Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun makin meningkat.
Sehingga berdampak pada peningkatan pemenuhan konsumsi. Meningkatnya
permintaan masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup, menimbulkan
permasalahan dan menyebabkan masyarakat harus merubah pola pikirmya untuk
mencari solusi dari permasalahan tersebut. Salah satunya langkah yang digunakan
untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dalam bidang peternakan adalah dengan
membuka, memperbaiki serta mengembangkan usaha peternakan yang ada di
indonesia sebagai upaya pemenuhan kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat.

Peternakan merupakan sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk


dikembangkan sebagai usaha di masa depan. Kebutuhan masyarakat akan produk –
produk peternakan akan semakin meningkat setiap tahunnya. Peternakan sebagai
penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring
meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi guna meningkatkan
kualitas hidup. Pembangunan peternakan sendiri merupakan bagian pembangunan
nasional yang sangat penting, karena salah satu tujuan pembangunan peternakan
adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang unggul. Selain itu, tujuan
peimmbangunan peternakan adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
peternak, pelesatarian lingkungan hidup serta peningkatan devisa negara.

Kondisi peternakan di Indonesia telah mengalami pasang surut. Sejak


terjadinya krisis ekonomi dan moneter tahun 1997, telah membawa dampak
terpuruknya perekonomian nasional, yang diikuti penurunan beberapa usaha
peternakan. Dampak krisis secara bertahap telah pulih kembali dan mulai tahun 1998-
1999 pembangunan peternakan telah menunjukkan peningkatan. Kontribusi
peternakan terhadap PDB pertanian terus meningkat sebesar 6,35% pada tahun 1999.
Bahkan tahun 2002 meningkat mencapai 9,4% tertinggi diantara sub sektor pertanian.

Kesadaran akan pentingnya protein hewani bagi pemenuhan kebutuhan gizi


pada masyarakat mulai nampak pada masyarakat. Masyarakat pun berlomba-lomba
untuk melakukan pemenuham kebutuhan gizi. Salah satu sumber protein hewani yang
memiliki nilai gizi tinggi adalah daging. Daging sendiri menduduki peringkat teratas
sebagai salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh
masyarakat, hal ini karena daging memiliki cita rasa yang enak dan kandungan zat
gizinya yang tinggi. Sumber daging yang sering dikenal oleh masyarakat dan sering
dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia adalah ayam, salah satunya
adalah ayam broiler.
Ayam broiler sebagai salah satu sumber daging yang memiliki nilai gizi tinggi
merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani asal ternak dan merupakan
komoditas unggulan. Ayam broiler adalah jenis ayam ras yang mampu tumbuh cepat
sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat yakni 4 (lima)
sampai 7(tujuh) minggu.
Meningkatnya konsumsi daging ayam terutama daging ayam broiler yang kini
menjadi primadona di Indonesia, tidak dibarengi dengan kenaikan populasi dan
produksi ayam broiler itu sendiri. Penyebab utama hal ini adalah manajemen
pemeliharaan yang kurang baik dan belum efektif dalam usaha peternakan ayam
broiler. Hanya sebagian kecil saja dari usaha peternakan ayam broiler yang sudah
menerapkan manajemen pemeliharaan yang sesuai dan diikuti dengan penerapan
teknologi. Sebenarnya jika dilihat, peluang peningkatan populasi dan produksi ayam
broiler di Indonesia masih sangat terbuka lebar. Hal ini dikarenakan, Indonesia
memiliki kondisi lingkungan yang sangat baik untuk pengembangan ayam broiler.
Banyak faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler
antara lain adalah perkandangan, pemilihan bibit, manajemen pakan serta pencegahan
dan pengobatan penyakit.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan
pengamatan dengan mengambil judul “ Evaluasi Kelayakan Manajemen
Pemeliharaan Ayam Broiler ”.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, adapun masalah yang dirumuskan


penulis sebagai berikut :
1. Bagaimana management pakan yang baik?
2. Bagaimana management bibit yang baik?
3. Bagaimana sistem perkandangan yang baik untuk ayam broiler?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan yang dapat kami
rumuskan sabagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana management yang baik dan layak untuk diterapkan
pada peternakan ayam broiler.
2. Untuk mengetahui bagaimana standart bibit yang bisa digunakan
3. Untuk mengetahui sistem perkandangan seperti apa yang bisa digunakan untuk
peternakan ayam sehingga mampu menghasilkan produksi yang maksimal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DOC yang berkualitas berasal dari ayam bibit yang berkualitas juga. Sesehat apapun
ayam, jika berasal dari pembibit (breeder) yang bermasalah, DOC yang dihasilkannya akan
bermasalah. Semua pembibitan akan mempromosikan perusahaannya yang terbaik, sehingga
peternak sering merasa bingung untuk menentukan pilihannya. Cara promosi seperti ini harus
disikapi dengan bijaksana oleh peternak ayam broiler komersial sehingga peternak dapat
menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan yang objektif. Pertambahan bobot badan
sangat berkaitan dengan pakan, baik kuantitas atau kualitas pakan. Dalam hal kuantitas
berkaitan dengan konsumsi pakan dimana apabila konsumsi pakan terganggu maka akan
mengganggu pertumbuhan (Sahara et al, 2012)

Didaerah tropis factor pendukung tersebut dapat diupayakan secara maksimal ,


walaupun kendala yang dihadapi cukup berat. Agar produktifitas ayam broiler komersial
yang dipelihara di daerah tropis maksimal, peternak harus pintar memilih DOC yang akan
dipeliharanya baik secara kualitas, strain , maupun, asal usul pembibit (Fadilah, 2004).

Peternak ayam buras pada umumnya meberi pakan pada ternak ayamnya dari bahan-
bahan yang ada dan berasal dari sekeliling mereka, seperti jagung, katul, dan berbagai macam
dedaunan yang kesemuanya dapat diperoleh dari daerah sekitarnya. Sebaliknya, peternak
ayam ras, khusunya peternak ayam potong, sangat memperhatikan perihal pakannya.
Walaupun bahan baku pakan ayam, yakni jagung, kedelai, dan katul, ada di sekitar mereka
dan dapat diperoleh dengan mudah serta harga beli yang relatif murah, namun peternak masih
tetap percaya untuk menggunakan pakan dari pabrik yang dibeli di poultry shop dengan harga
yang tentu yang ditetapkan oleh perusahaan. Ketergantungan terhadap pakan pabrik, karena
peternak ayam berpendapat bahwa keberhasilan pertumbuhan berat tubuh ayam sangat
tergantung pada baik buruknya kualitas pakan dan cukup tidaknya kuantitas pakan yang
diberikan, sehinga pakan harus benar-benar terjamin. (Hartono. 2005)

Faktor utama dalam menentukan keberhasilan pemeliharaan ayam broiler adalah


pakan. Pakan menghabiskan kurang lebih 60-70% dari biaya produksi. Tingginya biaya
produksi dalam bentuk biaya pakan dapat ditekan dengan penggunaan bahan pakan lokal non
konvensional yang harganya masih relatif murah. Protein merupakan unsur penting yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan efisiensi pakan dalam unggas. (Sari, dkk. 2014)

Salah satu jenis peternakan unggas yang sedang berkembang adalah peternakan ayam
broiler. ayam broiler merupakan salah satu ternak unggas yang bermanfaat bagi manusia
dalam rangka penyediaan bahan makanan yang mengandung protein hewani yang berkualitas
tinggi,harga relatif murah dan mudah diperoleh. (Dahlan dkk, 2011).
Selain mempunyai nilai gizi yang tinggi daging ayam broiler juga merupakan sumber
protein hewani yang relatif lebih murah dibandingkan daging sapi, kerbau, domba dan
kambing. Kualitas daging diantaranya ditentukan oleh nilai gizi, sifat fisik dan organoleptik
daging tersebut. Upaya peningkatan kualitas gizi daging diantaranya dapat dilakukan dengan
memanipulasi pakan dengan penambahan minyak ikan yang kaya akan asam lemak linolenat,
dokosaheksaenoat (DHA) dan eikosaheksaenoat (EPA) yang bermanfaat bagi tubuh manusia
(Uzer dkk, 2013) .
Semua bentuk kandang yang dibuat ditujukan untuk ayam agar bisa hidup dengan
nyaman dan aman dari lingkungan, sehingga ayam dapat berproduksi dengan optimal.
Konstruksi kandang meliputi; atap, dinding, lantai dan sistem ventilasi pada kandang (Naves
et al, 2014).
Kandang merupakan salah satu bagian dari manajemen ternak unggas yang sangat
penting untuk diperhatikan, kesalahan dalam konstruksi kandang dapat berakibat fatal yang
berujung pada kerugian bagi peternak.Sistem kandang tertutup (Closed House) merupakan
sistem kandang yang harus sanggup mengeluarkan kelebihan panas, kelebihan uap air, gas-
gasyang berbahaya seperti CO, CO2, dan NH3 yang ada di dalam kandang. Hasil akhir dari
bobot ayam pada pemeliharaan sistem kandang tertutup (closed house) diharapkan dapat
meningkatkan hasil panen dibandingkan pemeliharaan dengan sistem kandang terbuka (open
house). Keadaan suhu dan kelembaban pada kandang sistem closed house ini tidak melewati
ambang kritis yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ayam yang ideal. Untuk keadaan suhu
didapatkan data rata-rata suhu mulai dari usia1—7 hari hingga 29—35 hari sebagai berikut:
32,5 0C, 31,1 0C, 30 0C, 28,4 0C, dan 29,1 0C. Sedangkan untuk keadaan kelembaban mulai
dari usia ayam 1—7 hari hingga 29—35 hari sebagai berikut 63,5% 65,1%, 67,5%, 70,45%,
dan 70,9%. (Prihandanu dkk, 2015).
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada saat menentukan kandang yaitu letak
kandang sebaiknya dibuat lebih tinggi dari tanah disekitarnya, penataan antara satu bangunan
dengan bangun lainnya harus dapat menjamin tidak terjadinya pencemaran, letak kandang
harus memungkinkan sinar matahari pagi dapat leluasa masuk ke dalam kandang (Abu et
al,2015)
tindakan yang beragam seperti meningkatkan hidrasi dan status 19 gizi dan
mempercepat mukosa clearance.5 Sifat tindakan sitotoksik langsung pada mikroorganisme
controversial.6,20,21 mekanisme lain yang potensial untuk efek yang menguntungkan bisa
menjadi redaman dari respon inflamasi. Dalam urutan untuk mengevaluasi kemungkinan itu,
kemampuan peternak untuk menghambat kemotaksis neutrofil dalam menanggapi rangsangan
kemotaktik standar dievaluasi dan ditunjukkan dalam penelitian ini. Hasil ini memberikan
satu secara mekanistik dalam mendukung klaim tradisional (Barbara et al, 2011).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Management Bibit

Koresponden atau narasumber yang kami wawancarai merupakan peternak jenis ayam
pedaging atau broiler dengan kapasitas usaha antara 7000-9000 ekor. Total pekerja yang
menjadi karyawan ditempat itu berjumlah 3 orang. Adapun jumlah yang dipanen diahir
periode mencapai 6800 ekor dengan berat 2,2 kg umur 35 hari.

Pada hasil wawancara pada narasumber yang dilakukan pada saat melakukan fieldtrip
didapatkan data bahwa rata – rata peternak tersebut sudah memesan bibit ayam atau yang
lebih familiar disebut DOC ( Day old chiken) pada perusahaan atau mitra yang sudah ada
dengan keadaan sudah divaksin sebelum memasuki kandang. Dengan jumlah awal 7000 ekor
dan Tingkat Mortalitas selama masa pemeliharaan hingga panen adalah sebesar 2%. Menurut
Fadilah (2004), pemilihan DOC selain juga memiliki kualitas dan strain yang baik namun
juga harus mampu bertahan pada daerah tropis seperti di Indonesia.

System seperti umum dilakukan petani ternak ayam terutama ayam jenis
Broiler.Banyak perusahaan yang mengklaim bahwa bibit dari perusahaan mereka merupakan
yang terbaik sehingga terkadang menyulitkan petani ternak untuk memilih. Sebenarnya
secara garis besar tidak ada bibit yang seratus persen baik di semua lingkungan atau daerah.
Ada yang bagus didaerah dingin tetapi buruk di daerah panas dan sebaliknya. Namun secara
umum bibit atau DOC yang baik dapat dikenali berdasar beberapa ciri ciri secara kasat mata.

Beberapa ciri bibit ayam (DOC) Broiler Komersial berkualitas:

1. Bebas dari penyakit (free disease) terutama penyakit pullorum, omphalitis, dan jamur.
2. Berasal dari induk yang matang umur dan dari pembibitan yang berpengalaman.
3. DOC terlihat aktif, mata cerah, dan lincah.
4. DOC memiliki kekebalan dari induk yang tinggi.
5. Kaki besar dan basah seperti berminyak.
6. Bulu cerah, tidak kusam, dan penuh.
7. Anus bersih, tidak ada kotoran atau pasta putih.
8. Keadaan tubuh ayam normal.
9. Berat badan sesuai dengan standar strain, biasanya di atas 37 gram.
Menurut Abu et al (2015) DOC yang berkualitas berasal dari ayam bibit yang
berkualitas juga. Sesehat apapun ayam, jika berasal dari pembibit (breeder) yang
bermasalah, DOC yang dihasilkannya akan bermasalah. Semua pembibitan akan
mempromosikan perusahaannya yang terbaik, sehingga peternak sering merasa
bingung untuk menentukan pilihannya. Cara promosi seperti ini harus disikapi dengan
bijaksana oleh peternak ayam broiler komersial sehingga peternak dapat menentukan
pilihannya berdasarkan pertimbangan yang objektif. Pembibit (breeder) yang baik
harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Lokasi pembibitan jauh dari lingkungan masyarakat dan peternakan lainnya.


2. Pembibit (breeder) secara legal terdaftar di instansi pemerintahan.
3. Melaksanakan program biosecurity yang ketat dan program vaksinasi yang tepat
sehingga DOC yang dihasilkan bebas dari penyakit (free disease).
4. Strain yang diproduksi merupakan strain terbaik dan telah teruji di lapangan.
5. Memberikan informasi lengkap mengenai data performa strain yang diproduksi.
6. Pembibit tidak semata-mata menjual produk, tetapi memberikan pelayanan terbaik
pascajual untuk konsumen.
7. DOC yang dihasilkan berkualitas baik, dan bisa menyuplai peternak sepanjang tahun.

3.2 Management Kandang


1. Letak Kandang
Letak kandang peternakan ayam broiler di pada peternak yang kam terletak
pada dataran tinggi. Kandang terdiri dari dua kelompok, jarak kandang yang satu
dengan kandang yang lain yaitu 3 meter, sehingga tidak terjadi pencemaran antara
kandang yang satu dengan kandang yang lain. Kandang membujur dengan terbitnya
matahari ( timur dan barat), sedangkan tempat tinggal karyawan satu bangunan dengan
kandang ayam.
Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Dahlan dkk (2011), bahwa beberapa
faktor perlu diperhatikan pada saat menentukan kandang yaitu: letak kandang
sebaiknya dibuat lebih tinggi dari tanah disekitarnya, penataan antara satu bangunan
dengan banguna lainnya harus dapat menjamin tidak terjadinya pencemaran, letak
kandang harus memungkinkan sinar matahari pagi dapat leluasa masuk ke dalam
kandang.
Letak kandang peternakan ayam broiler sesuai dengan yang dikemukakan
Prihandanu dkk (2015), yaitu jarak antara kelompok kandang 3 meter dan arah
bangunan kandang membujur sesuai dengan terbitnya matahari. Kandang lebih tinggi
dari pemukiman penduduk dan tempat tinggal karyawan seharusnya jauh dari kandang
atau tidak satu bangunan dengan kandang ayam. Letak kandang sebaiknya berjarak
sekurang-kurangnya 50 meter dari rumah tenaga kerja atau bangunan lain-lain seperti
gudang, kantor dan lain-lain.
2. Konstruksi Kandang
Banyak bentuk dan konstruksi kandang yang bisa dibangun, tetapi semuanya
harus didasarkan pada kegunaan dan rencana usaha yang akan dijalankan. Menurut
Prihandanu dkk (2015), semua bentuk kandang yang dibuat ditujukan untuk ayam bisa
hidup dengan nyaman dan aman dari lingkungan, sehingga ayam dapat berproduksi
dengan optimal. Konstruksi kandang meliputi, atap, dinding, lantai dan sistem ventilasi
pada kandang.
3. Atap Kandang
Atap kandang adalah bagian dari bangunan kandang yang berfungsi untuk
menaungi bagian dalam kandang dari panas matahari dan curah hujan. Bahan yang
digunakan sebagai atap perlu dipilih dari jenis bahan yang ringan, tahan panas, tidak
menyerap atau menghantar panas, tidak mudah bocor dan tahan terhadap curah hujan
yang tinggi.
Atap kandang yang digunakan peternak adalah tipe genting tanah liat. Hal ini
berbanding terbalik dengan Prihandanu dkk(2015),bahwa atap sistem monitor dapat
meningkatkan fungsi ventilasi. Di bawah atap kandang terdapat langit-langit kandang
yang terbuat dari terpal. Tinggi langit-langit kandang dari lantai yaitu 2,1 m.
4. Dinding Kandang
Dinding kandang berfungsi sebagai pelindung keberadaan ayam dari gangguan
luar dan penghalang ayam agar tetap berada dalam kandang. Dinding kandang terdiri
atas kawat monitor dan beton yang dilapisi dengan tirai yang terbuat dari terpal. Tinggi
dinding kandang yang terbuat dari beton sampai ke kawat monitor yaitu 50 cm,
sedangkan tinggi kawat monitor sampai atap terendah yaitu 1,6 m.
Tirai pada dinding kandang ada dua yaitu tirai berwarna putih dan tirai hitam.
Tirai putih berfungsi untuk membantu penerangan pada
periode starter dan layer, sedangkan tirai hitam untuk menahan cahaya dari luar pada
periode grower. Pada saat produksi telur telah mencapai 60%, tirai hitam akan
diturunkan dan light trap (penghalang cahaya) sudah dapat dilepas dari kipas (exhaust
fan). Tujuan penurunan tirai hitam agar pencahayaan di dalam kandang dibantu oleh
cahaya luar sehingga penggunaan lampu di dalam kandang dapat dikurangi.

5. Lantai Kandang
Lantai kandang menggunakan sistem litter berbahan sekam padi. Litter adalah
hamparan alas kandang yang berguna sebagai alas tidur, penghangat bagi ayam dan
mengurangi kelembaban lantai kandang. Ketebalan sekam padi sekitar 15-20 cm.
keuntungan sistem litter adalah menurunkan peluang ayam lepuh dada,
sedangkan kerugiannya yaitu alas kandang mudah dan cepat basah dan menimbulkan
bau tidak sedap yang dapat menyuburkan bibit penyakit terutama CRD (Chronic
Respiratory Disease).

6. Sistem Ventilasi
Ventilasi adalah jalan keluar masuknya udara sehingga udara segar dari luar
dapat masuk untuk menggantikan udara yang kotor dari dalam kandang. Sistem
ventilasi yang digunakan perusahaan menggunakan cooling pad dan exhaust
fan. Cooling padmengalirkan udara segar yang dibutuhkan ke dalam kandang
dan exhaust fan mengeluarkan udara kotor ke luar kandang. Jumlah fan yang dipasang
disesuaikan dengan volume ruangan kandang, populasi ayam jantan dan betina serta
rataan bobot badan jantan dan betina.
Konstruksi kandang Peternakan ayam broiler telah sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Neves et al (2015) yaitu. kandang dikatakan nyaman dan
berkonstruksi baik bila memenuhi beberapa syarat berikut: ventilasi kandang yang baik
yaitu leluasa antara pertukaran udara segar dengan udara kotor dengan suhu 21°C-
27°C dan kelembapan 60% di dalam kandang, dinding kandang terbagi dua yaitu
dinding kandang sistem terbuka dan sistem tertutup, lantai kandang dapat berbentuk
padat serta rapat ke tanah sering disebut litter dan berbentuk celah/rongga-rongga dan
berada di atas tana 50-68 cm. Lantai dapat dibuat dengan bilah-bilah bambu atau kayu
yang disebut slat atau bisa juga dari kawat, kerenggangan antara 2,5 cm dan besarnya
2,5 cm x 5 cm, bahan atap kandang sebaiknya dipilih yang baik sehingga dapat
melindungi ayam dari panas matahari, hujan, dan mempermudah pemeliharaan, seperti
seng, daun rumbio, asbes dan lain-lain.
3.3 Management pakan
Faktor utama dalam menentukan keberhasilan pemeliharaan ayam broiler adalah
pakan. Pakan menghabiskan kurang lebih 60-70% dari biaya produksi. Tingginya biaya
produksi dalam bentuk biaya pakan dapat ditekan dengan penggunaan bahan pakan lokal non
konvensional yang harganya masih relatif murah. Protein merupakan unsur penting yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan efisiensi pakan dalam unggas. Peternak yang kami
datangi membagi pakan dan tempat pakan berdasr kriteria – kriteria tertentu. Salah satunya
adalah melalui fasen umur ayam.
Adapun hasil pengamatan sebagai berikut :

Umur Ayam Ukuran Kapasitas Jumlah tempat


NO Jenis tempat Pakan
(hari) Kandang (ekor) Pakan

1. Piring Plastik 1- 7 44 m x 11 m 6000 42


2. Piring plastik 7-14 78 m x 11 m 6000 68
3. Plastik Bulat 14 sampai panen 125m x 11 m 6000 85

Tempat Umur Ayam Jumlah Tempat Ukuran Kepadatan


NO
Minum (hari) Minum Kandang Kandang

1-7 42 Buah 44 m x 11 m 6000 ekor


1. Manual
8-14 68 Buah 78 m x 11 m 6000 ekor
2. Otomatis
> 14 85 Buah 125m x 11 m 6000 ekor

Walaupun bahan baku pakan ayam, yakni jagung, kedelai, dan katul, ada di sekitar
mereka dan dapat diperoleh dengan mudah serta harga beli yang relatif murah, namun
peternak masih tetap percaya untuk menggunakan pakan dari pabrik yang dibeli di poultry
shop dengan harga yang tentu yang ditetapkan oleh perusahaan. Ketergantungan terhadap
pakan pabrik, karena peternak ayam berpendapat bahwa keberhasilan pertumbuhan berat
tubuh ayam sangat tergantung pada baik buruknya kualitas pakan dan cukup tidaknya
kuantitas pakan yang diberikan, sehinga pakan harus benar-benar terjamin.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Secara garis besar management pemeliharaan yang digunakan sudah memiliki penanagan
yang bagus baik dari segi system pembibitan atau pemilihan bibit, system perkandangan yang
meliputi konstruksi,ventilasi ,jarak antar kandang ,dan juga system pemberian pakan yang
bagus.

4.2 Saran
Sebaiknya dalam pemilihan dan penggunaan atap diganti dari genting biasa menjadi
atap monitor yang mampu meningkatkan kenyamanan sekaligus peforma ternak.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Anonimuous.2013.Farm Animal Walfare Compedium. Dallas: CIFW.org

Dahlan, Mufid., dan Nur Hudi.2011. STUDI MANAJEMEN PERKANDANGAN AYAM


BROILER DI DUSUN WANGKET DESA KALIWATES KECAMATAN

KEMBANG BAHU KABUPATEN LAMONGAN. Jurnal Ternak:4(1):1-6.

DP, Neves., Banhazi TM., IINääs IAI .2014. FEEDING BEHAVIOUR OF BROILER
CHICKENS:ARE VIEW ON THE BIOMECHANICAL CHARACTERISTI.
Brazilian Journal of Poultry Science,16(2): 1 – 16

Prihandanu ,Raditiya., Agus, Trisanto., Yetti, Yuniati .2015. MODEL SISTEM KANDANG
AYAM LOSED HOUSE OTOMATIS MENGGUNAKAN OMRON SYSMAC
CPM1A 20-CDR-A-V1. Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro, 9(1),55-64.

O.A, Abu., Olaleru, I.F, 3Oke, T.D, Adepegba,V.A and Usman,B.2015. PERFORMANCE
OF BROILER CHICKEN FED DIETS CONTAINING CASSAVA PEEL AND
LEAF MEALS AS REPLACEMENTS FOR MAIZE AND SOYA BEAN MEAL.
IJST,4(4):1-5.

Hartono, G. 2005. Analisis Permintaan Ayam Potong Menggunakan Fungsi Translog. Agric.
Vol. 18 (1): 41-56

Sari, A.K., dkk. 2014. Efisiensi Penggunaan Protein pada Ayam Broiler dengan Pemberian
Pakan Mengandung Tepung Daun Kayambang (Salvinia molesta). Agripet. Vol. 14
(2): 76-83.
Fadilah, Roni.2004. Kunci Sukses Bertenak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Tanggerang :
Agromedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai