Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN HASIL OBSERVASI PENGOLAHAN KOTORAN

SAPI MENJADI BIOGAS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konversi Energi


Dosen Pengampu : Ahmad Fauzi, M.Pd

Oleh:
Cheria Drifi Asyifa
K2314009
Pendidikan Fisika/B

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmatNya laporan hasil
observasi Pengolahan Kotoran Sapi Menjadi Biogas dapat terselesaikan.

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Konversi Energi dan untuk memberikan informasi mengenai pengolahan kotoran
sapi hingga dapat menjadi bahan bakar atau biogas.

Pelaksanaan observasi dilakukan pada hari Minggu, 2 April 2017. Bagaimana


awal mula didirikannya pengolahan kotoran sapi menjadi biogas serta bagaimana
proses pengolahannya akan disampaikan dalam laporan ini.

Laporan hasil observasi ini semoga dapat menjadi bahan informasi dalam
mengelola kotoran sapi menjadi biogas yang dapat memberikan manfaat bagi
banyak orang serta dapat menghemat energi. Penyusunan laporan ini jauh dari
sempurna, untuk itu perbaikan-perbaikan akan terus dilakukan. Saran untuk laporan
ini sangat diharapkan agar menjadi lebih baik lagi.

Surakarta, April 2017


Penyusun

LAPORAN HASIL OBSERVASI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI 1


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................................1

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 2

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 6

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ................................................ 10

BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 11

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

LAPORAN HASIL OBSERVASI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI 2


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 ......................................................................................................... 12

(Bak Penampungan 1, Saluran Kotoran dan Air Kencing Sapi)

Gambar 2 .......................................................................................................... 13

(Bak Penampungan 2, dan Saluran Kotoran yang Tersisa untuk Pembuatan


Pupuk Kompos)

Gambar 3 .......................................................................................................... 13

(Kompor Menggunakan Biogas)

Gambar 4 .......................................................................................................... 14

(Penggunaan Biogas untuk Alat Penerangan)

LAPORAN HASIL OBSERVASI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI 3


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Akhir-akhir ini energi merupakan persoalan krusial di dunia. Adanya


peningkatan dalam permintaan energi yang diakibatkan oleh meledaknya populasi
penduduk di dunia serta menipisnya cadangan minyak bumi serta permasalahan
emisi dari bahan bakar fosil ataupun batu bara memberikan tantangan dan tekanan
bagi setiap negara di dunia untuk segera melakukan sebuah usaha memproduksi
dan menggunakan energi terbarukan. Selain itu, peningkatan harga minyak dunia
juga menjadi alasan pentingnya energi terbarukan untuk segera dilaksanakan bagi
semua negara di dunia termasuk negara Indonesia.
Dari kebutuhan minyak mentah dunia saat ini sekitar 90 juta barel per hari,
tetapi pasokan dari negara-negara OPEC hanya sekitar 34 juta saja sedangkan
pasokan terbanyak justru didominasi oleh negara Non-OPEC termasuk Rusia dan
Amerika. Data Organisasi Negara-Negara Penghasil Minyak (OPEC)
menyebutkan, konsumsi dunia pada tahun 2015 mencapai 92,8 juta barel per hari
(bph) naik 0,8 persen dibanding tahun sebelumnya. Ada 15 negara dengan besar
konsumsi melebihi 1,5 juta bph. Amerika Serikat di peringkat pertama dengan 19
juta bph, diikuti Cina (11,1) dan Jepang (4,3). Indonesia berada di peringkat 13
dengan konsumsi 1,6 juta bph. Sementara itu, menurut data Kementrian Energi dan
Sumber Daya Manusia (ESDM) cadangan minyak di Indonesia pada April 2017 ini
mencapai 3,3 miliar barel. Padahal konsumsi minyak Indonesia sekarang sudah 1,6
juta bph dan pada tahun 2025 konsumsi minyak Indonesia meningkat hingga 2,2
juta bph. Maka dari itu, impor minyak adalah sesuatu yang tak terhindarkan lagi.
Pemerintah Indonesia pun mulai mencari terobosan baru dalam menciptakan
energi alternatif yang jauh lebih murah pengganti energi minyak bumi. Dengan
adanya energi alterrnatif, penggunaan energi yang tak terbarukan semakin
berkurang. Salah satu kebijakan pemerintah Indonesia adalah dengan pemanfaatan
limbah kotoran ternak sebagai energi alternatif (biogas) skala rumah tangga yang

LAPORAN HASIL OBSERVASI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI 4


ramah lingkungan untuk memenuhi keperluan rumah tangga itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya melakukan sebuah observasi
energi alternatif (biogas) dalam hal ini adalah pengolahan kotoran sapi menjadi
bahan bakar sehingga dapat membantu menghemat energi.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penulisan laporan ini adalah bagaimana proses
pengolahan kotoran sapi menjadi biogas.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui bagaimana cara pembuatan biogas dari kotoran sapi.
b. Mengetahui manfaat penggunaan biogas dari kotoran sapi.

LAPORAN HASIL OBSERVASI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI 5


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Biogas


Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari
prosesfermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang
hidup dalam kondisi kedap udara). Menurut Setiawan (2008), menyatakan bahwa
biogas (gas bio) merupakan gas yang ditimbulkan jika bahan – bahan organik,
seperti kotoran hewan, kotoran manusia, atau sampah, direndam di dalam air dan
disimpan di dalam tempat tertutup atau anaerob. Sedangkan menurut Simamora, S
et al. (2006), menyatakan bahwa proses terjadinya biogas adalah fermentasi
anaerob bahan organik yang dilakukan oleh mikroorganisme sehingga
menghasilkan gas yang mudah terbakar (flammable). Secara kimia, reaksi yang
terjadi pada pembuatan biogas cukup panjang dan rumit, meliputi tahap hidrolisis,
tahap pengasaman, dan tahap metanogenik.
Pada dasarnya kotoran hewan yang ditumpuk atau dikumpulkan begitu saja
dalam beberapa waktu tertentu dengan sendirinya akan membentuk gas metqan.
Namun karejna tidak ditampung, gas iitu akan hilang menguap ke udara. Karena
itu, untuk menampung gas yang terbentuk dari kotoran sapi dapat dibuat beberapa
model konstruksi alat penghasil biogas (Simamora, S et al, 2006). Menurut
Setiawan (2008), menyatakan bahwa biogas yang terbentuk dapat dijadikan bahan
bakar karena mengandung gas metan (CH4) dalam persentase yang cukup tinggi.

2.2 Syarat Pembuatan Biogas


Menurut Simamora, S et al (2006), menyatakan bahwa dalam pembuatan
biogas ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yakni;
a. Ada bahan pengisi yang berupa bahan organik, terutamqa limbah pertanian
dan peternakan.
b. Ada intalasi biogas yang memenuhi beberapa persyaratan seperti, lubang
pemasukan dan pengeluaran, tempat penampungan gas, dan penampungan
sludge (sisa Pembuangan).

LAPORAN HASIL OBSERVASI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI 6


c. Terpenuhinya faktor pendukung yakni faktor dalam (dari digester) yang
meliputi imbangan C/n, pH, dan struktur bahan isian (kehomogenan) dan
faktor luar yang meliputi fluktasi suhu.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Produksi Biogas


Menurut Simamora, S. et al (2006), menyatakan bahwa banyak faktor yang
mepengaruhi keberhasilan produksi bigas. Faktor pendukung untuk mempercepat
proses fermentasi adalah kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan
bakteri perombak. Ada beberpa faktor yang berpengaruh terhadap produksi biogas
yakni sebagai berikut:
1. Kondisi Anaerob / Kedap Udara
Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan organik oleh mikroorganisme
anaerob. Instalasi pengolahan biogas harus kedap udara.
2. Bahan Baku Isian
Bahan baku isian berupa bahan organik seperti kotoran ternak, limbah pertanian,
sisa dapaur, dan sampah organik yang terhindar dari bahan anorganik. Bahan isian
harus mengandung 7 – 9 % bahan kering dengan pengenceran 1 : 1 (bahan baku :
air).
3. Imbangan C/N
Imbangan C/N yang terkandung dalam bahan organik sangat menentukan
kehidupan dan aktivitas mikroorganisme dengan imbangan C/N optimum 25 – 30
untuk mikroorganisme perombak.
4. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman sangat berpengaruh terhadap kehidupan mikroorganisme.
Derajat keasaman yang optimum bagi kehidupan mikroorganisme adalah 6,8 – 7,8.
5. Temperatur
Produksi biogas akan menurun secara cepat akibat perubahan temperatur yang
mendadak di dalam instalasi pengolahan biogas. Untuk menstabilkan temperatur
kita dapat membuat instalasi biogas di dalam tanah.

LAPORAN HASIL OBSERVASI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI 7


6. Starter
Starter diperlukan untuk mempercepat proses perombakan bahan organik hingga
menjadi biogas. Starter merupakan mikroorganisme perombak yang telah dijual
komersil dapat juga digunakan lumpur aktif organik atau cairan rumen.

2.4 Komposisi Biogas


Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan karbon dioksida
(CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen
sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen yang
kandungannya sangat kecil. Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari
konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar
kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil
kandungan metana semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas dapat ditingkatkan
dengan memperlakukan beberapa parameter yaitu : menghilangkan hidrogen
sulphur, kandungan air dan karbon dioksida (CO2).
Hidrogen sulphur mengandung racun dan zat yang menyebabkan korosi, bila
biogas mengandung senyawa ini maka akan menyebabkan gas yang berbahaya
sehingga konsentrasi yang di ijinkan maksimal 5 ppm. Bila gas dibakar maka
hidrogen sulphur akan lebih berbahaya karena akan membentuk senyawa baru
bersama-sama oksigen, yaitu sulphur dioksida /sulphur trioksida (SO2 / SO3).
senyawa ini lebih beracun. Pada saat yang sama akan membentuk Sulphur acid
(H2SO3) suatu senyawa yang lebih korosif. Parameter yang kedua adalah
menghilangkan kandungan karbon dioksida yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan kualitas, sehingga gas dapat digunakan untuk bahan bakar
kendaraan. Kandungan air dalam biogas akan menurunkan titik penyalaan biogas
serta dapat menimbukan korosif.

2.5 Konversi Energi


Konversi limbah melalui proses anaerobik digestion dengan menghasilkan
biogas memiliki beberapa keuntungan, yaitu :

LAPORAN HASIL OBSERVASI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI 8


A. Biogas merupakan energi tanpa menggunakan material yang masih memiliki
manfaat termasuk biomassa sehingga biogas tidak merusak keseimbangan
karbondioksida yang diakibatkan oleh penggundulan hutan (deforestation) dan
perusakan tanah.
B. Energi biogas dapat berfungsi sebagai energi pengganti bahan bakar fosil
sehingga akan menurunkan gas rumah kaca di atmosfer dan emisi lainnya.
C. Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya
duatmosfer akan meningkatkan temperatur, dengan menggunakan biogas
sebagai bahan bakar maka akan mengurangi gas metana di udara.
D. Limbah berupa sampah kotoran hewan dan manusia merupakan material
yang tidak bermanfaaat, bahkan bisa menngakibatkan racun yang sangat
berbahaya. Aplikasi anaerobik digestion akan meminimalkan efek tersebut dan
meningkatkan nilai manfaat dari limbah.
E. Selain keuntungan energi yang didapat dari proses anaerobik digestion
dengan menghasilkan gas bio, produk samping seperti sludge. Meterial ini
diperoleh dari sisa proses anaerobik digestion yang berupa padat dan cair.
Masing-masing dapat digunakan sebagai pupuk berupa pupuk cair dan pupuk
padat.

LAPORAN HASIL OBSERVASI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI 9


BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek : Rumah Pengelolaan Biogas dari Kotoran Sapi


Nama pemilik : Bapak Badiyo
Tempat : Desa Senden RT 01 RW 05, Selo, Boyolali

3.2 Pelaksanaan Penelitian


Hari, Tanggal : Minggu, 2 April 2017
Waktu : 11.30 s.d 13.00 WIB

3.3 Metode Penelitian


Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara.

LAPORAN HASIL OBSERVASI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI 10


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Biogas dari Kotoran Sapi

Desa Senden, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah


merupakan salah satu desa yang berada di daerah lereng gunung Merbabu. Rata-
rata penduduk di sini memiliki mata pencaharian sebagai petani atau berkebun.
Lingkungan di desa ini masih sangat terjaga.
Observasi dilaksanakan di salah satu rumah warga desa Senden bernama
bapak Badiyo. Bapak Badiyo mulai mengelola kotoran sapi menjadi bahan bakar
sejak tahun 1992. Awalnya, bapak Badiyo dan warga lain di desa Senden diberikan
penyuluhan oleh Lembaga Pengembangan Teknologi Desa (LPTP) mengenai
pengelolaan kotoran sapi menjadi bahan bakar. Dari penyuluhan yang diberikan
bapak Badiyo memulai mengolah kotoran dari sapinya hingga saat ini. Mulanya
sapi yang ada hanya 2 ekor. Untuk sekarang bapak Badiyo menggunakan 3 ekor
sapi dan sudah mengelolanya secara mandiri. Hasilnya dipakai untuk keperluan
bahan bakar baik untuk listrik maupun bahan bakar gas (biogas) yang ada di
rumahnya.

4.2 Proses Pengelolaan Kotoran Sapi menjadi Biogas


Pengelolaan kotoran sapi dilakukan melalui beberapa proses :
1. Pengumpulan Kotoran Sapi
Pada tahap ini, kotoran sapi dikumpulkan di saluran yang ada di dalam
kandang. Kemudian, kotoran yang ada di saluran akan diaduk bersama
dengan air kencing sapi untuk membuat campuran sebagai bahan untuk
pembuatan biogas. Air seni di sini digunakan untuk membuat campuran tidak
terlalu keras sehingga dapat mengalir melalui saluran menuju bak
penampungan.

LAPORAN HASIL OBSERVASI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI 11


2. Proses Penampungan Kotoran Sapi
Campuran kotoran sapi yang mengalir di saluran akan masuk ke bak
penampungan pertama. Penampungan pertama berbentuk silinder dengan
tinggi atau kedalaman sekitar 3 m dan diameter 1,5 m. Penampungan pertama
ini diberi saluran / pipa untuk mengalirkan gas ke kompor. Pada bagian atas
penampungan diberi tanah liat sebagai penutup untuk memberikan tekanan
kepada campuran yang tertampung. Kemudian, pada bagian atas tanah liat
diberi air kemudian ditutup dengan penutup yang terbuat dari batu dan semen.

Gambar 1. Bak penampungan 1, saluran kotoran dan air kencing sapi


Sementara itu, setelah terjadi proses penguraian campuran kotoran dan air
seni sapi pada bak penampungan 1 hingga dihasilkan gas maka campuran
yang ada akan mengalir ke bak penampungan 2 dan gas yang dihasilkan pada
bak penampungan 1 akan mengalir ke saluran/pipa menuju kompor. Ketika
proses ini terjadi maka jumlah campuran pada bak penampungan 2 akan
meningkat dan campuran pada bak penampungan 1 menurun. Namun, setelah
gas mengalir dari bak penampungan 1 maka campuran kotoran di bak
penampungan 2 akan mengalir masuk dan mengisi kembali bak
penampungan 1 hingga dapat memproduksi gas kembali. Ketika gas
diproduksi maka akan ada campuran yang masuk kembali ke bak
penampungan 2 dan nantinya akan kembali lagi ke bak penampungan 1 ketika
jumlah campuran menurun, begitu seterusnya. Pada bak penampungan 2 ,

LAPORAN HASIL OBSERVASI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI 12


sisa campuran hasil penguraian yang sudah tidak ada gasnya akan dialirkan
keluar melalui pipa untuk diolah menjadi pupuk kompos.

Gambar 2. Bak penampungan 2, dan saluran kotoran yang tersisa


untuk pembuatan pupuk kompos
3. Hasil Biogas
Gas yang dihasilkan dialiran dari bak penampungan 1 dengan pipa menuju
kompor. Gas tersebut dapat menyalakan api pada kompor serta listrik pada
lampu petromak. Berikut adalah gambar api yang dihasilkan dari biogas.

Gambar 3. Kompor menggunakan biogas

LAPORAN HASIL OBSERVASI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI 13


Gambar 4. Penggunaan biogas untuk alat penerangan

Proses produksi berlangsung selama 10 jam dan setelah itu baru bisa
digunakan. Untuk penggunaan ulang harus menunggu minimal selama 2 jam
lagi. Ketika pertama kali mengadakan pengolahan kotoran sapi menjadi
biogas, gas yang dihasilkan digunakan juga untuk listrik namun sekarang
hanya digunakan untuk kompor saja. Biasanya digunakan untuk memasak air.
Air tersebut digunakan untuk memandikan sapi.

LAPORAN HASIL OBSERVASI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI 14


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kondisi sumber energi yang semakin menipis memaksa kita untuk segera
menemukan solusinya. Salah satunya adalah dengan adanya energi alternatif atau
energi terbarukan. Biogas (gas bio) merupakan gas yang ditimbulkan jika bahan-
bahan organik, seperti kotoran hewan, kotoran manusia, atau sampah, direndam di
dalam air dan disimpan di dalam tempat tertutup atau anaerob. Biogas dari kotoran
sapi dibuat melalui beberapa proses seperti proses pengumpulan kotoran sapi,
proses penampungan kotoran sapi, dan hasil biogas. Selain menghasilkan gas yang
dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti minyak untuk kompor, limbah
kotoran sapi juga diolah sebagai kompos. Adanya biogas dari kotoran sapi ini
sangat bermanfaat selain membantu warga dalam memenuhi kebutuhan rumah
tangganya juga dapat membantu menghemat energi untuk menyelamatkan bumi.

5.2 Saran
Bagi warga di desa Senden semoga dapat lebih memanfaatkan kotoran-
kotoran sapi agar tidak menjadi limbah yang akan mencemari lingkungan.Selain
itu, bisa memproduksi biogas dalam skala besar agar dapat bermanfaat untuk
keperluan bersama.

LAPORAN HASIL OBSERVASI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI 15


DAFTAR PUSTAKA

Misa, Dody. 2015. https://dodymisa.blogspot.co.id/2015/05/makalah-


pemanfaatan-biogas-dari-kotoran.html , diakses pada Sabtu, 16 April 2017 pada
pukul 10.12 WIB.

Paimin, Farry, B. 1995. Alat Pembuatan biogas Dari Drum. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Setiawan, A.I. 2008. Memanfatkan Kotoran Ternak. Cet 14. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Simamora, S. et al. 2006. Membuat Biogas Pengganti Bahan Bakar Minyak Dan
Gas Dari Kotoran Ternak. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

LAPORAN HASIL OBSERVASI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI 16

Anda mungkin juga menyukai