Anda di halaman 1dari 62

PETUNJUK DAN LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN

Oleh:
Prof. Dr. Ir. Mochammad Junus, MS
Dr. Ir. Ita Wahyu Nursita, MSc
Ir. Endang Setyowati, MS

FAKUILTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018

i
ii
PETUNJUK DAN LAPORAN PRAKTIKUM
PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN

Nama : ………………………….
NIM : ………………………….
Kelompok : ………………………….

Tim Asisten Praktikum :

No Nama No Nama
1 Rani Winardi Wulan Sari 10 Achmad Bagus A.M
2 Dwi Aris Setyawan 11 Florida Marcheluna
3 Aprilia Dwi Kartika 12 Uzwajul Mutoharoh
4 Lalu Haries Apriyadi 13 Wiwik Srilidya Wati
5 Oka Fatma Rahmawati 14 Erin Ayu Octaviani
6 Indra Dwi Ristyono 15 Ovit Sri Wahyuni
7 Aprilia Retno Anggraini 16 Alan Rahmat Apriana
8 Dina Eka Susilowati 17 Akbar Gigih Prawira
9 Fatikhatul Ummah

iii
iv
KATA PENGANTAR

Penuntun Praktikum dan Laporan Pengolahan Limbah


Peternakan disusun untuk kepentingan mahasiswa Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya yang mengikuti mata kuliah Pengelohan Limbah
Peternakan. Penuntun dan Laporan Praktikum ini disusun berdasarkan
teori mata kuliah yang diajarkan agar mahasiswa mampu memahami ilmu
yang akan ditekuni untuk diterapkan dimasyarakat.
Materi yang dipraktekan adalah:
1. Pemanfaatan gas bio sebagai bahan bakar lampu.
2. Pemanfaatan gas bio sebagai bahan bakar kompor.
3. Pemanfaatan gas bio sebagai mineral pakan ternak.
4. Pemanfaatan limbah unit gas bio (sludge) sebagai alternatif
bahan pakan ternak.
5. Menghitung volume tangki pencerna unit gas bio sistem
kontinyu.
6. Pembuatan pupuk menggunakan limbah peternakan.
Penulis menyadari bahwa buku ini hanya sebagai penuntun, sehingga
untuk meningkatkan mutu penggunaannya sangat tergantung aplikasi
dilapangan.
Kami sampaikan terima kasih bagi semua pihak yang telah
membantu penyusunan buku ini. Kami menyadari bahwa buku ini masih
banyak kekurangannya, oleh karena itu dengan senang hati kami
menerima kritik dan saran guna perbaikannya.

Malang, 18 Januari 2018

Tim Penulis
v
vi
PERATURAN PRAKTIKUM

1. Praktikan wajib hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai.


2. Bagi praktikan yang terlambat lebih dari10 menit setelah
praktikum dimulai tidak diperkenankan mengikuti praktikum
tanpa seizin Koordinator Praktikum atau Koordinator Asisten
Praktikum.
3. Memakai cattle pack, sepatu boot.
4. Selalu menjaga kesopanan selama praktikum.
5. Kerusakan alat yang disebabkan oleh praktikan harus diganti
dengan alat yang sama (bukan uang).
6. Dilarang keras makan, minum dan merokok selama mengikuti
praktikum.
7. Praktikan wajib membawa alat dan bahan yang ditugaskan.
8. Absensi untuk tidak mengikuti praktikum hanya diperkenankan
apabila sakit dan dibuktikan dengan surat keterangan dokter.
9. Penulisan laporan akhir praktikum dikerjakan secara individu.
Apabila terdapat laporan yang sama dengan praktikan lainnya
maka nilai laporan 0 (nol) terancam tidak lulus praktikum dan
Nilai akhir E.
10. Tata tertib ini dibuat untuk diperhatikan, ditaati dan dilaksanakan
dengan penuh tanggung jawab.

vii
BAB I

GAS BIO SEBAGAI BAHAN BAKAR LAMPU

LATAR BELAKANG
Lampu merupakan alat untuk penerangan yang menggunakan
berbagai macam bahan bakar, ada yang menggunakan bahan bakar cair,
arus listrik, dan gas. Lampu yang menggunakan bahan bakar gas pada
umumnya menghasilkan cahaya yang lebih terang dari lampu yang
menggunakan bahan bakar cair. Khusus untuk gas bio dapat digunakan
sebagai bahan bakar pada lampu yang berbahan bakar cair maupun gas.
Bahan bakar gas yang bersumber dari gas bio mampu menggantikan
peranan minyak tanah sehingga pada saat proses penyalaan tidak perlu
bahan pemanas, sehingga lampu yang berbahan bakar gas bio dapat
langsung dinyalakan dengan korek api asalkan gas bio sudah dialirkan.

TUJUAN
Tujuan praktikum memanfaatkan gas bio sebagai bahan bakar lampu
adalah;
1. Memberi penjelasan kepada praktikan yang akan merancang
pembuatan lampu sebagai pembakar dari sumber energi alternatif.
2. Memberikan pelatihan pengubahan dan atau pembuatan lampu
berbahan bakar gas bio.
3. Merancang pembuatan lampu gas bio

1
PEMBUATAN LAMPU
Lampu khusus yang menggunakan bahan bakar gas bio di Indonesia
hingga saat ini belum ada yang memproduksi dan menjual, kalaupun ada
lampu tersebut masih merupakan produk yang impor dari negara lain.
Hanya negara tertentu saja yang sudah memproduksi secara besar-
besaran karena masyarakat dianjurkan dan telah memanfaatkan gas bio
sebagai sumber energi baru dan terbarukan. Oleh karena itu petani ternak
yang memiliki unit gas bio harus mengusahakan sendiri. Jenis lampu
yang dapat digunakan untuk menyalakan gas bio sebagai bahan bakar
adalah lampu petromak. Tahappembuatannya dengan cara membesarkan
spuyer sampai 0,8 mm, mengambil jarum beserta dasarnya dan
menghubungkan gas bio melaluipipa saluran gas. Selanjutnya jarak
antara spuyer dan masukan udara didekatkan hingga 1 cm. Secara rinci
skematik lampu petromak dan peralatannya dapat diterangkan seperti
Gambar 1 dan Gambar 2.

2
Kepala
Spuyer

Kaca Kaos Lampu

Lubang
untuk aliran
biogas
Tangki

Gambar 1. Skema lampu petromak (http://www.petromax.de/en/support.html)

Gambar 2. Peralatan lampu petromak(http://www.petromax.de/en/support.html)

3
CARA MENYALAKAN LAMPU
Lampu petromak yang telah diubah menjadi lampu berbahan bakar gas
bio dapat dinyalakan seperti biasa, hanya tidak menggunakan spiritus,
jadi langsung dengan menggunakan korek api. Selain dari pada itu juga
ada yang menggunakan bateraidengan cara menghubungkan dengan
saklar. Lampu seperti ini biasanya lampu gas bio buatan China atau lampu
LPG yang diubah menjadi lampu gas bio. Untuk di daerah pedalaman
sebaiknya tidak perlu karena komponennya sulit dicari.

CARA MEMELIHARA LAMPU


Lampu gas bio yang terbuat dari ubahan lampu
strongking/petromakmempunyai blander yang dilalui gas dan dekat
dengan panasnya kaos lampu pada saat menyala. Panas yang diterima
blander diteruskan ke dalam dan memanasi gas yang lewat. Akhirnya
unsur-unsur yang terbakar menempel ke dinding blander bagian dalam.
Akibatnya menjadi kerak yang dapat mempersempit aliran gas yang pada
akhirnya volume gas yang dikeluarkan menjadi berkurang dan
mempengaruhi daya terangnya lampu. Selanjutnya apabila tidak pernah
dibersihkan akan menyumbat jalannya gas bio yang melewati saluran
tersebut.
Kerak yang terbentuk di dalam blander pembersihannya dapat
dilakukan setiap minggu sekali. Jadi sama halnya kompor yang memakai
bahan bakar gas bio. Proses pembersihannya dapat menggunakan kawat
jemuran atau lidi sapu yang ditusuk-tusukkan ke dalam blander lampu gas
bio. Kerak yang terkena tusukan kawat atau lidi akan rontok dan secara
perlahan-lahan dapat dikeluarkan. Apabila hal ini sulit dilakukan maka

4
spuyernya harus dilepas untuk memudahkan proses penusukan kerak di
dalam blander.

PROSEDUR KERJA
A. Mengamati Lampu Petromak
1. Amati lampu petromak yang telah ada
2. Lepaskan semua komponen lampu
3. Ubah sesuai dengan ketentuan
B. Mengubah Lampu Petromak
1. Lepaskan komponen lampu yang berupa kepala, tempat kaos,
kaca, blander dan tempat spuyer dengan kunci yang tersedia
2. Ambil bor/uncek dan besarkan lubang spuyer hingga 0,8 mm
3. Ambil pengatur gas atau tangki lampu
4. Pasang kembali semua komponen
5. Hubungkan slang gas bio ke lampu
6. Foto hasil pengubahan lampu petromak menjadi lampu gas bio

HASIL PENGAMATAN

5
6
]PEMBAHASAN

7
8
9
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Nilai Paraf Tanggal Keterangan

10
BAB II

GAS BIO SEBAGAI BAHAN BAKAR KOMPOR

LATAR BELAKANG
Belakangan ini banyak beredar kompor yang menggunakan bahan
bakar gas (LPG = elpiji = liquid petrolium gas), serta tidak sedikit yang
menggunakan bahan organik lain seperti sekam, arang, briket tempurung
kelapa, biji jarak maupun batu bara. Semua jenis bahan tersebut
menghasilkan panas/api dengan intensitas yang berbeda. Secara
ekonomis bahan bakar yang paling murah sangat ditentukan oleh lokasi.
Untuk diperkotaan LPG lebih murah karena memiliki segi
pendistribusian yang relatif lebih lancar. Jadi untuk saat ini kompor yang
menggunakan bahan bakar minyak tanah sudah ditinggalkan dikarenakan
berbagai pertimbangan.
Kompor yang menggunakan bahan bakar dari gas bio masih
jarang bahkan belum ada dipasaran sehingga untuk mendapatkan kompor
yang menggunakan bahan bakar dari gas bio harus membuat sendiri atau
mengubah kompor gas yang sudah ada. Kalaupun ada buatan pabrik
masih terbatas pada agen tertentu, sehingga sulit terjangkau oleh
pengguna gas bio dipedalaman. Oleh karena itu perlu mempelajari cara
membuat dan menggunakan kompor yang menggunakan bahan bakar gas
bio.
Adapun macam kompor gas bio yang banyak dipakai oleh petani
ternak bermacam-macam tergantung dari bahan yang ada dan mudah
diperoleh, sehingga dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1. Kompor gas bio yang terbuat dari kaleng bekas.
2. Kompor gas bio yang terbuat dari pipa ledeng.

11
3. Kompor gas bio ubahan dari buatan pabrik.
Kompor gas bio nomor 1 dan 2 tampaknya kurang diminati oleh
petani ternak. Mereka walaupun pekerjaannya petani ternak, tetapi gaya
hidup masih diutamakan sehingga keinginan mereka kompor gas bio
yang kelihatan mewah dan mudah dinyalakan.

TUJUAN
Tujuan praktikum memanfaatkan gas bio sebagai bahan bakar kompor
adalah;
1. Memberi penjelasan kepada Praktikan yang akan merancang
pembuatan kompor sebagai pembakar dari sumber energi alternatif.
2. Memberikan pelatihan pengubahan dan atau pembuatan kompor
berbahan bakar gas bio.
3. Merancang pembuatan kompor gas bio
Kompor Gas bio Ubahan Dari Buatan Pabrik
Sebenarnya sudah ada pabrik yang merancang pembuatan
kompor gas bio. Namun demikian yang banyak beredar di pasar adalah
kompor gas LPG seperti Gambar 3a. Kompor LPG harganya relatif
mahal. Apabila petani ternak mampu membeli kompor tersebut maka
gas bio dapat mengganti peranan gas LPG sebagai bahan bakarnya.
Sealain itu kompor gas bio buatan sendiri perlu dibuat seperti Gambar
5. Alat yang perlu diubah dari kompor LPG ke gas bio adalah lubang
spuyernya dan kompor buatan sendiri lubang ventilasi dapat diatur
seperti Gambar 3b.

12
Gambar 3a. Desain dan Kompor LPG

Gambar 3b. Desain dan ukuran Kompor Gas bio buatan sendiri

13
PROSEDUR KERJA
1. Mencermati kompor gas bio (foto dan gambar)
2. Mengubah spuyer kompor menjadi kompor gas bio

HASIL PENGAMATAN

14
15
PEMBAHASAN

16
17
18
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Nilai Paraf Tanggal Keterangan

19
BAB III

PEMURNIAN GAS BIO (PURIFIKASI)

LATAR BELAKANG

Telah diketahui bahwa limbah ternak maupun bahan organik lain


mampu menghasilkan gas bio yang mengandung 55 – 70 % gas Metan,
27 – 44 % gas carbon dioxide dan sedikit mengandung hydrogen sulfide
(H2S) dan gas-gas lain (Werner et all, 1989). Gas bio yang berupa
metan(CH4) secara langsung dapat dibakar untuk menghasilkan api,
carbon dioxide dan air. Api yang dihasilkan dapat digunakan sebagai
bahan bakar kompor, lampu gas, mesin penetas, pemanas anak ayam
(brooder), mesin pendingin (referigerator), menggerakkan generator
maupun boiler sebagai pembangkit listrik, sedangkan carbon cioxide dan
air bermanfaat bagi tanaman (Felizardo, 1990)
Kualitas gas bio dapat ditingkatkan dengan memperlakukan
beberapa parameter yaitu: Parameter pertama adalah menghilangkan
hydrogen sulfide (H2S), kandungan air, dan carbon dioxide (CO2).
hydrogen sulfide (H2S) mengandung racun dan zat yang menyebabkan
korosi, bila gas bio mengandung senyawa ini maka akan menyebabkan
gas yang berbahaya sehingga konsentrasi yang diijinkan maksimal 5 ppm.
Bila gas dibakar maka hydrogen sulfide (H2S) akan lebih berbahaya
karena akan membentuk senyawa baru bersama-sama Oksigen, yaitu
sulphur dioksida/sulphur trioksida (SO2/SO3). senyawa ini lebih beracun.
Sulphur acid (H2SO3), suatu senyawa yang lebih korosif pada saat yang
sama akan terbentuk. Parameter yang kedua adalah menghilangkan
kandungan carbon dioxide yang memiliki tujuan untuk meningkatkan
kualitas. (Pambudi, 2008). Carbon dioxide (CO2) sangat kompleks dan
20
mahal, pada prinsipnya CO2 bisa dihilangkan dengan penyerapan melalui
air kapur/lime milk (Ca(OH)2) (Werner et all, 1989)
Cara untuk memisahkan gas hydrogen sulfide (H2S) dari gas bio
dapat dilakukan dengan mengalirkan ke dalam penangkap (Werner et all,
1989). Penangkap tersebut bisa berupa kapur tohor (lime milk) (Junus,
1990)atauferric hydrate(Werner et all, 1989). Proses pemisahan ini
disebut sebagai desulfurisasi. Desulfurisasi bisa dipengaruhi oleh
penyerapan dengan ferric hydrate (Fe(OH)3) atau juga bisa diarahkan
pada bog iron, sebuah bentuk penyerap dari dari limonite/hydratedIron
(III) oxide-hydroxide. Penyerapnya berupa butiran-butiran plat pemurni
yang bisa di regenerasi dengan pembongkaran (penguapan) ke udara.
Kapasitas penyerapan dari plat pemurni tergantung dari kandungan ferric
hydrate (Fe(OH)3) (Werner et all, 1989).
Hasilnya gas Metan (CH4) menjadi lebih murni dan tidak korosif,
sedangkan zat penangkapnya menjadi mineral sulphur yang bermanfaat
sebagai feed aditif dan bahan asbes. Akhirnya gas hydrogen sulfide (H2S)
menjadi barang ekonomi yang dapat menyumbang pemangku unit gas bio
(Kadarwati, 1981)
Unsur mineral dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu.
Unsur-unsur organik terbakar dalam proses pembakaran, tetapi zat
anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai abu (Winarno, 2002)
Unsur mineral dibagi menjadi dua, yaitu unsur Mineral makro
dan unsur Mineral mikro. Unsur mineral makro seperi Ca, P, Mg, Na, dan
K berperan penting dalam aktivitas fisiologis dan metabolisme tubuh,
sedangkan unsur Mineral mikro seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng
(Zn), mangan (Mn), dan kobalt (Co) diperlukan dalam sistem enzim
(Anonymous, 2007b).
21
Zat Besi (Fe) dalam tubuh biasanya berikatan dengan Protein dan
ikatan Fe-S, menjadi residu sistein dalam protein ferodoksin dari bakteri
dan tanaman. Dalam tubuh, sebagian Fe digunakan untuk proses
metabolisme dan sebagian disimpan sebagai cadangan. Fe yang
digunakan dalam proses metabolisme enzimatis dalam hemoglobin
sekitar 55% dan dalam mioglobin 15%. Unsur Fe yang disimpan sebagai
cadangan berbentuk feritin, yaitu protein kompleks yang mudah larut,
sekitar 70−80%, dan sebagai hemosiderin yang merupakan protein
kompleks tidak mudah larut. Kedua bentuk ikatan Fe tersebut disimpan
dalam organ hati, sumsum tulang, limpa, dan otot skeletal. Bila
keseimbangan konsentrasi Fe dalam tubuh terganggu maka kandungan Fe
pada lokasi penyimpanan, sebelum Fe digunakan dalam metabolisme,
menurun (Anonymous, 2007).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semua
Mineral esensial, baik mikro maupun makro, sangat penting untuk
kehidupan ternak. Produktivitas ternak tidak hanya dapat dipertahankan,
tapi juga bisa ditingkatkan dengan terpenuhinya kebutuhan Mineral
tersebut, sehingga terbentuknya bahan Mineral baru hasil penyaringan
gas bio dengan ferric hydrate (Fe(OH)3) dan lime milk (Ca(OH)2 akan
sangat membantu petani ternak, terlebih dengan harganya yang relatif
murah dibandingkan dengan Mineral komersial yang ada dipasaran saat
ini.

TUJUAN
Tujuan praktikum memanfaatkan gas bio sebagai bahan mineral
pakan ternak adalah:

22
1. Memberi penjelasan kepada praktikan yang akan membuat gas bio
sebagai sumber bahan mineral pakan ternak.
2. Memberikan pelatihan kepada praktikan dalam memanfaatkan gas
bio yang digunakan sebagai sumber bahan mineral pakan ternak.
3. Mengaktualkan pembuatan bahan mineral pakan ternak dari gas
bio.

ALAT DAN BAHAN


Alat bahan 1 Alat bahan 2
1. 25 gr Fe(OH)3 1. 25 gr Fe(OH)3
2. 25 gr Ca(OH)2 2. 25 gr Ca(OH)2
3. Botol Aqua 600 ml 3. Paralon
4. Selang 4. Selang

PROSEDUR KERJA
1. Ambil botol aqua ½ literan
2. Isi dengan ferric hydrate (Fe(OH)3) atau lime milk (Ca(OH)2 atau
keduanya
3. Hubungkan dengan slang masuk dan slang keluar
4. Slang masuk menyentuh dasar no 2 dan slang keluar di atas isian
filter
5. Gambarkan secara skematis seperti Gambar 4

23
PENYARINGAN BIOGAS

CH4 BEBAS S

Gambar 4. Skema Filter Gas bio

24
Gambar 5. Realisasi alat pemurni gas bio

25
HASIL PENGAMATAN

26
PEMBAHASAN

27
28
29
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Nilai Paraf Tanggal Keterangan

30
BAB IV
PEMANFAATAN SLUDGE SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN
PAKAN TERNAK

LATAR BELAKANG

Penurunan kualitas lingkungan dapat terjadi karena tercemar oleh


limbah peternakan khususnya kotoran ternak. Kotoran ternak dalam
jumlah yang besar dapat menjadi bahan pencemar yang potensial.
Kotoran ternak jika dibiarkan bertumpuk akan mencemari lingkungan,
terutama karena bau yang tidak menyenangkan. Melalui proses produksi
gasbio, maka sludge dari kotoran ternak (sapi, ayam, domba dan babi)
baunya akan berkurang 70% dibandingkan dengan sebelum diproses
(CAROTHERS, 1980). Oleh karena itu limbah ternak harus ditangani
secara serius untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap air, udara
dan tanah yang pada gilirannya akan mengganggu kesehatan manusia.
Praktikum pembuatan pakan ternak dari limbah unit gas bio ini dapat
menjadi salah satu media yang tepat untuk menyelamatkan kesehatan dan
kelestarian dan kebersihan lingkungan, karena limbah gas bio dari
peternakan (sludge) merupakan limbah padat yang dapat mencemari
lingkungan lewat udara dan tanah, limbah ini berwarna hitam pekat
berbau menyengat yang tidak baik bagi kesehatan manusia apabila
terhirup secara langsung dan terus-menerus, maka dari itu dibuatlah
pakan ternak yang menggunakan prekusor dari limbah gas bio, pakan
ternak yang dibuat berupa konsentrat, dimana limbah hasil gas bio
(sludge) tersebut di berikan beberapa perlakuan dengan menggunakan
bahan pakan dari hasil produksi pertanian, yaitu seperti bekatul sebagai

31
tambahan, hal ini bertujuan agar meningkatkan palatabilitas pakan dan
kandungan gizi pakan yang kurang.
Selain itu limbah pembuatan gas bio (sludge) yang dijadikan
sebagai bahan dasar konsentrat untuk pakan ternak (sapi, kerbau, kuda,
kambing, domba, kelinci, hamster, ayam, puyuh, jangkrik, ulat kandang,
ulat hongkong, dll) dan ikan ini merupakan hasil olahan lumpur organik
unit gas bio dari limbah peternakan yang di mana ternak yang dipelihara
di berikan pakan hijauan, leguminosa dan konsentrat sesuai kebutuhan,
sehingga kandungan dari sluge masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pakan daur ulang setelah dibuat sebagai gas bio yang aman di konsumsi
ternak.

Tujuan:

1. Untuk mengetahui pembuatan sludge sebagai bahan pakan


alternative
2. Mengetahui pengaruh penambahan bahan pakan perlakuan
terhadap kualitas sludge sebagai pakan alternative

Alat dan bahan

Alat Bahan
1. Karung Sludge 2kg
2. Skop Bahan pakan perlakuan:
3. Sarung tangan dedak, pollard dan bekatul
4. Timbangan

32
Prosedur

1. Dimasukkan sludge kedalam karung


2. Diperas sludge dan ditimbang sebanyak 2kg
3. Ditambahkan bahan pakan perlakuan sebanyak 1kg dengan
ketentuan
P0 pengeringan selama 7 hari dengan penambahan bahan pakan
perlakuan pada hari 1
P1 pengeringan selama 7 hari dengan penambahan bahan pakan
perlakuan pada hari 2
P2 pengeringan selama 7 hari dengan penambahan bahan pakan
perlakuan pada hari 5
4. Dikeringkan pakan selama 7 hari
5. Pakan dapat diproses contohnya menjadi pellet

Fungsi pengeringan
1. Mengurangi mikroorganisme yang tidak menguntungkan
2. Menghilangkan bau sludge
3. Memudahkan peternak dalam pencampuran dengan bahan pakan
lain
4. Mempetahankan daya simpan
Indikator keberhasilan sludge sebagai pakan alternative
1. Warna : kecoklatan
2. Tekstur: remah dan tidak berjamur
3. Bau : tidak berbau sludge.

33
Fungsi penambahan bahan pakan alternative:
Sebagai nutrisi dan energi bagi mikroorganisme.
Mikroorganisme berfungsi sebagai memecah protein

HASIL PENGAMATAN

34
PEMBAHASAN

35
36
37
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Nilai Paraf Tanggal Keterangan

38
BAB V

MENGHITUNG VOLUME TANGKI PENCERNA UNIT GASBIO


SISTEM KONTINYU

LATAR BELAKANG
Gas bio merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas
mikroorganisme fakultatif dan anaerob dari substrat bahan organik yang
mengandung bahan kering antara 7 – 9 %, di dalam tangki pencerna Isian
tangki pencerna yang dilakukan hanya sekali disebut sistem curah dan
yang diisi setiap hari disebut sistem kontinyu. Bahan substrat berasal dari
semua bahan organik baik dari 1. tumbuhan, 2. binatang maupun 3.
ternak. Bahkan juga banyak yang menggunakan feces (kotoran manusia).
Substrat yang mengandung bahan kering antara 7 – 9 % yang
diguanakan sebagai media mikroorganisme disebut dengan (slurry =
lumpur organik mentah) yang digunakan sebagai makanan
mikroorganisme untuk menghasilkan gas bio pada fase fakultatif (fase
asam = fase acetanogen) dan fase metanogen yang ditampung dalam
ruangan tangki pencerna yang tertutup rapat (kedap udara). Sehingga
semua limbah ternak atau bahan organik lain dapat ditampung di dalam
tangki pencerna dan pada akhirnya lokasi kandang ternak menjadi bersih
bebas dari limbah ternak. Oleh karena itu gas bio sangat cocok digunakan
sebagai bahan bakar alternatif sebagai pengganti bahan bakar fosil.
Berdasarkan hal tersebut maka perhitungan produksi limbah
ternak yang akan ditampung dalam tangki pencerna, maupun kebutuhan
gas bio yang akan dipakai oleh petani ternak sangat penting untuk
dipraktekan.

39
TUJUAN

Tujuan praktikum perhitungan volume unit gas bio adalah


sebagai penghasil 1). gas bio 2. lumpur organik, Gas bio dapat digunakan
sebagai energi, sedangkan lumpur organik unit gas bio (LOUGB) sebagai
1. pakan ternak (ruminansia dan nonruminansia) bahkan pada ikan dan
insekta, 2. Media jamur, 3. Media cacing dan 4. Pupuk tanaman darat dan
air.

Untuk menghitung agar dikengetahui volume unit gas bio dan gas
bio yang dihasilkan oleh tangki pencerna (digester) maka perlu:

1. Memperhatiakan jumlah limbah ternak yang dihasilkan setiap hari.


2. Memperhatikan kebutuhan gas bio yang diperlukan oleh pemilik
ternak setiap hari

ALAT DAN BAHAN

1. Timbangan
2. Literan
3. Kalkulator

PROSEDUR KERJA

1. Perhitungan volume tangki pencerna berdasarkan jumlah


limbah ternak
a. Amati jumlah sapi yang ada di tempat praktikum.
b. Lihat atau cari jumlah limbah ternak yang terdapat di hasil
penelitian atau literatur

40
c. Hitung bahan kering limbah ternak (Caranya: ambil limbah
ternak yang baru atau masih basah dan timbang, kemudian
keringkan sampai kering. Selanjutnya hitung persentase limbah
ternak yang telah dikeringkan)
d. Apabila persentase bahan kering limbah ternak misalnya 14 %,
maka untuk menjadi 7 % harus ditambah air berapa liter)
Akhirnya volume lumpur organik mentah = slurry dapat
diketahui.
e. Prediksi volume tangki pencerna (digester = bukan reaktor).

Contoh
1. BK limbah ternak sapi perah: 14%, jumalh sapi 5 ekor dengan
limbah ternak 20 kg
2. BK lumpur organik mentah (slurry): 7 %
3. Waktu cerna (RT=retention time) di daerah dataran sedang: 75 hari
4. Produksi gas bio: 0,25/m3

Maka volume tangki pencerna:


= Waktu cerna (retention time) X Volume substrat (slurry) X
1,25
= (75 hari X (100 x 2 liter)/hari x 1,25 liter) = 18.750 liter = 18,8
m3

Sedangkan volume gas bio yang dihasilkan = 0,25 X 18.8 m3 = 4,7


m3

2. Perhitungan volume tangki pencerna berdasarkan kebutuhan


gas bio setiap hari

41
a. Amati kompor atau lampu yang dinyalakan dengan bahan bakar
dari gas bio membutuhkan berpa liter. Apabila tidak tau baca
jurnal atau hasil penelitian.
b. Amati jumlah jam menyala kompor atau lampu yang digunakan
oleh petani ternak atau pengguna lain.
c. Catat berapa jumlah gas bio yang diperlukan.
d. Misalanya satu keluarga membutuhkan dua mata kompor
menyala empat jam dan satu lampu petromak 10 jam. Apabila
kompor membutuhkan 250 liter/jam dan kompor 60 liter/jam,
maka gas bio yang diperlukan untuk kompor dan lampu = 4 X 2
X 250 liter + 10 X 60 liter = 2600 liter atau 2.6 m3
e. Akhirnya dapat dihitung bahwa volume tangki pencerna yang
harus dibuat sebesar 2,6 m3/0,25 m3 X 1 m3 = 10.4 m3

HASIL PENGAMATAN

5.
1.6. Jumlah sapi : ........................................................
2.7. Berat feses/ekor/hari : ........................................................
3.8. Total berat feses/hari : ........................................................
4.9. Kebutuhan air : ........................................................
5.10.Volume slury : ........................................................
6.11.Volume tangki yang dibuaT : ........................................................
7. Volume gas bio yang dihasilkan : ........................................................
8. Pakan ayam yang dapat diproduksi : ........................................................
9. Lahan yang dapat dipupuk : ........................................................

42
PEMBAHASAN

43
44
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Nilai Paraf Tanggal Keterangan

45
BAB VI

PEMBUATAN PUPUK MENGGUNAKAN LIMBAH


PETERNAKAN

LATAR BELAKANG
Kompos adalah hasil penguraian parsial atau tidak lengkap dari
campuran bahan-bahan organik yang dapat di percepat secara artifisial
oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang
hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H.
Crawford,2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan
organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba
mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang
mengandung unsur haranya lebih cari satu unsur (Afghanaus, 2011).
Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulosa 15% - 60%,
hemiselulosa 10 % - 30%, lignin 5% - 30%, protein 5% - 40%, bahan
mineral (abu) 3% - 5%, di samping itu, terdapat bahan larut air dan dingin
(gula, pati, asam amino, urea, garam ammonium) sebanyak 2% - 30 % ,
dan 1%-15%, lemak larut eter dan alkohol, minyak, dan lilin. Komponen
organik ini mengalami proses dekomposisi di bawah kondisi mesofilik
dan termofilik. Komponen organik yang sering dikomposkan antara lain
jerami dan dedak (Sutanto 2002). Dalam membuat kompos sering
ditambahkan bahan-bahan tambahan seperti urea, air, gula pasir,
bioaktivator dan dedak (bekatul). Fungsi urea pada proses pembuatan
kompos adalah sebagai pensuplai NH3 yang digunakan sebagai sumber
energi bagi mikrobia dalam poses fermentasi. Jadi disini urea tidak

46
sebagai penambah nutrisi pakan namun dapat dikatakan sebagai
katalisator dalam proses pembuatan kompos itu sendiri. (Deptan 2010).
Sementara itu, gula pasir berfungsi sebagai sumber makanan bagi
mikroorganisme, kapur berfungsi sebagai penetral pH dan air berfungsi
sebagai katalisator proses-proses biologis dalam pengomposan (Indriani
2010). Dalam membuat kompos juga digunakan plastik hitam untuk
penutupan. Penutupan ini bertujuan agar uap air dapat tertahan dan suhu
naik sehingga mikroba dapat bekerja dengan baik. Ukuran plastik hitam
tergantung timbunan kompos, yang penting seluruh timbunan tertutup
semuanya (Indriani 2010).

TUJUAN
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan
pupuk dari limbah peternakan dengan bahan kombinasi yang
berbeda.

ALAT DAN BAHAN


1. Pupuk Padat
▪ Kotoran ternak : 2 Kg
▪ Dedak : 500 g
▪ Molases : 240 ml
▪ Bioaktivator : 20 ml
▪ Air : 480 ml
▪ Karung plastik : 1 buah
▪ Ember : 2 buah, yang satu telah dilubangi
bagian bawah
▪ Plastik Besar warna hitam : 2 buah
47
▪ Tali rafia : 1 buah ukuran sedang
▪ Sarung tangan : masing-masing anggota kelompok
▪ Gelas ukur : 1 buah
▪ Thermometer
▪ pH meter

2. Pupuk cair
▪ Urin : 3 liter
▪ Empon-empon : 600g
▪ Molases : 360 ml
▪ Bioaktivator : 30 ml
▪ Air : 480 ml
▪ Pengaduk : 1 buah
▪ Ember min 5 liter : 2 buah (dengan penutup)
▪ Plastik besar hitam : (2 buah)
▪ Tali rafia : 1 buah ukuran sedang
▪ Sarung tangan : masing-masing anggota kelompok
▪ Thermometer
▪ pH meter

PROSEDUR PEMBUATAN
a. Pupuk Padat
1. Siapkan alat dan bahan
2. Melakukan pengukuran perbandingan bahan kotoran: dedak
menggunakan perhitungan hingga didapat 2: 0,5.
3. Hasil campuran dimasukkan ke kantung plastik untuk
kemudian diaduk hingga merata
48
4. Pengenceran molasses dan air dengan perbandingan 1 : 2,
dengan cara mambahkan sedikit air lalu diaduk pada setiap
penambahannya.
5. Pengenceran bioaktivator / EM4 sebagai starter dengan
menggunakan air dan molasses yang telah dicampur.
6. Pencampuran bioaktivator / EM4 dengan campuran kotoran,
dedak dan bahan kombinasi yang telah diaduk sebelumnya.
Bahan yang telah dicampur lalu dijadikan homogeny.
7. Wadah untuk kompos dilubangi menggunakan benda tajam,
guna memberi area untuk sirkulasi starter
8. Bahan yang telah homogen lalu dituang ke dalam wadah.
9. Wadah yang telah diisi lalu ditutup dan dibiarkan selama
beberapa hari untuk dilakukan pengadukan dan pengecekan
setiap 3 hari sekali selama 28 hari

b. Pupuk Cair
1. Masukkan 3 liter urin ternak ke dalam ember, tambahkan
dekomposer bioaktivator nabati (30 ml) atau EM 4 (1 tutup
butul/30 ml)

2. Campurkan dengan Empon-empon 600 g dan molases 360 ml


yang diencerkan dengan air 2x lipat dari molasses.

3. Tutup ember dengan rapat, beri fentilasi udara agar aroma


kurang sedap dapat keluar dengan normal serta melihat tekanan
amoniak yang dikeluarkan sudah menghilang,

4. Lakukan pengamatan 3 hari sekali selama 28 hari.

49
HASIL PENGAMATAN

50
PEMBAHASAN

51
52
53
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Nilai Paraf Tanggal Keterangan

54

Anda mungkin juga menyukai