Anda di halaman 1dari 6

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dengan rumus

pendapatan (Soekartawi, 2003) untuk mengetahui besarnya pendapatan peternak dari usaha
peternakan sapi potong yang mereka kelolah : Dimana :
= Pendapatan Peternak Sapi Potong (Rp/Tahun) TR (Total Revenue) = Nilai Populasi sapi Akhir Tahun
(Nilai Sapi yang ada + Nilai yang di Konsumsi + Nilai yang di jual (Rp/tahun) TC (Total cost) = Nilai
Populasi sapi awal tahun + biaya yang di keluarkan selama 1 tahun (Rp/tahun)

Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian


Teori dan Aplikasi. Rajawali Press. Jakarta.

Biaya produksi

Biaya produksi berkaitan dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi, seperti biaya
untuk membeli bahan baku, biaya untuk gaji pegawai, biaya untuk bahan-bahan penolong, dan
sebagainya. Apabila biaya-biaya produksi meningkat, maka harga barang-barang diproduksi
akan tinggi. Akibatnya produsen akan menawarkan barang produksinya dalam jumlah yang
sedikit. Hal ini disebabkan karena produsen tidak mau rugi. Sebaliknya jika biaya produksi
turun, maka produsen akan meningkatkan produksinya. Dengan demikian penawaran juga akan
meningkat.

Harga barang itu sendiri

Apabila harga barang yang ditawarkan mengalami kenaikan, maka jumlah barang yang
ditawarkan juga akan meningkat. Sebaliknya jika harga barang yang ditawarkan turun jumlah
barang yang ditawarkan penjual juga akan turun. Misalnya jika harga sabun mandi meningkat
dari Rp1.500,00 menjadi Rp2.000,00, maka jumlah sabun mandi yang penjual tawarkan akan
meningkat pula.

Harga barang pengganti

Apabila harga barang pengganti meningkat maka penjual akan meningkatkan jumlah barang
yang ditawarkan. Penjual berharap, konsumen akan beralih dari barang pengganti ke barang lain
yang ditawarkan, karena harganya lebih rendah. Contohnya harga kopi meningkat menyebabkan
harga barang penggantinya yaitu teh lebih rendah, sehingga penjual lebih banyak menjual teh.

https://id.wikipedia.org/wiki/Penawaran

Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga
yang tidak dapat menutupi biaya akan mengakibatkan kerugian operasional
maupun biaya non operasional yang menghasilkan keuntungan. Biaya dibedakan
menjadi dua yaitu biaya variabel yang merupakan biaya yang berubah-ubah untuk
setiap tingkatan, serta biaya tetap yaitu biaya yang dikeluarkan walaupun produksi
tidak berjalan (Swastha & Sukartjo, 1993 : 214)
Biaya adalah setiap pengorbanan untuk membuat suatu barang atau untuk
memperoleh suatu barang, yang bersifat ekonomis. Jadi dalam pengorbanan ini
tidak boleh mengandung pemborosan, sebab segala pemborosan termasuk unsur
kerugian, tidak di bebankan ke harga pokok (Alma, 2000 : 125)

Soekartawi.1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press, Jakarta.


Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
--------------. 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Alma, B. 2000. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Alfabeta. Bandung.

Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu produk, yang sifatnya tidak dapat dihindari, dapat diperkirakan
dan diukur. Biaya produksi merupakan kompensasi yang diterima oleh pemilik
faktor-faktor produksi. Biaya yang dilakukan pada periode tertentu, dikenal dengan
biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Soekartawi et al. (1986), biaya tetap (fixed
cost) dalam usahatani didefinisikan sebagai biaya usahatani yang tidak tergantung
kepada besarnya produksi, misalnya pajak bumi dan bangunan, sewa tanah, bunga
kredit, serta penyusutan bangunan dan alat-alat pertanian. Biaya tidak tetap (variable
cost) didefinisikan sebagai biaya yang digunakan untuk tanaman atau ternak tertentu
dan jumlahnya berubah-ubah sebanding dengan besarnya produksi tanaman atau
ternak, misalnya bibit atau benih, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja. Produksi
usahatani yang menggunakan mesin-mesin harus dihitung penyusutannya sebagai
pengeluaran. Penyusutan merupakan penurunan nilai inventaris yang disebabkan
oleh pemakaian selama setahun pembukuan.

Kasryno (1999) melaporkan bahwa harga komoditas pertanian pada umumnya


mengalami fluktuasi yang tinggi. Hal ini juga terjadi pada transaksi dan harga penjualan
ternak kambing di Kabupaten Pidie. Transaksi dan harga tertinggi terjadi menjelang hari
raya Idul Adha, hal yang sama juga pernah dilaporkan Suparyanto et al., (1995) untuk
daerah Kecamatan Boyongbong Kabupaten Garut. Transaksi dan harga tertinggi terutama
terjadi terhadap kambing jantan yang digunakan untuk qurban. Hal ini merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi harga jual. Sebagaimana yang dilaporkan Soedjana dan
Priyanti (1992) bahwa waktu atau musim jual merupakan faktor-faktor di luar proses
produksi yang akan mempengaruhi keuntungan. Transaksi dan harga penjualan kambing
terendah biasanya terjadi pada bulan Maret atau pada saat musim tanam. Pada saat
tersebut petani banyak menjual kambing, namun permintaan pasar rendah sehingga harga
menjadi murah. Soedjana dan Priyanti (1992) melaporkan bahwa peningkatan penjualan
ternak yang cenderung terjadi pada awal musim tanam (hujan) menyebabkan harga jual
ternak menjadi murah.

Kasryno, F. 1999. Pemanfaatan sumber daya pertanian dan pengembangan sistem usaha
pertanian menuju era globalisasi ekonomi. Dinamika inovasi sosial ekonomi dan
kelembagaan pertanian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.p.29-41.

Harga barang itu sendiri

Harga barang mempengaruhi kuantitas permintaan barang tersebut, seperti menurut Djojodipuro
(1991) sifat keterkaitan antara permintaan terhadap suatu barang dan harga tersebut telah dijelaskan
dalam hukum permintaan. Naik turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya
terhadap barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan kuantitas yang
diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta
berhubungan negative (negatively related) dengan harga.

Djojodipuro, M. 1991. Teori Harga. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Model analisis yang digunakan untuk mengetahui pendapatan pedagang ayam ras pedaging adalah
dengan menggunakan rumus Boediono (1998) sebagai berikut : Pd = TR TC Keterangan : Pd=
Pendapatan TR = Penerimaan total(Total revenue) TC = Biaya total(Total cost)

Boediono. 1998. Ekonomi Mikro. Edisi Kedua.


BPFE. Yogyakarta.

Ayam ras pedaging atau sering disebut ayam broiler yaitu jenis unggas
yang efisien menghasilkan daging. Ayam ras pedaging mempunyai sifat seperti
ukuran badan yang besar penuh daging yang berlemak serta bergerak lambat dan
tenang. Pertumbuhan badannya cepat dan efisiensi ransum tinggi untuk membentuk
daging. Contoh ayam kelas pedaging yaitu bangsa Brahma, Langshan, Cornish dan
lain sebagainya (Suroprawiro et al., 1981).

Suroprawiro, P., A.P Siregar dan M. Sabrani. 1981. Teknik Beternak Ayam Ras di
Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor

Abidin, Z. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Pedaging. Agromedia Pustaka. Jakarta

Rasyaf (2002) menambahkan bahwa pendapatan adalah


sejumlah uang yang diperoleh setelah semua biaya variabel dan biaya tetap tertutupi.
Hasil pengurangan positif berarti untung, hasil pengurangan negatif berarti rugi.
Artaman D. M. A, 2015. Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang
Pasar Seni Sukawati Di Kabupaten Giany

Biaya produksi

Jumlah yang diminta


Faktor faktor yang mempengaruhi
1. selerah dan preferensi
2. biaya
3. harga barang itu sendiri Penentuan Harga

4. harga barang lain ( substitusi),


5. harga sewa lokasi,
6. hari raya,
Keterangan:
pendapatan
Menyatakan hubungan
Menyatakan
ar. Tesis. Pascasarjana Universitas Udayana. Denpasar.

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan dalam gambar 1:

Anda mungkin juga menyukai