Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BIOETANOL SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN


BAKAR FOSIL

Disusun oleh:

KELOMPOK 8

1. Ennio Reynaldo H. S. NIM. 21030118130111


2. M. Sawaldi Putra NIM. 21030118130167
3. Ardiane Herdien NIM. 21030118140164
4. Zafira Atifa NIM. 21030118140169
5. Salma Talitha Sani NIM. 21030118130172
6. Aufa Rasendriya NIM. 21030118130182

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUIAN

1.1 Latar Belakang


Energi menjadi masalah yang sangat krusial saat ini.Saat ini sumber energi
yang paling banyak digunakan adalah energi fosil yang berupa bahan bakar minyak.
Energi fosil tersebut terdiri atas adalah minyak bumi dan sisanya adalah gas dan
batubara.Hampir semua kebutuhan masih sangat tergantung pada energi fosil.Berbagai
kegiatan yang membutuhkan bahan bakar minyak seperti industri, rumah tangga, bahan
bakar kendaraan, dan lain-lain.Kandungan minyak bumi didunia semakin menipis, karena
semakin bertambahnya kebutuhan manusia terhadap penggunaan minyak bumi sebagai
bahan bakar. Dengan kondisi yang semakin menipis ini, cadangan minyak diprediksi hanya
cukup untuk beberapa tahun ke depan.

Dikutip dari Kompas.com (Hardoko, 2019), AS kini memiliki cadangan


minyak mentah sebanyak 264 miliar barel, di atas Rusia dengan cadangan 256 miliar barel
dan Arab Saudi yang "hanya" 212 miliar barel minyak mentah. Meski demikian, analis
memberi kesimpulan mengerikan terkait masa depan minyak bumi.Mengacu pada
kecepatan produksi saat ini maka cadangan minyak dunia hanya akan bertahan selama 70
tahun, padahal jumlah kendaraan bermotor akan berlipat ganda dalam 30 tahun ke depan.

Berdasarkan data Ditjen migas pada tahun 2004 menunjukkan bahwa


ketersediaan minyak bumi di Indonesia sekitar 8.61 milyar barrel sedangkan data terbaru
dari Ditjen migas tahun 2011 menunjukkan bahwa cadangan minyak bumi di Indonesia
tersisa 7.73 milyar barrel (Kurniawan, 2014).

Cadangan energi fosil (minyak bumi) yang tidak terbarukan sudah sangat
menipis dan tidak akan bertahan selamanya. Maka dari itu diperlukan untuk melestarikan
bahan bakar fosil tersebut.Dalam menghemat bahan bakar fosil diperlukan untuk
melakukan hal-hal yang efektif yaitu dengan mengurangi atau menghemat jumlah
pemakaian gas yang digunakan.Adapun energi alternatif telah dikembangkan dalam
menghemat pemakaian energi fosil yaitu bioethanol.Bioetanol adalah salah satu bahan
bakar alternatif yang dibuat dari tumbuhan yang mengandung pati, gula dan serat
selulosa.Bioetanol adalah cairan dari fermentasi gula yang bersumber dari karbohidrat
dengan bantuan mikroorganisme. Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati
yang memiliki sifat menyerupai minyak premium.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana bioetanol dapat menggantikan bahan bakar minyak untuk kebutuhan ruman
tangga?
2. Bagaimana cara pemanfaatan limbah organik sebagai bahan utama pembuatan
bioetanol?

1.3 Tujuan
1. Mencari bahan bakar alternatif (bioethanol) sebagai pengganti bahan bakar minyak
untuk kebutuhan rumah tangga.
2. Mengetahui cara pemanfaatan limbah organik sebagai bahan utama pembuatan
bioetanol.
BAB II

ISI

2.1 Landasan Teori


Sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (2016), total konsumsi energi
final di Indonesia meningkat dari 4,47 exajoule padatahun 2010 menjadi 5,28
exajoule di tahun 2012 dan menurun menjadi 4,44 exajoule pada tahun 2014. Pada
tahun 2014 sektor transportasi merupakan sektor yang konsumsi energy finalnya
terbesar yaitu 42%, diikuti oleh sektor rumah tangga sebesar 30%. Berdasarkan
jenis energi, BBM (Bahan Bakar Minyak) masih merupakan sumber energi fosil
yang penting bagi Indonesia dan pangsanya semakin meningkat dari 43% pada
tahun 2010 menjadi 62% pada tahun 2014 (Susmiati, 2018).
Sumber daya energi konvensional bahan bakar fosil (minyak/gas
bumidanbatu bara) sebagai sumber energi yang tidak terbarukan dengan segala
permasalahannya, terutama kenaikan harga (price escalation) secara global setiap
terjadinya krisis energi akibat dari faktor-faktor seperti cadangan yang berkurang
sesuai dengan umur eksploitasinya, permintaan yang meningkat, jaminan pasokan
(supply security) yang terbatas dan pembatasan produksi serta penilaian dampak
lingkungan yang ketat terhadap pemanasan global (global warming), harus
dikurangi ketergantungannya dengan menggunakan sumber-sumber energi lainnya
sebagai bahan bakar alternative (Wusnahdkk, 2016).
Bioetanol merupakan etanol yang dibuat dari biomassa yang
mengandung komponen pati atau selulosa (Hambi et al., 2007 dalam Wulandari,
2017).Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar nabati yang dapat digunakan
untuk menggantikan bahan bakar fosil dengan kelebihan yang lebih banyak
dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Keuntungan dari penggunaan bioethanol
sebagai sumber energi adalah dapat diperbarui, sedikit polusi, dapat mengurangi
emisi gas rumah kaca di seluruh siklus hidup bioenergy, dan dapat diproduksi dari
bahan-bahan yang mengandung gula dan pati seperti jagung, kentang, gandum,
tebu, molases dan yang lainnya (Susmiati, 2018).
Secara umum ethanol/bio-ethanol dapat digunakan sebagai bahan baku
industri turunan alkohol, campuran untuk miras, bahan dasar industri farmasi,
campuran bahan bakar untuk kendaraan. Mengingat pemanfaatan ethanol/bio-
ethanol beraneka ragam, sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda
sesuai dengan penggunaannya. Untuk ethanol/bio-ethanol yang mempunyai
grade90-96,5% vol dapat digunakan pada industri, sedangkan ethanol/bio-ethanol
yang mempunyai grade96-99,5% vol dapat digunakan sebagai campuran untuk
miras dan bahan dasar industri farmasi. Berlainan dengan besarnya
gradeethanol/bio-ethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar untuk
kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous supaya tidak korosif,
sehingga ethanol/bio-ethanol harus mempunyai gradesebesar 99,5-100%
volume(Nurdyastiti).

2.2 Ulasan
a. Pemanfaatan bioetanol sebagai sumber energi
Akibat kriris harga minyak mineral pada akhir tahun 2008 yang
mencapai harga lebih dari 120 dollar/barel, menyebabkan masyarakat dunia
berusaha untuk mencari alternatif bahan bakar cair yang berasal dari tumbuhan.
Dengan harapan tidak akan terjadi krisis bahan bakar lagi karena bahan-bahan
yang dapat diolah menjadi etanol sangat beragam jenisnya (Anonim, 2008
dalam Senam, 2009). Beberapa kelebihan bioetanol dibanding bensin, antara
lain lebih aman, memiliki titik nyala tiga kali lebih tinggi dibanding bensin, dan
menghasilkan emisi gas hidrokarbon lebih sedikit. Etanol mampu meningkatkan
angka oktan bensin, maka dalam kasus ini etanol berperan sebagai octan
enhancer.Penggunaan etanol sebagai octan enhancer ini sangat menarik
perhatian dunia, karena ramah lingkungan dan mudah diperbaharui. Dengan
digunakannya etanol ini lambat laun akan mengurangi emisi timbal yang
dikeluarkan dari asap kendaraan bermotor selama pembakaran (Senam, 2009).
Berbagai macam bahan dapat dikonversi menjadi etanol dengan
bantuan mikroorganisme.Bahan yang mengandung pati seperti jagung, ubi kayu,
gandum, tapioka dan kentang merupakan sumber utama bioetanol.Dua jenis
yang disebut permulaan itu sangat produktif untuk menghasilkan etanol.
Sebanyak 11,7 Kg tepung jagung dapat dikonversi menghasilkan alkohol
sebanyak 7 liter (Senam, 2009). Selain itu juga tapioka, ketela rambat, dan
bahan lain yang berkarbohidrat dapat dikonversi menghasilkan etanol. Bahan
yang mengandung selulosa juga sangat potensial untuk diubah menjadi etanol
diantaranya adalah limbah pertanian dan hasi hutan berupa kayu.

b. Peranan ragi dalam pembuatan bioetanol


Selain berkembang untuk memproduksi bahan makan dan
minuman, akhir-akhir ini peranan ragi diperluas untuk memproduksi sumber
energi yang terbarukan.Ragi ini telah mengambil peran penting dalam
memproduksi sumber energi alternatif yang berupa bioetanol.Beberapa negara
seperti Brasil, Amerka Serikat dan Afrika telah mengembangkan teknologi
bioetanol ini.Berbagai bahan berkarbohidrat yang mudah didapat di lingkungan
dengan bantuan ragi ini mampu menghasilkan etanol dengan jumlah produksi
yang semakin meningkat (Senam, 2009).
Produksi bioetanol telah banyak diminati, karena diharapkan
mampu menggantikan minyak mineral dengan sumber bahan yang mudah
dikembangbiakkan dan dapat diperbaharui serta hasilnya bersifat ramah
lingkungan.Saat ini masih perlu pengembangan secara berkelanjutan terhadap
low cost technology untuk menghindari terjadinya krisis energi akiba
terbatasnya minyak mineral (Senam, 2009). Modifikasi proses metabolisme di
dalam ragi memungkinkan ragi ini mampu memproduksi etanol dalam jumlah
lebih besar. Berbagai negara agraris yang harus mengimpor minyak mineral dari
luar negeri, memilih bioetanol sebagai solusi yang paling tepat.

c. Pembuatan bioetanol melalui proses fermentasi


Fermentasi merupakan suatu proses untuk mengubah molekul
glukosa menjadi etanol atau lebih dikenal sebagai bioetanol (alkohol) dengan
menggunakan mikroorganisme ragi (Senam, 2009). Proses fermentasi
dimaksudkan untuk mengubah glukosa menjadi etanol dan CO2. Satu kg
glukosa pada proses fermentasi akan menghasilkan 0,511 kg etanol. Pada proses
fermentasi etanol, ragi (yeast) akan memetabolisme glukosa dan fruktosa dan
membentuk asam piruvat melalui tahapan reaksi pada jalur EmbdenMeyerhof-
Parnas.
Ragi (yeast) yang sering digunakan dalam fermentasi etanol adalah
Saccharomyces cerevisiae dikarenakan yeast ini toleran terhadap alkohol yang
cukup tinggi (12-18 persen v/v), berproduksi tinggi, mampu bertahan pada
keadaan kadar gula yang tinggi, dan tetap aktif melakukan fermentasi pada suhu
4-32ºC (Musanif, 2007 dalam Anggraini, 2012). Proses fermentasi dilakukan
dengan mencampurkan ragi (yeast) pada cairan bahan baku dan mendiamkannya
dalam wadah tertutup (fermentor) pada kisaran suhu optimum 27-32ºC selama
5-7 hari (fermentasi secara anaerob). Pada kondisi anaerob terjadi perubahan
asam piruvat menjadi etanol dengan bantuan piruvat dekarboksilase dan alkohol
dehidrogenase melalui proses fermentasi alkohol (Gusmailina, 2010 dalam
Anggraini, 2012).
Bioetanol yang dihasilkan dari proses fermentasi memiliki kadar
rendah (30-40%) (Anggraini, 2012). Sehingga untuk memperoleh bioetanol
dengan kadar hingga mencapai 95% dapat dilakukan melalui proses pemekatan.
Proses pemekatan biasanya dilakukan melalui proses destilasi. Proses ini
dilakukan melalui proses dua tingkat. Proses pada tingkat pertama menggunakan
beer column, sedangkan pada tingkat ke dua menggunakan rectifying column.
Pengertian kadar bioetanol (%v/v) merupakan banyaknya volume bioetanol
pada suhu 15oC dalam 100 satuan volume larutan etanol pada temperatur
pengukuran. Berdasarka standar pengukuran pada temperatur 27,5 o C dengan
kadar 95,5% adalah identik dengan kadar 96,2% pada temperatur 15oC (Senam,
2009).
d. Bioenergi dan biodiesel
Dua macam sumber energi yang terbarukan yang banyak
dikembangkan saat ini berupa bioetanol dan biodiesel.Sebagian masyarakat
hingga kini masih memiliki persepsi bahwa minyak fosil merupakan sumber
energi yang tidak tergantikan.Cara berfikir seperti ini lebih diperparah dengan
tingkat pendidikan masyarakat di negara berkembang yang masih relatif
rendah.Eksploitasi sumber daya alam di negara berkembang dilakukan secara
membabi buta tanpa mempertimbangkan kelestarian lingkungan.Hutan yang
berperan sebagai penyangga lingkungan dibabat habis karena dieksploitasi hasil
hutan dan bahan tambangnya.Industri kecil hingga industri besar sampai saat ini
masih memanfaatkan minyak fosil sebagai bahan bakar utamanya. Sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaharui ini akan semakin berkurang. Hasil
pembakaran minyak fosil ini berupa gas karbon dioksida, gas karbon
monoksida, gas nitrogen oksida, logam timbal, serta logam berat lainnya.Sisa
pembakaran ini berperan sebagai bahan pencemar terhadap udara, air, dan
tanah.Semakin menipisnya lapisan ozon menyebabkan terjadinya pemanasan
global, gangguan kesehatan seperti infeksi saluran pernafasan, kanker kulit,
serta kerusakan lingkungan (Sutijastoto, 2005 dalam Senam, 2009).
Peran minyak fosil harus digantikan oleh sumber energi yang dapat
diperbaharui agar krisis energi dapat teratasi.Bioetanol maupun biodiesel yang
dihasilkan dengan perlakuan tertentu mampu menggantikan solar dan
bensin.Kedua jenis sumber energi ini bersifat terbarukan, biodegradable, dan
ramah lingkungan.Dengan demikian perkembangan teknologi permesinan juga
mengikuti tren perkembangan energi saat ini.Perkembangan teknologi
terbarukan ini memunculkan teknologi biodiesel, bioetanol, bioelektrik, dan
biogas.Penggunaan energi hayati ini dapat menekan pencemaran lingkungan
hingga 50%.
2.3 Solusi
Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui atau non renewable.Keberadaannya hingga saat ini menempati urutan
pertama sebagai sumber energi.Salah satu turunan minyak bumi yang banyak
digunakan pada industri kecil dan rumah tangga adalah minyak tanah. Upaya
pemerintah untuk mengalihkan penggunaan minyak tanah ke bahan bakar lain perlu
didukung. Saat ini pengalihan penggunaan minyak tanah ke bahan bakar gas banyak
menemui kendala antara lain banyaknya kasus kebakaran yang disebabkan oleh
bahan bakar gas, karena sifat gas yang selalu memenuhi ruangan sehingga apabila
terjadi percikan api dalam kompor akan memicu kebakaran di sekitarnya. Oleh
karena itu pengalihan atau konversi minyak tanah tidak harus ke bahan bakar gas
tetapi juga dapat ke bioetanol yang bersifat lebih ramah lingkungan dan tidak
membahayakan lingkungan. Bioetanol mempunyai kelebihan selain ramah
lingkungan, penggunaannya sebagai bahan bakar kompor terbukti lebih hemat dan
efisien proses pembakarannya. Selain itu, pembuatannya bisa dilakukan di rumah
dengan mudah dan lebih ekonomis dibandingkan menggunakan minyak tanah.
Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat
(pati) menggunakan bantuan mikroorganisme. Produksi bioetanol dari tanaman
yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi
karbohidrat menjadi gula (glukosa). Pada hidrolisis enzimatis dikenal ada dua
metode yaitu SHF dan SSF. Metode SSF menjadi sangat penting untuk
dikembangkan karena dapat mempersingkat proses pembuatan bioetanol
(Hapsari,2013)
Ditinjau dari berbagai segi, bioetanol ini dapat berfungsi untuk
menggantikan bensin maupun minyak tanah.Beberapa pertimbangan yang sangat
mendesak atas diperlukannya bioetanol ini sebagai bahan bakar, selain karena
pertimbangan bahan bakar fosil hampir habis, juga berbagai pertimbangan
mengenai pelestarian lingkungan. (Senam,2009)
Bioetanol adalah bahan bakar nabati yang tak pernah habis selama
mentari masih memancarkan sinarnya, air tersedia, oksigen berlimpah, dan kita mau
melakukan budidaya pertanian. Sumber bioetanol dapat berupa singkong, ubi jalar,
tebu, jagung, sorgum biji, sorgum manis, sagu, aren, nipah, lontar, kelapa dan
padi.Bioetanol merupakan salah satu jenis biofuel yang mengalami perkembangan
paling maju saat ini. Pemanfaatan bioetanol pun tidak terbatas hanya untuk bahan
bakar tetapi dapat pula digunakan sebagai bahan baku berbagai industri seperti
farmasi, kosmetik, dan pangan. Pemanfaatan yang luas serta prinsip teknologi
produksinya yang relatif sederhana menjadikan bioetanol primadona biofuel saat
ini.Meskipun kelayakan teknologi, ekonomi, dan sosial dari bioetanol telah tercapai,
teknologi bioetanol saat ini terus maju dan berkembang. Pengembangan bioetanol
generasi pertama yang telah dimulai puluhan tahun lalu saat ini mulai diarahkan
untuk menggunakan bahan lain selain bahan berpati. Penggunaan limbah biomassa
lignoselulosa, mikroalga, rumput laut, bahkan GMO (Genetically modified
organisms) sebagai bahan baku produksi bioetanol telah banyak diujicobakan.
Perbedaan bahan baku pada akhirnya menyebabkan teknologi produksi yang
digunakannya pun berbeda. Teknologi pretreatment dalam produksi bioetanol
dengan bahan lignoselulosa saat ini mengalami perkembangan pesat, karena tahap
ini merupakan proses kunci dan sangat menentukan tahapan selanjutnya
Oleh karna itu ,bioetanol merupakan solusi yang paling efektif untuk
mengatasi berbagai permasalahan terutama sebagai energi alternatif yang dapat
dimanfaatkan bukan hanya untuk menggantikan bahan bakar tetapi juga dapat
digunakan dalam berbagai industry.(Hidayat,2013)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Alkohol/bio-ethanol dapat diproduksi dari tanaman yang mengandung pati atau
karbohydrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa)
larut air. Proses pembuatan glukosa dibedakan berdasarkan zat pembantu yang
dipergunakan, yaitu Hydrolisa asam dan Hydrolisa enzyme. Selanjutnya dilakukan
proses peragian atau fermentasi gula menjadi ethanol dengan menambahkan
yeastatau ragi.
2. Keekonomian program pemanfaatan ethanol/bio-ethanol untuk bahan bakar
kendaraan bukan saja ditentukan oleh harga bahan bakar premium saja, tetapi
ditentukan pula oleh harga bahan baku pembuatan ethanol/bio-ethanol, oleh
karenanya produksi ethanol/bio-ethanol harus mempertimbangkan keekonomiannya
dari dua sisi kepentingan, yaitu sisi produsen ethanol/bio-ethanol dan dari segi
petani penghasil bahan baku.
3. Sampai saat ini belum ada sinergi yang diwujudkan dalam satu dokumen rencana
strategis yang komprehensif dan terpadu, sehingga akan timbul beberapa kendala
yang harus diselesaikan. Namun agar kendala tersebut dapat diatasi harus didukung
adanya kebijakan Pemerintah mengenai pertanian dan kehutanan yang terkait
dengan peruntukan lahan, kebijakan insentif bagi pengembangan bio-ethanol,
tekno-ekonomi produksi dan pemanfaatan bio-ethanol, sehingga ada kejelasan
informasi bagi pengusaha yang tertarik dalam bisnis bio-ethanol.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Dian. 2012. Potensi Energi Dari Pemanfaatan Air Limbah Industri Bioetanol
Berbahan Baku Ubikayu (Thinslop) Dan Tetes Tebu (Vinasse).Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Bandar Lampung.

Senam.2009. Prospek Bioetanol Sebagai Bahan Bakar yang Terbarukan dan Ramah
Lingkungan.Fakultas MIPA. Universitas Negeri Yogyakarta.

Wulandari, Retno. 2017. Pengaruh Suhu, pH, Waktu Hidrolisis, dan Konsentrasi H2so4
Terhadap Kadar Glukosa Yang Dihasilkan Dari Limbah Kulit Kakao.
Skripsi.Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Susmiati, Yuana. 2018. Prospek Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian dan Sampah
Organik.Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 2(7), 67-80.

Wusnah, Samsul Bahri, dan Dwi Hartono. 2016. Proses Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang
Kepok (Musa acuminata B.C) Secara Fermentasi. Jurnal Teknologi Kimia Unimal,
5(1), 57-65.

Anda mungkin juga menyukai