Anda di halaman 1dari 15

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan umum Ayam Broiler

Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya

teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat

sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

muda, serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak (Murtidjo, 2006).

Rasyaf (2004) menyatakan bahwa ayam broiler mempunyai pertumbuhan

yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik

dan banyak. Ayam broiler pertumbuhannya sangat fantastik sejak umur satu

minggu hingga lima minggu. Pada saat berumur tiga minggu ternak sudah

menunjukkan pertumbuhan bobot badan yang memuaskan, menurut Lestari

(1992) bahwa ayam pedaging adalah ayam yang berumur enam minggu,

mempunyai pertumbuhan yang cepat dengan berat akhir antara 1,5–2 kg. Ayam

broiler sudah dapat dipasarkan pada usia lima sampai enam minggu dengan bobot

hidup antara 1,3 sampai 1,6 kg per ekor (Rasyaf, 2004). Namun demikian

kebanyakan masyarakat di Indonesia lebih banyak menyukai daging ayam broiler

yang tidak begitu besar terutama untuk konsumsi rumah makan dan pasar-pasar

tradisional.

Sebenarnya istilah ayam broiler merupakan istilah asing yang

menunjukkan cara memasak ayam di negara–negara barat (Rasyaf, 2002).

Sehingga sampai saat ini belum ada istilah yang tepat untuk mengantikannya,

5
6

masyarakat dari pedesaan hingga pelosok sampai saat ini tetap menyebut dengan

istilah ayam broiler.

Usaha Ternak Ayam Pedaging

Usaha peternakan ayam pedaging atau ayam broiler pada awalnya

merupakan usaha sampingan dari usaha peternakan ayam petelur. Seiring dengan

berjalannya waktu, industri peternakan ayam broiler saat ini telah banyak berdiri.

melalui aktivitas bisnisnya yaitu memproduksi ayam pedaging, yang meliputi

budidaya ayam broiler (farming operation) dan industri pengolahan daging ayam,

industri peternakan ayam broiler telah memberikan peranan yang nyata terhadap

perkembangan subsektor peternakan di Indonesia. Usaha peternakan ayam broiler

saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari segi

tingkat efisiennya. Banyak para pelaku usaha menekuni usaha peternakan ayam

broiler, baik secara sistem mandiri maupun secara sistem plasma. alasannya

adalah selain jumlah permintaan daging ayam yang terus meningkat, perputaran

modal yang sangat cepat merupakan daya tarik tersendiri bagi para pelaku usaha

untuk menekuni usaha peternakan ayam broiler ini. Alasan lainnya adalah

tersedianya faktor-faktor produksi dalam jumlah yang banyak (Hafsah, 2003).

Khusus untuk usaha peternakan ayam broiler dengan sistem plasma,

faktor-faktor produksi seperti DOC, pakan, obat-obatan, vaksinasi, dan vitamin

tidak harus dibayar langsung. Faktor-faktor produksi tersebut sudah bisa dipakai

untuk diproduksi selama masa produksi yaitu selama 30-40 hari dan baru bisa

dibayar setelah ayam broiler dipanen. Usaha peternakan ayam broiler dapat
7

diusahakan dalam berbagai skala produksi, baik skala besar maupun skala kecil

(Kadarsan, 1993).

Saat ini telah banyak para pelaku usaha ayam broiler yang

menggabungkan beberapa unit usaha menjadi satu kesatuan unit usaha yang

terintegrasi (integrated). misalnya usaha pembibitan ayam bergabung dengan

usaha pakan ternak, usaha beternak ayam broiler komersial, dan proses

pemotongan ayam. Bahkan banyak diantaranya yang menggabungkan usahanya

dengan usaha pengolahan ayam, sehingga ayam potong yang dijual tidak hanya

dalam bentuk ayam hidup ataupun dalam bentuk karkas tetapi bisa berupa produk

hasil olahan seperti fillet atau nugget. Produk hasil olahan ini diproduksi

berdasarkan permintaan konsumen yang terus berkembang (Rasyaf, 2004).

Usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu Peternak rakyat,

Pengusaha Kecil Peternakan, dan Pengusaha Peternakan (Anonimus, 1996).

Peternak Rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam dengan

jumlah populasi maksimal 15.000 ekor per periode. Pengusaha kecil peternakan

adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi maksimal

65.000 ekor per periode. Pengusaha peternakan adalah peternak yang

membudidayakan ayam dengan jumlah populasi melebihi 65.000 ekor per periode

(Rasyaf, 2004).

Subsektor peternakan mampu tumbuh dengan cepat, karena didukung oleh

perkembangan industri peternakan terutama ayam ras dan sapi potong. Pelaku dua

komoditi tersebut berpotensi dijadikan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam

sektor pertanian. Salah satu komoditas peternakan yang memiliki potensi yang
8

cukup tinggi di Indonesia adalah peternakan ayam ras pedaging (broiler),

perkembangan jumlah populasi ayam broiler mengalami peningkatan setiap

tahunnya. Dengan adanya peluang tersebut maka perlu ditingkatkan daya saing

komoditi hasil ternak (Ilham, 2006).

Peternakan Ayam Pedaging

Peternakan adalah suatu usaha pembibitan atau budidaya peternakan

dalam bentuk perusahaan atau peternakan rakyat, yang dilakukan secara teratur

dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk

tujuan komersil atau sebagai usaha sampingan untuk menghasilkan ternak bibit

atau ternak potong, telur, susu, serta menggemukkan suatu jenis ternak termasuk

mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan. Peternakan merupakan sektor

yang memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional yaitu sebagai

penyedia lapangan pekerjaan, sumber devisa negara dan penyedia bahan pangan.

Peranan penting peternakan menyebabkan peternakan menjadi sektor yang

diminati pengusaha untuk dijadikan bisnis sumber penghasilan utama maupun

sampingan. Usaha peternakan yang banyak diminati adalah peternakan ayam

broiler karena memiliki permintaan yang tinggi (Rasyaf, 1989).

Pengusaha peternakan ini bahkan memiliki kelebihan yaitu berhak

mendapatkan bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal tersebut

ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1977

tentang Usaha Peternakan. Peraturan Pemerintah tersebut menjelaskan bahwa

Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau pejabat yang
9

ditunjuk olehnya berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan atas

pelaksanaan perusahaan-perusahaan peternakan (Hafsah, 2003).

Peternakan ayam pedaging mempunyai prospek yang sangat baik untuk

dikembangkan, baik dalam skala peternakan besar maupun skala peternakan kecil

(peternakan rakyat). Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan

membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dari hasil kegiatan

tersebut. tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-

prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara

optimal. kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu

peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua

yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci. Ayam broiler merupakan

ayam penghasil daging yang memiliki beberapa keunggulan diantaranya, laju

perputaran modal yang cepat dan waktu pemeliharaan yang singkat yaitu dalam

lima minggu ayam broiler sudah dapat dipanen dengan bobot 1,5 kg/ekor. Hal

inilah yang mendorong banyak peternak yang mengusahakan peternakan ayam

broiler. (Rasyaf, 2004).

Tinjauan Umum Kemitraan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, arti kata mitra adalah teman,kawan

kerja, pasangan kerja, rekan, sementara kemitraan mempunyai arti perihal

hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra. Pengertian kemitraan adalah

suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang dalam jangka

waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling

membutuhkan dan saling membesarkan. Konsep kemitraan usaha jangan sampai


10

ada pihak yang diuntungkan di atas kerugian pihak lain yang merupakan mitra

usahanya. Menurut Hafsah (1999), kemitraan bertujuan untuk memperbaiki

semua aspek yaitu ekonomi, sosial budaya, teknologi manajemen. Pada aspek

ekonomi bertujuan untuk :

a. Meningkatkan pendapataan usaha kecil dan masyarakat

b. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan

c. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil

d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional

e. Memperluas kesempatan kerja

f. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.

Pada aspek sosial budaya tujuan yang ingin dicapai adalah pemberian

pembinaan dan pembimbingan kepada pengusaha kecil, sehingga dapat tumbuh,

dan berkembang sebagai komponen ekonomi yang tangguh dan mandiri.Pada

akhirnya diharapkan akan disertai dengan tumbuhnya pusat-pusat ekonomi baru

sebagai upaya pemerataan pendapatan sehingga dapat mencegah kesenjangan

sosial.

Tujuan dalam konteks teknologi adalah terjadinya perbaikan teknologi

mitra yang lemah dan berskala kecil menjadi lebih baik melalui bimbingan dan

transfer teknologi dari perusahaan besar. diharapkan secara manajemen dapat

tercapai perbaikan manajemen usaha kecil kearah yang lebih baik yaitu

peningkatan produktivitas individu yang melaksanakan kerja, dan peningkatan

produktivitas organisasi didalam kerja yang dilaksanakan.


11

Kemitraan pertanian adalah usaha pertanian berdasarkan azas persamaan

kedudukan, keselarasan dan peningkatan keterampilan kelompok mitra oleh

perusahaan mitra melalui perwujutan sinergi kemitraan yaitu hubungan yang

saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan (Anonimus, 1997). Saling

memerlukan dalam arti perusahaan mitra memerlukan hasil produksi dan

kelompok mitra memerlukan pasokan bahan baku dan bimbingan dari perusahaan.

Saling memperkuat artinya kelompok mitra maupun perusahaan mitra sama-sama

memperhatikan tanggung jawab moral dan etika bisnis. Saling menguntungkan

yaitu baik kelompok mitra dan perusahaan mitra memperoleh peningkatan

pendapatan, dan kesinambungan usaha. Pola kemitraan usaha pertanian terdiri

dari tiga macam yaitu :

1. Pola Inti Plasma, adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan

perusahaan mitra yang didalamnya perusahaan bertindak sebagai inti dan

kelompok mitra sebagai plasma. Kelebihan pola ini adalah:

a. kepastian sarana produksi

b. pelayanan/bimbingan

c. menampung hasil.

Kekurangan pola ini adalah:

a. inti plasma menyediakan operasional

b. kegagalan dalam panen menjadi kerugian plasma.

2. Pola Sub Kontrak, adalah hubungan antara kelompok mitra dengan perusahaan

mitra yang didalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang

diperlukan perusahan mitra sebagai bagian dari produksinya.


12

3. Pola Dagang Umum, adalah hubungan kemitraan antara kelompok dengan

perusahaan mitra yang didalamnya perusahaan mitra memasarkan hasil

produksi kelompok mitra, atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang

diperlukan oleh perusahaan mitra (Anonimus, 1997).

Sementara itu pada agribisnis peternakan, khususnya peternakan broiler

dilakukan dalam bentuk pola kemitraan inti plasma. Pola kemitraan inti plasma

adalah hubungan kemitraan dimana perusahaan mitra sebagai inti dan peternak

sebagai plasma. Perusahaan inti menjamin penyediaan sarana produksi,

menampung dan membeli hasil produksi, mengolah hasil dan pemasaran serta

melaksanakan bimbingan teknis/manajemen kepada peternak serta mengusahakan

permodalan. Sedangkan peternak sebagai plasma melakukan budidaya ternak

(Saragih, 2000).

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengikuti kemitraan adalah :

1. Peternakan mempunyai kandang dan perlengkapan, kontrak maupun sendiri,

lengkap dengan perizinannya,

2. Peternak mengajukan pendaftaran kerjasama dengan perusahaan serta

mencantumkan data seperti total luas kandang, peralatan, sarana-sarana

pendukung lainnya.

3. Pihak perusahaan melakukan pengamatan langsung ke lokasi untuk meninjau

layak atau tidaknya kandang tersebut untuk dinilai dalam kerjasama tersebut.

4. Bukti perjanjian antara plasma dengan pihak perusahaan, plasma wajib

memberikan jaminan perusahaan, berupa sertifikat, uang kontan, garansi bank

atau surat berharga (Kamaludin, 2011).


13

Ada aturan (norma-norma) yang harus dilaksanakan oleh inti-plasma adalah

sebagai berikut (Amin, 2012) :

Kewajiban inti

1. Menyediakan sarana produksi berupa pakan, bibit (DOC), obat, vaksin dan

peralatan lainnya.

2. Mengambil dan memasarkan ayam pedaging hasil budidaya peternak.

3. Membantu peternak dalam proses budidaya.

Kewajiban plasma

1. Menyediakan lahan dan kandang.

2. Penyedia sarana produksi.

3. Melaksanakan kegiatan budidaya dengan sebaik-baiknya.

4. Menyerahkan hasil budidaya.

5. Tidak boleh menjual hasil budidaya selain pada inti.

Harga kontrak atau garansi pemiliharaan ayam berdasarkan kontrak yang

ditawarkan oleh perusahaan. Harga sapronak, DOC, Pakan dan vaksin sudah

tertera dalam perjanjian kontrak. Peternak akan memperoleh sisa hasil usaha dari

perhitungan penjualan ayam dikurangi biaya-biaya yang diberikan oleh pihak inti.

Suatu pola kerjasama yang saling menguntungkan kedua belah pihak

antara mitra (peternak) dan inti berdasar ikatan kerjasama. Jika sebagai peternak

mempunyai modal kerja namun masih mengalami kesulitan pengadaan sapronak

(DOC, Pakan, Obat, Vaksin dan Desinfektan) dan pemasaran hasil produksi maka

inti sanggup membantu dalam usaha budidaya (Hafsah, 2003).


14

Suharno (2003) menyatakan bahwa perkembangan usaha ayam broiler

tersebut didukung oleh makin kuatnya industri hulu, seperti perusahaan

pembibitan (breeding farm), perusahaan pakan ternak (feed mill), perusahaan obat

hewan, dan peralatan peternakan.

Analisa Ekonomi

Menurut Suprapti (2005), analisa ekonomi adalah gambaran mengenai

perputaran keuangan dalam suatu kegiatan usaha. Dengan analisa ekonomi, dapat

diketahui besarnya modal yang harus dikeluarkan dan besarnya pemasukan serta

keuntungan yang dapat diharapkan dari suatu proses produksi.

1. Biaya tetap (fixed cost)

Biaya tetap adalah biaya yang terlibat dalam produksi dan tidak berubah

meskipun ada perubahan jumlah daging yang dihasilkan. Termasuk biaya

penyusutan, seperti penyusutan alat-alat kandang (tempat makan, tempat minum

dan lain-lain), penyusutan kandang, bunga atas pinjaman, pajak dan sejenisnya

dan biaya lain-lainnya. Rasyaf (2001) menyatakan, biaya tetap dalam usaha

peternakan ayam broiler adalah biaya tetap yang terlibat dalam proses produksi.

Biaya Penyusutan Kandang

Biaya penyusutan kandang merupakan komponen biaya tetap tertinggi

yang dikeluarkan peternak selama produksi. Perhitungan nilai penyusutan

kandang dilakukan dengan cara: harga pembuatan kandang dikurangi harga akhir

dibagi umur ekonomi (Siregar, 2008).


15

Biaya penyusutan peralatan

Tidak hanya kandang yang mengalami penyusutan tetapi peralatan

kandang juga mengalami penyusutan seiring dengan berjalannya waktu,

penyusutan peralatan termasuk dalam biaya tetap karena nilai peralatan kandang

dari ke tahun menyusut meskipun kandang dikosongkan Arto (2013).

Bunga Modal

Bunga modal adalah sebuah pengembalian modal dalam bentuk sejumlah

uang yang didapat seorang investor atau pemberi modal dalam periode waktu

tertentu (Feriyanto, 2011).

PBB (Pajak Bumi dan Bangunan)

Pajak bumi dan bangunan (PBB) termasuk dalam biaya tetap karena

peternak wajib membayar pajak bumi dan bangunan meskipun tidak ada kegiatan

produksi. Biaya pajak bumi dan bangunan (PBB) yaitu jumlah luas kandang

dibagi dengan luas lahan kandang dikali dengan jumlah pajak yang dibayar

(Rasyaf, 2001).

2. Biaya Tidak Tetap (variable cost)

Dalam peternakan ayam broiler biaya tidak tetap meliputi pembelian

DOC, biaya pakan, biaya gas, biaya sekam, biaya obat-obatan, biaya listrik,

desinfektan dan gaji pegawai.

Menurut Cahyono (2004), berdasarkan klasifikasinya biaya variabel terdiri

atas 4 macam:

a) Biaya bibit ayam yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli

bibit ayam pedaging. Jumlah DOC bibit ayam yang dibutuhkan


16

dikalikan dengan harga DOC itu. Porsinya antara 10 – 16% dari total

biaya produksi.

b) Biaya pakan meliputi 70 – 80 % dari total biaya produksi. Biaya pakan

ini akan tercipta dari hasil perkalian antara jumlah konsumsi ransum

dengan harga makanan. Harga pakan sudah ditentukan dari kekuatan

pasar, sedangkan konsumsi ransum harus sesuai standar dari pembibit

yang bersangkutan.

c) Biaya kesehatan dalam kondisi normal, porsi biaya kesehatan hanya 1-

2%. Biaya itu untuk membeli berbagai vaksin dan obat-obatan penting

lainya. Dalam hal ini tidak termasuk biaya pengobatan dimasukkan

dalam biaya peternakan, bukan biaya produksi.

d) Biaya pemeliharaan misalnya untuk membeli energi (minyak, gas, atau

listrik) bagi indukan anak ayam, upah tenaga vaksinator dan lainya.

Total Biaya

Menurut Bambang dan Widyaningsih (2007), total biaya adalah jumlah

seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk

menghasilkan sejumlah produk dalam suatu periode tertentu. Berdasarkan

pengertian tersebut total biaya dapat dirumuskan sebagai berikut:

TC = FC + VC

TC = Biaya total (total cost)

FC = Biaya total (fixed cost)

VC = Biaya variabel (variable cost)


17

Penerimaan dan Pendapatan

Penerimaan

Penerimaan dari usaha ayam pedaging diperoleh dari penjualan ayam,

penjualan pupuk dan penjualan karung pakan. Menurut Rasyaf (2001).

Penerimaan ialah jumlah produk yang dihasilkan dari suatu usaha dikalikan

dengan harga yang berlaku.

Pendapatan

Pendapatan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi. Apabila

hasil pengurangan antara penerimaan dan biaya produksi tersebut positif maka

usaha tersebut akan memperoleh keuntungan sedangkan jika hasilnya negatif

maka usaha tersebut akan rugi (Rasyaf, 1996), Pendapatan merupakan hasil yang

didapatkan dari kegiatan usaha seseorang sebagai imbalan atas kegiatan yang

dilakukan.

Return Cost Ratio (R/C Ratio)

Analisis R/C Ratio adalah merupakan perbandingan antara total penerimaan

dengan biaya. Semakin besar nilai R/C semakin besar pula keuntungan dari usaha

tersebut (Munawir, 2010). Menurut Suastina dan Kayana (2015) return cost ratio

adalah jumlah ratio yang digunakan untuk melihat keuntungan relatif yang akan

didapatkan dalam sebuah usaha pada dasarnya sebuah usaha akan dikatakan layak

untuk dijalankan apabila nilai R/C yang didapatkan lebih besar daripada 1. Hal ini

bias terjadi karena semakin tinggi R/C dari sebuah usaha, maka tingkat

keuntungan yang akan didapatkan suatu usaha juga semakin tinggi.


18

Menurut Prawironegoro (2008), analisis kelayakan usaha digunakan untuk

mengukur tingkat pengembalian usaha dengan kriteria hasil

1. R/C > 1 berarti usaha sudah dijalankan secara efisien

2. R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan dalam kondisi titik impas / Break

Event Point (BEP)

3. R/C ratio < 1 usaha tidak menguntungkan dan tidak layak.

Rentabilitas

Rentabilitas ditujukan dari besarnya perbandingan antara laba dan aktiva

atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Menurut Nikmat (2004) rentabilitas

adalah suatu perbandingan antara laba yang diperoleh dalam operasi perusahaan

dengan modal. Jika diperoleh nilai R > dari suku bunga Bank yang berlaku maka

usaha tersebut layak untuk dikembangkan.

BEP (Break Event Point )

Analisis break event point merupakan suatu analisis yang digunakan oleh

pelaku usaha dalam mengambil sebuah keputusan. Analisis ini bertujuan untuk

mengetahui kaitan antara biaya dan volume penjualan yang nantinya digunakan

untuk menentukan titik impas dimana usaha tidak mengalami kerugian maupun

tidak mendapatkan keuntungan. Analisa break event point sangat membantu

manajemen dalam berbagai hal, misalnya dalam dampak pengurangan biaya tetap

terhadap titik impas, atau dampak peningkatan harga terhadap laba. Analisis ini

sangat berguna bagi manajemen didalam perencanaan dan pengambilan keputusan

(Sigit, et al. 2002).


19

Impas adalah suatu keadaan dimana jumlah total penghasilan besarnya sama

dengan total biaya atau besarnya laba kontribusi sama dengan total biaya tetap,

dengan kata lain usaha tersebut tidak memperoleh laba tetapi juga tidak menderita

rugi (Supriyono, 2000). Analisis break event point biasanya lebih sering

digunakan apabila sebuah usaha memproduksi sebuah produk tentu berkaitan

dengan masalah biaya yang harus dikeluarkan kemudian penentuan harga jual serta

jumlah barang atau jasa yang akan diproduksi atau dijual ke konsumen (Khasmir,

2012).

Menurut Kuswadi (2005) analisis break event point memiliki manfaat

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan volume penjualan (produksi), harga jual, biaya

produksi dan biaya-biaya lain serta mengetahui laba rugi sebuah usaha.

2. Sebagai sarana merencanakan laba.

3. Sebagai alat pengendalian (controlling) kegiatan operasi yang sedang berjalan.

4. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual.

Anda mungkin juga menyukai