Anda di halaman 1dari 46

MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM BROILER SISTEM

SEMI CLOSE HOUSE PADA KEMITRAAN PT. SEMESTA


MITRA SEJAHTERA MALANG DI KECAMATAN DAMPIT,
KABUPATEN MALANG

Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang

Oleh:

Daffa Rihhadatul Rizqi 195050107111035


Farizal Baharudin 195050100111154
Sindi Novia Lestari 195050107111042
Lia Safitri 195050101111121
M. Fatih Alauddin A. 195050107111020

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM BROILER SISTEM
SEMI CLOSE HOUSE PADA KEMITRAAN PT. SEMESTA
MITRA SEJAHTERA MALANG DI KECAMATAN DAMPIT,
KABUPATEN MALANG

Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang

Oleh:

Daffa Rihhadatul R 195050107111035


Farizal Baharudin 195050100111154
Sindi Novia Lestari 195050107111042
Lia Safitri 195050101111121
M. Fatih Alauddin A. 195050107111020

Praktek Kerja Lapang ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan Universitas Brawijaya

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022

i
MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM BROILER SISTEM
SEMI CLOSE HOUSE PADA KEMITRAAN PT. SEMESTA
MITRA SEJAHTERA MALANG DI KECAMATAN DAMPIT,
KABUPATEN MALANG

Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang

Oleh:

Daffa Rihhadatul Rizqi 195050107111035


Farizal Baharudin 195050100111154
Sindi Novia Lestari 195050107111042
Lia Safitri 195050101111121
M. Fatih Alauddin A 195050107111020

Mengetahui : Menyetujui :
Ketua Program Studi S1 Dosen Pembimbing
Peternakan

(Dr. Herly Evanuarini,S.Pt., MP.) (Dr. Ir. Hermanto, MP.)


NIP. 197501102008012003 NIP. 196105111987011001
Tanggal: Tanggal:

Mengesahkan :
Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya

(Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS.,


IPU., ASEAN Eng.)
Tanggal:
ii
MAINTENANCE MANAGEMENT OF BROILER SEMI CLOSE HOUSE SYSTEM
PARTNERSHIP PT. SEMESTA MITRA SEJAHTERA MALANG IN DAMPIT
DISTRICT, MALANG REGENCY

Daffa Rihhadatul Rizqi1), Farizal Baharudin1), Sindi Novia Lestari1),


Lia Safitri1), M. Fatih Alauddin A.1) dan Hermanto2)

Student of Faculty Animal Science, University of Brawijaya


1)

Lecturer of Faculty Animal Science, University of Brawijaya


2)

E-mail: daffarr874@gmail.com

ABSTRACT

The Field Work Practice was carried out in Mr. Jefry Ardiansyah's garden in
Jambangan Village, Dampit District, Malang Regency. The Field Work Practice was carried
out for five weeks starting from July 13 – August 16, 2022. The purpose of this Field Work
Practice was to find out the management of broiler chicken rearing in semi-closed house. The
results of the Field Work Practice are expected to improve skills and insights about broiler
rearing management. Data collection methods are observation, interviews and participation.
Field Work Results ranging from explanations of cage preparation, chicken rearing to
harvesting, feeding and final harvesting. Mr. Jeffry's farm is a collaboration with PT. Semesta
Mitra Sejahtera. The location is quite strategic, the DOC used is the Cobb strain with the
trademark CP 707 and has an average weight of 41.6 grams/head. The feed used was S00, S11
and S12G with feeding once a day. Final body weight of 2,000 grams with feed conversion of
1.49 and mortality percentage of 2,31%. Can guarantee that the maintenance of broiler
chickens on Mr. Jeffry's farm is good.
Keywords: broiler, semi close house, CP707, feed, mortality.

iii
MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM BROILER SISTEM SEMI CLOSE HOUSE
PADA KEMITRAAN PT. SEMESTA MITRA SEJAHTERA MALANG DI
KECAMATAN DAMPIT, KABUPATEN MALANG

Daffa Rihhadatul Rizqi1), Farizal Baharudin1), Sindi Novia Lestari1),


Lia Safitri1), M. Fatih Alauddin A.1) dan Hermanto2)

Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya


1)

2)
Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

E-mail: daffarr874@gmail.com

RINGKASAN

Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan di Kandang Ayam Broiler Tipe Semi Close
House yang berlokasi di Dusun Sumber Pucung, Desa Jambangan, Kecamatan Dampit,
Kabupaten Malang yang bermitra pada PT. Semesta Mitra Sejahtera Malang. Kegiatan PKL
dilaksanakan selama lima minggu, dimulai pada tanggal 13 Juli sampai 16 Agustus 2022.
Tujuan dari kegiatan PKL yaitu untuk mengetahui manajemen pemeliharaan ayam broiler
sistem kandang semi closed house meliputi persiapan kandang, chick-in, hingga pemanenan.
Kegiatan PKL dilakukan secara luring untuk mengumpulkan data dan mengamati kejadian di
lapang.
Total populasi ayam broiler sebanyak 10.000 ekor. Strain yang dipelihara yaitu CP
707 yang diproduksi oleh PT. Charoen Pokphand Indonesia. Kegiatan pemeliharaan
dilakukan selama 34 hari dengan bobot badan rata-rata sebesar 1,9-2 kg. Suhu yang
dibutuhkan pada masa brooding yaitu 28-33oC, pada fase starter 26-28oC dan fase finisher 25-
26oC.
Manajemen pemberian pakan di kandang semi close house ini dilakukan setiap hari
dengan frekuensi pemberian sekali dalam satu hari. Waktu pemberian pakan yaitu sore hari
pada pukul 15.00 -16.00 WIB. Pada saat ayam pedaging (broiler) umur 1-10 hari diberikan
pakan dengan tekstur mash. Pada saat ayam berumur 11 hari mulai dilakukan pencampuran
pakan antara tekstur mash dan crumble. Pada saat ayam berumur 12 hari pakan yang
diberikan tekstur crumble. Pada saat ayam berumur 20 hari diberikan pakan bertekstur pellet.
Pemberian cahaya pada ayam broiler tergantung pada manajemen pemeliharaan dan
juga intensitas pemberian. Pencahayaan kandang menggunakan lampu berwarna putih, pada
saat masa brooding menggunakan lampu berjumlah 6 lampu masing-masing kandang atas
maupun bawah. Kisaran intensitas cahaya yang dibutuhkan oleh broiler untuk pertumbuhan
berkisar 2,69 - 53,8 lux. Intensitas cahaya pada kandang semi close house ini pada minggu
pertama saat brooding sekitar 30 - 50 lux tergantung jarak dengan sumber cahaya. Masuk
minggu ke 2 setelah dilakukan pelebaran intensitas cahaya dikurangi mulai ada area dengan
intensitas cahaya 10 lux. Pengaturan ventilasi udara yang baik sehingga mengurangi stres
pada ternak. Sistem ventilasi pada kandang semi close house ini terdiri dari inlet dan outlet.
inlet berfungsi untuk menerima udara bersih dari luar kandang kemudian dibawa masuk ke
iv
dalam kandang. Sedangkan outlet berfungsi untuk mengeluarkan gas karbondioksida dan
amonia yang ada di dalam kandang.
Kegiatan penutup dalam satu periode pemeliharaan yaitu dilakukan penjarangan dan
pemanenan. Penjarangan sendiri yaitu mengeluarkan ayam dengan bobot lebih kecil sekitar
1,5 kg. Tujuan dilakukannya penjarangan untuk mengurangi jumlah ayam dalam kandang
agar kandang tidak terlalu padat sehingga pertumbuhan bobot badan ayam meningkat,
kegiatan penjarangan dilakukan pada umur 26 hari. Pemanenan dilakukan pada umur 33 dan
34 hari. Diketahui mortalitas selama satu periode pemeliharaan 2,31%, FCR atau Feed
Convertion Ratio sebesar 1,49 dan IP (Index Perforamce) 373,43 dengan demikian diketahui
bahwa manajemen pemeliharaan ayam broiler di kandang semi close house baik

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, sehingga dapat
menyelesaikan Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang berjudul “Manajemen
Pemeliharaan Ayam Broiler Sistem Semi Close House Pada Kemitraan PT. Semesta Mitra
Sejahtera Malang Di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang” dengan baik. Oleh karena itu,
dalam kesempatan penulis juga sangat berterima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS., IPU., ASEAN Eng. selaku Dekan Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya.
2. Dr. Herly Evanuarini, S. Pt., MP. Selaku ketua Program Studi Peternakan yang telah
banyak membina proses kelancaran studi.
3. Dr. Ir. Hermanto, MP. selaku pembimbing PKL yang telah memberikan bimbingan
dan mengarahkan serta memberi saran dalam pelaksanaan maupun penyusunan
laporan PKL dengan baik.
4. Dr. Ir. Eny Sri Widyastuti selaku penguji PKL yang telah memberikan masukan dan
saran terhadap perbaikan dalam penulisan laporan
5. Bapak Bimo Yudo Setyawan selaku kepala sub area 3, Bapak Rahmat Hidayat selaku
kepala cabang Malang dan Bapak Reno selaku Technical Service (TS) PT. Semesta
Mitra Sejahtera Malang.
6. Bapak Jefry selaku pemilik kandang semi close house dan Bapak Rangga selaku anak
buah kandang.
7. Semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
PKL dengan baik.

Untuk evaluasi dalam penulisan laporan PKL ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun. Semoga laporan Praktek Kerja Lapang ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Malang, Oktober 2022

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Isi Halaman

HALAMAN SAMPUL.................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................... ii
ABSTRAK..................................................................................................................... iii
RINGKASAN................................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR................................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN............................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 2
1.3 Tujuan.............................................................................................................. 2
1.4 Kegunaan......................................................................................................... 2
1.5 Target Luaran.................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Ayam Pedaging (Broiler)................................................................................ 3
2.2 Bibit................................................................................................................. 3
2.3 Perkandangan.................................................................................................. 4
2.4 Manajemen Chick-in....................................................................................... 5
2.5 Pemberian Pakan dan Air Minum................................................................... 6
2.6 Pemanenan....................................................................................................... 7

BAB III METODE KEGIATAN


3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan............................................................................ 8
3.2 Khalayak Sasaran............................................................................................ 8
3.3 Metode Kegiatan............................................................................................. 8
3.4 Variabel Pengamatan....................................................................................... 8
3.5 Analisis Data................................................................................................... 8
3.6 Batasan Istilah................................................................................................. 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Keadaan Umum PT. Semesta Mitra Sejahtera................................................ 10
vii
4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan.............................................................. 10
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan............................................................. 10
4.1.3 Keadaan Umum Lokasi Peternakan...................................................... 11
4.2 Bibit................................................................................................................. 12
4.3 Perkandangan.................................................................................................. 13
4.3.1 Tipe Kandang........................................................................................ 13
4.3.2 Peralatan Kandang................................................................................. 14
4.4 Manajemen Chick-in....................................................................................... 14
4.5 Pemmberian Pakan dan Air Minum................................................................ 16
4.5.1 Pemberian Pakan................................................................................... 16
4.5.2 Pertambahan Bobot Badan.................................................................... 18
4.5.3 Pemberian Air Minum........................................................................... 19
4.6 Seleksi.............................................................................................................. 19
4.7 Pemanenan ...................................................................................................... 20
4.7.1 Feed Convertion Ratio (FCR)............................................................... 21
4.7.2 Feed Intake............................................................................................ 22
4.7.3 Mortalitas............................................................................................... 23
4.7.4 Index Performance................................................................................ 24

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan...................................................................................................... 26
5.2 Saran................................................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 27
LAMPIRAN................................................................................................................... 30

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Persyaratan Umum Untuk DOC................................................................................. 4


2. Ukuran Kepadatan Kandang....................................................................................... 5
3. Temperatur yang Dibutuhkan DOC pada Masa Brooding......................................... 6
4. Total Pemberian Pakan Setiap Hari............................................................................ 17
5. Rata-rata Bobot Badan Ayam Mingguan.................................................................... 18
6. Rata-rata PBB, Mortalitas, Jumlah Pakan................................................................... 21

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Denah Lokasi Kandang Semi Close House................................................................ 11


2. Kode Box DOC........................................................................................................... 12
3. Peralatan Kandang...................................................................................................... 14
4. Area Brooding............................................................................................................. 15
5. Kegiatan Penjarangan dan Pemanenan....................................................................... 20

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pertumbuhan Bobot Badan Ayam Broiler di Peternakan Bapak Jefry....................... 29


2. Program Obat dan Vitamin......................................................................................... 30
3. Dokumentasi............................................................................................................... 31

xi
DAFTAR SINGKATAN

FCR : Feed Convertion Ratio


IP : Index Performance
DOC : Day Old Chick
FI : Feed Intake
m : meter
BB : Bobot Badan
PBB : Pertambahan Bobot Badan
RPA : Rumah Potong Ayam
TS : Technical Service

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Perusahaan peternakan merupakan suatu usaha pada sektor pertanian yang


berkembang pesat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia. Peran
perusahaan peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan pangan terutama
daging sebagai penyedia protein hewani, dikarenakan konsumsi daging di Indonesia
masih sangat rendah dapat ditingkatkan. Selain itu, daging ayam sangat diminati karena
harga yang ditawarkan lebih murah dibandingkan dengan daging sapi, hal tersebut
ditandai dengan banyaknya perusahaan di bidang perunggasan mulai dari pembibitan,
perusahaan pakan dan obat-obatan, sampai perusahaan pengolahan hasil ternak.
Kemajuan perunggasan di Indonesia menjadikan perusahaan berlomba-lomba dalam
meningkatkan hasil produksi baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Broiler merupakan jenis ayam yang ras pedaging unggul yang merupakan hasil
persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktivitas tinggi. Menurut Woro,
Atmomarsono, dan Muryani (2019) pertumbuhan badan broiler sangat cepat dan bobot
badan yang diperoleh tinggi dalam waktu relatif pendek yaitu umur 4-5 minggu dapat
mencapai bobot badan 1,2 -1,9 kg. Keberhasilan produksi ayam pedaging dilihat pada
penampilan ayam broiler yang diukur melalui mortalitas, konsumsi pakan, bobot badan
akhir. FCR (Feed Convertion Ratio) atau rasio konversi pakan maupun Index
Performance (IP). Agar performans ayam broiler optimal maka faktor–faktor yang
mempengaruhi meliputi bibit, pakan, dan manajemen harus diperhatikan. Faktor
manajemen ditentukan oleh perkandangan. Pada pemeliharaan intensif, kandang
merupakan peran penting untuk menentukan keberhasilan usaha peternakan ayam broiler
(Nuryati, 2019).

Usaha peternakan ayam pedaging dengan pola kemitraan sudah banyak


diterapkan di Jawa Timur, terutama di Kecamatan Dampit. Salah satu mitra yang banyak
di pilih yaitu PT. Semesta Mitra Sejahtera yang termasuk bagian dari PT. Charoen
Pokphan Indonesia, Tbk. Banyaknya lahan yang masih belum termanfaatkan dengan baik
menjadikan masyarakat di Kecamatan Dampit memilih mendirikan kandang broiler
sebagai usaha sampingan di bidang perunggasan. Sistem yang dilakukan yaitu peternak
menyediakan lahan dan kandang sedangkan DOC (Day Old Chick), vitamin dan obat, dan
pakan akan di suplai oleh mitra. Hasil panen nantinya juga akan diambil oleh mitra
dengan perjanjian atau kontrak harga. Apabila harga ayam tinggi maka peternak akan
mendapatkan bonus, sedangkan apabila harga ayam rendah akan dibeli oleh mitra sesuai
dengan harga kontrak awal.

Peternakan ayam broiler pada kandang dengan tipe semi close house merupakan
milik Pak Jefry yang bermitra di PT. Semesta Mitra Sejahtera Malang dengan kandang
berlokasi di Dusun Sumber Pucung, Desa Jambangan, Kecamatan Dampit, Kabupaten

1
Malang. Populasi pada peternakan broiler tersebut berjumlah 10.000 dengan model
kandang bertingkat. Peternakan tersebut mulai beroprasi pada tahun 2021. Berdasarkan
uraian diatas maka melalui kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di peternakan milik
Bapak Jefry Ardiansyah yang bermitra dengan PT. Semesta Mitra Sejahtera ini,
diharapkan dapat mengetahui manajemen pemeliharaan ayam broiler mulai dari DOC
masuk sampai panen secara langsung di lapang.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari kegiatan PKL adalah bagaimana manajemen


pemeliharaan ayam broiler sistem kandang semi close house di Desa Jambangan,
Kecamatan Dampit dengan pola kemitraan pada PT. Semesta Mitra Sejahtera Malang?

1.3 Tujuan

Tujuan dari kegiatan PKL ini adalah untuk mengetahui manajemen pemeliharaan
ayam broiler sistem kandang semi closed house yang bermitra pada PT. Semesta Mitra
Sejahtera Malang meliputi persiapan kandang, chick-in, hingga pemanenan.

1.4 Kegunaan

Laporan dari kegiatan PKL ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak yang dapat
digunakan sebagai sarana informasi bagi peternak dan perusahaan mengenai manajemen
pemeliharaan broiler mulai dari chick-in hingga panen serta menjadi sumber referensi
bagi mahasiswa terkait pemeliharaan ayam broiler di kandang Semi Closed House yang
bermitra pada PT. Semesta Mitra Sejahtera Malang.

1.5 Target Luaran

Target luaran yang diharapkan pada Praktek Kerja Lapangan ini adalah agar dapat
mengetahui manajemen pemeliharaan ayam pedaging di kandang Semi Closed House
yang bermitra pada PT. Semesta Mitra Sejahtera, Singosari, Malang, Jawa Timur.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Pedaging (Broiler)

Ayam pedaging merupakan ayam ras tipe pedaging yang biasa disebut dengan
Broiler. Broiler dihasilkan dari persilangan ayam ras unggul antara bangsa-bangsa ayam
yang memiliki produktivitas tinggi dalam menghasilkan daging. Broiler dapat
dikelompokkan sebagai ayam tipe berat karena memiliki bobot badan yang cukup tinggi.
Selain itu, ayam pedaging juga memiliki sifat yang cepat tumbuh (Muharlien, Sudjarwo,
Hermiati, dan Setyo. 2017). Broiler dipelihara untuk menghasilkan daging dalam jangka
waktu yang singkat yaitu 21-35 hari pemeliharaan (Mistiani, Kamil dan Rusmana. 2020).
Ayam broiler biasa dipasarkan pada bobot hidup mulai dari 1,3-1,6 bahkan 2 kg per ekor.
Broiler juga termasuk dalam penyedia protein hewani. Selain itu, permintaan daging
broiler juga semakin meningkat dikarenakan harganya lebih murah dibandingkan dengan
daging sapi (Ratnasari, Sarengat dan Setiadi. 2015).

Broiler memiliki ciri yang khas yakni pertumbuhan yang cepat sekitar 5-6
minggu pemeliharaan. Broiler juga memiliki ciri-ciri yang umum diantaranya kerangka
tubuh yang besar, pertambahan bobot badan cepat, pertumbuhan bulu cepat dan efisien
dalam mengubah pakan atau ransum menjadi daging. Pertambahan bobot badan yang
cepat pada ayam pedaging ditunjang dengan pemberian pakan yang baik sehingga broiler
dapat dipanen dalam usia relatif muda dengan kualitas dagingnya yang baik (Mahardika,
Savitri dan Rusdianto. 2019). Daging yang dihasilkan juga empuk sehingga banyak
disukai masyarakat. Untuk mencapai produksi yang optimal maka pemeliharaan broiler
harus baik. Faktor yang mempengaruhi performans ayam broiler secara optimal yaitu
bibit, pakan, dan manajemen atau pengelolaan (Nuryati. 2019).

Broiler memiliki beberapa jenis strain. Strain yang paling populer di Indonesia
yaitu Ross, Hybro, dan Cobb. Strain Ross dikembangkan agar memiliki rasio konsumsi
pakan efisien, pertumbuhan cepat, daya tahan tubuh baik, perkembangannya fokus agar
memiliki kaki kuat yang digunakan untuk menopang bobot badan yang besar. Strain
Hybro fokus pada ketahanan daya hidup agar performa ayam daerah tropis baik dan tahan
terhadap penyakit serta pengembangan genetic pada hasil karkas. Strain Cobb merupakan
strain yang banyak dikembangkan, fokus pengembangan strain ini agar performa ayam
baik dari pemberian pakan sehingga menghasilkan daging yang berkualitas (Tasidjawa,
Saputro dan Suwanto. 2018).

2.2 Bibit

Bibit ayam pedaging biasa disebut sebagai Day Old Chicks (DOC). DOC
merupakan anak ayam usia sehari atau harian yang diperdagangkan secara komersial,
DOC ayam broiler dibudidayakan oleh peternak untuk menghasilkan daging ayam. Bibit
mempunyai kontribusi sampai 20% dalam keberhasilan manajemen pemeliharaan ayam
broiler, sehingga perlu mendapatkan perhatian dari para peternak karena bibit yang baik
3
ditunjang dengan manajemen yang baik pula akan mendapatkan hasil yang maksimal
(Indarto, 2009).

Tabel 1. Persyaratan umum untuk DOC:


Persyaratan Umum DOC
Berasal dari bibit ayam ras hasil produksi pembibitan ayam bobot induk (parent
stock) yang memenuhi syarat sesuai ketentuan yang berlaku untuk tipe pedaging.
Bobot DOC/kuri per ekor minimal 37 gram.
Kondisi fisik sehat, kaki normal dan dapat berdiri tegak, paruh normal, tampak segar
dan aktif, tidak dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan tidak ada cacat fisik, sekitar
dubur kering dan pusar tertutup.
Warna bulu seragam sesuai dengan warna galur (strain) dan kondisi bulu kering dan
berkembang.
Jaminan kematian DOC/kuri makksimal 2%
Sumber: SNI, 2005.

2.3 Perkandangan

Sebelum dilakukan pemeliharaan selama satu periode, harus dilakukan cek


kondisi kandang untuk memastikan bahwa kandang benar-benar siap menerima
kedatangan DOC hingga pemanenan (satu periode pemeliharaan broiler). Tujuan
dilakukan cek kondisi kandang agar selama satu periode pemeliharaan ayam tidak
mengalami kendala atau gangguan produksi yang disebabkan oleh kerusakan kandang
maupun peralatan seperti lantai, atap, tirai, tempat pakan dan minum, serta sarana
penunjang yang lain. Setelah dilakukan cek kondisi kandang selanjutnya dilakukan
persiapan DOC-in (Sudjarwo, Muharlien, Hamiyanti, Prayogi dan Yulianti. 2019).

Tahapan dalam mempersiapkan kedatangan DOC meliputi pembersihan kandang


dan peralatan dengan cara mengeluarkan peralatan produksi (tempat pakan dan tempat
minum) dari dalam kandang, kemudian mengeluarkan sekam yang tercampur dengan
kotoran dan bulu ayam yang tertinggal, selanjutnya kotoran yang menempel pada
peralatan produksi dibersihkan menggunakan desinfektan, dinding dan lantai kandang
dibersihkan dengan air yang mengalir, atap kandang dibersihkan agar sarang laba-laba
yang menjadi inang bagi patogen hilang. Setelah kandang bersih dan kering dilakukan
pemberian kapur pada lantai dan dinding kandang yang bertujuan untuk menekan
pertumbuhan mikroorganisme. Setelah penaburan kapur dilanjutkan dengan penataan
litter dan peralatan produksi seperti tempat pakan dan tempat minum, tahap selanjutnya
yaitu mengatur brooder atau pemanas dalam kandang. Setelah semua peralatan sudah
berada dalam kandang selanjutnya dilakukan suci hama kandang dengan fumigasi
menggunakan formalin. Tahap terakhir yaitu dilakukan pengistirahatan kandang selama
3-7 hari agar proses fumigasi optimal, apabila istirahat kandang lebih dari satu minggu
ditakutkan patogen akan masuk, apabila kurang dari 3 hari ditakutkan ayam akan
menghirup zat kimia dari fumigasi sehingga rawan terjadi iritasi (Sudjarwo, dkk. 2019).

2.4 Manajemen Chick-In


4
Pada saat DOC datang brooder harus sudah dipasang dan siap digunakan,
memastikan litter rata dengan ketebalan 5-7 cm, dilakukan pemasangan chick guard atau
sekat. Model penataan chick guard bisa melingkar atau berbentuk persegi serta
penyebaran panas dari alat pemanas harus merata. Luas chick guard harus sesuai dengan
kepadatan ayam pada umur satu hari dengan dilakukan pelebaran setiap hari sesuai
standar pemeliharaan yang telah ditetapkan yang disajikan pada tabel 2. Dilanjutkan
dengan peletakan sumber pemanas dalam area brooder, peletakan tempat pakan dan
tempat minum, pemberian alas diatas litter. Alas berupa kertas karton atau koran. Tujuan
pemberian alas agar mudah dalam pembersihan kotoran DOC dan menjamin keamanan
kaki DOC dari litter yang tajam. Pemberian alas dari kertas karton atau koran sebaiknya
sebanyak 7 lapis dengan pengambilan kertas setiap hari sehingga setiap hari anak ayam
akan berada pada lapis kertas yang bersih. Sebelum DOC datang pemanas harus diatur
disesuaikan dengan kebutuhan suhu DOC, penyesuaian suhu di area brooder sebaiknya
dilakukan minimal 2 jam sebelum DOC datang (Sudjarwo, dkk. 2019).

Tabel 2. Ukuran Kepadatan Kandang


Umur (hari) Jumlah Ayam (ekor/m2)
1-3 50-70
4-6 40-60
7-9 30-50
10-12 20-40
13-15 10-30
16-19 20
>20 10
Sumber: Cobb Vantress (2018) dalam Sudjarwo, dkk. (2019)

Periode pemanasan merupakan awal masa pemeliharaan ayam dengan temperatur


lingkungan sekitar ayam harus selalu hangat sepanjang hari. Periode ini sangat
menentukan tingkat keberhasilan pemeliharaan ayam. Secara alami, DOC akan dierami
oleh induknya. Namun di peternakan DOC diberi kehangatan menggunakan alat pemanas
buatan (brooder). Periode ini merupakan masa paling kritis dalam siklus kehidupan ayam
karena DOC mengalami proses adaptasi dengan lingkungan baru (Fadilah, 2013). Masa
brooding adalah masa yang sangat sensitif bagi perkembangan DOC, terutama
perkembangan organ-organ internalnya. Menurut Mulyanto dan Isman (2008) bahwa
selama tujuh haripasca menetas, ayam akan mengembangkan beberapa organ internalnya
seperti paru-paru, hati, pancreas dan lainnya. Untuk mendukung perkembangan optimal
dari organ tersebut maka suhu pada saat brooding harus benar-benar terkontrol sehingga
perkembangan organ-organ tubuhnya tidak terganggu. Ada dua sensor syaraf yang aktif
saat DOC menetas, yaitu sensor syaraf dibagian mulut dan telapak kaki ayam. Sensor
syaraf ini harus selalu menerima temperature yang hangat karena pada periode ini system
pengaturan temperature tubuh ayam (thermoregulator) belum berfungsi. Adapun
temperatur yang dibutuhankan oleh DOC selama masa brooding disajikan pada tabel 3..

5
Tabel 3. Temperatur yang dibutuhkan oleh DOC selama masa brooding
Umur (hari) Temperatur (oC)
0-3 32-35
4-7 29-34
8-14 27-31
15-21 25-17
Sumber: Arifien, 2002.

Menentukan temperatur yang ideal bisa dilakukan dengan cara memperhatikan


tingkah laku DOC. Apabila suhu brooding pada umur 0-3 dibawah 32-35 mengakibatkan
suhu yang terlalu dingin akan membuat ayam bergerombol mendekati brooder dan malas
beraktifitas termasuk makan dan minum. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan ayam
terhambat.

2.5 Pemberian Pakan dan Air Minum

Ayam broiler setelah masuk lokasi brooding harus segera diberi pakan bersamaan
dengan pemberian minum. Pakan diberikan secara ad libitum terutama pada tujuh hari
pertama. System ad libitum artinya pakan harus selalu ada dalam wadah pakan. Pemberian
pakan secara ad libitum memungkinkan feed intake tercapai karena ayam makan kapan
saja. Pakan yang diberikan berupa pakan jenis starter dengan kandungan protein 21-24%.

Kandungan protein dalam pakan ayam broiler sangatlah penting. Kekurangan


protein akan menyebabkan pertumbuhan anak yam terganggu. Manfaat protein pada ayam
broiler berperan dalam pembentukan jaringan tubuh yang baru. Kandungan protein dalam
pakan dikurangi seiring dengan masa pertumbuhan ayam, karena untuk mengurangi resiko
memburuknya kondisi alas kandang (litter) dan ekskresi nitrogen melalui kotoran yang
dihasilkan ayam.

Konsumsi pakan (feed intake/FI) pada minggu pertama harus melebihi standart
minimal 165g/ekor. Guna menunjang proses perbanyakan sel (hyperplasia) dalam tubuh
ayam. Bobot minggu pertama minimal mencapai 4-4,5 kali lipat dari berat DOC.
Pemberian pakan sedikit demi sedikit tetapi sesering mungkin sangat dianjurkan.

Konversi pakan (Feed Conversion Ratio/FCR) adalah pembagian antara berat


badan yang dicapai pada minggu berlangsung dengan konsumsi ransum pada minggu
tersebut. Terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk menekan angka FCR, yaitu:
1. Aspek yang berkaitan langsung dengan pakan, penanganan dan pemberian pakan
meliputi (penimbangan pakan, manajemen penyimpanan pakan serta rasio tempat
pakan dan minum).
2. Aspek yang berkaitan dengan kesehatan dan kondisi ayam meliputi (pemberian
vitamin, probiotik dan sterilisasi air minum).
3. Aspek yang berkaitan dengan lingkungan peternakan meliputi (sanitasi, isolasi dan
lalu lintas manusia dan kendaraan).

2.6 Pemanenan
6
Proses pemanenan merupakan proses akhir dari proses pemeliharaan broiler untuk
sampai kepada pembeli broiler. Proses pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati dan
dilakukan oleh tenaga kerja yang memiliki kemampuan di bagiannya. Hal yang harus
dilakukan pada saat akan dilakukan pemanenan adalah mempersiapkan peralatan seperti
timbangan dan tenaga kerja panen. Biasanya pengepul mengambil sendiri ayam ke
peternakan, dan pemilik peternakan akan bekerja mengontrol prosesnya. Saat peralatan
yang dibutuhkan untuk pemanenan sudah disediakan penimbangan dilakukan sekitar per
20 ekor ayam dengan menggunakan keranjang sebagai tempat menimbang (Irhais,
Kusmayadi dan Rostwentivaivi, 2019).

Pemanenan pada ayam pedaging atau broiler biasanya dilakukan antara umur 32-
35 hari atau saat mencapai bobot badan 1,1-2 kg. Umumnya pemanenan broiler
disesuaikan dengan permintaan mitra dan selera konsumen, dan biasanya rata-rata bobot
hidup yang dikehendaki antara 1,1-2 kg. Ayam broiler dipanen rata-rata pada umur 33 hari
dengan bobot rata-rata 1,81 kg. Dengan pemasaran dilakukan sepenuhnya oleh pihak inti
atau kemitraan sesuai dengan kontrak yang telah disetujui oleh kedua belah pihak bahwa
hasil produksi akan dibeli oleh pihak inti (Annisa, Marzuki dan Roessali, 2015).

Broiler siap dipanen antara umur 33-38 hari. Pemanenan biasanya dilakukan
selama kurang lebih 2 hari. Peternak biasanya melakukan pemanenan rata-rata pada umur
35 hari. Peternak biasanya akan memberikan kabar kepada inti kemitraan apabila ayam
sudah siap untuk dipanen. Kegiatan pemanenan biasanya dilakukan pada sore hingga
malam hari selama 2 hari. Ayam yang akan dipanen biasanya dipuasakan selama 8-10 jam
supaya ayam tidak stress saat dilakukan pemanenan, proses pemanenan ayam dilakukan
dengan ayam diambil lalu ditimbang bobotnya kemudian dimasukkan kedalam keranjang
ayam (Mulyaningsih, Prastiwi dan Sarengat, 2019)

7
BAB III
METODE KEGIATAN

3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan selama lima minggu pada
tanggal 13 Juli sampai 16 Agustus 2022 di kandang Semi Closed House yang berlokasi di
Dusun Sumber Pucung, Desa Jambangan, Kec. Dampit, Kab. Malang yang bermitra pada
PT. Semesta Mitra Sejahtera Malang.

3.2 Khalayak Sasaran

Sasaran kegiatan PKL yaitu kepala PT. Semesta Mitra Sejahtera, kepala cabang
Malang, Bapak Jefry Ardiansyah selaku pemilik kandang dan semua pihak yang terlibat
dalam Manajemen Pemeliharaan Broiler pada kandang Semi Closed House yang bermitra
pada PT. Semesta Mitra Sejahtera Malang.

3.3 Metode Kegiatan

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini adalah
magang kerja dengan mengikuti semua kegiatan yang dilakukan di Peternakan Ayam
Broiler dengan sistem pemeliharaan di kandang semi close house. Untuk menunjang
penulisan laporan PKL ini dilakukan pengumpulan data dengan cara pengamatan
langsung dan pengumpulan semua informasi yang berkaitan dengan manajemen
perkandangan semi close house ayam broiler. Pengambilan data dilakukan dengan cara
observasi, wawancara dan partisipasi. Observasi dilakukan dengan mengamati secara
langsung objek penelitian. Wawancara dilakukan dengan tanya jawab terhadap karyawan
dan pemilik usaha. Partisipasi dilakukan dengan ikut serta dalam melakukan segala aspek
yang berkaitan dengan manajemen pemeliharaan ayam broiler.

3.4 Variabel Pengamatan.

Variabel yang akan diamati dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang adalah
manajemen pemeliharaan ayam broiler yang meliputi:

1. Kondisi kandang Broiler


2. Manajemen chick-in
3. Manajemen Pemeliharaan Broiler mulai dari fase starter hingga fase finisher
4. Pemanenan
5. Sanitasi dan Biosecurity

3.5 Analisis Data

Hasil yang diperoleh dari kegiatan Praktek Kerja Lapang akan dianalisis secara
deskriptif yakni dengan menggambarkan atau menjelaskan situasi objek pengamatan dari

8
data-data yang diperoleh dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang, kemudian dibandingkan
dengan teori menggunakan studi literatur.

3.6 Batasan Istilah


a. Broiler adalah ayam ras yang mempunyai produktivitas tinggi dalam menghasilkan
daging.
b. DOC (Day Old Chick) adalah ayam pedaging dengan umur kurang dari 10 hari.
c. Chick-in adalah masuknya DOC ke dalam kandang pemeliharaan.
d. FCR (Food Conversion Ratio) adalah perbandingan pemberian jumlah pakan terhadap
bobot badan broiler.
e. Mortalitas adalah jumlah kematian akibat penyakit tertentu maupun kematian alami
dalam suatu populasi.
f. IP (Indeks Performans) adalah perhitungan keberhasilan pemeliharaan setiap periode
ayam broiler.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum PT. Semesta Mitra Sejahtera


4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan
PT Semesta Mitra Sejahtera yang memulai usahanya pada tahun 2002 telah
memiliki peternak yang tersebar di beberapa wilayah Jawa Timur diantaranya yaitu
Lamongan, Gresik, Malang, Jombang, Pare dan Magetan dengan jumlah peternak
sebanyak 410 peternak plasma, serta pemasaran diwilayah Jawa Timur, Jawa Tengah dan
Jawa Barat. PT Semesta Mitra Sejahtera merupakan perusahaan peternakan pullet dengan
sistem pola inti plasma yang mana PT Semesta Mitra Sejahtera bertindak sebagai inti dan
peternak sebagai plasma. Bertindak sebagai inti, PT Semesta Mitra Sejahtera memiliki
kewajiban untuk memberikan bimbingan serta arahan kepada para peternak, menyediakan
pullet, menyediakan pakan, menyediakan vaksin dan obat – obatan, melakukan kontrol,
menangani panen dan pemasarannya.
Diharapkan dengan adanya pola kemitraan ini, para peternak yang kekurangan
dalam hal modal atau dana untuk mendirikan usaha peternakan pullet, para peternak masih
bisa mendirikan usahanya dengan bekerjasama dengan PT Semesta Mitra Sejahtera.
Dalam hal ini PT Semesta Mitra 42 Sejahtera dapat menyanggupi pembelian pakan oleh
peternak dengan pembayaran diakhir panen. Dengan begitu ekonomi para peternak dapat
meningkat dan perusahaan juga dapat menjamin kelancaran proses penjualan pakan ternak
yang dijualnya.

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Fungsi dan wewenang masing-masing pengelola peternakan ayam broiler di PT.


Semesta Mitra Sejahtera Malang, sebagai berikut:

1. Kepala Cabang: memimpin, merencanakan dan memutuskan segala sesuatu yang


berhubungan dengan peternakan didalam kemitraan.
2. Technical Services: memberikan penyuluhan secara langsung pada peternak dilapang.
3. Marketing: untuk memasarkan hasil panen dari para peternak.
4. Bagian Umum: membuat laporan, proposal dan menerima tamu dari luar instansi.
5. Kasir: mencatat semua pengeluaran dan pemasukan yang berkaitan dengan produksi.
6. Sub Bagian Pakan: bertugas dalam pengadaan pakan.
7. Sub Bagian Penimbangan dan Pemasaran: menimbang ayam pada saat pemanenan
berlangsung dan memasarkan hasil panen.
8. Kepala Kandang: mengkoordinir kebutuhan ayam yang berhubungan dengan
kesehatan, pakan dan penimbangan ayam saat panen.
9. Anak Kandang: memberi pakan, air minum, vitamin dan obat antibiotik pada ayam.

10
4.1.3 Keadaan Umum Lokasi Peternakan

Lokasi kandang yang digunakan untuk Praktek Kerja Lapang adalah kandang
milik Bapak Jefry Ardiansyah yang bermitra di PT. Semesta Mitra Sejahtera Malang
dibawah naungan PT. Charoen Pokphand Indonesia. Pemeliharaan di peternakan milik
Bapak Jefry Ardiansyah mulai beroprasi dari tahun 2021 yang berlokasikan di Sumber
Pucung, Desa Jambangan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Bapak Jefry sebagai
pemilik kandang bertugas melakukan pengadaan sarana prasarana kandang dan seluruh
peralatan kandang termasuk mempekerjakan dua orang sebagai anak kandang, yang
bertugas mentiapkan segala prasarana dan sarana kandang mulai dari persiapan
kandang, proses pemeliharaan dan pembersihan pasca panen. PT. Semesta Mitra
Sejahtera Malang selaku plasma bertugas untuk menyediakan DOC, vitamin, obat-
obatan dan pakan selama proses pemeliharaan, melakukan pengawasan pada saat proses
pemeliharaan dan pemasaran serta menyediakan tenaga kerja seperti Technical Service
sebagai jasa konsultasi.

Populasi ayam yang dipelihara pada peternakan milik Bapak Jefry sebanyak
10.000 ekor yang dipelihara pada sebuah kandang bertipe semi close house bertingkat.
Mempunyai luas 400 m2 dengan rincian panjang 40 m, lebar 10 m dan ketinggian 2 m.
Di samping kandang juga terdapat gudang yang digunakan sebagai tempat menyimpan
pakan, vitamin, obat-obatan, dan peralatan kandang menyatu dengan tempat tinggal
anak buah kandang. Ukuran gudang dan tempat tinggal anak buah kandang dengan luas
8 x 6 m. Adapun denah peternakan ayam broiler semi close house milik Bapak Jefry
seperti pada gambar 1.

E
F

C
B
G H

Gambar 1. Denah Lokasi Kandang Semi Close House

11
Keterangan:
A: Kandang semi close house 2 tingkat
B: Tempat tinggal abk
C: Gudang
D: Tempat menyimpan sekam
E: Tempat tandon air
F: Kamar Mandi
G: Halaman Kandang
H: Jalan Menuju kandang

4.2 Bibit

Bibit ayam broiler yang digunakan pada peternakan Bapak Jefry diproduksi oleh PT.
Charoen Pokphand. Strain bibit yang digunakan ialah CP 707 yang dipasarkan pada kode
produksi 5333681120. DOC yang didatangkan berjumlah 10.000 ekor yang terbagi ke
dalam 100 kotak/box DOC sehingga setiap kotak berisi 100 ekor DOC. Pada saat
dimasukkan kedalam kandang (chick in), kandang lantai atas diisi DOC sejumlah 5.000
ekor yang terbagi menjadi 2 brooder atau 2.500 ekor/brooder. Pada kandang bawah juga
sama seperti di kandang atas. Untuk mengetahui strain bibit dan bobot badan DOC dapat
dilihat pada kode box seperti pada gambar 2.

Gambar 2. Kode Box DOC

Kondisi DOC pada saat datang sehat, mata cerah, bulu kering dan berwarna kuning.
Sebelum DOC ditumpahkan dari box dilakukan sampling dengan cara ditimbang
sebanyak 10 ekor DOC setiap box, penimbangan dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali
dengan box yang berbeda. Pada box 1 didapatkan (Bobot Badan) BB rata-rata 43 gram,
box 2 didapatkan BB rata-rata 41 gram, box 3 didapatkan BB rata-rata 41,5 gram dan BB
rata-rata pada box ke 4 yaitu 41 gram. Sehingga didapatkan rata-rata BB DOC yaitu 41,6
gram, sesuai dengan BB yang tercantum di kode box yaitu Berat DOC + 37 gram.

Berdasarkan persyaratan umum bibit ayam broiler umur satu hari yang tertera dalam
SNI tahun 2005. Ciri-ciri DOC yang baik berat minimal 37 gram/ekor, kondisi fisik baik,
kaki normal dan dapat berdiri tegak, paruh normal, tampak segar dan aktif, tidak cacat
fisik, bulu tidak basah dan tidak rontok, sekitar pusar dan dubur kering. DOC yang datang

12
pada umur satu hari biasanya diistirahatkan terlebih dahulu untuk menghindari stress
selama perjalanan. Kemudian DOC diberikan air minum dan pakan sehingga DOC dapat
berkembang biak (Arifien, 2002). Berdasarkan hasil pengamatan pada saat PKL dan
dibandingkan dengan pendapat Ariefin, bibit yang diperoleh dari mitra tergolong baik
karena memiliki BB rata-rata 41,6 gram/ekor dengan kondisi sehat, aktif dan bulu
berwarna kuning.

4.3 Perkandangan
4.3.1 Tipe Kandang
Kandang semi close house merupakan modifikasi dari kandang open house menuju
ke tahap kandang close house, tipe kandang tersebut banyak dipilih oleh peternak
dikarenakan biaya yang dibutuhkan relatif lebih murah dibandingkan dengan tipe close
house, sebagian bangunan kandang berasal dari kandang open yang dimodifikasi menjadi
kandang sistem tertutup (Setianto, Ismoyowati, Aunurrohman, dan Armelia. 2021). Tipe
kandang milik Bapak Jefry menggunakan sistem semi close house berukuran 40x10 m2.
Kandang ini terbagi menjadi dua lantai, yaitu kandang lantai atas dan kandang lantai
bawah. Sistem kandang tertutup ini memiliki keunggulan yaitu memudahkan
pengawasan, suhu dan kelembapannya mudah diatur, pengaturan cahaya harus sesuai dan
mempunyai ventilasi yang baik (menggunakan blower dan cooling pad). Akan tetapi
pengaturan suhu dan kelembapan perlu dijaga secara terus menerus dikarenakan alat yang
digunakan masih manual yaitu menggunakan inferter.
Density merupakan kepadatan kandang ayam, kepadatan yang terlalu tinggi
memiliki efek negatif yaitu terjadi peningkatan suhu dan kelembapan serta sirkulasi udara
menjadi buruk. Selain itu, kandang yang terlalu padat dapat mengakibatkan stress pada
ayam (Dato, Astiti, dan Rukmini. 2019). Diketahui kandang semi close house ini
memiliki ukuran 40x10 m2 dengan 2 lantai. Jika tiap lantai diisi dengan populasi 5000
ekor masing-masing lantai maka untuk mengetahui kepadatannya dihitung dengan cara:
Density = Jumlah populasi/luas kandang
= 5000/10x40
= 12,5 ekor/m2/lantai

Kepadatan kandang Pak Jefry tiap lantainya diketahui sebesar 12,5 ekor/m2
sedangkan kepadatan kandang optimumnya 8 ekor/m2 (Dato, dkk. 2019). Idealnya
kandang Pak Jefry perlantainya harus diisi dengan ayam berjumlah 3.200 ekor saja. Agar
pemeliharaan broiler efisien dan memanfaatkan kandang yang tersisa pada saat masa
brooding maka kandang semi close house ini diisi lebih dari kapaitas seharusnya tetapi
dengan konsekuensi dilakukan pemanenan lebih awal agar kandang tidak terlalu padat.
Dato, dkk. (2019) juga menyatakan bahwa kepadatan kandang yang tinggi sangat
diutamakan untuk mendapatkan keuntungan maksimal dari luas lantai yang digunakan,
kepadatan kandang yang tinggi juga akan mempengaruhi bobot badan ayam akhir.

13
4.3.2 Peralatan Kandang
Peralatan kandang merupakan komponen penting yang digunakan untuk
mendukung pemeliharaan ayam broiler. Adapun peralatan kandang semi close house di
kandang Pak Jefry seperti pada gambar 3.

Baby Chick Super Feeder Nipple Exhaust Fan


Feeder

Cooling pad Arang Gasolec Inferter


Gambar 3. Peralatan Kandang

1. Baby chick feeder merupakan tempat pakan ayam saat kecil, biasanya
digunakan pada saat masa brooding.
2. Super feeder merupakan tempat pakan inovasi baru dengan penggabungan
protektor dan tempat pakan.
3. Nipple merupakan tempat minum ayam secara otomatis yang terhubung
dengan pipa untuk menyalurkan air.
4. Blower atau ExhaustbFan yakni kipas untukvmenarik CO2 keluar dari dalam
kandang sehingga udara di dalamCkandang selalu berganti setiap saat.
5. Pendingin atau Cooling Pad merupakan tempat masuknya udara panas dari luar
diubah menjadi lebih sejuk saat udaraamasuk melewati alat ini.
6. Pemanas digunakan untuk menciptakan kondisi yang nyaman pada ayam
sehingga produksi DOC akan maksimal, pemanas pada kandang semi close
house ini menggunakan gasolec dan arang.
7. Inferter merupakan alat pengatur suhu dan kelembaban dalam kandang ayam.
8. Tangki semprot merupakan alat untuk menyemprotkan desinfektan ke area luar
dan dalam kandang.
9. Genset merupakan alat untuk memberikan aliran listrik menggunakan tenaga
solar apabila listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) terdapat kendala atau
mati.

4.4 Manajemen Chick-in


Penerimaan DOC oleh peternak Plasma biasanya dilakukan pada saat malam atau
dini hari untuk menghindari cuaca panas yang dapat membuat ayam mengalami stress.
Sebelum kedatangan DOC peternak perlu melakukan persiapan kandang terlebih dahulu,

14
kandang harus sudah dalam keadaan bersih dan terisi oleh sekam. Area brooding sudah
dibuat dan dipasang alas koran, persiapan baby chick, tempat minum dan tirai kandang
(Sudjarwo, dkk. 2019). Adapun persiapan area brooding sebelum DOC datang seperti
pada gambar 4.

Gambar 4. Area Brooding


Kanan : Kandang Bawah
Kiri : Kandang Atas

Peternakan Bapak Jefry melakukan penerimaan DOC di kandang pada siang hari
pukul 13.00 WIB. Menghindari terjadinya stress DOC pada saat pengiriman maka
dilakukan pencampuran air minum dengan pocari sweet dengan maksud untuk
memberikan energi pada DOC agar tidak lemas akibat dehidrasi dan stress pada saat
pengiriman. Setelah DOC berada dalam kandang dilakukan penaburan pakan agar DOC
segera memakan dan minum agar crop atau tembolok ayam segera terisi. Untuk
mengetahui apakah DOC sudah makan atau belum maka dilakukan cek crop fill pada
saat 4 dan 6 jam setelah chick-in. Putra, Kardini dan Sudiartini (2022) menyatakan
bahwa tujuan dari pengecekan tembolok untuk mengetahui apakah DOC sudah makan
atau minum. Apabila temboloknya terasa lunak maka DOC terlalu banyak minum
sehingga diketahui dalam kandang tersebut temperaturnya terlalu panas.

Masa Brooding merupakan masa pemeliharaan ayam broiler dari DOC masuk ke
kandang hingga ayam tidak memerlukan penghangat lagi. Tujuan brooding yaitu untuk
memanipulasi lingkungan kandang agar sesuai dengan kebutuhan ayam saat dierami oleh
induknya. Pemanas digunakan saat umur 1-14 hari. Pemanas yang digunakan pada
kandang semi close house ini menggunakan arang yang dimasukkan kedalam tong pada
kandang bawah dan gasolec di kandang atas. Penambahan arang sebagai pemanas
dilakukan pada waktu pagi dan sore hari, apabila arang mulai habis dan suhu kandang
turun tidak sesuai dengan aturan perusahaan maka ditambah arang. Jika suhu dalam
kandang dingin, ayam akan bergerombol mendekat pada pemanas dan apabila terlalu
panas, ayam akan terengah engah dan mencari minum. Supriyanto, Rahmawati, dan
Haryanto (2020) menyatakan DOC baru bisa mengatur suhu tubuh secara optimal ketika
memasuki umur lebih dari satu minggu, suhu kandang yang dibutuhkan DOC adalah
15
28oC – 33oC dengan kelembapan 50-70%. Hal tersebut kurang sesuai dengan keadaan di
lokasi PKL, pada saat DOC datang suhu kandang bawah 35 oC dengan kelembapan 68%
sedangkan di kandang atas suhu kandang 32,2oC dengan kelembapan 77%. Ketidak
sesuaian suhu dengan teori dikarenakan suhu lingkungan pada saat itu dingin yaitu 23-
25oC. Adapun kondisi area brooding ketika suhu sesuai dengan kebutuhan DOC, maka
DOC akan menyebar rata, dapat dilihat pada lampiran 3 gambar 8.

Pengaturan pemberian cahaya perlu diperhatikan. Pemberian cahaya broiler


tergantung dari manajemen pemeliharaan dan juga intensitas cahaya yang diberikan.
Pemberian cahaya dalam kurun waktu 24 jam (terutama saat malam) konsumsi pakan
broiler meningkat yang berpengaruh pada peningkatan bobot badan. Lamanya pemberian
cahaya berpengaruh terhadap pembentukan melatonin (Fijana, Suprijatna dan
Atmomarsono. 2012). Melatonin merupakan hormon yang mengatur pola tidur, cahaya
dapat mempengaruhi produksi hormon ini jika cahaya semakin banyak akan menekan
produksi hormon melatonin Pencahayaan di kandang semi close house menggunakan
lampu berwarna putih, pada saat masa brooding menggunakan lampu berjumlah 6 lampu
masing-masing kandang atas maupun bawah. Selain lama waktu pemberian cahayanya
intensitas cahaya yang dihasilkan oleh alat penerangan yang digunakan juga
mempengaruhi pertumbuhan ayam pedaging. Menurut Yuliatri (2021). Intensitas cahaya
diperlukan oleh broiler berkisar antara 2,69 - 53,8 lux. Intensitas cahaya pada kandang
semi close house ini pada minggu pertama saat brooding sekitar 30 - 50 lux tergantung
jarak dengan sumber cahaya. Masuk minggu ke 2 setelah dilakukan pelebaran intensitas
cahaya dikurangi mulai ada area dengan intensitas cahaya 10 lux.

4.5 Pemberian Pakan dan Air Minum


4.5.1 Pemberian Pakan
Pemberian pakan dilaksanakan sebanyak sekali dalam satu hari. Waktu pemberian
pakan yaitu sore pukul 15.00 -16.00 WIB. Pada saat ayam pedaging (broiler) umur 1-10
hari diberikan pakan dengan jenis S00 yang berbentuk crumble dengan tekstur berbentuk
butiran kecil berwarna kuning. Pada saat ayam berumur 11 hari mulai dilakukan
pencampuran pakan antara S00 dan S11. Pada saat ayam berumur 12 hari diberikan
pakan jenis S11 memiliki bentuk crumble dan tekstur butiran yang lebih besar
dibandingkan dengan pakan S00 dan memiliki warna agak kecoklatan. Pada saat ayam
berumur 20 hari diberikan pakan jenis S12G dengan bentuk pakan pellet memiliki tekstur
pellet padat berukuran lebih besar dari S11 dan warna coklat muda. Tempat pakan
dipastikan selalu tersedia pakan atau ad libitum. Kholis, Kirnadi, dan Erlina (2022)
menyatakan pemberian pakan broiler dilakukan secara tidak terbatas atau ad libitum,
tempat pakan tidak sampai kosong agar perkembangan ayam broiler maksimal, porsi
pemberian pakan juga dilihat dari perkembangan ayam dan sisa pakan yang berada
ditempat pakan. Apabila pakan masih banyak porsi pemberian bisa dikurang, begitu juga
sebaliknya apabila di tempat pakan sudah habis maka porsi pemberian di tambah.

Kandungan nutrisi pakan S00 antara lain: kadar air maks. 14%, PK minimal 22%,
LK minimal 5%, SK maksimal 4%, abu maksimal 8%, Ca 0,80-1,1%, as. amino lisin
16
minimal 1,3%, metionin minimal 0,5%, metionin + sistin minimal 0,9%, triptofan
minimal 0,2%, treonin minimal 0,8%. Kandungan nutrisi pakan S11 yaitu kadar air
maksimal 14%, PK minimal 20%, LK minimal 5%, SK maksimal 5%, abu maksimal 8%,
Ca 0,8-1,1%, as. amino lisin minimal 1,2%, metionin minimal 0,45%, metionin + sistin
minimal 0,8%, triptofan minimal 0,19%, treonin minimal 0,75%. Kandungan nutrisi
pakan jenis S12G, kadar air maksimal 14%, PK minimal 19%, LK minimal 5%, SK
maksimal 6%, abu maksimal 8%, Ca 0,8-1,1%, lisin minimal 1,05%, metionin minimal
0,4%, metionin + sistin minimal 0,75%, triptofan minimal 0,18%, treonin minimal
0,65%. Komposisi dari bahan yang digunakan dalam pakan jenis S00, S11 dan S12G
diantaranya adalah dedak padi, jagung, bungkil kedelai, wheat bran, tepung daging serta
tulang, full fat soybean meal, bungkil kelapa sawit serta imbuhan berupa vitamin, enzim,
kalsium, fosfor dan mineral.

Tabel 4. Total pemberian pakan setiap hari


Hari ke- Kandang atas/Karung Kandang bawah/Karung
S00 S11 S12G S00 S11 S12G
1. 3 3
2. 2 2
3. 0 0
4. 3 3
5. 3 4
6. 4 3
7. 1 4
8. 5 4
9. 4 5
10. 5 5
11. 4 1 3 2
12. 5 7
13. 6 6
14. 7 7
15. 6 8
16. 6 9
17. 8 11
18. 5 4 6 3
19. 10 10
20. 11 12
21. 12 12
22. 12 12
23. 13 13
24. 13 14
25. 13 15
26. 13 14
27. 13 13
28. 13 13
29. 12 12
30. 13 6
31. 14 8

17
32. 14 9
33. 6 9

Selama satu periode menghabiskan pakan jenis S00 sebanyak 70 karung, pakan
jenis S11 sebanyak 100 karung dan pakan S12 sebanyak 361 karung. Sehingga total
pakan yang habis untuk 10.000 populasi dalam satu periode sebanyak 531 karung atau
26.550 kg pakan.

4.5.2 Pertambahan Bobot Badan


Pertambahan Bobot Badan (PBB) pada peternakan milik Bapak Jefry lebih besar
kandang lantai atas dibandingkan dengan kandang lantai bawah. Data lebih lengkap
dapat dilihat pada tabel 5. Hal tersebut dikarenakan pemanas yang digunakan pada
kandang lantai atas dan lantai bawah berbeda, pada kandang lantai atas menggunakan
gasolec sehingga panas area kandang merata. Kandang lantai bawah menggunakan
pemanas arang, apabila setelah dilakukan pemberian arang maka panas akan tinggi
seingga ayam akan bergerombol menjauhi pemanas dan berada di dekat dinding yang
menyebabkan ayam akan diam tidak mau makan, tetapi masih minum. Apabila pemanas
arang habis maka dalam kandang akan dingin karena dalam menyalakan arang masih
memerlukan waktu 2-3 menit. Dengan hal tersebut ayam akan stress sehingga
pertumbuhan bobot badannya kurang maksimal. Fatmaningsih, Riyanti, dan Nova
(2016) menyatakan bahwa cekaman panas pada ayam pedaging dapat mengakibatkan
menurunnya nafsu makan yang akan berpengaruh pada pertambahan bobot badan. Suhu
lingkungan yang tinggi akan berpengaruh terhadap turunnya konsumsi pakan dan
meningkatkan konsumsi air minum yang mengakibatkan laju pertambahan bobot badan
juga menurun (Syahruddin, Abbas, Purwati dan Heryandi. 2012). Rata-rata pertambahan
bobot badan ayam broiler di kandang semi close house dapat dilihat pada tabel 5, untuk
pertambahan bobot badan perhari dapat dilihat pada lampiran 1.

Tabel 5. Rata-rata Bobot Badan Ayam Mingguan

Rata-rata BB (g/ekor)
Minggu
Kandang Atas Kandang Bawah
1 142,5 137,5
2 415 386
3 852 839
4 1292,2 1300
5 1909 1924

Selama Praktek Kerja Lapang dilakukan sampling dengan cara melakukan


penimbangan dengan mengambil 10 ekor ayam yang telah diberi tanda warna merah
pada masing-masing lantai kandang. Penimbangan dilakukan setiap hari. Data

18
Pertumbuhan Bobot Badan harian dapat dilihat pada lampiran 1. Pada minggu ke empat
dan kelima rata-rata BB ayam lebih besar di kandang bawah karena sampel ayam yang
kecil di lantai bawah telah terseleksi sehingga kami mengambil sampel acak untuk
dilakukan penimbangan.
4.5.3 Pemberian Air Minum
Pada saat sebelum Chick in air minum sudah disediakan dalam baby chick atau tempat
pakan untuk DOC, air minum yang disiapkan ditambahkan air minum kemasan pocari sweat
sebanyak 2 liter tujuannya agar ayam menjadi lebih segar dikarenakan selama pengiriman
ayam berada di truk dengan kondisi panas dan memerlukan waktu cukup lama untuk sampai
di kandang. Pada hari ke 2 hingga seterusnya pemberian minum menggunakan nipple yang
disalurkan pada tangki air sehingga ayam mendapatkan air minum secara leluasa atau ad
libitum. Air yang diberikan sebagai minum ayam dan keperluan lain berasal dari air sungai
yang dipompa menggunakan mesin pompa air yang ditenagai kincir air dan disalurkan
menggunakan pipa untuk sampai ke dalam tangki air. Air yang berada di tangki air atau
tandon ditambahkan klorin dengan tujuan menjernihkan air dan mengurangi mikroorganisme
patogen yang bisa mempengaruhi kondisi ayam. Kholis, dkk (2022) juga menyatakan bahwa
pemberian air minum pada ternak ayam broiler dilakukan secara ad libitum, tempat minum
yang digunakan menggunakan tempat minum otomatis atau nipple agar peternak tidak
kualahan dalam pemberian air minum. DOC yang baru datang diberikan air minum yang
mengandung vitamin agar daya tahan tubuhnya kuat.
Pemberian vitamin maupun obat pada kandang semi close house ini menganut
petunjuk dari perusahaan mitra. Oxaldine diberikan pada hari pertama hingga hari ketiga
untuk meningkatkan palatabilitas. Anasol diberikan pada hari ke 1 sampai 3 dan hari ke 9
sampai 11 untuk memacu pertumbuhan. Biogreen sebagai penambah tenaga dan
memperbaiki pencernaan diberikan pada hari ke 4 dan 5. OGC (Organic Green Culture)
diberikan pada hari ke enam sampai hari ke delapan, hari ke 15 sampai hari ke 17 dan hari ke
22 sampai hari ke 24 sebagai probiotik untuk meningkatkan pertumbuhan. Noran diberikan
pada hari ke 13 sampai 14 untuk mengobati penyakit ngorok atau CRD (Chronic Respiratory
Diseases) dan berak kapur atau pullorum. Pemberian obat dan vitamin dicampurkan dengan
air minum dan diberikan pada saat pagi hari. Kartika dan Reno (2021) menyatakan bahwa
upaya yang perlu dilakukan pada proses pemeliharaan broiler dengan pemberian vitamin
maupun obat agar apabila terjadi perubahan cuaca ternak tidak stress. Pemberiannya
dilakukan dengan cara dicampur menggunakan air minum dan diberikan pada pagi hari.
Rincian pemberian obat dan vitamin serta dosis yang digunakan serta cara pencampuran obat
maupun vitamin dengan air minum dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 3 gambar
10.

4.6 Seleksi

Seleksi merupakan kegiatan memilih dan memisahkan ayam yang cacat dengan
yang baik. Tujuan dilakukan seleksi untuk membedakan ayam yang pertumbuhannya baik
dan kurang baik agar tidak ayam dengan pertumbuhan kurang baik mendapatkan pakan
yang cukup sehingga dapat mengejar pertumbuhan yang tertinggal. Kegiatan ini dilakukan
di kandang semi close house milik pak jefry dengan melakukan pemisahan ternak ayam

19
yang cacat dengan yang sehat dengan penyekatan. Seleksi broiler dilaksanakan setiap hari
yakni mengambil ayam mati serta memisahkan ayam yang pertumbuhannya tidak sama
dengan yang lain serta yang cacat. Tamaluddin (2012) ayam yang mempunyai performa
yang bagus dalam masa pemeliharaan akan dipisahkan dengan performa ayam yang jelek
akan diafkir. Hal tersebut dilakukan agar pada masa pemeliharaan didapatkan FCR yang
tinggi. Jika seleksi dilakukan maka mendapatkan manfaat yang besar dalam meningkatkan
efisiensi dalam hal kepadatan kandang, efisiensi tenaga dan penambahan uang masuk dari
penjualan ayam afkir. Kegiatan seleksi ayam yang dilakukan di kandang semi close house
ini dapat dilihat pada lampiran 3 gambar 12.

4.7 Pemanenan
Sebelum dilakukan pemanenan yaitu dilakukan penjarangan. Penjarangan merupakan
kegiatan mengurangi jumlah ayam broiler dengan melakukan pemanenan pada umur 21-
29 hari. Tujuan dilakukan penjarangan untuk mengurangi jumlah ayam dalam kandang
agar kandang tidak terlalu padat dan mengurangi bau amoniak yang berlebihan sehingga
pertumbuhan bobot badan ayam meningkat. Di kandang semi close house ini dilakukan
penjarangan pada umur 26 hari. Sebelum penjarangan dilakukan seleksi ayam dengan
memilih ayam yang pertumbuhannya lambat. Ciri-cirinya ayam akan terlihat lebih kecil
dibandingkan dengan ayam yang lain. Ayam tersebut dipisahkan dengan sekat yang
berbeda dan akan dikeluarkan saat penjarangan. Penjarangan dilakukan pada pukul 13.30
WIB, jumlah ayam yang dikeluarkan sebanyak 650 ekor dengan BB rata-rata 0,94 gram.
Penjarangan kedua dilakukan pada saat ayam umur 29 hari yaitu pada pukul 11.00 WIB,
jumlah ayam yang keluar sebanyak 2.485 ekor dengan BB rata-rata 1,5 kg.

Pemanenan di PT. Semesta Mitra Sejahtera dilakukan mulai umur 30-35 hari
(tergantung permintaan pasar). Peralatan yang disiapkan saat pemanenan yaitu nota surat
jalan, nota timbang, keranjang timbang, timbangan digital. Adapun alur perintah
pemanenan dari pihak PT yaitu customer memesan pembelian ayam kepada pihak
marketing PT. Semesta Mitra Sejahtera lalu disampaikan kepada Technical Service (TS)
dengan kriteria bobot ayam siap panen antara 1,7-2 kg. Kemudian TS akan menanyakan
BB di kandang tersebut. Selanjutnya dilakukan sampling untuk mengetahui BB rata-rata.
Setelah diketahui BB rata-rata peternak melapor kepada TS lalu TS akan memberikan
instruksi kepada peternak untuk memanen sesuai permintaan customer sampai ayam
habis. PT. Semesta Mitra Sejahtera memberikan kebijakan pemotongan bobot per
timbang sebanyak 0,5 kg. Untuk Rumah Potong Ayam (RPA) dan 0,7 kg. Untuk
customer lokal. Adapun kegiatan pemanenan dan penjarangan dapat dilihat pada gambar
5.

20
Gambar 5. Kegiatan Penjarangan dan Pemanenan
Proses pemanenan yang dilakukan pada kandang semi close house yaitu
memastikan tim panen berada dalam kandang, melakukan penyekatan sesuai dengan
kebutuhan ayam agar mudah dalam pengambilan ayam saat panen, disiapkan timbangan
digital yang akan dipakai untuk menimbang BB ayam, disiapkan keranjang dan dilakukan
penimbangan untuk mengetahui berat keranjang. Selanjutnya apabila mobil pengangkut
ayam telah sampai, di masukin ayam ke dalam keranjang dan dihitung jumlahnya,
dilakukan penimbangan serta pengisian data pada nota. Kemudian ayam dimasukkan
dalam box yang berada dalam truk. Pemanenan dilakukan pada umur 33 hari sebanyak
600 ekor ayam dan pada umur 34 hari dilakukan panen sampai habis.

Tabel 6. Rata-rata PBB, Mortalitas, Jumlah Pakan

Rata-rata BB Pakan Habis


Umur (minggu) Mortalitas
(g/ekor) (karung)

Minggu 1 140 39 ekor 35

Minggu 2 399 47 ekor 76

Minggu 3 845,5 59 ekor 133

Minggu 4 1296 73 ekor 184

Minggu 5 (Panen) 1829 13 ekor 103

Total 231 ekor 531

21
4.7.1 Feed Convertion Rasio (FCR)

FCR (Feed Convertion Ratio) merupakan konversi pakan terhadap daging.


Semakin kecil nilai FCR yang didapatkan maka produktivitas budidaya broiler
semakin baik karena semakin sedikit pakan yang dibutuhkan dalam menghasilkan
daging dan dapat membantu menekan biaya pengeluaran pakan. Prihatini dan
Bahruddin (2016) menyatakan bahwa rasio konversi pakan merupakan satuan untuk
menghitung efisiensi pakan dalam budidaya perbesaran. Rumus menghitung FCR
yaitu Jumlah pakan yang dikonsumsi (kg) : Berat Badan yang dihasilkan (kg). Untuk
mengetahui berat bdan yang dihasilkan dihitung dengan cara jumlah ayam yang hidup
x dengan rata-rata BB.

FCR minggu 1 = jumlah pakan (kg) : (jumlah ayam x BB)


= (35 karung x 50 kg) : (9.961 x 0,14)
= 1,25

FCR minggu 2 = jumlah pakan (kg) : (jumlah ayam x BB)


= (111 karung x 50 kg) : (9.914 x 0,399)
= 1,4

FCR minggu 3 = jumlah pakan (kg) : (jumlah ayam x BB)


= (244 karung x 50 kg) : (9.855 x 0,8455)
= 1,46

FCR minggu 4 = jumlah pakan (kg) : (jumlah ayam x BB)


= (428 karung x 50 kg) : (9.782 x 1,296)
= 1,69

FCR minggu 5 (Panen) = jumlah pakan (kg) : (Bobot total)


= (531 karung x 50 kg) : 17.900
= 1,48

Menurut hasil di atas FCR dari ayam pada peternakan ini termasuk tinggi
dimana standar dari pihak Charoen Phokphand pada minggu pertama hanya 0,854
pada minggu kedua 1,059 dan pada minggu ketiga 1,261. Menurut Prastio, dkk.,
(2022) Pada sebuah peternakan didaerah Blitar didapati juga FCR yang tinggi pada
minggu – minggu awal yaitu minggu pertama 1,38 dan minggu kedua 1,76. FCR yang
tinggi ini bisa terjadi karena memang pakan yang diberikan terlalu berlebih, atau juga
pada kasus di peternakan kami terjadi karena pemberian pakan dilakukan pada sore
hari dan penimbangan sampel dilakukan keesokan paginya. Dimana saat pagi hari
22
pakan yang ada pada wadah masih banyak tetapi pakan tersebut masuk ke dalam
hitungan FCR padahal pakan belum dikonsumsi oleh ayam.

Pada fase finisher minggu keempat dan kelima terlihat ada data FCR yang turun.
Dimana pada minggu kelima atau saat panen terlihat FCR sebenarnya karena bobot
badan ayam yang sudah final dan pakan yang sudah habis terkonsumsi. Penurunan
FCR ini juga bisa terjadi karena penjarangan yang dilakukan pada saat ayam usia 26
dan 29 hari sehingga pemberian pakan lebih efektif. Pada standar FCR pada usia 33
hari sekitar 1,564 – 1,584 sedangkan pada peternakan ini ada pada angka 1,48 yang
mana di bawah standar, menurut Suwarta (2014) semakin kecil nilai FCR
menunjukkan kondisi usaha ternak ayam yang semakin baik.

4.7.2 Feed Intake (Fi)

Feed intake (Fi) merupakan konsumsi pakan dalam satuan ekor. Rumus dari
Feed intake yaitu jumlah pakan yang diberikan (kg) dibagi dengan jumlah sisa ayam
(ekor) lalu dikali dengan 1000 dan satuannya adalah gram/ekor, sehingga diketahui Fi
ayam broiler pada umur 1 minggu dan 2 minggu di kandang semi close house sebagai
berikut:

Fi minggu 1 = jumlah pakan (kg) : sisa ayam (ekor) x 1000


= (35 karung x 50 kg) : 9.961 x 1000
= 175,68 gram/ekor

Fi minggu 2 = jumlah pakan (kg) : sisa ayam (ekor) x 1000


= (111 karung x 50 kg) : 9.914 x 1000
= 559,81 gram/ekor
Fi minggu 3 = jumlah pakan (kg) : sisa ayam (ekor) x 1000
= (244 karung x 50 kg) : 9.855 x 1000
= 1.237, 95 gram/ekor

Fi minggu 4 = jumlah pakan (kg) : sisa ayam (ekor) x 1000


= (428 karung x 50 kg) : 9.782 x 1000
= 2187,69 gram/ekor

Fi minggu 5 (Panen) = jumlah pakan (kg) : sisa ayam (ekor) x 1000


= (531 karung x 50 kg) : 9.769 x 1000
= 2717,78 gram/ekor

Feed intake atau konsumsi pakan saat fase starter pada minggu pertama sampai
ketiga sedikit di atas dari standar yang telah ditentukan. Pada standar konsumsi pakan
pada minggu pertama konsumsi pakanya adalah 0,140 kg/ekor dan pada peternakan ini
0,175 kg/ekor. Pada minggu kedua pada standar antara 0,455 – 0,520 kg/ekor
sedangkan pada peternakan ini 0,559 kg/ekor. Pada minggu ketiga pada standar 1,063
23
– 1,168 kg/ekor sedangkan di peternakan ini sudah sampai 1,237 kg/ekor. Terlihat
konsumsi pakan terlihat sedikit berlebih namun bobot badan tidak mengikuti sehingga
menyebabkan FCR rendah. Hal ini mungkin bisa disebabkan oleh sisa pakan yang ada
dalam wadah pakan yang masih banyak sehingga belum masuk ke dalam bobot badan
ayam.

Penurunan angka dibandingkan dengan standar pada minggu kelima tidak hanya
terjadi pada FCR namun terjadi juga pada Feed intake atau konsumsi pakan, yang
mana membuat teori awal bahwa angka FCR dan konsumsi pakan tinggi disebabkan
banyak pakan yang masih di dalam wadah pakan dan belum dikonsumsi oleh ayam.
Menurut standar konsumsi pakan pada minggu keempat adalah 2,020 kg dan minggu
kelima adalah 2,898 kg sedangkan pada peternakan ini pada minggu keempat 2,187 kg
dan minggu kelima 2,717 kg.

4.7.3 Mortalitas

Mortalitas merupakan angka kematian selama pemeliaraan ayam broiler.


Susanti, dkk. (2016) menyatakan bahwa persentase mortalitas dapat dihitung
menggunakan rumus yaitu jumlah ayam mati dibagi dengan jumlah ayam awal dikali
100%, sehingga diketahui persentase mortalitas ayam pada fase starter di kandang
semi close house sebagai berikut:
% mortalitas minggu 1 = (jumlah ayam mati : jumlah ayam awal) x 100
= (39 : 10.000) x 100
= 0,39%

% mortalitas minggu 2 = (jumlah ayam mati : jumlah ayam awal) x 100


= (86 : 10.000) x 100
= 0,86%

% mortalitas minggu 3 = (jumlah ayam mati : jumlah ayam awal) x 100


= (145 : 10.000) x 100
= 1,45%

% mortalitas minggu 4 = (jumlah ayam mati : jumlah ayam awal) x 100


= (218 : 10.000) x 100
= 2,18%

% mortalitas minggu 5 (33 hari) = (jumlah ayam mati : jumlah ayam awal) x 100
= (231 : 10.000) x 100
= 2,31%

Angka mortalitas menunjukkan hasil yang baik karena angkanya yang jauh
dibawah standar yang merupakan tanda yang baik. Pada minggu pertama mortalitas
hanya 0,39% sedangkan standar berada diangka 1%, minggu kedua ada diangka 0,86%
24
dan pada standar 1,75%, untuk minggu ketiga pada 1,45% sedangkan standar sudah
mencapai 2,5%. Menurut Setiaji, dkk., (2021) Pada strain ayam cp 707 pada beberapa
kandang didapatkan rata - rata mortalitas pada minggu pertama mencapai 0,73%
minggu kedua 1,38% dan pada minggu ketiga mencapai 2,04%. Sehingga dapat
disimpulkan pada peternakan ini memiliki mortalitas yang tergolong rendah. Hal ini
bisa disebabkan karena memang bibit yang baik dan pemeliharaan yang sesuai
sehingga angka mortalitas tidak terlalu tinggi (Nuryati, 2019).

Pada angka mortalitas masih menunjukkan peforma yang sangat baik pada
minggu keempat dan kelima dengan angkanya yang rendah. Pada minggu keempat
hanya 2,18% dan minggu kelima tepatnya hari ke 33 adalah 2,31%. Sedangkan pada
standar yang ada pada minggu keempat 3,25% dan pada hari ke 33 adalah 3,79%.
Menurut Setiaji, dkk., (2021) pada strain CP 707 pada beberapa kandang didapatkan
hasil rataan 2,69% dan pada minggu kelima 3,22%. Yang berarti menunjukkan hasil
pada peternakan ini menunjukkan angka di bawah dari standar yang berarti
menunjukkan hasil yang positif.

4.7.4 Index Performance

Index Performance (IP) merupakan angka yang menunjukkan tingkat produksi


ayam dalam satu periode. IP dipengaruhi oleh FCR, BB, mortalitas dan umur panen.
Rumus yang digunakan untuk menghitung IP yaitu (ayam yang hidup x rata-rata
BB)/(umur panen hari x konversi pakan) x 100% (Susianti, dkk. 2016). IP yang
diperoleh dalam pemeliharaan ayam di kandang semi close house sebagai berikut:

% mortalitas = 2,31%

% ayam yang hidup = 100 – mortalitas


= 100 – 2,31
= 97,69%

Rata-rata BB = 17.900 : 9769


= 1,83 kg/ekor

FCR = 1, 49

Umur panen = (26 x 650) + (29 x 2.485) + (33 x 600) + (34 x 6.034) : 9769
= 32,13

IP = (Presentase ayam hidup x BB rata-rata) : (FCR x umur) x 100


= (97,73 x 1,9165) : (1,49 x 32,2) x 100
= 373,43

25
Dari perhitungan di atas diketahui didapatkan indeks peforma 373,43 yang
merupakan nilai yang cukup tinggi. Menurut Mulhimah, dkk., (2021) kriteria indeks
performa pada ayam pedaging dapat dijabarkan apabila <300 dinyatakan kurang, 301 -
325 cukup, 326 - 350 baik, 351 - 400 sangat baik, dan >400 istimewa. Dengan hasil
373,43 berarti hasil yang didapatkan pada peternakan ini dapat dikatakan sangat baik.

26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) didapatkan informasi:
a. Lokasi peternakan cukup strategis karena kandang jauh dari pemukiman warga.
b.Pemeliharaan ayam broiler dilakukan dengan system semi close house dengan satu
unit kandang bertingkat.
c. Bibit yang digunakan berasal dari PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk dengan merk
dagang CP 707 dan memiliki BB rata-rata 41,6 gram/ekor.
d.Pakan yang digunakan berasal dari PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk dengan
merk dagang S00, S11 dan S12G. frekuensi pemberian pakan sebanyak satu kali, pada
pukul 15.00-16.00 WIB.
e. Masa panen dilakukan pada umur 33-34 hari dengan BB rata-rata 1,7-2 kg/ekor.

5.2. Saran

Sebaiknya alat operasional seperti blower dan inferter segera dilakukan perbaikan
sebelum DOC datang agar produktivitas ayam lebih baik. Alat pengukur suhu dan
kelembapan sebaiknya disediakan di tiap kandang supaya dapat mengetahui kondisi suhu
di kandang sesuai dengan standar persusahaan atau tidak.

27
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, R., S. Marzuki dan W. Roessali. 2015. Analisis Pola Saluran Pemasaran dan Marjin
serta Efisiensi Pemasaran Ayam Broiler pada Sistem Kemitraan di Kabupaten Grobogan
Animal Agriculture Journal. 4(1): 144-148.

Arifien. 2002. Rahasia Sukses Memelihara Ayam Broiler di Daerah Tropis. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Dato, D. D., N. M. A. G. R. Astiti, dan N. K. S. Rukmini. 2019. Pengaruh Kepadatan


Kandang terhadap Komposisi Fisik Ayam Broiler CP 707. Gema Agro, 24(2): 129-133.

Fadilah, R. 2013. Ketahanan Tubuh Ayam Broiler Pada Kondisi Tropis yang Diberi Jambu
Biji Merah (Psidium guajava) Sebagai Sumber Antioksidan. Agromedia. 31(1):1-10.

Fatmaningsih, R., Riyanti dan K. Nova. 2016. Performa Ayam Pedaging Pada Sistem
Brooding Konvensional dan Thermos. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 4(3):222-
229.

Fijana, M. F., E. Suprijatna, dan U. Atmomarsono. 2012. Pengaruh proporsi pemberian pakan
pada siang malam hari dan pencahayaan pada malam hari terhadap produksi karkas
ayam broiler. Animal Agriculture Journal, 1(1), 697-710.

Indarto, I. 2009. Beternak Unggas Berhasil. CV Armico. Bandung.

Irhais, E. G., T. Kusmayadi dan V. R. Sinaga. 2019. Analisis Kelayakan Pengembangan


Usaha Peternakan Broiler Pola Mandiri di Kabupaten Garut. Janhus: Jurnal Ilmu
Peternakan (Journal of Animal Husbandry Science). 3(2): 42-51.

Kartika, N. M. A. dan R. Adekamtari. 2021. Studi Kasus Pemeliharaan Ayam Broiler Pasca
Covid-19 Di Desa Jagerage Kecamatan Kuripan Lombok Barat. AGRIPTEK: Jurnal
Agribisnis dan Peternakan, 1(1):29-34.

Kholis, M. N., A. J. Kirnadi, dan S. Erlina. 2022. Prospek Usaha Ayam Broiler Pola
Kemitraan di Kecamatan Warnaraya Kabupaten Barito Kuala. Dissertation. Universitas
Islam Kalimantan.

Mahardika, N.S., D. A. Savitri dan A. S. Rusdianto. 2019. Pembuatan Pakan Ternak


Fermentasi dan Penerapan Zero Waste Sebagai Upaya Pemberdayaan Peternak Ayam
Broiler di Kabupaten Bondowoso. Prosiding Seminar Nasional. Jember: Universitas
Jember.

Mistiani, S., K.A. Kamil dan D. Rusmana. 2020. Pengaruh Tingkat Pemberian Ekstrak Daun
Burahol (Stelechocarpus burahol) Dalam Ransum Terhadap Bobot Organ Dalam Ayam
Broiler. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan, 2(1): 42-50.

Muharlien, E. Sudjarwo, A. Hermiati, dan H. Setyo. 2017. Ilmu Produksi Ternak Unggas.
Malang: UB Press. ISBN: 978-602-432-351-6.

28
Mulyaningsih, D. U., W. D. Prastiwi dan W. Sarengat, W. 2020. Analisis Biaya dan
Pendapatan Peternak Ayam Broiler di Kota Semarang. Mediagro: Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian.15(2): 88-96.

Mulyanto, B dan Isman. 2008. Bertahan di Tengah Krisis. Jakarta: Agromedia.

Nuryati, T. 2019. Analisis Performans Ayam Broiler Pada Kandang Tertutup dan Kandang
Terbuka. Jurnal Peternakan Nusantara, 5(2): 77-86.

Prastio, D. A., D. Konita, R. Anggriawan, R. Rifai, dan F. Y. Kadju. 2022. Studi Kasus
Pertambahan Berat Badan dan Feed Conversion Ratio (FCR) Pada Ayam Broiler di
Narti Farm Blitar. Journal of Animal Science, 7(2): 32-33.

Prihatiningsih, E. S. dan Baharudin. 2016. Pemanfaatan Cacing Sutra (Tubifex sp) Untuk
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Sangkuriang (Clrias gariepinus var
sangkuriang). Grouper: Jurnal Ilmiah Fakultas Perikanan Universitas Islam
Lamongan, 7(1): 5-9.

Putra, I. M. A., N. L. Kardini, dan N. W. A. Sudiartini. 2022. Analisis Kelayakan Kemitraan


Ayam Broiler Pada Mertha Nadi Farm Ditinjau Dari Segi Aspek Teknis dan Aspek
Lingkungan Di Desa Penyaringan. Jurnal Dharma Jnana, 2(1): 59-72.

Setiaji, A., B. M. R. Nurfaizin, dan L. Krismiyanto. 2021. Mortalitas dan Bobot Badan Tiga
Strain Ayam Broiler pada Kepadatan Kandang yang Berbeda. Jurnal Ilmu Peternakan
Terapan, 5(1): 13-1.

Setianto, N. A., Ismoyowati, H. Aunurrohman, dan V. Armelia. 2021. Produktivitas Usaha


Peternakan Ayam Broiler Menggunakan Tipe Kandang Semi Close House Pola
Kemitraan Perusahaan di Kabupaten Kebumen. Prosiding Seminar Teknologi Agribisnis
Peternakan, 8(1): 722-728.

Sudjarwo, E., Muharlien, A. A. Hamiyanti, H. S. Prayogi dan D. L. Yulianti. 2019.


Manajemen Produksi Ternak Unggas. Malang: UB Press. ISBN: 978-602-432-857-3.

Supriyanto, M., D. Rahmawati, dan Haryanto. 2020. Rancang Bangun Inkubator Anak Ayam
DOC (Day Old Chick) Otomatis Berbasis Mikrokontroler. JE-Unisla, 5(1): 315-320.

Susanti, E. D., M. Dahlan, dan D. Wahyuning. 2016. Perbandingan Produktivitas Ayam


Broiler Terhadap Sistem Kandang Terbuka (Open House) dan Kandang Tertutup
(Closed House) di UD Sumber Makmur Kecamatan Sumberrejo Kabupaten
Bojonegoro. Jurnal Ternak, 7(1):-.

Syahruddin, E., H. Abbas., E. Purwati, dan Y. Heryandi. 2012. Aplikasi Mengkudu Sebagai
Sumber Antioksidan Untuk Mengatasi Stress Ayam Broiler di Daerah Tropis. Jurnal
Peternakan Indonesia, 14(3): 411-424.

Tamaluddin, F. 2012. Ayam Broiler 22 Hari Panen Lebih Untung. Jakarta: Penebar Swadaya.

29
Tasidjawa, A.F., I. P. Saputro dan T. C. Suwanto. 2018. Penerapan Fuzzy Logic Tsukamoto
Untuk Penentuan Suhu Ideal Pada Kandang Ayam Broiler. Jurnal Realtech, 14(1): 42-
48.

Woro, I. D., U. Atmomarsono dan R. Muryani. 2019. Pengaruh Pemeliharaan Pada Kepadatan
Kandang yang Berbeda Terhadap Performa Ayam Broiler. Jurnal Sains Peternakan,
14(4): 418-423.

30
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pertumbuhan Bobot Badan Ayam Broiler di Peternakan Bapak Jefry


Umur ABW DBW
(ekor/gram/hari) (ekor/gram/hari)
Rata-rata bobot badan Pertumbuhan bobot badan
Kandang atas Kandang Kandang atas Kandang
bawah bawah
1 42 42 9 8
2 51 50 10,5 14
3 61,5 64 17,5 15,5
4 79 79,5 20 13,5
5 99 93 22,5 22
6 121,5 115 21 22,5
7 142,5 137,5 25,5 24,5
Minggu 1 85,21 83 18 17,14
8 168 162 36,5 31,5
9 204,5 193,5 33 35,5
10 237,5 229 39 29
11 276,5 258 42,5 45
12 319 303 45,5 57,5
13 364,5 360,5 50,5 25,5
14 415 386 43 67
Minggu 2 283,57 270,28 41,42 41,57
15 458 453 62,5 59,5
16 520,5 512,5 58 61,5
17 578,5 574 61,5 63,5
18 640 637,5 67 40,5
19 707 678 70 95
20 777 773 75 66
21 852 839 49 70
Minggu 3 647,57 638,14 63,28 65,14
22 901 909 46 63
23 947 972 57 60
24 1004 1032 62 59
25 1066 1091 49,5 67,9
26 1115,5 1158,9 86,7 52,2
27 1202,2 1211,1 97,8 81,1
28 1300 1292,2 102,2 91,1
Minggu 4 1076,52 1095,17 71,6 67,75
29 1402,2 1383,3 94,8 163,7
30 1497 1547 116 143
31 1613 1690 175 -6
32 1788 1684 136 225
33 1924 1909
34
35

31
Lampiran 2. Program Obat dan Vitamin
Nama Obat
Umur Cara Pemakaian Keterangan
atau Vitamin
0 Biocid Sanitasi Kandang Desinvektan
1 Oxaldine 50 ml Oxaldine 60 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
Anasol 50 ml Anasol 100 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
2 Oxaldine 60 ml Oxaldine 80 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
Anasol 50 ml Anasol 100 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
3 Oxaldine 90 ml Oxaldine 100 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
Anasol 50 ml Anasol 100 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
4 Biogreen 100 ml Biogreen 200 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
5 Biogreen 100 ml Biogreen 200 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
6 OGC 100 gr OGC 200 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
7 OGC 100 gr OGC 200 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
8 OGC 100 gr OGC 200 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
9 Anasol 100 gr Anasol 200 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
10 Anasol 100 gr Anasol 200 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
11 Anasol 100 gr Anasol 200 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
12 Noran 400 gr Noran 600 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
13 Noran 500 gr Noran 700 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
14 Noran 600 gr Noran 700 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
15 OGC 150 gr OGC 300 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
16 OGC 150 gr OGC 300 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
17 OGC 150 gr OGC 300 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
18 Perfcsol 250 gr Perfcsol 500 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
19 Perfcsol 250 gr Perfcsol 500 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
20 Perfcsol 250 gr Perfcsol 500 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
21 Perfcsol 300 gr Perfcsol 600 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
22 OGC 250 gr OGC 500 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
23 OGC 250 gr OGC 500 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis
24 OGC 250 gr OGC 500 lt. air Diberikan pagi hari sampai habis

32
Lampiran 3. Dokumentasi

Gambar 6. Persiapan Kandang Gambar 7. Chick-in

Gambar 8. Kondisi Brooding Gambar 9. Sampling

Gambar 10. Pemberian vitamin Gambar 11. Desinfeksi Sekitar Kandang

Gambar 12. Seleksi Gambar 13. Pemanenan

33

Anda mungkin juga menyukai