jumlah tempat pakan dan minum digunakan sesuai umur, yaitu DOC-6 hari dengan jumlah 10
nampan,umur 7-14 hari dengan jumlah 12 buah,umur 15 hari pemasaran dengan jumlah 30
buah

Sedangakan pemberian air minum yang diberikan telah dicampurkan dengan obat-
obatan dengan prosedur kerja sebagai berikut:
a) Membuang sisa air minum
b) Tempat air minum dicuci dengan menggunakan deterjen dan dibilas sampai bersih dengan air
c) Jumlah tempat minum yang digunakan yaitu umur DOC-14 hari 8 buahdan umur 15-panen 15
buah.
Kegiatan Tambahan
a) Manejemen Kesehatan
Pencegahan penyakit merupakan salah satu tindakan yang dilakukan untuk mengurangi serangan
penyakit yang menyebabkan kematian ayam. Tindakan pencegahan penyakit yang umum
dilakukan yaitu:
a) Sanitasi Kandang
Sanitasi merupakan suatu tindakan untuk menciptakan lingkungan yang higenik, yang meliputi
sanitasi kandang, peralatan dan lingkungan sekitar kandang. Sanitasi dapat dilakukan dengan
cara:
Membersihkan kandang dari kotoran dan mengumpulakan sampah dan membung pada tempat
penampungan sampah serta membakar sampah-sampah yang bersifat anorganik

Membersihkan wadah pakan dan tempat minum setelah digunakan dan setiap pergantian pakan
dan air minum.

Membakar ayam mati dan atau menguburkan

b) Vaksinasi

Vaksinasi bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh sehingga ayam tahan terhadap
serangan penmyakit. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan vaksinasi
adalah:
Ayam yang divaksin harus dalam keadaan sehat

Vaksin dilakukan pada waktu sore hari

Sebelum divaksin ayam dipuasakan selama 2 jam

Jenis vaksin yang diberikan adalah ND dan IBD

Vaksin sebelum digunakan harus disimpan dalam termos yang berisi es batu

b) Pemasaran
Pemasaran merupakan akhir dari rangkaian kegiatan kegiatan dalam suatu proses
pengolahan usaha. Dikatakan demikian karena proses pemasaran menentukan keberhasilan
usaha. Kegiatan penjualan hasil pada Peternakan ayam broiler KTT Sejahter, adalah penjualan
langsung yaitu para konsumen langsung membeli ayam di lokasi kandang. Penentuan harga jual
didasarkan atas harga produksi. Rata rata harga penjualan ternak ayam berumur 25-30 hari
sebesar Rp. 25.000 per ekor. Penjualan dilakukan setiap hari dan biasanya konsumen sendiri
yang datang di lokasi peternakan. Hal ini sangat menguntungkan bagi pihak perusahaan karena
tidak mengeluarkan biaya untuk melakukan proses pemasaran.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun permasalahan yang sering dijumpai selama Praktek Kerja Lapangan(PKL)adalah


masalah waktu pemasaran yang diuraikan sebagai berikut:
5.1. Pakan

Pakan adalah makanan yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral
dan air yang sangat dibutuhkan ternak, untuk hidup pokok (maintenance), pertumbuhan,
produksi dan reproduksi dan tidak mengganggu fisioilogis ternak.

Pakan yang diberikan pada ternak ayam Broiler harus disesuaikan dengan umur ayam agar nilai
kegunaan dari pakan dapat dimanfaatkan oleh ternak ayam tersebut semaksimal mungkin
(Rasyaf,2009).

Kebutuhan unsur gizi disesuaikan dengan umur ayam ; pada fase traster (1-2 minggu)

Ayam diberikan pada BR1/CP11 yang mengandung kadar protein tinggi sedangkan pada fase
finisher (3-4 minggu) ayam diberikan pakan BR2/CP12 yang mengandung energi tinggi. Hal ini
karena pada fase stater ayam membutuhkan pakan untuk menunjang pertumbuhan, sedangkan
pada fase finisher ayam sudah mencapai pertumbuhan maksimal sehingga pakan yang
dibutuhkan adalah pakan yang mengandung energi tinggi.

5.2. Harga Ternak

Harga ayam yang ditawarkan pada konsumen merupakan harga yang sudah
diperhitungkan berdasarkan semua biaya yang digunakan dalam memproduksi ternak ayam.
Harga untuk produk-produk peternakan tidak harus selalu murah dapat dicurigai bahwa kualitas
ayam tersebut rendah. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat sekarang sudah memperhatikan
kualitas sehingga pada umunya menerima harga yang sesuai dengan tingkat kualitas yang
disandang produk tersebut.

Harga ayam broiler akan selalu berubah sesuai dengan umur ayam karena jika ayam
berada lama dikandang maka biaya produksi juga akan meningkat (Rasyaf,1996). Harga ayam
tidak hanya mempengaruhi produsen. Berdasarkan kondisi tersebut maka harga ayam tidak
selamanya tetap, namum tergantung pada tingkat permintaan konsumen dan biaya produksi.

5.3.Biaya

Biaya produksi adalah sejumlah biaya yang digunakan untuk memproduksi ayam broiler
mulai dari pengadaan kandang sampai saat ayam siap untuk dipasarkan. Masalah yang dijumpai
dalam kaitannya dengan biaya produksi adalah tentang menyediakan sarana produksi untuk
memproduksi ayam broiler. Biaya produksi yang dikeluarkan tidak dilakukan secara serentak
sehingga terjadi peningkatan pada biaya trasportasi. Hal ini turut menyebabkan peternakan
unggas ayam Broiler KTT Sejahtera mendapat keuntungan yang relatif rendah.

5.4.Waktu pemasaran

Waktu untuk memelihara ayam Broiler harus diperhatikan karena waktu akan
menentukan besarnya biaya produksi, jumlah dan harga ayam yang akan dipelihara oleh
peternakan unggas tersebut. Ketetapan waktu akan menentukan kapan peternak harus
memperbanyak produksi ayam Broiler. Waktu penjualan ayam pada peternak unggas KTT
Sejahtera dilakukan setiap bulan dengan umur ayam 25-30 hari.

5.5.Tenaga kerja

Tenaga kerja di peternakan ayam broiler Kelompok Tani Ternak Naibonat ini adalah
satu orang karyawan. Jaminan sosial yang di berikan oleh peternakan unggas kepada tenaga kerja
adalah berupa gaji dan tempat tinggal.. Upah yang di terima oleh tenaga kerja tersebut di hitung
kurang lebih 25% dari keungtungan yang diperoleh Peternakan tersebut dan tergantung penilaan
hasil kerja oleh penanggung jawab unit peternakan unggas ayam broiler. Upah ini relatif rendah
jika keuntungan peternakan sedikit yang biasanya disebabkab karena petugas kurang sigap dalam
memelihara ternak ayam Broiler dan terutama menganalisis kondisi pasar. Namu upah sudah
cukup memenuhi kebutuhan pokok hidup tenaga kerja karena memenuhi syarat Upah Minum
Provinsi (UMP) yakni Rp.750,000/ jika ayam Broiler dipelihara dengan baik.

5.6.Analisis Kelayakan Usaha

Analisis Input-Output dan Kelayakan Usaha Peternakan ayam broiler KTT Sejahtera
Naibonat, selama 1 periode produksi.
Tabel.2 Analisis Input-Output dan Kelayakan Usaha

Harga
N0 Uraian Jumlah Satuan satuan Total
I Investasi 1
Pembuatan Kandang 3 Unit 10.000.000 30.000.000
Peralatan Kandang:
Sapu 2 Buah 5000 10000
Ember 2 Buah 10000 20000
Paralon 100 Meter 20.000 2000.000
Gayung 2 Buah 5000 10000
Kereta besi 2 roda 2 Buah 500.000 1000.000
Total Investasi 3304.0000
II Biaya Operasional
A. Biaya Variabel
DOC 214 Boks 700.000 149800000
Pakan 612 Karung 325000 198900000
Listrik 12 Bulan 50.000 600000
Air 12 Bulan 50.000 600000
Penyusutan
Kandang dan
Peralatan 12 Bulan 40.000 480.000
Obat-Obatan 12 Bulan 500.000 3000.000
Vaksin 12 Bulan 200000 2400.000
Total Biaya Variabel 355780000
B. Biaya Tetap
Tenaga Kerja 1 Orang 750000 750000

Total Biaya Tetap 750000


Total Biaya
Operasional= (sub
total A + sub total B) 356530000
TOTAL
BIAYA=(sub-total I+
sub-total II) 389570000
III
PENERIMAAN
Penjualan Ternak:
Ayam broiler 27300 Ekor 25000 682500000

Total Penerimaan 682500000


LABA= (Sub total
III)-(sub total II) 292930000

Ternak ayam
BEP Harga Produksi 14269.96337
BEP Volume
Produksi 15582.8
B/C Ratio 1.751931617
PBP 0.112791452

Biaya total dalam 1 periode produksi

Harga adalah nilai dari setiap benda atau jasa yang digunakan dalam suatu kegiatan
ekonomi. Biaya produksi adalah sejumlah nilai yang dikeluarkan untuk sejumlah faktor - faktor
produksi yang diperlukan dalam kegiatan proses produksi. Seluruh nilai faktor - faktor produksi
yang diperlukan dalam proses produksi disebut biaya total. Biaya yang diperlukan berkaitan
dengan waktu yang diperlukan dalam penyediaan faktor - faktor produksi yang akan digunakan
dalam proses produksi yaitu jangka pendek dan jangka panjang (Amareko, 2002).
Biaya total = Biaya Variabel + Biaya Tetap
= Rp. 355.780.000 + Rp. 75.0000,-
= Rp. 356.530.000,-
Penerimaan dalam 1 Periode Produksi

Penerimaan adalah sejumlah uang atau barang yang diterima seseorang atau rumah tangga
dalam suatu periode tertentu (Raharja dan Manurung, 2004). Selanjutnya, (Amareko, 2002)
penerimaan adalah nilai produk yang dihasilkan. Penerimaan tersebut dinamakan penerimaan
total.
Penerimaan = Total hasil penjualan ternak
= Rp. 682.500.000,-
Pendapatan laba dalam 1 periode produksi/ tahun

Pendapatan adalah jumlah total uang yang diperoleh atau diterima dikurangi dengan
sejumlah biaya. Dalam melakukan suatu usaha seorang pengusaha akan berpikir bagaimana ia
mengalokasikan input seefisien mungkin atau dapat memperoleh hasil yang maksimal (Moehar,
2002). Untuk mengetahui berapa besar pendapatan dari usaha Peternakan ayam Broiler KTT
Sejahtera Naibonat, maka dapat dihitung dengan rumus sesuai petunjuk Soekartawi (2003)
sebagai berikut:
Pd = Pt + Bt
Dimana: Pd = Pendapatan
Pt = Penerimaan total
Bt = Biaya total
Pd = Pt Bt
= Rp. 292. 930.000 Rp. 389. 570.000
= Rp 292.930.000
1. Break Even Point (BEP)

Menghitung BEP pada penjualan ayam Broiler


-BEP harga produksi
BEP = Biaya total : Jumlah produksi
= Rp389.570.000 : 27300 ekor
= Rp. 14.269.963/ekor
Artinya, titik balik modal akan tercapai ketika ayam Broiler dijual dalam 1 tahun dengan
harga Rp. 14.269.963 /ekor.
-BEP volume produksi
BEP = Biaya total : Harga jual/ekor
= Rp. 389.570.000 : Rp. 25.000/ekor
= 1751 ekor.
Artinya, dengan harga jual ayam Rp. 25.000 /ekor, maka titik balik modal akan tercapai jika
jumlah ayam yang dijual dalam 1 tahun sebanyak 1751 ekor.
2. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

B/C Ratio = Total penerimaan : Total biaya


= Rp. 682.500.000: Rp. 389.570.000
= Rp. 1.76
Artinya, setiap penambahan biaya sebesar Rp 1,- akan diperoleh penerimaan sebesar Rp
1,76,- sehingga usaha ini secara ekonomis layak untuk dikembangkan.

3. Payback Period (PBP)

PBP = Nilai investasi / Keuntungan


= Rp. 33.040.000,- / Rp. 292.930.000,- 1 tahun
= 0.11 Tahun
Artinya, usaha Peternakan ayam Broiler pada KTT Sejahtera, Naibonattersebut dalam
jangka waktu 0.11 tahun (11 bulan)sudah dapat mengembalikan modal yang diinvestasikan.
BAB VI
PENUTUP

6.1. KESIMPULAN

Dari pembahsan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:


1. Berdasarkan analisis ekonomi usaha peternakan ayam Broiler di KTT Sejahtera Naibonat layak
untuk dijalankan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi adalah biaya DOC, biaya pakan, dan biaya
obat-obatan serta tenaga kerja.

3. Skala usaha pada peternakan ayam broiler ini relatif sedang/menengah yakni 1000-3000
ekor/periode. Keuntungan dari total produksi adalah Rp. 292.930.000 dari total biaya produksi
sebesar Rp. 389.570.000

6.2. SARAN

Adapun saran-saran yang penulis dapat sampaikan untuk peningkatan usaha peternakan ayam
adalah sebagai berikut:
1. Pengadaan faktor-faktor produksi variabel harus dilakukan sekaligus dengan mempertahankan
arus harga dipasaran untuk mencegah masalah ketiadaan faktor-faktor produksi tersebut di
kandang atau dipasaran saat dibutuhkan dan menekan biaya transportasi.

2. Pengelolan kandang perlun diperhatikan dan sanitasi lingkungan perlu dilakukan dengan baik
agar tidak terjadi kematian yang tinggi.

3. Penambahan tenaga kerja pada usaha peternakan ayam Broiler KTT Sejahtera perlu dilakukan
sehingga manajemen pemeliharaannya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

AAK,1991. Pedoman Lengkap Beternak Babi. Yayasan Kanisius :Yogyakarta.


Abidin, Z. 2002. Meningkatkan Produktivitas ayam Ras Pedaging. Agro Media
Pustaka Jakarta.
Adjid, D. Abdul. 1998. Bunga Rampai Agribisnis kebangkitan,Kemandirian dan
Keberdayaan Masyarakat Pedesaan. Surat Kabar Sinar Tani Jakarta.
Adjid, D. Abdul. 1998. Bunga Rampai Agribisnis kebangkitan,Kemandirian dan
Keberdayaan Masyarakat Pedesaan. Surat Kabar Sinar Tani Jakarta.
Amareko, S. L. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi. Buku Ajar Fakultas Peternakan.
Undana. Kupang.
Anita S dan Wage Widagdo. 2011. Budidaya Ayam Broiler 28 Hari Panen.
Pinang Merah. Yogyakarta Badan Agribisnis Departemen Pertanian Republik
Indonesia. 1995. Sistem, Strategi dan Program Pengembangan
Agribisnis.Jakarta
Badan Agribisnis Departemen Pertanian Republik Indonesia. 1995. Sistem, Strategi
dan Program Pengembangan Agribisnis.Jakarta
Choliq, A. A Rivai dan S. Hasan . 1993. Evaluasi Proyek. Pionir Jaya: Bandung
Deno Ratu, M. R, dkk. 2010. Kewirausahaan Peternakan. Undana Press:Kupang
.Jahja,. 2000., Ayam Sehat Ayam Produktif 2. Petunjuk-petunjuk Praktis Beternak Ayam. PT.
Medion Bandung.

Jakfar dan Kasmir. 2007. Studi Kelayakan Bisnis.Edisi ke-2. Kencana, Jakarta.
Kartadisastra, HR. 1994. Pengelolaan Pakan Ayam. Kanisius. Yogyakarta.

Moehar, M. S. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT Bumi Aksara.


Nurcahyo Eko M. dan Widyastuti Yustina Erna. 2000. Usaha Pembesaran
Ayam Kampung Pedaging. Penebar Swadaya: Jakarta

Raharja, P dan Manurung, M. 2004. Teori Ekonomi Mikro, Suatu Pengantar. Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta.
Rasyaf. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Yunus, M, dkk. 2006. Pendidikan Kewirausahaan. Undana Press:Kupan

Anda mungkin juga menyukai