Anda di halaman 1dari 9

Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga Sebagai Bahan Baku

Untuk Produksi Bioetanol

Oleh:
Rendi Pramesti

F1C021081

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Potensi limbah pertanian pada komoditi utama di Indonesia pada tahun 2015
mencapai 156.892.752,7 ton, yang dapat diubah menjadi bioetanol sebanyak
11.880.641,29 kiloliter. Di samping itu, jumlah sampah organik di beberapa kota
besar di Indonesia pada tahun yang sama adalah sekitar 1.035.889,2 ton, yang
berpotensi menjadi sekitar 72.511,2 kiloliter bioetanol. Seleksi teknologi untuk
mengolah bioetanol dari limbah pertanian dan sampah organik didasarkan pada jenis
bahan baku yang ada, yaitu bergula, berpati, atau berlignoselulosa. Selain itu,
efisiensi proses dapat ditingkatkan melalui berbagai metode, termasuk Separate
Hydrolysis and Fermentation(SHF),Simultaneous Saccharification and Fermentation
(SSF), dan Consolidated Bioprocessing (CBP).Pengembangan produksi bioetanol
dari limbah pertanian dan sampah organik memiliki dampak positif yang signifikan
dari berbagai perspektif, seperti lingkungan, sosial, dan ekonomi.(Wicakso dan
Mirwan,2020).
sampah yang dihasilkan di perkotaan memiliki komposisi yang beragam,
namun sebagian besar terdiri dari sampah organik, mencapai sekitar 65%. Sampah
organik ini mengandung lignoselulosa yang dapat diubah menjadi bioetanol melalui
proses hidrolisis dan fermentasi, seperti yang dijelaskan oleh Taherzadeh et al.
2007). Penggunaan sampah organik untuk produksi bioetanol dapat menjadi solusi
untuk masalah pengelolaan sampah yang kurang efisien di kota-kota besar. Seiring
dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan aktivitas pembangunan yang meningkat,
volume sampah di perkotaan terus bertambah. Sebagai contoh, di Kota Banjarmasin,
data dari Dinas Kebesihan Kota Banjarmasin (2010) menunjukkan bahwa rata-rata
16.000 m3 sampah diangkut setiap bulan, sementara kapasitas Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) yang ada hanya tersisa sekitar 203.992 m2, yang cukup untuk satu
tahun. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa sampah rumah tangga di Kota
Banjarmasin terdiri sebagian besar dari sampah organik sebesar 54,76% dan sampah
anorganik sebesar 45,24%. Fraksi V, yang termasuk sampah organik, merupakan
kontributor terbesar dalam jumlah sampah, mencapai 34,48%. Potensi teoritis
produksi etanol dari sampah
rumah tangga di Kota Banjarmasin diperkirakan sekitar 199,40 kiloliter per tahun.
Oleh karena itu, produksi etanol dari sampah kota memiliki potensi untuk
pengembangan komersial yang lebih lanjut..(Hartantio dkk,2018).
Karena limbah kertas mengandung selulosa, maka limbah tersebut memiliki
potensi sebagai bahan baku untuk pembuatan bioetanol. Semakin tinggi kandungan
selulosa dalam kertas, semakin besar jumlah glukosa yang dapat dihasilkan melalui
proses hidrolisis enzimatis . Oleh karena itu, disarankan untuk memanfaatkan
limbah kertas dari PT. Temprina Media Grafika. Dengan demikian, diharapkan
dapat mengurangi dampak limbah kertas di perusahaan tersebut, terutama terkait
dengan masalah kesehatan para pekerja akibat debu dan serutan kertas yang
mencemari udara dan dapat mengganggu sistem pernapasan.Proses pengolahan
bioetanol dari limbah kertas memiliki beberapa perbedaan dengan bahan baku
lainnya. Salah satunya adalah kebutuhan untuk menghilangkan kandungan lignin
dalam kertas sebelum proses pembuatan bioetanol dapat dimulai. Hasil pengujian
bioetanol dari limbah kertas pada genset mengungkapkan beberapa temuan
penting.Dari 1 kilogram limbah kertas, dihasilkan 30 mililiter bioetanol dengan
konsentrasi sebesar 86%.Hasil uji kinerja mesin dengan berbagai variasi bahan
bakar seperti E85, E60, E35, dan E10 menunjukkan bahwa daya, voltase, frekuensi,
RPM, dan SFOC (Spesific Fuel Oil Consumption) dari bahan bakar campuran
bioetanol (E85, E60, dan E35) cenderung lebih rendah dibandingkan dengan
penggunaan bensin (E10). Meskipun kualitas energi bahan bakar campuran
bioetanol belum sebaik bensin, namun kelebihannya terletak pada efisiensi bahan
bakar yang lebih tinggi, terutama dalam hal SFOC, sehingga bahan bakar campuran
bioetanol lebih efisien daripada bensin.Dengan demikian, penggunaan limbah kertas
sebagai bahan baku untuk produksi bioetanol memiliki potensi untuk mengurangi
dampak lingkungan dan memberikan alternatif yang lebih efisien dalam penggunaan
bahan bakar.(Susmiati Y, 2018).

1.2 Rumusan Masalah


Berikut rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana potensi bahan bakar bioetanol yang bisa dihasilkan dengan
memanfaatkan limbah sampah rumah tangga?
2. Apakah ada perbedaan dalam kualitas dan jenis sampah yang dapat
digunakan dengan memanfaatkan limbah sampah rumah tangga?
1.3 Tujuan Penelitian
Berikut tujuan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui seberapa besar potensi dalam pemanfaatan limbah sampah
rumah tangga untuk menghasilkan bahan bakar bioetanol.
2. Mengetahui lamanya waktu fermentasi pada sampah limbah rumah
tangga untuk menghasilkan bahan bakar bioetanol.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Diharapkan bisa menjadi referensi tambahan untuk penelitian
selanjutnya.
2. Dapat menghasilkan analisa dalam memanfaatkan limbah sampah
rumah tangga menjadi sumber bahan bakar bioetanol.
3. Dapat menjadi rekomendasi sebagai salah satu metode dalam
memanfaatkan limbah sampah rumah tangga yang ramah lingkungan.
1.5 Batasan Masalah
Adapun Batasan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian akan terbatas pada sampah rumah tangga sebagai sumber
bahan baku untuk produksi bioetanol, dan tidak akan memasukkan
sumber sampah lain seperti sampah industri atau sampah komersial.
2. Penelitian akan mempertimbangkan berbagai teknologi yang digunakan
dalam konversi sampah rumah tangga menjadi bioetanol, dengan
penekanan pada metode fermentasi.
3. Penelitian akan mengkaji tingkat kesadaran masyarakat tentang manfaat
penggunaan sampah rumah tangga sebagai bahan baku untuk produksi
bioethanol.
1.6 Hipotesis
Hipotesis analisa penelitian ini adalah limbah sampah rumah tangga bisa
diubah menjadi bahan bakar bioetanol yang diharapkan bisa digunakan agar
lebih efisien dan bisa digunakan secara berkelanjutan, sebagai potensi unruk
mengurangi dampak lingkungan dari limbah sampah rumah tangga dan
sebagai pendukung kebutuhan bahan bakar di masa depan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka`

Bioetanol merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari
pengolahan tumbuhan) di samping Biodiesel. Bio-etanol adalah etanol yang
dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan dengan proses destilasi.
Proses destilasi dapat menghasilkan etanol dengan kadar 95% volume, untuk
digunakan sebagai bahan bakar (biofuel) perlu lebih dimurnikan lagi hingga
mencapai 99% yang lazim disebut fuel grade ethanol (FGE). Bahan baku bioetanol
adalah bahan berpati, bahan bergula, bahan berselulosa, (Indrawati dan Ratnawati
2018).
Bioetanol yang berasal dari minyak nabati memiliki karakteristik yang mirip
dengan bensin premium. Untuk menggantikan bensin premium, ada alternatif
bernama gasohol, yaitu campuran bensin dan bioetanol. Peraturan Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral RI Nomor 12 Tahun 2015 telah menetapkan
bahwa 20% kebutuhan energi nasional harus dipenuhi dari E100. Oleh karena itu,
untuk mendukung inisiatif ini, diperlukan bahan baku yang hemat biaya dan mudah
didapat. Sejauh ini, fokus produksi bioetanol terutama ditujukan pada produk
pertanian dan perkebunan seperti tebu, sagu, jagung, dan singkong. Namun, sumber
daya ini mempunyai nilai ekonomi yang tinggi sehingga tidak praktis untuk
digunakan seluruhnya untuk produksi bioetanol karena akan berdampak pada
pasokan pangan. Di antara sumber biomassa yang potensial untuk bioetanol,
sampah organik perkotaan adalah yang paling menonjol (Wicakso dan Mirwan,
2020).

Sampah organik merujuk pada semua sisa-sisa yang berasal dari rumah
tangga, termasuk sisa makanan dan bagian buah serta sayuran yang alami mudah
terurai oleh mikroorganisme. Produksi sampah dapur meningkat seiring dengan
pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang meningkat, yang berdampak langsung
pada tingkat konsumsi rata-rata. Sampah dapur berasal dari berbagai sumber,
termasuk rumah tangga, restoran, dan industri pengolahan makanan yang
menghasilkan berbagai jenis bahan makanan yang tidak terpakai, seperti sisa nasi,
daging, buah-buahan, sayuran, roti, dan produk serupa. Secara keseluruhan, sampah
dapur biasanya mengandung sekitar 60% karbohidrat, 20% protein, dan 10%
lemak. Komposisi karbohidrat dalam sampah dapur melibatkan pati, selulosa, dan
hemiselulosa (Hafid et all, 2017).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Sampah

Sampah merupakan permasalahan penting yang terus menerus ditemui di


Indonesia. Tumpukan sampah organik terus meningkat. Pengolahan sampah organik
menjadi etanol pada prinsipnya adalah memanfaatkan karbohidrat yang masih tersisa
pada limbah tersebut dan diubah menjadi etanol secara fermentasi aerobik. Selanjutnya
sisa karbohidrat yang belum diolah seluruhnya menjadi etanol, diolah kembali melalui
fermentasi anaerobik menjadi gas metan (biogas), hal ini dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan bahan bakar selain mengurangi beban pembuangan sampah (Zain, 2012).
Komposisi utama sampah kota adalah 65% berisi sampah organik. Sampah organik dari
wilayah kota adalah biomassa yang berat keringnya 75%. Sampah organik berupa pati,
hemiselulosa, selulosa, dan terdiri atas sayur-sayuran, buah-buahan, dedaunan, kulit
buah, bambu dan ranting kayu, sehingga bisa digunakan sebagai bahan baku etanol
karena melalui reaksi hidrolisis selulosa diubah menjadi gula dan selanjutnya dengan
reaksi fermentasi diperoleh bioetanol (Irawan, 2010).

2.2.2 Komposisi Bioetanol

Berdasarkan hasil penelitian kadar bioetanol dari 2 metode pemanasan


tehadap sampah organik rumah tangga,bio-etanol tertinggi dihasilkan pada
pemanasan dengan menggunakan presto sebesar 19,22 %, lebih tinggi dari
pemanasan 1000C yang menggunakan panci biasa hanya dapat menghasilkan bio-
etanol kadar 15,98 %. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan Sampah organik
dapat digunakan sebagai substrat dalam pembuatan bio-etanol. Dengan tingginya
komposisi sampah organik ini maka hal tersebut merupakan potensi yang besar
untuk
dimanfaatkan dalam produksi bio-etanol. Sampah organik terutama sampah sayuran
dan buah-buahan banyak mengandung pati, gula, dan hemiselulosa (Nugraha, 2008)

2.2.3Fermentasi

Fermentasi merupakan sejenis reaksi oksidasi reduksi dalam biologi yang


menghasilkan energi, dimana donor dan aseptor electron adalah senyawa organik.
Senyawa organic yang biasa digunakan adalah zat gula. Senyawa tersebut akan diubah
oleh reaksi reduksi dengan biokatalis (enzim) menjadi senyawa lain, misalnya aldehid,
dan selanjutnya dapat dioksidasi menjadi asam. Enzim ini dihasilkan oleh aktifitas sel
mikroba (Ba’diyah dan Yustinah, 2012).fermentasi, yaitu pengubahan gula menjadi etanol
yang dilakukan oleh mikroorganisme.
BAB 3 Metode Penelitian

3.1 Jenis penelitian


Mengetahui seberapa besar potensi dalam pemanfaatan limbah sampah
rumah tangga untuk menghasilkan bahan bakar bioetanol.Mengetahui lamanya
waktu fermentasi pada sampah limbah rumah tangga untuk menghasilkan bahan
bakar bioetanol.

3.2 Metode Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan dokumentasi.
Dengan mencatat dan mengamati perubahan parameter yang terjadi, sehingga nantinya
akan diperoleh data-data dan akan dibandingkan dengan hasil akhirnya.

3.3 Diagram Alir

Bagian ini berisi tahapan-tahapan kegiatan penelitian yang dilakukan dalam bentuk
diagram sebagai berikut:

SAMPAH

BLENDER

FILTRASI

HIDROLISIS

FERMENTASI

SENTRIFUGE

PENGUJIAN
KADAR ETANOL

HASIL
DAFTAR PUSTAKA

anisah, d. (2014). pemanfaatan sampah sayuran sebagai bahan baku pembuatan bioetanol.
jurusan teknik kimia, fakultas teknologi industri universitas jayabaya jakarta, 13-18.
ba'diyah, u. (2012). pembuatan etanol dari biji nangka dengan variabel massa pati. jurusan
teknik kimia,fakultas teknik universitas muhammadiyah jakarta, 11-16.
hafid, h. s. (2017). feasibility of using kitchen waste as future substrate for bioethanol
production. Elsevier.
Hartanto, Y. (2018). Analisa penggunaan bahan bakarbioetanol dari limbah kertas sebagai bahan
bakar genset. Majalah ilmiah Teknologi elektro, 433-437.
indrawati, r. (2018). pemanfaatan sampah organik rumah tangga sebagai bahan dasar
pembuatan bioetanol dengan metode hidrolisis fisik menggunakan panas dan tekanan
tinggi. jurnal laboratorium khatulistiwa, 119-124.
irawan, D. (2010). pemanfaatan sampah organik kota samarinda menjadi bioetanol:klasifikasi
dan potensi. seminar rekayasa kimia dan proses.
mirwan, d. r. (2020). program studi program teknik kimia. studi potensi sampah rumah tangga
kota banjarmasin sebagai bahan baku pembuatan bioetanol, 95-98.
susmiati, y. (2018). Prospek produksi bioetanol dari limbah pertanian dan sampah organik.
Jurnal Teknologi dan manajamen agroindustri, 67-80.

taherzadeh, m. j. (2007). Bioresources. Acid-based hydrolysis processes for ethanol from


lignocellulosic materials, 472-499.

Anda mungkin juga menyukai