Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Kurikulum
Pembelajaran Kimia kelas A - Semester Genap (II) Pendidikan Kimia - Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Dosen,
Dra. Ratih Pitasari, M.Pd.
Disusun oleh:
Ai Nurayati 1142080004
Devi Ratnasari 1142080016
Dwi Marfali 1142080020
Eni Rostini 1142080024
Fithri fajri Aisyah 1142080028
Bandung
2015
KATA PENGANTAR
Penyusunan makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum
Pembelajaran Kimia. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, kepada Ibu Dra. Ratih Pitasari, M.Pd yang
telah membimbing dan mendukung dalam penyelesaian laporan observasi ini.
Penulis menyadari penyusunan makalah belum sempuna. Oleh sebab itu, penulis
memohon kepada pembaca atas kritik dan saran guna melengkapi dan perbaikan di masa
mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan bagi pembaca
pada umumnya dan penulis sendiri secara khusus.
Bandung, April 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH :
1. Apa definisi model pembelajaran ?
2. Apa definisi dan perbedaan komponen pembelajaran ( pendekatan, strategi, taktik teknik ,
metode) ?
3. Apa saja macam-macam model pembelajaran ?
C. TUJUAN :
1. Mengetahui definisi model pembelajaran.
2. Mengetahui definisi dan perbedaan komponen pembelajaran ( pendekatan, strategi, taktik
teknik , metode).
3. Mengetahui macam-macam model pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi model pembelajaran
Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalammengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama denganpendekatan, strategi
atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model
pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena
memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.
Pengertian model pembelajaran menurut para ahli :
1. Model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model pemblajaranyang dapat
digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran langsung; pembelajaran
kooperatif; pembelajaran berdasarkan masalah; diskusi; dan learning strategi.
2. Menurut Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega (1990) mengetengahkan 4 (empat)
kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan
informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati
demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan
strategi pembelajaran.
3. Menurut E. Mulyasa (2003) mengetengahkan lima model pembelajaran yang dianggap sesuai
dengan tuntutan Kurikukum Berbasis Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3) Pembelajaran Partisipatif
(Participative Teaching and Learning); (4) Belajar Tuntas (Mastery Learning); dan (5)
Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction).
4. Menurut Joyce dan Weil (1986: 14-15) mengemukakan bahwa setiap model belajar
mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur berikut.
5. Sintak (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing) dari model yang menjelaskan
model tersebut dalam pelaksanaannya secara nyata (Joyce dan Weil, 1986:14).
6. Menurut Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:78) mendefinisikan model pembelajaran
sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Sistem sosial (the social system) yang menunjukkan peran dan hubungan guru dan siswa
selama proses pembelajaran. Kepemimpinan guru sangatlah bervariasi pada satu model dengan
model lainnya. Pada satu model, guru berperan sebagai fasilitator namun pada model yang lain
guru berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Prinsip reaksi (principles of reaction) yang menunjukkan bagaimana guru
memperlakukan siswa dan bagaimana pula ia merespon terhadap apa yang dilakukan siswanya.
Pada satu model, guru memberi ganjaran atas sesuatu yang sudah dilakukan siswa dengan baik,
namun pada model yang lain guru bersikap tidak memberikan penilaian terhadap siswanya,
terutama untuk halhal yang berkait dengan kreativitas. Sistem pendukung (support system) yang
menunjukkan segala sarana, bahan, dan alat yang dapat digunakan untuk mendukung model
tersebut.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa model-model pembelajaran merupakan
kerangka konseptual sedangkan strategi lebih menekankan pada penerapannya di kelas sehingga
model-model pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan
yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk siswa mengerti .
Disini berarti pendekatan pembelajaran merupakan suatu fokus orientasi yang digunakan
guru dan murid selama proses pembelajaran berlangsung, fokus orientasi pembelajaran tersebut
terbagi kedalam dua bagian yakni:
1) pembelajaran berorientasi pada siswa (student centered approach) berarti fokus yang menjadi
pusat pembelajaran terdapat pada siswanya, siswa yang dituntut untuk active dalam
pembelajaran guru hanya sebagai fasilitator yang memfasilitasi dan mendampingi siswanya.
2) pembelajaran berorientasi pada guru (teacher centered approach) yakni pembelajaran berpusat
pada guru, guru memunyai peranan yang sangat penting, guru menjadi sumber informasi dan
gurupun bisa menentukan apa saja yang harus dikuasai siswa.
Berbagai pendekatan dalam rangka memahami makna pembelajaran, antara lain :
Pendekatan Filsafat.
a. Idelisme, pembalajaran adalah kegiatan Tanya jawab (dialektika) antara guru dengan siswa,
melatih keterampilan siswa, serta pemberian teladan dalam hal pengetahuan, nilai dan moral
dalam keyakinan dan tingkah lau guru, agar siswa dapat menemukan jawaban atas masalah yang
dihadapinya sehingga dapat mengetahui pengetahuan yang esensial yang sudah diterima benar
dan berlaku sepanjang zaman, serta dapat mengembangkan karakter dan bakat-
bakatnya. Idealisme menghendaki diaplikasikannya strategi penemuan (discovery) melalui
Tanya jawab (dialektika) dan berpikir deduktif. Guru tidak menyajikan materi pembelajaran
yang telah selesai diolah tuntas oleh sendiri. Sekalipun pembelajaran ini berpusat pada guru,
namun dalam mengolah materi pembelajaran siswalah yang harus melakukan dan menemukan
inti dari materi pembelajarannya sendiri. Sebagai contoh seorang guru menjelaskan materi laju
reaksi secara umum kemudian siswa dituntut untuk menemukan masalah dengan cara Tanya
jawab dan menemukan inti dari materi laju reaksi yang diajarkan oleh guru tersebut.
b. Realisme, menghendaki pembelajaran dan pengelolaan kelas yang berpusat pada guru. Siswa
diharapkan belajar dari pengalaman langsung maupun tidak langsung melalui strategi inquiry,
discovery, pembiasaan dan berfikir induktif.
c. Pragmatisme, menghendaki pembelajaran yang berpusat pada siswa, berpusat pada masalah,
berpusat pada aktivitas dan bersifat interdisipliner (terpadu). Karena pragmatisme menghendaki
kurikulum pendidikan yang tidak boleh terpisahkan dari keadaan masyarakat dimana siswa
berada, maka pembelajarannya juga bersifat kontekstual dan berbasis pada masyarakat.
Pragmatisme mengungkapkan bahwa guru memfasilitasi dan membimbing siswa belajar
memecahkan masalah melalui aktivitas.
d. Konstruktivisme, konstruktivisme dinilai sebagai salah satu bentuk pragmatisme. Dalam
konstuktivisme siswa dituntut untuk mengembangkan konsep dan pengertian tentang sesuatu.
e. Eksistensialisme, guru mendampingi siswa sesuai dengan minat dan bakatnya dan
kebutuhannya untuk sampai pada penyadaran diri dan mengembangkan komitmen yang berhasil
mengenai sesuatu yang penting dan bermakna bagi keberadaannya.
f. Filsafat pendidikan nasional (pancasila). Pendidik, peserta didik dan sumber pembelajaran
harus sejalan agar mencapai tujuan yang diharapkan.
Pendekatan psikologi terhadap pembelajaran
Berikut konsepsi tentang pembelajaran berdasarkan pendekatan ketiga aliran psikologi.
a. Behaviorisme. Pembelajaran adalah kegiatan guru menciptakan kkondisi lingkungan sebagai
stimulus berupa tugas,berupa tugas untuk direspon oleh siswa, yang dilakukan dalam bentuk
pembiasaan atau latihan setahap demi setahap secara rinci.
b. Kognitif. Pemmbelajaran adalah kegiatan guru mrmbimbing siswa melakukan proses internal
yang kompleks berupa pemrosesan informasi agar siswa dapat mengnembangkan kemampuan
atau fungsi-fungsi kognitifnya secara optimal, kemampuan hubungan social, dan menggunakan
kecerdasannya secara bijaksana.
c. Humanisme. Pembelajaran adalah kegiatan guru memfasilitasi dan membimbing siswa belajar
melalui proyek-proyek terpadu yang menekankan pada studi-studi social yang didasarkan atas
pemuasan kebutuhan dan kepribadian siswa agar siswa memperoleh pemahaman dan pengertian
dalam rangka pengembangan social.
3. Metoda pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan prosedur atau cara yang digunakan yang digunakan
oleh guru untuk mengimplementasikan rencana-rencana praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Jadi metode berfokus pada pencapaian tujuan pembelajaran. metode juga harus
disesuaikan dengan strategi pembelajaran. Berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran antara lain seperti: metode ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, laboratorium,
pengalaman lapangan, brainstorming, debat, simposium, dan sebagainya. Masing-masing metode
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing seperti contohnya metode ceramah
metode ini memiliki kelebihan tidak memerlukan banyak biaya, murah, hemat waktu, dan dapat
mencakup banyak materi dalam sekali penyampaian namun memiliki kekurangan kemampuan
siswa terbatas dengan apa yang disampaikan oleh guru. Begitu juga metode-metode yang lainya
oleh karena itu perlu dipertimbangkan juga antara metode yang digunakan dengan kondisi
dilapangan. Beberapa penjelasan metode pembelajaran adalah :
Metode ceramah.
Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas pembelajaran kepada sekelompok
pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relative besar.
Metode ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan
ajar tersebut sukar di dapatkan.
Metode diskusi.
Adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat,
atau saling mempertahankan pendapat dalam memecahkan masalah. Menurut Keachie Kulik
disbanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman
konsep dan keterampilan memacahkan masalah tetapi dalam transformasi pengetahuan,
penggunaan metode diskusi hasilnya lambat disbanding penggunaan ceramah. Sehingga metode
ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
Metode Demonstrasi.
Merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang
guru atau seorang demonstrator ataupun siswa memperlihatkan kepada oranng lain suatu proses.
Seperti cara mendemonstrasikan sel elektrokimia.
4. Teknik Pembelajaran
Teknik adalah cara khusus untuk mengimplementasikan metode dalam sebuah proses
pembelajaran. Teknik tergantung kondisi di lapangan, teknik dapat berubah-ubah tergantung
guru dan kondisi pada saat praktek di lapangan. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama
menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.
Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingin dengan humor,sementara yang
satunya lagi kurang memiliki sense of humor tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu
elektronik. Dalam gaya pembelajaran, akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing
guru sesuai dengan kemampuan dan pengalaman.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara
professional, seorang guru dituntut agar dapat memahami dan memiliki keterampilan yang
memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan
menyenangkan, sebagaimana disyariatkan dalam kurikulum. Dari hasil pemaparan diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara model pembelajaran, pendekatan pembelajaran,
strategi pembelajaran, tehnik dan metode pembelajaran. Walaupun perbedaan itu tidak begitu
tegas, karena semua istilah merupakan satu kesatuan yang saling menunjang, untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Jadi model pembelajaran adalah pembungkus proses
pembelajaran yang didalamnya ada pendekatan, strategi, metode dan tehnik.
c. Sistem Penilaian
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian
dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-
pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu
tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL
dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.
D. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan
(skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester
(UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari
penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan
dan pengujian.
E. Contoh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu
diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta
mencatat masalah-masalah yang muncul.
Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan
masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan
asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.
Contoh Penerapan
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru
memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik,
antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang
apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus
dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan
dasar dan materi pembelajaran.
Ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus
berperan aktif dalam belajar di kelas. Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti,
dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan
(Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan
proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui
observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut
cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig
conceps and principles in the mind (Adalah proses mental asimilasi conceps dan prinsip-prinsip
dalam pikiran (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry). Tidak ada
perbedaan yang prinsipil pada kedua istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada
ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan
discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam
masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa,
sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan
temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian. Di dalam proses belajar, Bruner
mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan
kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu
siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu
lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum
dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini
bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif. Untuk
memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan
pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran
bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa yang
dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya.
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil
data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar
akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada,
pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab
atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
Pada Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki beberapa karakteristik berikut ini, yaitu :
1. Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk
menyelesaikan permasalahan yang komplek.
2. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk
memasuki system baru.
3. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana instruktur memegang
peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi instruktur
yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah.
Dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based Learning ada beberapa peran
bagi guru/pendidik dan peserta didik dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek, antara
lain :
a. Peran Guru
Penilaian pembelajaran dengan metode Project Based Learning harus diakukan secara
menyeluruh terhadap Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan yang diperoleh siswa dalam
melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek dapat
menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk.
Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Penilaian Proyek
a. Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian
proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan,
kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran
tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari
informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
Relevansi atau kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
Keaslian maksudnya proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil
karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan
terhadap proyek peserta didik.
2. Penilaian Produk
a. Pengertian
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.
Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk
teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar),
barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi 3
(tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada
tahap appraisal.
Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua
kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
BAB III
PENUTUPAN
A. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Dadan. 2014. Pengertian Pendekatan. [online]. Tersedia
:http://dadangjsn.blogspot.com/2014/06/pengertiandefinisi-pendekatan-saintifik.html 13.48. (20
April 2015)
Djaelani. 2014. Definisi model pembelajaran. [online]. Tersedia :
http://djaelanicilukba.blogspot.com/2014/01/definisi-model-pembelajaran-menurut.html 13.45.
(20 april 2015)