Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era kini, sektor pertanian dihadapkan pada kendala semakin terbatasnya


ketersediaan sumber daya alam, resiko kemerosotan kualitas sumber daya alam dan
dampak eksternalitas negatif dari pertumbuhan ekonomi yang positif. Oleh karena
itu, cara pendekatan, strategi dan teknologi tepat guna yang lingkungan secara
bertahap merupakan suatu alternatif yang perlu diterapkan bila diinginkan adanya
keseimbangan dan keterpaduan prinsip pencapaian produksi dan kelestarian
lingkungan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor
kondisi sosial ekonomi petani. Akan tetapi, sering pertumbuhan dan pengelolaan
di bidang peternakan yang dilakukan secara intensif, efek yang dihasilkan juga
semakin mengkuatirkan, salah satunya adalah limbah (Damanik, 2014).

Pemanfaatan limbah sebagai sumber energi alternatif belum merupakan cara yang
umum dilakukan, terutama limbah yang bersumber dari kegiatan peternakan
dengan kapasitas yang besar. Limbah ternak merupakan sisa buangan dari suatu
kegiatan usaha peternakan, seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong
hewan, dan pengolahan produk ternak. Masalah yang sering dihadapi oleh
masyarakat adalah sampah dan kotoran ternak yang tidak ditanggani. Akibatnya,
lingkungan di sekitarnya akan tercemar. Oleh karena itu, diperlukan penanganan
yang baik agar baunya tidak timbul, atau tidak meluas (Damanik, 2014).

Pada dasarnya gangguan yang ditimbulkan oleh limbah ternak dan tanaman dapat
diatasi dengan pembuatan sumber energi alternatif seperti biogas, kompos, briket
dan sebagainya. Biogas merupakan salah satu jenis energi terbarukan yang
terbentuk melalui fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran sapi,
sampah organik, serta bahan-bahan lainya oleh bakteri metanogenik dalam kondisi
anaerob (Tanpa Oksigen). Teknologi biogas ini juga dapat mengatasi
permasalahan melimpahnya kotoran ternak yang tidak dapat dikelola (Amrullah,
2017).
Biogas sangat potensial sebagai sumber energi terbaru karena kandungan methan
(CH4) yang tinggi dan nilai kalornya cukup tinggi. CH 4 mempunyai nilai kalor 50
Mj/kg. Methan (CH4) yang memiliki satu karbon dalam setiap rantainya, dapat
menghasilkan pembakaran yang lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar
berantai karbon panjang. Hal ini disebabkan karena jumlah CO2 yang dihasilkan
selama pembakaran bahan bakar berantai karbon pendek adalah lebih sedikit.
Kondisi ini menjadikan feses ternak merupakan sebuah peluang untuk dijadikan
sebagai bahan baku pembuatan biogas (Amrullah, 2017).

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan kotoran sapi
sebagai alternatif biogas..

1.2.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui prinsip kerja biogas dari kotoran sapi;


2. Mengetahui dan memahami cara penggunaan biogas sebagai energi alternatif;
3. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan feses ternak menjadi energi
alternatif biogas.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah proses pembuatan biogas dari kotoran sapi dan cara pembuatan
biodigester (Alat Fermentasi);
2. Bagaimana cara merancang dan menghasilkan alat pembuatan biogas.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan penelitian ini adalah:


1. Memberikan informasi terkait pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas;
2. Pemilihan bahan baku biogas yang lebih baik dan mengembangkan teknologi
alternatid yang ramah lingkungan.
1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah:


1. Penelitian ini dilakukan pada Desa Belabori, Kecamatan Parangloe, Kabupaten
Gowa.
2. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode kualitatif untuk menggali informasi
mengenai pemanfaatan kotoran sapi menjadi alternatif biogas;
.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Umum

Penelitian tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui tentang proses pembuatan
biogas dari kotoran sapi dengan cara pembuatan biodigester

2.2 Tahapan Penilitian

Tahapan dari penulisan tugas akhir yang akan dilakukan yaitu meliputi:
1. Studi literatur, yaitu meliputi kegiatan pengumpulan literatur sebagai dasar
dalam mengetahui informasi terkait pengelolaan sampah;
2. Studi pendahuluan, yaitu melakukan survei lokasi di Kecamatan Parangloe,
Kabupaten Gowa;
3. Pengumpulan data diperoleh dari sampling langsung;
4. Pengolahan data dan analisis hasil penelitian;
5. Penyusunan hasil penelitian pada laporan Tugas Akhir;
6. Selesai.
Tahapan dari penulisan uraian garis besar penelitian yang akan dilakukan dapat
dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Diagram Alir Tahapan Penelitian


2.2.1 Studi Literatur

Studi literatur bertujuan untuk mempelajari dasar teori yang berkaitan dan
berhubungan langsung dengan pelaksanaan tugas akhir ini. Literatur digunakan
adalah aspek teoritis meliputi kegiatan pengumpulan literatur sebagai dasar dalam
melakukan penelitian. Sumber literatur yang digunakan adalah dari undang-
undang, perturan menteri, buku, jurnal dan internet.

2.2.2 Persiapan Percobaan

Persiapan percobaan dilakukan sebelum penilitian diantaranya persiapan peralatan,


persiapan bahan, dan persiapan pengambilan sampel.

2.3 Jenis Data

Jenis data yang akan didapatkan pada penilitian ini adalah kualitatif.

2.4 Alat dan Bahan

1. Digester;
2. Tempat pencampur (Inlet);
3. Selang gas;
4. Penampungan gas;
5. Kompor;
6. Manometer U;
7. Thermometer digital;
8. Kran gas;
9. Pengaduk;
10. Tempat keluarnya kotoran (Outlet).

2.5 Proses Pengolahan dan Analisis Data

1. Mensurvei lokasi penempatan digester yang strategis sehingga mudah untuk


mencampur kotoran sapi.
2. Bahan dan alat-alat dibawa ke lokasi pembuatan digester.
3. Mengukur kedalaman digester, keadaan inlet dan outlet.
4. Menggali lubang penempatan digester sampai kedalaman 120 cm.
5. Merakit beberapa komponen digester, penampungan biogas, manometer U,
pencampuran kotoran, dan kompor.
6. Menguji kebocoran digester dengan cara memasukkan air kedalam digester
sampai setengah, lalu melihat apa ada yang bocor atau tidak, jika ada kebocoran
maka tambal dengan lem.
7. Setelah perakitan selesai saatnya untuk pengujian dengan skala perbandingan
1: 1, 1 : 2, dan 1 : 3.
8. Pencampuran 1 : 1 dimana 15 liter air dan 15 liter kotoran sapi dimasukkan
kedalaminlet tempat pencampuran, setelah bahan sudah dimasukan maka bahan
tersebut dicampur dengan menggunakan pengaduk yang telah didesain. .
9. Setelah semua bahan sudah dimasukkan kedalam digester selanjutnya tinggal
menunggu beberapa jam kemudian sehingga terjadi gas.
10. Ciri-ciri apabila terjadi gas yaitu dengan melihat pembuangan (Outlet) dimana
kotoran yang sudah difermentasi atau mengendap beberapa hari akan keluar
dengan sendirinya artinya gas yang berada dalam digester sudah full, dan akan
dialirkan kepenampungan.
11. Selanjutnya apabila penampungan telah full, maka saatnya pengujian dengan
menyalakan kompor.
12. Saat penyalaan kita bisa melihat berapa tekanan yang dihasilkan dimanometer
U, dan melihat suhu ditermometer yang telah disiapkan. Lalu mencatat dari
interval waktu 2 jam. Selanjutnya diulang sampai 3 kali pengambilan data.

2.6 Proses Pengolahan dan Analisis Data


Penelitian ini berlangsung selama 2 Bulan di Desa Belabori, Kecamatan
Parangloe, Kabupaten Gowa.
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, Sulaiman Borahima, dan Muh. Lubis. 2017. “Pemanfaatan Kotoran


Sapi Menjadi Biogas”. Teknik Mesin Universitas Muslim Indonesia 12(1).

Damanik, Latifah Hanum, Adi Heru Husodo, dan Totok Gunawan 2014.
“Pemanfaatan Feses Ternak Sapi Sebagai Energi Alternatif Biogas Bagi
Rumah Tangga Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan.” Jurnal
Teknosains 4(1).
DAFTAR PUSTAKA

Sari, Putri Nilam. 2016. Analisis Pengelolaan Sampah Padat Di Kecamatan


Banuhampu Kabupaten Agam. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas
10(2).

Damanhuri, E., & Padmi, T. (2016). Pengelolaan Sampah Terpadu. Teknik


Lingkungan Institut Teknologi Bandung. Bandung

Anda mungkin juga menyukai