BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jember merupakan salah satu kabupaten dengan tingkat kepadatan
penduduk yang tergolong tinggi di Jawa Timur. Permasalahan kependudukan
tersebut juga mengakibatkan munculnya berbagai permasalahan lain, dan salah
satunya adalah permasalahan tentang sampah. Sampah merupakan salah satu
permasalahan yang sulit lepas dari kehidupan manusia. Marfuatun (2013)
mendefinisikan sampah sebagai produk samping atau sisa dari aktivitas mausia
dalam kehidupan sehari-harinya ataupun dari proses alam yang berbentuk padat.
Seiring dengan berjalannya waktu, banyaknya jumlah manusia juga
mengakibatkan bertambahnya jumlah sampah yang dihasilkan. Dan salah satu
wilayah di Kabupaten Jember dengan tingkat produksi sampah terbanyak adalah
Kecamatan Sumbersari. Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Jember Tahun 2018 menyebutkan bahwa daerah penghasil sampah
terbanyak di Kabupaten Jember berasal dari Kecamatan Sumbersari dengan
jumlah mencapai 246 meter kubik per hari. Sampah dengan jumlah tersebut tentu
akan menjadi permasalahan serius bagi lingkungan bila tak ditangani dengan
benar.
Sampah domestik yang bersumber dari sisa kegiatan rumah tangga, aktivitas
perkotaan, hingga perdagangan seringkali menimbulkan permasalahan yang
cukup serius bagi lingkungan. Keterbatasan lahan pun menjadi kendala yang
masih dihadapi oleh pemerintah untuk membangun suatu area pengelolaan
sampah. TPA Pakusari merupakan tempat pengelolaan sampah di Kabupaten
Jember dengan luas area 5,8 Ha. Berdasarkan data dari Rencana Program
Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Jember 2014-2018, TPA ini
mempunyai kapasitas 600.000 liter/hari dan menampung sampah dari 6
kecamatan, yaitu Kecamatan Kaliwates, Sumbersari, Patrang, Mayang,
Sukorambi, dan Kalisat. Jenis sampah yang ditampung merupakan sampah dari
hasil sisa kegiatan rumah tangga dan perdagangan. Berdasarkan perhitungan yang
telah dilakukan sebelumnya, diketahui jumlah sampah yang dihasilkan oleh
Kabupaten Jember pada 2028 nanti sebanyak 4.138.968,4 liter/tahun. Hal ini tentu
akan memunculkan permasalahan pengelolaan sampah yang baru. Penambahan
lahan TPA mungkin saja dapat dilakukan, namun mengingat tingkat kebutuhan
lahan untuk pemukiman yang kian bertambah menjadikan pilihan tersebut bukan
menjadi solusi terbaik untuk dapat mewujudkan sistem pengelolaan sampah yang
berkelanjutan. Diperlukan metode penyelesaian yang mampu mengatasi
permasalahan sampah dari tingkat hulu agar aliran ke hilir mampu secara nyata
berkurang.
Kelurahan Sumbersari merupakan bagian dari wilayah Kecamatan
Sumbersari yang ikut menyuplai sampah ke TPA Pakusari. Berdasarkan data dari
BPS 2018 menyebutkan bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Sumbersari
ebanyak 37.578 jiwa, paling banya dibanding kelurahan lainnya. Dengan jumlah
warga sebanyak itu dapat dikatakan bahwa Kelurahan Sumbersari merupakan
daerah penyuplai sampah rumah tangga terbanyak di TPA Pakusari. Diperlukan
sosialisasi dan pelatihan mengenai pemisahan sampah serta pemanfaatan sampah
di tingkat rumah tangga untuk dapat secara nyata mengurangi aliran sampah dari
hulu. Penerapan pembuatan eco enzyme dirasa menjadi pilihan yang tepat utnuk
diterapkan oleh rumah tangga uktuk dapat mengurangi sampah bahkan menambah
nilai gula dari sampah itu sendiri.
Eco enzyme merupakan cairan serbaguna yang terbuat dari hasil fermentasi
sisa buah atau sayur dengan penambahan air dan gula. Pengaplikasian eco enzyme
dalam skala rumah tangga diharapkan mampu mengurangi permasalahan sampah
di tingkat TPA. Selain itu juga produk eco enzyme dapat bermanfaat bagi rumah
tangga itu sendiri, salah satunya sebagai pupuk organik bagi tanaman. Dengan
adanya pemanfaatan limbah skala rumahan oleh masing-masing rumah tangga
akan mengurangi volume sampah yang dibawa oleh truk ataupun tukang sampah,
sehingga secara berantai sampah yang terkumpul di TPA akan berkurang.
Sehingga dengan demikian diharapkan permasalahan sampah dapat teratasi.
1.3 Tujuan
Penulisan proposal ini bertujuan untuk:
1. berikan pengarahan dan dorongan kepada masyarakat mengenai pentinganya
pemisahan sampah.
2. Memberikan pelatihan mengenai pengolahan limbah organik rumah
tangga.
3. Memperkenalkan dan mengedukasi masyarakat mengenai penggunaan eco
enzyme
1.4 Manfaat Program
1. Menumbuhkan dan meningkatkan keterampilan masyarakat dalam
mengolah sampah rumah tangga.
2. Mengurangi pencemaran lahan pertanian masyarakat akibat timbunan
limbah organik.
3. Mendukung program pemerintah dalam bidang lingkungan hidup untuk
menanggulagi permasalahan sampah
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Eco Enzym
Eco enzyme atau dalam Bahasa Indonesia disebut eko enzim merupakan
larutan zat organik kompleks yang diproduksi dari proses fermentasi sisa organik,
gula, dan air. Cairan Eco enzym ini berwarna coklat gelap dan memiliki aroma
yang asam/segar yang kuat (M. Hemalatha, 2020). Bermula dari penemuan Dr.
Rosukon Poompanvong, seorang peneliti dan pemerhati lingkungan dari Thailand.
Inovasi ini memberikan distribusi yang cukup besar bagi lingkungan. Dr. Rosukon
juga merupakan seorang pendiri Asosiasi PertanianOrganik Thailand (Organic
Agriculture Association of Thailand) yang bekerjasama dengan petani di Thailand
bahkan Eropa dan berhasil menghasilkan produk pertanian yang bermutu tetapi
ramah lingkungan. Dari usaha dan inovasi yang dilakukan ini, ia dianugerahi
penghargaan oleh FAO Regional Thailand pada tahun 2003.
Pembuatan enzim ini juga memberikan dampak yang luas bagi lingkungan
secara global maupun ditinjau dari segi ekonomi. Ditinjau manfaat bagi
lingkungan, selama proses fermentasi enzim berlangsung,dihasilkan gas O3 yang
merupakan gas yang dikenal dengan sebutan ozon (Rubin, 2001). Sebagaimana
diketahui jika satu kandungan dalam Eco Enzyme adalah Asam Asetat
(H3COOH), yang dapat membunuh kuman, virus dan bakteri. Sedangkan
kandungan Enzyme itu sendiri adalah Lipase, Tripsin, Amilase dan Mampu
membunuh /mencegah bakteri Patogen. Selain itu juga dihasilkan NO3 (Nitrat)
dan CO3 (Karbon trioksida) yang dibutuhkan oleh tanah sebagai nutrient. Dari
segi ekonomi, pembuatan enzim dapat mengurangi konsumsi untuk membeli
cairan pembersih lantai ataupun pembasmi serangga (Eviati & Sulaeman. 2009).
Akbar, R.T.M, Yani Suryani, Iman Hernaman. 2015. Peningkatan Nutrisi Limbah
Produksi Bioetanol Dari Singkong Melalui Fermentasi Oleh Konsorsium
Saccharomyces cereviseae dan Trichoderma viride Jurnal Sainteks Volume
VIII No. 2 1-15
Eviati & Sulaeman. (2009). Analisa Kimia Tanah, Tanaman, Air Dan Pupuk.
Bogor : Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian.
Rubin, M.B. (2001). The History of Ozone. The Schonbein Period, 1839- 1868.
Bull. Hist. Chem. 26 (1) : 71-76
Suryani, Yani, Iman H., Ayu, S., Gilang D. P., dan Poniah A. 2013. The effect of
nitrogen and sulfur addition on bioethanol solid waste fermented by the
consortium of trichoderma viride and saccharomyces cerevisiae towards dry
materials, organic materials, crude protein and non nitrogen protein. Asian
Journal of Agriculture and Rural Development, 3(9) 2013: 622-631