Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

LATAR BELAKANG

1.1 PENADAHULUAN
Iklim perdagangan global yang sudah mulai terasa saat ini semakin memungkinkan produk
ayam lokal Indonesia masuk ke pasar luar negeri. Kenyataan tersebut menggambarkan bahwa
usaha peternakan ayam sangat prospektif baik dilihat dari pasar dalam negeri maupun luar
negeri. Dilihat dari segi peluang pasar pengembangan agribisnis peternakan memiliki prospek
yang baik khususnya dalam memenuhi kebutuhan domestik yang semakin meningkat. Potensi
agribisnis peternakan tersebut didukung juga oleh keberadaan dan kepemilikan ayam lokal
yang mulai berkembang dikalangan masyarakat khususnya masyarakat pedesaan
(Simatupang et al. 2004).g
Sektor peternakan selain berperan dalam bidang ekonomi, berperan juga dalam pemenuhan
kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging, susu, dan
telur semakin meningkat, seiring dengan pertumbuhan jumlah populasi penduduk Indonesia
yang semakin bertambah, pendidikan yang semakin tinggi serta bertambahnya pengetahuan
tentang pentingnya gizi. Pembangunan pertanian pada sektor peternakan sebagai penunjang
kebutuhan protein hewani yang merupakan kebutuhan dasar manusia perlu dimaksimalkan
sehingga dapat memberi tambahan terhadap pendapatan peternak. Upaya untuk
memaksimalkan kebutuhan protein dan permintaaan daging yang semakin tinggi sehingga
peluang yang bias dikembangkan untuk meningkatkan produk ternak sebagai penghasil
daging ayam kampung yaitu ayam kampung super.
Ayam kampung super atau ayam lokal pedaging unggul yang merupakan hasil persilangan
antara ayam kampung dengan ras jenis kampung super. Ayam hasil persilangan tersebut
memiliki perumbuhan yang lebih cepat dibanding ayam lokal, sehingga orang menyebutnya
dengan ayam kampung super (Yaman, 2010). Ayam kampung super mempunyai sifat
dwiguna yaitu ayam sebagai penghasil telur dan daging. Ayam kampung super pedaging
waktu pemeliharaan 2-3 bulan sudah siap panen.
Kerjasama permodalan pada usaha peternakan ayam broiler terdiri dari tiga jenis yaitu model
mandiri, kemitraan dan bagi hasil. Menurut UU No. 9 Tahun 1995 kemitraan adalah
kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau besar yang disertai dengan
pembinaan dan pengembangan oleh perusahaan dengan memperhatikan prinsip saling
memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Hasil penelitian Fitrifani
(2003), menyatakan bahwa pola kemitraan antara peternak ayam broiler dengan Poultry Shop
Sukahati adalah pola kemitraan intiplasma. Pola kemitraan ini, pihak inti yaitu Poultry Shop
Sukahati memberikan modal berupa sarana produksi peternakan (DOC, pakan dan obat-
obatan) tanpa jaminan kepada pihak plasma yaitu peternak mitra dan pihak plasma
menyediakan kandang, peralatan dan tenaga kerja. Plasma berkewajiban menjual hasil
kepada inti dengan mendapatkan penerimaan dari upah bonus, selain itu biaya tunai yang
dikeluarkan oleh peternak mitra dan peternak mandiri berbeda. Hal ini disebabkan, biaya
sarana produksi yang seharusnya dikeluarkan oleh peternak mitra ditanggung oleh
perusahaan mitra (perusahaan inti) sedangkan untuk peternak mandiri semua biaya sarana
produksi ditanggung sendiri. Biaya tunai yang dikeluarkan peternak mitra hanya untuk biaya
sekam, sewa kandang, tenaga kerja luar keluarga, minyak tanah serta listrik.
Pelaku usaha ternak ayam kampung super yang sebagian besar berbentuk peternakan rakyat,
banyak diantaranya bekerjasama dengan perusahaan besar dalam bentuk kerjasama
kemitraan. Peranan perusahaan besar sebagai mitra peternak rakyat diharapkan dapat
menjamin kepastian pasokan sarana produksi dan harga jual produk, serta adanya jaminan
pasar atas produk yang dihasilkan.
Pola kemitraan dapat digunakan untuk mengatasi berbagai macam kekurangan yang dihadapi
oleh peternak rakyat. Program pengembangan kemitraan merupakan salah satu kebijakan
yang diterapkan oleh pemerintah untuk meningkatkan produksi ternak dan daging. Kemitraan
usaha peternakan di Indonesia di kembangkan sejaktahun 1984 melalui 2 pola Perusahaan
Inti Rakyat (PIR) dalam perunggasan.Perusahaan peternakan berfungsi sebagai inti dan
peternak rakyat sebagai plasma yang selanjutnya dikenal dengan pola IntiPlasma.Kemitraan
diharapkan dapat menjadi solusi untuk merangsang tumbuhnya peternak di Indonesia
terutama bagi peternak rakyat yang kepemilikan modalnya relative kecil.
Kerjasama yang dibangun masyarakat dengan kemitraan tersebut diharapkan dapat
meningkatkan profitabilitas dalam penjualan ayam kampung super. Profitabilitas sendiri
merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik karena didukung oleh
karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh seluruh masyarakat serta dilihat dari
aspek kebutuhan gizi yang dapat dipenuhi jika mengkonsumsi daging dan telur (Soekartawi
dkk, 1986). Akan tetapi dalam menunjang keberhasilan usaha tersebut maka suatu proses
produksi yang dijalankan dalam usaha peternakan harus selalu diupayakan memberdayakan
semua potensi, guna memaksimalkan profitabilitas. Menurut Rasyaf (2002), besarnya
pendapatan dari usaha ternak merupakan salah satu pengukur yang penting untuk mengetahui
seberapa jauh suatu usaha peternakan telah berhasil.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis bermaksud melakukan
penelitian tentang “ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM
KAMPUNG SUPER DI KEMITRAAN TERNAK WISNU WIJAYA FARM SOLO
RAYA”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimana profitabilitas dari usaha peternak ayam kampug super di kemtraan ternak wisnu
farm solo?
2. Faktor˗faktor apa yang berpengaruh terhadap profitabilitas usaha peternak ayam kampug
super di kemtraan ternak wisnu farm solo?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis profitabilitas dari usaha peternak ayam kampug super di kemtraan
ternak wisnu farm solo?
2. Untuk menganalisis faktor˗faktor apa yang berpengaruh terhadap profitabilitas usaha
peternak ayam kampug super di kemtraan ternak wisnu farm solo?

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Bagi pemerintah hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan
menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap profitabilitas usaha peternakan ayam
kampung super.
2. Sebagai input bagi peternak apakah dalam produksi selanjutnya peternak dapat melakukan
peningkatan produksi untuk mendapatkan profitabilitas yang lebih banyak.
3. Sebagai bahan pustaka dalam menambah wawasan yang berkaitan dengan penggunaan
analisis faktor yang berpengaruh terhadap profitabilitas usaha peternakan ayam kampung
super.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Kampung Super


Ayam kampung merupakan ayam lokal di Indonesia yang kehidupannya sudah lekat dengan
masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan ayam buras (bukan ras), atau ayam
sayur. Penampilan ayam kampung sangat beragam, begitu pula sifat genetiknya,
penyebarannya sangat luas karena populasi ayam buras dijumpai di kota maupun desa.
Potensinya patut dikembangkan untuk meningkatkan gizi masyarakat dan menaikkan
pendapatan keluarga (Bakrie et al., 2003). Ayam kampung mempunyai kelebihan pada daya
adaptasi tinggi karena mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, kondisi lingkungan
dan perubahan iklim serta cuaca setempat. Ayam kampung memiliki bentuk badan yang
kompak dan susunan otot yang baik. Bentuk jari kaki tidak begitu panjang, tetapi kuat dan
ramping, kukunya tajam dan sangat kuat mengais tanah. Ayam kampung penyebarannya
secara merata dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Kondisi yang ada terkait dengan
masalah utama dalam pengembangan ayam kampung adalah rendahnya produktifitas. Salah
satu faktor penyebabnya adalah sistem pemeliharaan yang masih bersifat tradisional, jumlah
pakan yang diberikan belum mencukupi dan pemberian pakan yang belum mengacu kepada
kaidah ilmu nutrisi (Gunawan, 2002).
Ayam kampung merupakan salah satu komoditas jenis ayam yang banyak dipelihara oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia dan merupakan ternak unggas yang banyak diminati
oleh konsumen, permintaan pasar akan daging ayam kampung pun terus meningkat, akan
tetapi produksi ayam kampung yang lambat mengakibatkan kurangnya pasokan daging ayam
kampung. Usaha peternakan yang dapat dilakukan untuk memperoleh produktivitas ayam
kampung yang baik adalah dengan cara melakukan program pemuliaan guna meningkatkan
mutu genetiknya melalui persilangan. Saat ini berkembang persilangan antara betina ayam ras
dengan pejantan ayam kampung untuk mendapatkan produktivitas yang lebih baik dari ayam
kampung dengan nama ayam kampung super. Ayam kampung super merupakan hasil
persilangan antara ayam kampung dengan ayam ras (Aman, 2011).
Ayam kampung super atau ayam lokal pedaging unggul yang merupakan hasil persilangan
antara ayam kampung dengan ras jenis petelur. Ayam hasil persilangan tersebut memiliki
perumbuhan yang lebih cepat dibanding ayam lokal, sehingga orang menyebutnya dengan
ayam kampung super (Yaman, 2010). Lebih lanjut dinyatakan bahwa ayam kampung super
dalam usia dua bulan beratnya bisa mencapai 1,5 kg, umur 45 – 75 hari sudah siap
dikonsumsi, hal tersebut yang membedakan dengan ayam kampung asli yang umumnya baru
bisa dipanen setelah 3 – 6 bulan. Adanya teknologi baru, kini hadir ayam kampung super atau
ayam jawa super. Ternak ayam kampung super secara nyata lebih menjanjikan karena dalam
masa pemeliharaan hanya membutuhkan waktu 50-60 hari untuk panen.
Karakteristik dari ayam kampung super adalah dapat diproduksi dalam jumlah banyak
dengan bobot seragam, laju pertumbuhan lebih cepat daripada ayam kampung, memiliki
tingkat kematian yang rendah, mudah beradaptasi dengan lingkunan serta memiliki citarasa
yang tidak berbeda dengan ayam kampung (Kaleka, 2015). Umur panen ayam kampung
super yaitu kurang lebih dua bulan (Munandar dan Pramono, 2014).
Kelebihan ayam kampung super jika dibandingkan dengan ayam kampung adalah bobot
badan lebih besar, nilai konversi pakan lebih rendah serta nilai mortilitas yang lebih rendah
(Gunawan dan Sartika, 2001). Ayam kampung super memiliki citarasa dan tampilan karkas
yang hampir sama dengan ayam kampung, hal ini menjadi nilai tambah dari ayam kampung
super (Kaleka, 2005). Daging ayam kampung memiliki citarasa yang gurih dan lezat, tekstur
daging lebih liat, memiliki kandungan lemak yang rendah jika dibandingkan dengan ayam
broiler serta memiliki warna daging yang eksotik (Nuroso, 2011).
Menurut (Yaman, 2010), perbedaan yang paling signifikan antara ayam kampung umumnya
dengan ayam kampung super terlihat pada kemampuan menghasilkan daging, terutama pada
organ tubuh bagian dada dan bagian paha, seperti ayam pedaging unggul lainnya,
perkembangan kedua jenis tipe otot tersebut menunjukan bahwa ayam kampung super
memiliki sifat dengan jenis ayam pedaging lainnya. Ayam kampung super mempunyai sifat
dwiguna yaitu ayam sebagai penghasil telur dan daging. Ayam kampung super pedaging
waktu pemeliharaan 2-3 bulan sudah siap panen.
Ternak ayam kampung super secara nyata lebih menjanjikan karena dalam masa
pemeliharaan hanya membutuhkan waktu 50-60 hari untuk panen.

2.2 Profitabilitas
A. Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau
modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain, profitabilitas adalah kemampuan
suatu perusahaan untuk mencapai laba. Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi
kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan peurusahaan untuk
menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna
memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para
investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat
digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut. Profitabilitas
perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu
dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Dengan demikian setiap badan usaha
akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat
profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih
terjamin.
Menurut R. Agus Sartono (2010, 122) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Menurut Sutrisno (2009, 16) profitabilitas adalah kemampuanperusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan semua modal yang bekerja didalamnya. Menurut Sofyan
Syafri Harahap (2009, 304) profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang perusahaan, dan lain sebagainya.
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas yang
dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio profitabilitas digunakan untuk menilai serta
mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu atau untuk beberapa
periode. Penggunaan seluruh atau sebagian rasio profitabilitas tergantung dari kebijakan
manajemen. Robert (1997) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas
menunjukan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio ini dapat
dibagi atas enam jenis yaitu :
a. Gross Profit Margin (GPM) Gross Profit Margin (GPM) berfungsi untuk mengukur
tingkat pengembalian keuntungan kotor terhadap penjualan bersihnya.
Net Sales Gross profit adalah net sales dikurangi dengan harga pokok penjualan,
sedangkan net sales adalah total penjualan bersih selama satu tahun. Nilai GPM
berada diantara 0 dan 1. Nilai GPM semakin mendekati satu, maka berarti semakin
efisien biaya yang dikeluarkan untuk penjualan dan semakin besar juga tingkat
pengembalian keuntungan.
b. Net Profit Margin (NPM) NPM berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian
keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya.
Net Sales Nilai NPM ini juga berada di antara 0 dan satu. Nilai NPM semakin besar
mendekati satu, maka berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan dan juga berarti
semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih..
c. Operating Return On Assets (OPROA) OPROA digunakan untuk mengukur tingkat
kembalian dari keuntungan operasional perusahaan terhadap seluruh asset yang
digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasional tersebut. Operating Income
Average Total Asset Operating income merupakan kentungan operasional atau
disebut juga laba usaha. Average total assets merupakan rata-rata dari total asset awal
tahun dan akhir tahun.
d. Return On Assets (ROA) ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. Rasio
ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas yang ada. ROA
terkadang disebut juga Return On Invesment (ROI).
e. Return on Equity (ROE) ROE digunakan untuk mengukur lalu bersih sesudah pajak
dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri.
Semakin tinggi rasio ini, semaki baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin
kuat, demikian pula sebaliknya.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas


Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhada profitabilitas pada proses usaha ternak ayam
kampong super adalah sebagaai berikut :
1. Kualitas Bibit
Bibit sangat menentukan tinggi rendahnya produktivitas dalam suatu
usaha peternakan. Agar dapat menghasilkan bibit anak ayam yang sehat dan
produksi tinggi, maka perlu dilakukan pemeliharaan bibit ayam erat kaitannya
dengan strain yang memiliki kesamaan umum dalam hal fisiknya. Menurut
Sutyono et al (2013) beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih
bibit ayam kampung super yaitu : harga DOC yang tidak terlalu mahal, pertumbuhan
ayam yang relative cepat, ayam cepat mencapai dewasa kelamin, produksi ayam
yang tinggi dan persisten, ukuran telur normal, warna dan kerabang telur yang
normal.
2. Pakan
Pemberian pakan yang tepat dan efisien merupakan kunci sukses dalam
meningkatkan produksi usaha ayam kampung super. Hal ini karena tingkat produksi
sangat ditentukan oleh kualitas pakan yang diberikan. Penyediaan air minum
merupakan kebutuhan ayam yang sangat penting dan tidak bisa digantikan. Air
berfungsi untuk pengatur suhu tubuh dan pelarut zat-zat yang dibutuhkan pada
tubuh ayam kampung super. Kekurangan air dalam tubuh akan berakibat langsung
terhadap pertumbuhan ayam, seperti dehidrasi dan kematian (Setyono et al, 2003).
3. Jumlah Produksi
Ayam kampung super dalam usia dua bulan beratnya bisa mencapai 1,5 kg, umur 45 – 75 hari
sudah siap dikonsumsi, hal tersebut yang membedakan dengan ayam kampung asli yang
umumnya baru bisa dipanen setelah 3 – 6 bulan. Adanya teknologi baru, kini hadir ayam
kampung super atau ayam jawa super. Ternak ayam kampung super secara nyata lebih
menjanjikan karena dalam masa pemeliharaan hanya membutuhkan waktu 50-60 hari untuk
panen.
2.3 Kemitraan
Menurut undang-undang republik Indonesia no.9 tahun 1995 kemitraan adalah kerjasama
usaha antara usaha kecil dan usaha menengah atau usaha besar disertai pembinaan dan
pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling
memerlukan, saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Menurut
para ahli kemitraan adalah hubungan antara dua pihak atau lebih yang bertujuan untuk
mencari keuntungan dimana suatu pihak berada dalam kondisi yang lebih rendah dari yang
lainnya namun membentuk suatu hubungan yang mendudukkan keduanya berdasarkan kata
sepakat untuk mencapai suatu tujuan. Pola kemitraan usaha terampil dalam pembangunan
guna kesejahteraan rakyat.
Pada usaha ternak ayam kampong super atau ternak ungags lainnya, pola kemitraan yang
sering dan banyak digunakan adalah pola inti plasma. Pola anti plasma merupakan pola
hubungan kemitraan antra kelompok mitra usaha sebagai plasma dengan perusahaan inti yang
bermitra. Salah satu kemitraan ini adalah pola perusahaan inti rakyat (PIR), dimana
perusahaan inti menyediakan seperti Lahan, Sarana produksi, Bimbingan teknis, Manajemen,
Penampung, Pengelola dan Memasarkan hasil produksi, disamping itu inti tetap
memperoduksi kebutuhan perusahaan. Sedangkan mitra usaha sebagai plasma memenuhi
kebutughan perusahaan sesuai dengan peryaratan yang telah disepakati. Beberapa keunggulan
kemitraan pola plasma antara lain:
1) Kemitraan inti plasma memberikan manfaat timbale balik antara pengusaha besar atau
menengah sebagai inti dengan usaha kecil sebagai plasma melalui cara pengusaha besar /
menengah memberikan pembinaan serta penyediaan sarana produksi, bimbingan, pengolahan
hasil serta pemasaran. Oleh kerna itu melalui modal inti plasma akan tercipta saling
ketergantungan dan saling memperoleh keuntungan.
2) Kemitraan inti plasma dapat berperan sebagai upaya pemberdayaan pengusaha kecil
dibidang teknologi, modal, kelembagaan dan lainlain sehingga pasokan bahan baku dapat
lebih terjamin dalam jumlah dan kualitas sesuai standar yang diperlukan.
3) Dengan kemitraan inti plasma, beberapa usaha kecil yang dibimbing usaha besar/
menengah maupun memenuhi sekala ekonomi, sehingga dapat dicapai efisiensi.
4) Dengan kemitraan inti plasma, perusahaan besar/ menengah yang mempunyai kemampuan
dan kawasan pasar yang lebih luas dapat mengembangkan komuditas, barang produksi yang
mampunyai keunggulan dan mampu bersaing di pasar nasional, regional maupun pasar
internasional.
5) Keberhasilan kemitraan inti plasma dapat menjadi daya tarik bagi pengusaha
besar/menengah lainnya sebagai investor baru untuk membangun kemitraan baru baik
investor swasta nasional maupun investor swasta asing.
6) Dengan tumbuhnya kemitraan
7) Inti plasma akan tumbuh pusat-pusat ekonomi baru yang semangkin berkembang sehingga
sekaligus dapat merupakan upaya pemerataan pendapatan sehingga dapat menceggah
kesenjangan sosial.
Pedoman kemitraan usaha tersebut menguraikan hak dan kewajibandari persahaan inti, yaitu:
1) Perusahaan mitra yang bertindak sebagai perusahaan inti atau perusahaan Pembina,
melaksanakan pembukaan lahan atau menyediakan lahan, pengolahan yang dikelola
sendiri oleh inti.
2) Perusahaan mitra tersebut melaksanakan pembinaan berupa pelayanan dalam bidang
teknologi, sarana produksi, permodalan atau kredit, dan pengolahan hasil,
menampung produksi atau memasarkan hasil.
3) Perusahaan mitra yang bertindak sebagai perusahaan hanya memiliki unit pengolahan.
Perusahaan mitra tersebut melakukan pembinaan berupa pelayanan dalam bidang
teknologi, sarana produksi, permodalan atau kredit, pengolahan hasil, menampung
dan memasarkan hasil produksi kelompok mitra.
4) Perusahaan mitra sebagai perusahaan penghela. Perusahaan mitra tersebut melakukan
pembinaan kepada kelompok mitra berupa pelayanan dalam bidang teknologi,
menampung dan memasarkan hasil produksi. Inti menyediakan sebagai berikut:
1) Pengadaan DOC
2) Obat-obatan
3) Pakan
4) Pembinaan pelaksanaan budidaya ayam
5) Membantu manajemen usaha peternak
Plasma menyediakan sebagai berikut:
1) penyediaan kandang
2) melakukan pemelihkaraan
3) serta mengikuti aturan yang telah ditetapkan

Kemitraan usaha muncul sebagai alternatif untuk menanggapi pasar yang makin
terdeversifikasi dan lingkungan yang dinamis. Kemitraan mempunyai:
a. Economy of scope dimana kemitraan ditempuh untuk mendapatkan nilai tambah dan
menciptakan maslahat yang sulit dicapai oleh perusahaan tunggal
b. Economy of speed atau kemitraan ditempuh untuk memperpendek suatu proses
pengembangan produk, dan
c. Network effect atau kemitraan dilaksanakan untuk membentuk suatu jaringan kerja yang
menciptakan teknologi, kapasitas dan budaya bisnis yang memungkinkan aplikasi baru
dengan berbagai tujuan.
Faktor-Faktor Produksi dalam Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Setiap kegiatan usaha
membutuhkan faktor-faktor produksi. Faktor produksi tersebut merupakan input agar bisa
menghasilkan suatu output. Faktor-faktor produksi yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Lahan
Lahan dalam peternakan berupa kandang.Berdasarkan jenisnya, kandang dibagi menjadi dua,
yaitu kandang tertutup dan kandang terbuka, yang membedakan adalah mengenai sirkulasi
udaranya. Sirkulasi udara akan mempengaruhi suhu udara di dalam kandang.
b. Modal
Modal merupakan faktor produksi yang tidak kalah pentingnya dalam produksi
pertanian.Dalam arti kelangkaannya bahkan peranan faktor modal lebih menonjol.
c. Tenaga kerja
Faktor produksi selanjutnya adalah tenaga kerja sebagai pengelola dalam peternakan.Manusia
sebagai pengelola peternakan dibedakan berdasarkan ilmu dan keterampilan yang
dimilikinya.Tanpa ilmu dan keterampilan manusia itu biasanya disebut tenaga kasar yang
umumnya bertugas di kandang sebagai pelaksana tugas rutin.

2.4 Penelitian Terdahulu


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiranata, Muhammad Ardi, (2017)
Analisis profitabilitas usaha peternakan ayam kampung super yang didapatkan kesimpulan
bahwa persentase biaya manajemen cukup baik yaitu sebesar 11,30 persen dari total biaya
produksi. Persentase biaya pakan pada peternak ayam kampong super merupakan biaya
tertinggi dari biaya-biaya yang lain yaitu sebesar 64,61 persen dari biaya produksi.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Dewanti, Ratih dan Ginda Sihombing (2012)
yang berjudul Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Ayam Buras didapatkan kesimpulan
bahwa pendapatan yang diperoleh peternak ayam buras di Kecamatan Tegalombo Kabupaten
Pacitan sebesar Rp. 1.383.358,10/tahun/peternak dari rata-rata penjualan 89 ekor, feses dan
telur. Faktor produksi yang mempengaruhi pendapatan peternak adalah pembelian ayam dan
biaya listrik.
Dewanti dan Sihombing (2012) menganalisis besarnya pendapatan yang diperoleh peternak
ayam buras dan pengaruh faktor-faktor produksi terhadap pendapatan usaha. Metode yang
digunakan adalah analisis regresi berganda, uji F dan uji t. Hasil penelitian adalah
menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan bersih dari penjualan ayam buras 89 ekor, feses
dan telur yaitu Rp. 1.383.358,10 per tahun/peternak. Analisis regresi linear berganda
diperoleh dengan persamaan Ŷ = 20,947+0,620X1+0,003X2-0,996X3-0,869X4-
0,015X5+0,845X6. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,646 berarti pendapatan ayam
buras mampu dijelaskan oleh biaya pembelian ayam, jagung, dedak, obat/vitamin, tenaga
kerja, listrik sebesar 64,6% sedangkan sisanya sebesar 35,4% dipengaruhi oleh variabel-
variabel di luar yang diteliti. Pada uji F, variabel independen berpengaruh secara bersama
terhadap variabel dependen dengan tingkat signifikan 0,05, berdasarkan uji t faktor biaya
pendapatan dipengaruhi oleh pembelian ayam dan biaya listrik sedangkan biaya lainnya tidak
berpengaruh terhadap pendapatan. Persamaan dari penelitian ini adalah menggunakan metode
analisis regresi berganda.
Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Rasyid, Tantri Giling dan Sofyan Nurdin
Kasim (2014) Analisis pendapatan usaha peternakan ayam buras pedaging yang didapatkan
kesimpulan bahwa pemeliharaan ayam buras pedaging 100 ekor, 300 ekor, 500 ekor, 1000
ekor adalah memberikan keuntungan bagi peternak di Desa BungungLoe, Kecamatan Turatea
Kabupaten Janeponto dan berdasarkan hasil jumlah ayam buras pedaging yang
dibudidayakan yaitu 100 ekor, 300 ekor, 500 ekor, 1000 ekor yang terlayak (R/C) adalah 300
ekor denga R/C=1,51 disusul oleh 100 ekor R/C=1,37

2.5 Kerangka pemikiran


Pengembangan ternak ayam kampung ke arah yang lebih baik menghadapi berbagai
hambatan terutama untuk meningkatkan produktivitas ayam kampung yangs relatif rendah.
Sektor peternakan ayam kampung selain berperan dalam bidang ekonomi, berperan juga
dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak
khususnya semakin meningkat, seiring dengan pertumbuhan jumlah populasi penduduk
Indonesia yang semakin bertambah, pendidikan yang semakin tinggi serta bertambahnya
pengetahuan tentang pentingnya gizi. Upaya untuk memaksimalkan kebutuhan protein dan
permintaaan daging yang semakin tinggi sehingga peluang yang bisa dikembangkan untuk
meningkatkan produk ternak sebagai penghasil daging ayam kampung yaitu ayam kampung
super. Akan tetapi banyak masyarakat yang tidak mengerti rasio profitabilitas dalam usaha
ternak ayam kampusng super apakah lebih tinggi atau lebih rendah dibandngkan dengan
ternak ayam kampong biasa. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis data atau rasio
profitabilitas pada usaha ternak ayam kampong super pada kemitraan ternak wisnu wijaya
farm solo raya. Hingga selanjutnya dapat dipublikasikan atau disimpulkan hasil analisa
profitabilitas sebegai acuan masyarakat yang belum memulai usaha ternak ayam kampung
super.

Usaha ternak ayam kampung super

Harga Masuk Kebutuhan ayam Biaya Produksi : Total


kampung super: 1. Biaya Variabel Pendapatan/
1. DOC 2. Biaya Tetap Penerimaan
2. Pakan
3. Vaksinasi
4. Obat-obatan
5. Kandang
6. peraatan

Biaya Total yang Total Pendapatan


dikeluarkan

R/C
Dalam teknik budidaya ayam kampung super cukup mudah, mulai dari DOC (Day Old
Chick), vaksinasi, pemberian pakan, pencegahan penyakit dan hama pada ayam kampung
super. Dalam satu kali proses produksi ayam kampung super memerlukan waktu dua bulan
dengan sistem pemeliharaan secara intensif, lebih cepat daripada ayam kampung jenis lainnya
yang membutuhkan waktu dua setengah sampai tiga bulan dengan sistem pemeliharaan
intensif. Sistem pemeliharaan ayam kampung super secara intensif yang tepat akan
mempengaruhi terhadap produksi, penerimaan dan pendapatan yang optimal. Produksi
merupakan sebuah ukuran dalam menjalankan sebuah usaha, jika produksi baik dalam
budidaya ayam kampung super maka akan memiliki pendapatan yang menguntungkan
kepada pelaku usaha/peternak.
Biaya produksi adalah jumlah dari semua biaya-biaya yang dibutuhkan dalam proses
produksi dengan tujuan untuk menghasilkan suatu produk. Biaya produksi tidak dapat
dipisahkan dalam menjalankan usaha ternak ayam kampung super, dikarenakan biaya
produksi dapat berpengaruh terhadap penerimaan. Penggunaan biaya produksi usaha ayam
kampung super menyangkut biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah
jenis-jenis biaya yang selama satu periode kerja adalah tetap jumlahnya, dan tidak mengalami
perubahan. Biaya variabel (variabel cost) adalah jenis-jenis biaya yang naik turun bersama-
sama dengan volume produksi. Biaya tetap dalam usaha ternak ayam kampung terdiri dari
biaya bibit ayam kampung super, biaya peralatan (wadah pakan, wadah air, liiter, terpal, dll),
sedangkan biaya variabel dalam usaha ternak ayam kampung berupa biaya pakan, vaksinasi,
obat-obatan, biaya tenaga kerja.
Penerimaan usaha peternakan ayam kampung super merupakan total hasil yang diperoleh
peternak dari hasil pemeliharaan ternak ayam kampung super selama satu kali produksi. Pada
usaha ternak ayam kampung super, sumber penerimaan peternak dapat dilihat dari hasil
penjualan ayam kampung super dalam satu kali produksi. Dengan sistem pemeliharaan secara
intensif akan menghasilkan penerimaan yang optimal, dikarenakan dengan sistem
pemeliharaan intensif dapat dikontrol/diperhatikan dalam segi kesehatan pada ayam kampung
super, pemberian pakan, vaksinasi, obat-obatan supaya terhindar dari berbagi penyakit yang
dapat menyerang ayam kampung super agar mendapatkan penerimaan yang optimum.
Berbeda dengan sistem pemeliharaan ekstensif dan juga sistem semiintensif. Pendapatan
adalah hasil keseluruhan yang diterima oleh peternak dalam satu kali proses produksi
dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan oleh peternak yang mendukung untuk
melaksanakan usaha peternakan ayam kampung super. Alat analisis penulis disini
menggunakan rumus R/C ratio, dimana r/c ratio merupakan alat analisis terhadap suatu
kelayakan sebuah usaha yang digunakan untuk melihat sebuah keuntungan relatif yang
didapatkan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan di

3.2 Teknik Penentuan Sampel


Usaha ternak ayam kampung super yang ada di Kemitraan Ternak Wisnu Wijaya Farm Solo
Raya berjumlah 8 orang, metode yang digunakan dalam Teknik penentuan menggunakan
metode sensus atau sampling jenuh dimana semua populasi peternak yang ada di jadikan
sebagai sampel dalam penelitian. Pengertian sampling jenuh atau sensus menurut Sugiyono,
(2008) “sampling jenuh atau sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain sampling jenuh adalah sensus.

3.3 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif yaitu sebuah data yang dapat diukur, dihitung, serta dapat dideskripsikan dengan
menggunakan angka, yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dilapangan berupa data
penjualan dan biaya-biaya yang dikeluarkan, sedangkan data kualitatif adalah data yang
berbentuk kalimat, pernyataan yang diberikan oleh pengelola usaha ternak ayam kampung
super di Kemitraan Ternak Wisnu Wijaya Farm Solo Raya .

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder:
1. Data Primer
Data yang di kumpulkan secara langsung dari Usaha ternak ayam kampung super yang ada di
Kemitraan Ternak Wisnu Wijaya Farm Solo Raya dengan tidak melalui perantara dari pihak
lain.
2. Data Sekunder
Data yang di kumpulkan melalui perantara seperti di instalasi/kantor-kantor, di peroleh
melalui perantara seperti kantor Desa, BPS dan Dinas Peternakan di Kabupaten .
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa Teknik pengumpulan data berupa:
1. Observasi
Observasi yaitu mengamati secara langsung ke lokasi penelitian bagaimana aktivitas Usaha
ternak ayam kampung super yang ada di Kemitraan Ternak Wisnu Wijaya Farm Solo Raya.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara yaitu menanyakan secara langsung ke Usaha ternak ayam kampung super
beberapa pertanyaan dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya.
3. Dokumentasi
Mengumpulkan data dengan cara mencatat atau mengambil data yang di perlukan dalam
penelitian. Serta dapat digunakan untuk memperoleh kejadian-kejadian atau peristiwa tertentu
yang dapat dijadikan atau digunakan dalam menjelaskan kondisi yang didokumentasikan oleh
peneliti.

3.5 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui profitabilitas usaha ternak ayam kampung supermenggunakan analisis
data permintaan sebagai berikut:
Total Revenue (TR) = Q x P
TC = FC + VC
I = TR – TC
Dimana:
TR = Total Revenue/ penerimaan (Rp/Thn)
Q = Jumlah Produksi
P = Harga (Rupiah)
TC = Total cost / Total Biaya (Rp)
FC = Fixed Cost / Biaya Tetap (Rp)
I = Profitabilitas
VC = Variabel Cost / Biaya Variabel (Rp)

pendapatan
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = x 100 %
penjualan
2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi keuntungan peternak ayam
kampung supermenggunakan analisis linear berganda :
Y=λ+β1 X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6+ε

Keterangan :
Y= Keuntungan (Rp/Periode)
X1 = Kualitas Bibit DOC (Rp/Periode)
X2 = kualitas Pakan (Rp/Periode)
X3 = Jumlah Produksi (Rp/Periode)
λ = Intersep
β1 – β6 = besaran parameter yang akan diduga
ε = disturbance term

3.5.1 Pengujian Hipotesis


1. Pengujian Secara Serentak
Uji statistic F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independent yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara Bersama-sama terhadap variabel
depeden (Ghozali, 2005). Pengujian F ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hasil
perhitungan dengan F Tabel, maka menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa
semua variabel independent secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2. R Square/R²
Nilai koefisien determinan merupakan suatu ukuran yang menunjukkan besar sumbangan dari
variabel independent terhadap variabel dependen. Bila nilai koefisien determinasi yang diberi
symbol R² mendekati angka 1, maka variabel independent makin mendekati hubungan
dengan variabel dependen sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan model tersebut dapat
dibenarkan (Gujarati, 1997).
3. Pengujian Secara Parsial (Uji t)
Uji statistic t pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independent secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan
hipotesis sebagai berikut (Ghozali, 2005) :
Ho : b1 = 0 diduga variabel independent mempunyai pengaruh positif terhadap variabel
dependen.
H1 : b1 > 0 diduga variabel independent mempunyai pengaruh positif terhadap variabel
dependen.
Dalam menerima dan menolak hipotesis yang diajukan dengan melihat hasil output SPSS,
apabila nilai signifikan < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.

3.6 Definisi Operasional


1. Ayam kampung super adalah ayam kampung hasil silang yang dipelihara oleh peternak di
Kemitraan Ternak Wisnu Wijaya Farm Solo Raya untuk produksi daging dan telur dalam
suatu usaha peternakan.
2. Biaya tetap adalah biaya yang pasti akan terjadi bahkan Ketika tidak ada unit yang di
produksi oleh Usaha ternak ayam kampung superyang ada di Kemitraan ternak wisnu wijaya
farm solo raya.
3. Biaya variabel adalah biaya yang tidak pasti dan hanya akan terjadi Ketika Usaha ternak
ayam kampung super yang ada di Kemitraan Ternak Wisnu Wijaya Farm Solo Raya
melakukan produksi.
4. Penerimaan adalah harga jual ayam yang diperoleh dengan mengalikan jumlah ayam
dengan harga jual yang dinyatakan dalam Rp/Periode pada usaha peternakan ayam kampung
superdi Desa Margolembo.
5. Profitabilitas adalah kemampuan Usaha ternak ayam kampung super di Kemitraan Ternak
Wisnu Wijaya Farm Solo Raya dalam memperoleh keuntungan.

Anda mungkin juga menyukai