Anda di halaman 1dari 9

PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK

PRODUKSI BIO-OIL SEDERHANA

Shofwatunnida’ Septarini1
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Hamzanwadi,
1

Jl.Ahmad Yani Pancor,Lombok Timur,NTB, Nusa Tenggara Barat


*E-mail: nidaseptarini@hamzanwadi.ac.id

ABSTRAK

Limbah organik ataupun non organik merupakan salah satu bahan baku yang memiliki potensi
untuk bisa dikonversi menjadi bahan bakar bio-oil pengganti bahan bakar gas. Pada penelitian ini
telah dilakukan penelitian terkait kajian pengembangan pirolisis dengan menerapkan metode
pirolisis sederhana menjadi produk bio-oil. Bio-oil yang diperoleh disintesis dari sampah rumah
tangga khususnya limbah sisa makanan dan plastik dengan metode pirolisis. Produksi bio-oil ini
bertujuan untuk mengurangi timbunan sampah rumah tangga di lokasi penelitian yang belum
teratasi secara maksimal. Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahapan dimulai dari tahap
persiapan berupa survey lokasi penelitian serta survey jumlah timbunan sampah yang terdapat di
lokasi penelitian. Selanjutnya sampah rumah tangga yang diperoleh diolah menjadi produk bio-
oil dengan menggunakan metode pirolisis sederhana. Selain itu juga produk bio-oil yang
dihasilkan dikarakterisasi untuk mengetahui jumlah serta kandungan senyawa kimianya, hal ini
bertujuan untuk mengetahui kebermanfaatan serta pengaruh variabel-variabel yang divariasikan
terhadap kualitas bio-oil dari sampah rumah tangga yang menjadi obyek penelitian. Temperatur
pirolisis berpengaruh pada yield produk bio-oil yang dihasilkan dan diperoleh semakin tinggi
suhu operasi pirolisis diperoleh karakteristik kimia dari produk bio-oil juga semakin beragam.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil karakteristik bio-oil mengandung lebih banyak
senyawa methanol dengan persentase sebesar 64,48%. Hal ini membuktikan bahwa bio-oil yang
dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pengganti bahan bakar.

Kata kunci: Pirolisis, Sampah, Karakteristik Kimia, bio-oil

ABSTRACT

Organic or non-organic waste is one of the raw materials that has the potential to be converted into bio-
oil as a substitute for gas fuel. In this research, research related to the development of pyrolysis has been
carried out by applying a simple pyrolysis method into bio-oil products. The bio-oil obtained was
synthesized from household waste, especially food waste and plastic waste by the pyrolysis method. This
bio-oil production aims to reduce the pile of household waste in the research location that has not been
resolved optimally. In this study, several stages were carried out starting from the preparation stage in
the form of a survey of the research location and a survey of the amount of waste heap in the research
location. Furthermore, the obtained household waste is processed into bio-oil products using a simple
pyrolysis method. In addition, the resulting bio-oil products are characterized to determine the amount
and content of chemical compounds, this aims to determine the usefulness and influence of the various
variables on the quality of bio-oil from household waste which is the object of research. The pyrolysis

1
temperature affects the yield of the resulting bio-oil product and the higher the pyrolysis operating
temperature, the more diverse the chemical characteristics of the bio-oil product. Characteristics of bio-
oil is contain of methanol with percentage about 64.48%. It means, bio-oil can used for biofuel.

Keywords: Pyrolisis, waste, characteristic, bio-oil

1. PENDAHULUAN

Indonesia menjadi salah satu negara penghasil sampah terbanyak di Asia Tenggara. Berdasarkan
data dari sistem pengelolaan sampah nasional pada tahun 2022, data timbulan sampah
berdasarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Indonesia sebesar 814,803.95
ton/tahun.

Berdasarkan Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, dijelaskan bahwa
pengelolaan sampah memiliki hierarki pengelolaan mulai dari tingkat negara hingga pada tingkat
daerah. Beberapa tugas dan wewenang pemerintah yakni melakukan pengelolaan sampah dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat, melakukan penelitian terkait teknologi pengurangan
sampah serta memfasilitasi penyediaan prasarana pengelolaan sampah. Meskipun terdapat
peraturan terkait pengelolaan sampah, namun peran masyarakat sebagai penghasil sampah
memiliki peran utama dalam pengelolaan persampahan.

Salah satu daerah yang memiliki permasalahan sampah yang cukup mengkhawatirkan yakni
daerah Nusa Tenggara Barat (NTB). Berdasarkan data timbulan sampah pada tahun 2022 yakni
sebesar 101.850,50 ton, sampah tersebut terdiri dari sampah rumah tangga berupa sisa makanan
sebanyak 39,04% san sampah plastik sebesar 14,9%. Berdasarkan data tersebut diperoleh data
bahwa sebagian besar sampah berasal dari kegiatan manusia yang menghasilkan sampah berupa
sisa makanan. Sehingga pemerintah setempat mencanangkan program zerowaste guna
mengurangi jumlah timbulan sampah di NTB. Namun masih perlu adanya penelitian terkait
teknologi yang tepat dalam mengelola sampah yang ada.

Teknologi pengolah sampah sudah cukup banyak, namun tidak banyak yang dapat bersentuhan
secara langsung dengan masyarakat. Hal ini dapat disebabkan karena banyak faktor, seperti
pengaplikasiannya yang sulit dan biaya yang dibutuhkan sangat mahal. Pada faktanya
masyarakat membutuhkan teknologi yang murah, efektif dan efisien sehingga manfaatnya dapat
diperoleh dan dirasakan secara nyata. Terdapat dua tipe teknologi pengelolaan sampah secara
kimiawi yakni thermochemical technology dan biochemical technology (Qazi et al., 2018).
Teknologi termokimia digunakan untuk mengubah sampah menjadi energy dengan melalui
proses pembakaran(combustion) , pirolisis, gasifikasi dan reaksi bertekanan tinggi (high-pressure
liquefaction) (D.C, Elliot and Beckman, 1991;Kan,2016).

2
Salah satu teknologi berbasis termokimia yang dapat mengkonversi sampah menjadi energy
adalah pirolisis. Pirolisis adalah proses di mana degradasi termal biomassa terjadi secara anaerob
yang menghasilkan biochar, bio-oil, dan gas serta rasio bahan bakar terhadap umpan yang tinggi
menjadikannya proses yang menjanjikan dan efisien (Chew et al., 2021).

Penelitian terkait teknologi ini sudah dilakukan oleh beberapa peneliti, konversi mikroalga
(Barreiro et al., 2013) dengan bahan baku berupa limbah (Yang et al., 2019), menggunakan
lumpur sisa pengolahan air limbah (Snowden-Swan et al.,2016) dan penelitian menggunakan
bahan baku berupa limbah sisa pengolahan makanan (Zhan et al.,2018) semua penelitian ini
melalukan pengkonversian menjadi bio-oil atau minyak mentah dengan metode hydrothermal.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan pengolahan limbah organik dan non-
organik merupakan bahan baku yang dapat dikonversi menjadi bio-oil dengan menggunakan
metode pirolisis (D. Mohan et al.,2017).

Limbah organik ataupun non organik merupakan salah satu bahan baku yang memiliki potensi
untuk bisa dikonversi menjadi bahan bakar bio-oil pengganti bahan bakar gas. Pada penelitian ini
berfokus pada penelitian menggunakan bahan baku limbah sisa makanan dan plastik. Beberapa
studi membahas pengolahan limbah makanan menjadi bio-oil. Bio-oil tertinggi yang diperoleh
dengan metode hydrothermal pada suhu 300oC dengan memperoleh yield sebesar 90 wt%, 75 wt
% dan 10 wt% untuk limbah makanan berupa daging, keju dan buah-buahan. Sedangkan pada
penelitian yang dilakukan Posmanik et al., pada tahun 2018 menggunakan limbah manakan
dengan kandungan karbohidrat tinggi menghasilkan minyak mentah sebanyak 25wt%. rata-rata
hasil perolehan minyak mentah dengan metode hydrothermal ini sebesar 27,8 wt% yang
diperoleh dari ikan tuna (Grycová et al.,2016).
Bio oil dapat dihasilkan melalui proses pirolisis lambat ((slow pyrolysis) ataupun pirolisis cepat
(fast pyrolysis). Pada pirolisis lambat menghasilkan produk destilat yang mengandung bio-oil.
Sedangkan pada pirolisis cepat produk yang dihasilkan berupa crude bio-oil, arang dan gas
(Wibowo Santiyo, 2018).

Bio-oil pirolisis dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar pada boiler atau selanjutnya
dapat di upgrade untuk menghasilkan bahan bakar dan bahan kimia menggunakan beberapa
metode seperti cracking, hidrogenasi dsb (Elliott, 2007). Bio-oil yang digunakan sebagai bahan
bakar memiliki kelebihan pada penggunannya dibandingkan dengan bahan bakar fosil yakni
memiliki emisi sulfur dan nitrogen dioksida yang rendah (Martínez et al., 2014).

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, pada penelitian ini akan dilakukan upaya
pengurangan timbunan sampah rumah tangga di masyarakat dengan mengkonversinya
menggunakan metode pirolisis. Adapun hasil dari konversi limbah padat ini nantinya akan dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar karena berdasarkan beberapa penelitian terdahulu diperoleh
hasil berupa bio-oil yang mengandung senyawa aromatik yang dapat dijadikan sebagai bahan
bakar. Metode pirolisis yang digunakan didesain dengan proses yang sederhana yang
kedepannya dapat digunakan secara luas oleh masyarakat setempat.

2. METODE

3
Pada penelitian ini menggunakan beberapa metode antara lain, metode penelitian lapangan dan
penelitian eksperimen. Metode pengambilan data dilapangan menjadi acuan pada penelitian
eksperiman yang dilakuan.
Proses penelitian dimulai dengan penyusunan alat pirolisis dengan menggunakan material
sederhana yang dijadikan sebagai alat pada proses pengolahan sampah rumah tangga.

Gambar 1. Rangkaian Alat Pirolisis

2.1 Tahap Persiapan Sampel Penelitian

Pada tahap ini dilakukan proses pengumpulan limbah organik dan anorganik rumah tangga di
lokasi penelitian. Selanjutnya dilakukan proses pemilahan sampah berdasarkan jenisnya, yang
hanya digunakan pada penelitian ini adalah limbah makanan dari sisa buangan sampah rumah
tangga. Selanjutnya dilakukan proses sampling berdasarkan ketentuan pada SNI 19-3964-1994
untuk mengetahui rata-rata jumlah sampah rumah tangga yang dihasilkan. Sampel yang telah
terkumpul mengalami proses preparasi guna mengurangi kadar air pada sampel dengan melalui
proses pengeringan atau penjemuran.

4
Gambar 2. Proses sampling sampah rumah tangga

2.2 Tahap Pirolisis

Pada tahap ini dilakukan proses pirolisis dengan kondisi operasi pada tekanan 1 atm dan kondisi
suhu awal sesuai dengan lingkungan. Pengelohan limbah organik yang berupa limbah rumah
tangga atau sampah sisa makanan di proses pada reaktor dengan kapasitas 100 liter. Proses
pirolisis ini bertujuan untuk mengkonversi sampel penelitian yang berupa limbah rumah tangga
menjadi limbah cair dengan proses sintesis senyawa pada kondisi operasi tekanan 1 atm. Proses
pirolisis diawali dengan proses pemanasan reaktor yang telah diisi oleh bahan baku berupa
limbah sisa makanan kering. Proses pemanasan terjadi tanpa campuran air atau pun limbah padat
lainnya. Limbah sisa makanan tersebut selanjutnya mengalami proses pembakaran dengan durasi
30-60 menit. Uap hasil pembakaran selanjutnya akan melalui proses pendinginan atau
kondensasi untuk selanjutnya diperoleh produk berupa cairan yang disebut sebagai bio-oil.

2.3 Tahap pengujian produk

Tahap ini merupakan proses akhir pada penelitian yakni proses pengujian produk yang
dihasilkan dari proses pirolisis. Produk yang dihasilkan berupa produk bio-oil dengan kandungan
senyawa tertentu. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa pada produk
yang nantinya dapat menjadi salah satu penentu kebermanfaatan dari produk dari penelitian ini.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Salah satu upaya mengurangi jumlah timbunan sampah di Lingkungan Lauq Masjid, Kelurahan
Pancor dilakukan perhitungan timbunan sampah yang dihasilkan dari aktivitas masyarakat yang
selanjutnya dijadikan sebagai bahan baku atau sampel pada proses pirolisis.

Tabel 1. Data sampah rumah tangga pada 10 KK

Tanggal Pengambilan Sampah Rumah Tangga (Maret 2023)


Lokasi
Rumah 21 22 23 24 25 26 27 28
(gram) (gram) (gram) (gram) (gram) (gram) (gram) (gram)

1 1240 1460 1220 1140 960 1520 620 1260

2 980 800 2980 1500 980 1180 900 1200

3 1120 1340 920 980 2320 760 780 1680

5
4 1540 980 1820 1160 1680 1240 640 860

5 1240 720 1520 800 1760 2160 1120 680

6 820 1640 1720 920 1540 1560 2120 1340

7 920 2420 1340 1540 1680 860 1440 860

8 1440 860 1220 1340 1840 1210 1780 1860

9 940 1120 1840 1240 980 1360 1640 1980

10 1620 1440 1760 1280 960 940 2020 1960

RATA-
1186 1278 1634 1190 1470 1279 1306 1368
RATA

Data sampah rumah tangga yang telah dikumpulkan memiliki variasi jumlah yang cukup
beragam yakni berada pada rentang 1000-1700 gram atau setara dengan 1-1,7 kg untuk masing-
masing rumah tangga. Sampah yang telah dikumpulkan selanjutnya dipersiapkan untuk dijadikan
sebagai bahan baku pembuatan produk pirolisis berupa bio-oil.

3.1 Komposisi sampah rumah tangga

Berdasarkan data yang diperoleh, sampah rumah tangga terdiri dari campuran sampah yang
belum terpisahkan. Total jumlah sampah yang terkumpul yakni sebesar 107.110 gram sampah
kering yang masih belum terpilah. Berat sampah ini berdasarkan berat sampah rumah tangga
yang sudah dikurangi kadar airnya. Setelah dilakukan pemilahan berdasarkan jenisnya, diperoleh
komposisi sampah seperti pada gambar 3.1.

Pada gambar 3 terlihat dua jenis sampah rumah tangga yang mendominasi yakni sisa makanan
dengan persentase sebesar 54%. Sehingga dengan berdasar pada kondisi ini, dilakukan
pengolahan terkait sampah sisa makanan.

Persentase Komposisi Sampah Rumah Tangga

8%2%

54%
37%
6
Sisa Makanan Plastik Kayu Lain-lain

Gambar 3. Persentase komposisi sampah rumah tangga di lokasi penelitian

3.2 Pengaruh Suhu terhadap Produk Pirolisis

Dilakukan perakuan perbedaan suhu pada kondisi operasi pirolisis. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh suhu operasi terhadap hasil pirolisis atau bio-oil yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil yang dilakukan dengan tiga variasi suhu yang berbeda yakni pada suhu
250oC , 300oC dan 350oC. Berdasarkan gambar 3.2 menunjukkan hasil yield bio-oil dengan
sampel sisa makanan. Komposisi dengan bahan baku limbah sisa makanan tanpa campuran
menunjukkan trend yield yang semakin meningkat. Peningkatannya yield bio-oil yang diperoleh
berturut-turut sebesar 25,64% ; 35,95% dan 40,71%. Hal ini juga berkaitan dengan seiring
meningkatnya suhu operasi pada pirolisis. Hal ini membuktikan bahwa suhu berpengaruh
terhadap kuantitas bio-oil yang dihasilkan.
Selain berpengaruh pada yield produk, suhu operasi juga berpengaruh terhadap volume bio-oil
yang dihasilkan pada setiap variasi suhu. Pada suhu 250 oC, 300oC dan 350oC berturut-turut
menghasilkan volume bio-oil sebesar 94,33 ml ; 96,33 ml; dan 97,67 ml.

Yield, % berat Volume (ml)


110
94.33 96.33 97.67
100
90
80
70
60
50 40.71
40 35.95
30 25.64
20
10
0
250ᵒC 300ᵒC 350ᵒC

Gambar 4. Grafik persentase yield dan volume produk bio-oil

3.3 Karakteristik Produk bio-oil

7
Komposisi bahan baku yang digunakan yakni berupa limbah organik yang berasal dari limbah
sisa makanan. Komposisi yang digunakan yakni 100% limbah sisa makanan. Kondisi ini dipilih
melihat ketersediaan sisa makanan di campuran sampah rumah tangga memiliki persentase
terbanyak. Pada limbah sisa makanan terdapat lignin dan selulosa yang dapat terdegradasi
menjadi senyawa-senyawa aromatic dan turunannya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bakar atau pun sejenisnya.

Karakterisasi bio-oil yang dilakukan berupa uji kualitatif untuk mengetahui gugus fungsi dan
senyawa kimi yang terkandung pada prosuk yang dihasilkan. Uji Karakterisasi ini menggunakan
instrumentasi GC-MS sehingga dapat diperoleh dekomposisi senyawa pada sampel yang diuji.
Pengujian GC-MS menunjukkan komponen kimia yang menjadi karakteristik bio-oil limbah sisa
makanan pada rentang suhu operasi 250oC-350oC. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
komponen kimia bio-oil limbah sisa mkanan memiliki komponen yang mendominasi. Secara
umum hasil pengelompokkan senyawa kimia yang dihasilkan dengan variasi suhu yang berbeda
yakni seperti yang terlihat pada tabel 2.

Pada tabel 2 menunjukkan hasil uji GC-MS, diperoleh hasil berupa senyawa yang mendominasi
dengan jumlah konsentrasi paling tinggi yakni methanol sebesar 64,48%. Senyawa methanol
merupakan senyawa dengan kelompok alcohol, sehingga hal ini membuktikan bahwa telah
terjadi perengkahan selulosa yang terkandung pada limbah sisa makanan. Selulosa yang
terkandung pada limbah sisa makanan terdekomposisi membentuk turunan alcohol, asam, furan
dan phenol. Selanjutnya produksi bio-oil dapat dijadikan sebagai bahan bakar karena sifatnya
yang mudah terbakar.

Tabel 2. Hasil analisa karakteristik bio-oil dengan instrument GC-MS


R.Time %Konsentrasi Senyawa Formula
1.161 64.48849 Methanol CH4O
2.039 14.1466 Acetic Acid C2H4O2
2.205 7.286824 2-propanone,1-hydroxy-acetol C3H6O2
4.228 1.538491 2-furancarboxaldehyde C5H4O2
4.795 3.036233 2-furanmethanol C5H6O2
4.873 5.322546 2-furanmethanol C5H6O2
6.008 0.48816 ethanone,1-(2-furanyl)-2-acetylfuran C6H6O2
6.186 1.598853 2(3H)-furanone,dihydro-butyrolactone C4H6O2
8.238 1.526442 phenol C6H6O
9.477 0.567364 2-cyclopenten-1-one,2-hydroxy-3-methyl-corylon C6H8O2
4. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa temperature operasi
pada proses pirolisis dapat berpengaruh terdahap jumlah yield produk bio-oil yang dihasilkan.
Semakin tinggi suhu operasi maka yield yang dihasilkan akan semakin tinggi. Hal ini berkenaan
dengan kandungan yang terdapat pada bio-oil yang dihasilkan yakni mengandung senyawa
turunan alkohol berupa methanol yang nantinya dapat bersifat mudah terbakar. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bio-oil yang dihasilkan dari limbah sisa makanan rumah tangga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk bahan bakar.

8
DAFTAR PUSTAKA

Chew, K. W. et al. (2021) ‘Abatement of hazardous materials and biomass waste via pyrolysis
and co-pyrolysis for environmental sustainability and circular economy’, Environmental
Pollution. Elsevier Ltd, 278, p. 116836. doi: 10.1016/j.envpol.2021.116836.

D.C, Elliott, P. N. and Beckman, D. (1991) ‘Reviews Developments in Direct Thermochemical


Liquefaction of’, Energy & Fuels, 5, pp. 399–410. Available at:
https://pubs.acs.org/doi/pdf/10.1021/ef00027a008.

Elliott, D. C. (2007) ‘Historical Developments in Hydroprocessing Bio-oils’, (7), pp. 1792–1815.


Grycová, B., Koutník, I. and Pryszcz, A. (2016) ‘Pyrolysis process for the treatment of food
waste’, Bioresource Technology, 218, pp. 1203–1207. doi:
10.1016/j.biortech.2016.07.064.

Kan, T., Strezov, V. and Evans, T. J. (2016) ‘Lignocellulosic biomass pyrolysis: A review of
product properties and effects of pyrolysis parameters’, Renewable and Sustainable
Energy Reviews. Elsevier, 57, pp. 1126–1140. doi: 10.1016/j.rser.2015.12.185.
Martínez, J. D. et al. (2014) ‘Co-pyrolysis of biomass with waste tyres: Upgrading of liquid bio-
fuel’, Fuel Processing Technology. Elsevier B.V., 119, pp. 263–271. doi:
10.1016/j.fuproc.2013.11.015.
Mohan, D., Pittman, C. U. and Philip, S. (2017) ‘Pyrolysis of Wood/Biomass for Bio-oil: A
Critical Review Dinesh’, Progress in Energy and Combustion Science, 62(4), pp. 848–
889. Available at: http://dx.doi.org/10.1016/j.pecs.2017.05.004.
WIBOWO SANTIYO, H. D. (2018) ‘Teknik Pengolahan Bio-Oil’, p. 122

Qazi, W. A. et al. (2018) ‘Waste-to-energy technologies: A literature review’, Journal of Solid


Waste Technology and Management, 44(4), pp. 387–409. doi:
10.5276/JSWTM.2018.387.

Anda mungkin juga menyukai