Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI BIOGAS

Hai sobat biolgi kali ini saya mau kasi kalian laporan praktikum biotek biogas, mudah-
mudahan bermanfaat, eits jangan asal kopas, okeyy....
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era modern seperti, manusia benar-benar telah difasilitasi dengan begitu banyak
kemudahan berkat munculnya banyak teknologi-teknologi modern. Misalnya bagi seorang
ibu rumah tangga, dimana perkejaan seorang ibu rumah tangga lebih mudah dengan adanya
alat bantu yang memudahkannya untuk melakukan pekerjaannya seperti adanya mesin cuci
sehingga lebih mudah dan hemat tenaga, misalnya lagi alat penanak nasi, tidak lgi
menggunakan tungku dan sebagainya. Jika kita amati, hal tersebut tentunya sangat
memudahkan bagi seorang ibu rumah tangga dimana ia bisa mengerjakan banyak hal dalam
waktu yang bersamaan. Contoh bagi seseorang yang ingin bepergian dimana ia tidak perlu
lagi berjalan kaki karena sudah ada kendaraan bermotor yang dapat di kendarai daan lain
sebagainaya. Jika kita perhatikan, memang teknologi-teknologi tersebut sangat memudahkan
semua pekerjaan manusia baik dari segi penghematan tenaga untuk mengerjakan hal tersebut
maupun dari segi efisiennya penggunaan waktu.
Jika dipehatikan, adanya fasilitas tersebut pasti menggunakan sumber daya atau
energi, misalnya pada kendaraan bermotor tesebut di atas menggunakan bahan bakar minyak.
Pertanyaan besar saat ini apa yang harus dilakukan apabil sumbr daya atau energi tersebut
habis? Karena hal tersebutlah sehingga muncullah banyak inovasi-inovasi alternative dengan
tujuan utama sebagai upaya penghematan sumber daya.
Pengembangan tenaga alternative terus menerus dilakukan. Tentunya hal tersebut
tidak lain dan tidak bukan disebabkan karena bahan pokok energi terus brkurang. Seperti
minyak bumi yang terus menerus digunakan sepanjang waktu. Hal tersebut membuat manusia
mau tidak mau harus berfikir keras guna membuat inovasi-inovasi yang baru terkait
pengolahan sumber energi. Salah satunya adalah pembuatan biogas sederhana yang akan
dibuat menggunakan bahan-bahan organik yang mudah didapatkan di alam.
B. Tujuan
Untuk mengetahui cara pembuatan biogas sederhana dengan baik dan benar.
C. Manfaat
Praktikan mengetahui cara pembuatan biogas sederhana dengan baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Aplikasi bioteknologi sesungguhnya telah berlangsung cukup lama, dalam
peradaban manusia; seperti upaya produksi antibiotik, fermentasi, alcohol, pangan dan
teknologi pengolahan limbah ; yang kesemuanya dapat dikelompokan ke dalam biteknologi
konvensional. Tetapi mengapa nampaknya biteknologi baru saja berkembang pada kurun
abad ke dua puluh ini? Karena secara implisit yang dimaksud bioteknologi adalah biteknologi
modern, yang intinya adalah rekayasa genetik, dengan teknik gen kloning yang berkembang
berdasar penemuan struktur dan fungsi DNA oleh Watson dan Creck (Nurcahyo,2011).
Salah satu tumbuhan atau bahan organik yang cukup berpotensi untuk menjadi
bahan baku pembentukan biogas diantaranya tumbuhan eceng gondok. Dibalik efek negatif,
namun beberapa kemungkinan nilai ekonomis yang dapat dimanfaatkan yaitu unsur metan
yang terkandung pada eceng gondok dan cukup mengandung selulosa dalam jumlah yang
cukup besar, kandungan solulosa inilah yang memiliki potensi sebagai pembuatan biogas.
Untuk meningkatkan efisiensi dalam pembentukan biogas dari eceng gondok, memerlukan
optimalisasi peranan dari mikroorganisme, hal ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan
stater (Irawan, 2006).
Energi biogas adalah salah satu dari banyak macam sumber energi terbarukan,
karena energi biogas dapat diperoleh dari air buangan rumah tangga, kotoran cair dari
peternakan ayam, sapi, babi, sampah organik dari pasar, industri makanan dan limbah
buangan lainnya. Produksi biogas memungkinkan pertanian berkelanjutan dengan sistem
proses terbarukan dan ramah lingkungan (Romdhoni, 2012).
Biogas merupakan sumber renewal energy yang mampu menyumbangkan andil
dalam usaha memenuhi kebutuhan bahan bakar. Bahan baku sumber energi inimerupakan
bahan non fossil, umumnya adalah limbahatau kotoran ternak yang produksinya tergantung
atasketersediaan rumput dan rumput akan selalu tersedia, karena dapat tumbuh kembali setiap
saat selamadipelihara dengan baik. Sebagai pembanding yaitu gas alam yang tidak
diperhitungkan sebagai renewal energy, gas, alam berasal dari fosil yang pembentukannya
memerlukan waktu jutaan tahun (Haryati, 2007).
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan pengetahuan, biogas sudah
dikembangkan sebagai energi alternatif yang bisa memanfaatkan berbagai kotoran hewan.
Selain kotoran sapi, biogas juga bisa dihasilkan dari kotoran ayam. Limbah kotoran ayam
umumnya hanya digunakan sebagai pupuk secara langsung oleh peternak, pemanfaatan lain
yang bisa dilakukan adalah dengan memprosesnya menjadi sumber energi dalam bentuk
biogas. Pengolahan kedua limbah tersebut bisa dilakukan secara bersamaan, sehingga dapat
menghasilkan produk yang bernilai ekonomis (Sanjaya,2015).
Pada dasarnya dimana penggunaan kotoran sapi sebagai bahan baku biogas cukup
mengandung biakan mikroba-mikroba atau starter maupun biang didalamnya. Keadaan
tersebut memberikan keterangan dalam kotoran sapi telah terdapat mikroba yang berperanan
dalam proses produksi biogas. Adapun laju dari pembentukan biogas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah suhu, rasio C/N dan pengaruh pengadukan dalam selang
waktu tertentu (Irawan, 2006).
Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung usaha
pertanian tanaman sayuran. Dari sekian banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah sentra
produksi ternak banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian di antaranya
terbuang begitu saja, sehingga sering merusak lingkungan yang akibatnya akan
menghasilkan bau yang tidak sedap. Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang
gasnya (slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang
dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan, unsur-unsur tertentu seperti protein, selulose, lignin dan
lain-lain tidak dapat digantikan oleh pupuk kimia. Pupuk organik dari biogas telah dicobakan
pada tanaman jagung, bawang merah dan padi (Rahayu, 2009).
Bahan baku yang tak akan pemah kehabisan dan mudah didapat bagi para peternak
kambing adalah kotoran, tinja (faeces) kambing. Kambing tiap hari akan mengeluarkan sisa-
sisa pencemaan makanan sebagai kotoran kambing yang disebut tinja atau feaces kambing.
Secara matematis volume tinja kambing akan bertambah terns seiring dengan pertambahan
ternak kambing. Dalam pemanfaatan tinja kambing sebagai sumber energi biogas ini
merupakan salah satu potensi energi yang perlu mendapat perhatian, karena bukan saja dapat
menambah suplai energi tetapi dapat menghemat bahan bakar dan mengurangi pemakaian gas
elpiji yang relatif mahal harganya. Sisa-sisa pembuatannya (setelah menghasilkan biogas)
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman, karena baunya sudah berkurang. Di samping itu
sedikit mengurangi menumpuknya jumlah volume tinja kambing, dan mengeliminir
pembuangan tinja kambing di sembarang tempat (Sunaryo, 2012).
Bahan organik dimasukkan ke dalam ruangan tertutup kedap udara (disebut
Digester) sehingga bakteri anaerob akan membusukkan bahan organik tersebut yang
kemudian menghasilkan gas (disebut biogas). Biogas yang telah berkumpul di dalam
digester selanjutnya dialirkan melalui pipa penyalur gas menuju tabung penyimpan gas atau
langsung ke lokasi pembuangannya (Rahayu, 2009).
Biogas diproduksi oleh bakteri dari bahan organik di dalam kondisi tanpa oksigen
(anaerobic process). Proses ini berlangsung selama pengolahan atau fermentasi. Gas yang
dihasilkan sebagian besar terdiri atas CH4 dan CO2. Jika kandungan gas CH4lebih dari 50%,
maka campuran gas ini mudahterbakar, kandungan gas CH4dalam biogas yang berasal dari
kotoran ternak sapi kurang lebih 60%. Temperatur ideal proses fermentasi untuk
pembentukan biogas berkisar 30oC (Putro, 2007)
Produksi biogas akan mengalami penurunan ketika bakteri metan memasuki
deathphase. Deathphase terjadi karena berkurangnya nutrient atau sumber karbon yang
didapat dari substrat, sehingga pertumbuhan bakteri metan akan menurun dan semakin
banyak bakteri yang mat (Abdulkareem, 2005 dalam Felix, 2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Rabu/21 Desember 2016
Waktu : Pukul 15.00-16.40 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi Lantai 3 Barat FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Botol aqua besar 1 buah
b. Pisau 1 buah
c. Pipa logam 10 cm 1 buah
d. Pipa logam 20 cm 1 buah
e. Selang plastik 1 m 1 buah
f. Korek 1 buah
g. Tali
2. Bahan
a. Eceng gondok
b. Sayuran
c. Kotoran kambing, sapi dan ayam
d. Lem lilin
C. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.
2. Menghaluskan eceng gondok dan sayuran
3. Mencampur eceng gondok, sayuran dan kotoran dan memasukkannya ke dalam botol aqua.
4. Menyiapkan pipa logam dengan diameter 1 cm sepanjang 10 cm dan 20 cm.
5. Menyiapkan selang plastik dengan diameter 1 cm sepanjang 1 meter.
6. Melubangi tutup botol sedikit saja.
7. Menusukkan pipa logam ke dalam tutup botol.
8. Kemudian menyambungkan selang plastik ke pipa logam pada tutup botol tersebut.
9. Di ujung selang satunya, menyambungkan pipa logam 20 cm.
10. Melipat salah satu bagian selang plastik dan mengikatnya dengan tali agar gas yang
dihasilkan tidak keluar.
11. Simpan selam 7 hari.
12. Setelah 7 hari, menyulut ujung pipa dengan korek api. Jika pembusukannya baik, maka pasti
akan menyala.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Yang diamati
Bahan
Gambar Keadaan Botol
Kotoran Sapi

Sampah sayur Keadaan awal :


Dikempiskan
Keadaan setelah 14
hari didiamkan :
Botol tidak
Eceng Gondok mengembang. Tanda
tidak adanya gas
(CO2 dan CH4) yang
dihasilkan.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan setelah empat belas hari proses fermentasi maka
praktikum pembuatan biogas sederhana dikatakan gagal. Dimana botol atau wadah biogas
yang telah disiapkan tidak mengembang sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, setelah
biogas di uji, tidak ternjadi nyala api pada ujung pipa besi tersebut.Ada beberpa hipotesis
penyebab biogas tersebut tidak berhasil dimana botol atau wadah yang digunakan tidak
tertutup dengan rapat sehingga gas yang telah terbentuk terbentuk dapat langsung keluar dari
wadah yang digunakan, sedang kedap udara adalah sebab berhasilnya pembuatan biogas.
Selain hal tersebut, diduga bahwa penyebab pembuatan biogas tidak berhasil karena
substark yang diperlukan oleh bakteri tersebut terus berkurang hingga ke titik dimana bakteri
tersebut tidak dapat lagi tumbuh hingga mati. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
(Abdulkareem, 2005 dalam Felix, 2012) Produksi biogas akan mengalami penurunan ketika
bakteri metan memasuki deathphase. Deathphase terjadi karena berkurangnya nutrient atau
sumber karbon yang didapat dari substrat, sehingga pertumbuhan bakteri metan akan
menurun dan semakin banyak bakteri yang mati.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses pembuatan biogas sederhana tidak berhasil. Hal ini diduga disebabkan karena
beberapa faktor diantaranya substrak pertumbuhan bakteri berkurang dengan signifikan dan
wadah yang tidak kedap udara
B. Saran
Sebaiknya praktikum yang menggunkan waktu pengerjaan terlalu lama agar lebih
awal dikerjakan untuk mengefisienkan waktu praktikum selama satu semester.
DAFTAR PUSTAKA
Felix, Andreas S., Paramitha S.B.U., Diyono Ikhsan. Pembuatan Biogas Dari Sampah Sayuran. Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri, 1(1).

Haryati, Tuti. 2006. Limbah Peternakan Menjadi Sumber Energi Alternatif. Balai Penelitian Ternak.
Vol. 6 No. 3

Irawan, Dwi., Teguh Santoso. 2016. Pengaruh Perbedaan Stater Terhadap Produksi Biogas Dengan
Bahan Baku Eceng Gondok. Jurnal Teknik Mesin. 3 (2).

Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat Bioteknologi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Putro, Sartono. 2007. Penerapan Instalasi Sederhana Engolahan Kotoran Sapi Menjadi Energi Biogas
Di Desa Sugihan Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Vol. 10 No. 2

Rahayu, Sugi. 2009. Pemanfaatan Kotoran Ternak Sapi Bagai Sumber Energi Alternatif Ramah
Kungan Beserta Aspek Sosio Kulturalnya. Jurnal Inotek. 13 (2).

Riyanti, Fahma., dkk. 2008. Pembuatan Instalasi Untuk Biogas Dari Enceng Gon (Eichhornia
Crassipes ) Yang Efisien Untuk Lahan Kecil. Jurnal Pengabdian Sriwijaya.

Romdhoni, Hasan Ashari. 2012. Pembuatan Biogas dari Sampah. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan.
Vol.6 No.1

Sanjaya, Denta,dkk.2015. Produksi Biogas Dari Kotoran Sapi dengan Kotoran Ayam.Jurnal Teknik
Pertanian Lampung Vol 4 No. 2

Sunaryo, Burhan Ibnu Mubtadi. 2012. Pembuatan Biogas dari Tinja Kambing. Lembaga Penelitian
Politeknik Pratama Mulia: Surakarta

Ahsanul Qadri Pebrianto. 201. LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI BIOGAS


http://kotakmipa.blogspot.co.id/2017/02/laporan-praktikum-bioteknologi-biogas.html

Anda mungkin juga menyukai