ITP POTONG
PROSES PEMOTONGAN TERNAK DI RUMAH POTONG
HEWAN NIPAH KUNING
Disusun Oleh :
4.1 proses pemotongan ternak dari pemotongan sampai dengan hasil pemotongan
Setelah ternak datang, dilakukan pemeriksaan antemortem. Tujuan dari
pemeriksaan antemortem adalah untuk mengetahui ada ternak yang cedera,
sehingga ternak harus dipotong sebelum ternak yang lain dan untuk mengetahui
ternak-ternak yang sakit dan harus dipotong secara terpisah dengan ternak yang
sehat (Soeparno, 2005). Di RPH Nipah kuning, dilakukan pengistirahatan ternak
dengan pemuasaan ternak tanpa diberi pakan. Lama pengistirahatan 12 jam.
Maksud dari pemuasaan ternak sebelum dipotong adalah untuk memeperoleh
bobot tubuh kosong, yaitu bobot tubuh setelah dikurangi isi saluran pencernaan,
isi kandung kencing dan isi saluran empedu dan untuk mempermudah proses
pemotongan karena dengan dipuasakan ternak menjadi lebih tenang (Soeparno,
1998). Setelah pemuasaan, ternak digiring dari kandang penampung, ternak
disiram dengan air, air digunakan agar ternak bersih dan mempermudah
pengulitan.
Pada Rumah Potong Hewan (RPH) nipah kuning ini tidak dilakukan
dengan cara tanpa pemingsannan.Cara ini banyak dilakukan di rumah-rumah
potong tradisional. Penyembelihan dengan cara ini ternak direbahkan secara paksa
dengan menggunakkan tali temali yang diikatkan pada kaki-kaki ternak yang
dihubungkan dengan ring-ring besi yang tertanam pada lantai Rumah Potong,
dengan menarik tali-tali ini ternak akan rebah. Pada penyembelihan dengan sistem
ini diperlukan waktu kurang lebih 3 menit untuk mengikat dan merobohkan
ternak. Pada saat ternak roboh akan menimbulkan rasa sakit karena ternak masih
dalam keadaan sadar.
Pemotongan
Pemotongan dilakukan pada ternak dalam keadaan posisi rebah, ternak
tersebut dipotong dengan menggunakan pisau yang tajam. Pemotongan
dilakukan pada leher bagian bawah, sehingga tenggorokan, vena yugularis dan
arteri carotis terpotong. Menurut Ressang (1962) hewan yang dipotong baru
dianggap mati bila pergerakan-pergerakan anggota tubuhnya dan lain-lain bagian
berhenti. Juru sembelih menguji ternak sudah mati atau belum dengan cara
menepuk pelupuk mata sapi, jika reflek kedip mata tidak terjadi, maka sapi sudah
bisa dikatakan mati. Menurut Soeparno (1994), matinya reflek kedipan mata
menuunjukkan bahwa hewan sudah mengalami mati otak. Tiga saluran yang
harup putus saat penyembelihan adalah saluran nafas (trachea) dan pembuluh
darah (arteri jugularis, dan vena karotis). Cara penjatuhan sapi berpengaruh pada
kwalitas karkas. Sapi yang tidak dijatuhkan dengan benar bisa terjadi memar-
memar pada bebarapa bagian tubuh sehingga menurunkan kualitas karkas.
Sapi yang sudah mati dapat langsung dipisahkan antara kepala dengan
tubuh. Penalian saluran makanan perlu dilakukan agar makanan yang sudah di
rumen tidak keluar kembali dan mengotori karkas. Oleh karena itu setelah ternak
tidak bergerak lagi leher dipotong dan kepala dipisahkan dari badan pada sendi
Occipitoatlantis. Proses berikutnya adalah pengulitan proses pengulitan berjalan
selama 3 menit. setelah pengulitan, rongga perut dibuka, dikeluarkan jerohannya.
Pengeluaran ini memakan waktu 50 detik. Jerohan lalu dimasukkan dalam
ruangan yang berbeda, yaitu ruang jerohan hijau untuk saluran pencernaan dan
ruang jerohan merah untuk jantung, paru-paru, hati, limpa dan ginjal, dalam
ruangan tersebut organ-organ dibersihkan dan diperiksa secara postmortem,
seperti adanya cacing pada hati atau batu ginjal pada ginjal.
Pembelahan karkas di RPH nipah kuning dilakukan dengan menggunakan
pisau tajam dan kapak kecil khusus untuk pemotongan daging, mulai dari tulang
leher, karkas dibelah menjadi dua, sebelah kiri dan kanan. Setelah itu karkas
ditimbang secara sensoris, beratnya mencapai 136,2 kg. Presentase karkas dari
satu tubuh sapi mencapai 40-50%. Karkas lalu masuk ke ruang lain untuk
dipotong-potong sesuai keinginan konsumen. Sebelum dipotong-potong,
seharusnya karkas dilayukan dahulu kurang lebih 8 jam, namun karena konsumen
ingin mendapatkan segera karkasnya, maka proses pelayuan tidak dilakukan.
Pengangkutan biasanya diambil sendiri oleh konsumen atau diantar ke kios-kios.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kunjungan yang telah dilakukan di Rumah Potongan
Hewan (RPH) Pakuning maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses pemotongan ternak di Rumah Potong Hewan (RPH) nipah kuning
masih menggunakan cara tradisional.
2. Proses pemotongan dimulai dari pemeriksaan ternak secara antemortem,
pengistirahatan, pemuasaan, penyiraman air, penyembelihan selama
pengulitan, pengeluaran jerohan, pemeriksaan postmortem, pembelahan
karkas, penimbangan karkas, pemotongan karkas dan pengangkutan
karkas.
3. Pengulitan dan pengeluaran jeroan dilakukan secara manual dengan
menggunakan pisau dan kapak.
4. Ternak yang disembelih merupakan ternak yang sehat dan bebas dari
penyakit.
5. Manfaat Rumah Potong Hewan (RPH) nipah kuning ini bagi masyarakat
adalah menyediakan daging yang ASUH, mampu menyerap tenaga kerja,
serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Pontianak.
DAFTAR PUSTAKA