DISUSUN OLEH :
Mengamati lubang satu untuk melihat sludge (lumpur dan cairan) yang keluar dari
digester
Mengamati lubang dua untuk melihat biogas dialirkan keluar melalui pipa
fleksibel/selang plastik menuju penggunaannya
Setiap kelompok diberi kesempatan untuk melihat manfaat biogas untuk energi
kompor gas, energi penerapam lampu petromax dan energi untuk menghidupkan
generator yang berakibat lampu listrik dapat menyala.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Inlet merupakan saluran limbah feses yang
berasal dari kendang yang selanjutnya
akan masuk ke digester.
Diketahui seorang peternak memiliki 500 ekor ayam dengan produksi feses per ekor yaitu
90g. hitunglah:
a. Ukuran digester yang harus dimiliki
b. Berapa produksi gas yang dihasilkan?
c. Jika peternak memiliki 4 anggota keluarga, berapa banyak biogas yang dibutuhkan
untuk memasak makanan dalam satu hari
d. Jika dalam rumah terdapat 8 buah lampu berukuran 100 watt, berapa lama
kemampuan lampu tersebut menyala dengan sisa digester yang tersedia.
Dijawab :
a. 1 digester = 1,5 m3
1,5 m3 x 300 = 450 m3
b. Produksi gas yang dihasilkan
1m3 gas methan butuh 12 kg feses ayam (90kg)
90
=7 , 5 m3
12
c. Anggota keluarga = 4 orang
1 orang = membutuhkan 0,3 m3
0,3 x 4 = 1,2 m3
d. 8 buah lampu berukuran 100 watt
Kebutuhan 1 lampu = 0,11 m3
Kebutuhan 4x0,11 = 0,44 m3
Produksi gas = 7,5 -1,2 = 6,3 m3 sisa produksi gas.
6,3
Kebutuhan lampu bisa menyala = =14,31 jam .
0,44
IV.2 Pembahasan
Prinsip biogas merupakan dekomposisi, yaitu penguraian bahan organik secara
anaerob yang dibantuk mikroorganisme yang suhunya 30-50 ֯C untuk menghasilkan gas
yang sebagian besar adalah metana dan karbondioksida. Tujuan biogas untuk
memanfaatkan limbah peternakan, dan untuk mengurangi gas methan. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Sri Subekti (2013) yang menyatakan bahwa,
prinsip pembangkit biogas merupakan menciptakan alat yang kedap udara dengan
bagian- bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), lubang pemasukan bahan baku dan
pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan (slurry), dan pipa penyaluran biogas yang
terbentuk. Dalam sarana digester ini terdapat bakteri methan yang mengolah limbah cair
tahu dan memakan bahan-bahan organik dan menghasilkan biogas. Gas yang terbentuk
tersebut difasilitasi dengan adanya pipa yang didesain sedemikian rupa sehingga gas
tersebut dapat dialirkan ke kompor yang terletak di dapur. Gas tersebut dapat digunakan
untuk keperluan memasak dan lampu penerangan.
Bahan utama merupakan feses, urin dan air, feses yang dipakai adalah feses sapi
karena jumlahnya banyak. Syarat pembuatan biogas adalah adanya hewan ternak, hewan
ternak harus dikandangkan, dan bahan yaitu perbandingan antara feses dengan air 1:1.
Ketika air terlalu banyak konsentrasinya mudah, Ketika fesesnya yang lebih banyak akan
menghasilkan hasil yang terlalu padat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Novirina
Hendrasarie et al,. (2021) yang menyatakan bahwa, alam
pembentukannya, biogas dipengaruhi oleh rasio C/N = 20 – 30%, pH, suhu dan keadaan di
dalam digester (Saputro, et al., 2009). Secara umum penerapan biogas banyak
menggunakan limbah dari peternakan sapi yang berupa tinja sapi
sebagai bahan utamanya. Namun, untuk penerapan di daerah perkotaan sangat sulit
sekali mengingat minimnya lahan yang dapat digunakan untuk peternakan. Karena itu,
kotoran manusia dapat dijadikan sebagai alternatif bahan utama dalam
pembentukan biogas pada daerah perkotaan.
Digester terdiri dari dua macam yaitu digester kontinyu yang diisi secara terus
menerus, dan digester curah. Manfaat digester kontinyu yaitu diisi terus menerus, dan
penggunaan jangka Panjang, hemat tenaga, bahannya beton, lebih muat banyal dan
tahan lama, dan aman dari kebakaran. Kelebihan digester curah yaitu murah dan dapat
dibuat dari alat-alat sederhana. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Caturwati Ni Ketut
et al,. (2017) yang menyatakan bahwa, digester kontinyu merupakan digester yang dapat
diisi secara terus menerus.
Pembuatan biogas terdiri dari tiga tahapan yaitu glikolisis adalah penghancuran
feses menjadi glukosa. Tahap kedua ada pengasaman (fermentatif) proses pengubahan
glukosa menjadi asam -asam organik yang dibantu oleh bakteri Acetobacter acety. Tahap
ketiga adalah methanogen yaitu mengubah asam menjadi gas yang dilakukan oleh bakteri
methan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Amira Ana Damayanti et al ,. (2021) yang
menyatakan bahwa, ahap-tahap pembuatan biogas diawali dari proses hidrolisis
kemudian asidogenesis lalu asetogenesis dan terakhir metanogenesis. Biogas umumnya
memiliki komposisi yang terdiri atas 55-65% metana, 35-45% karbondioksida, 0-3%
nitrogen, serta 0-1% hydrogen sulfide.
Alur dari pembuatan biogas dari feses sapi adalah feses dari kendang masuk ke
saluran penampungan feses, lalu masuk ke inlet dan terdapat tiga saringan. Sehabis dari
saringan menuju ke digester yang disinilah terjadi pembuatan biogas, Ketika sudah selesai
akan berpindah ke tempat penampungan akhir dan sisa dari gas tersebut atau
padatannya dialirkan ke lubang-lubang dekat tanaman. Sisa dari pembuatan biogas dari
limbah kotoran hewan dapat digunakan menjadi pupuk organik. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Rima Nindia Selan yang menyatakan bahwa, cara kerja sistem biogas
adalah dengan memasukan bahan organik ke dalam tabung digester yang berfungsi
sebagai perombak (digester) sehingga bakteri anaerob akan membusukkan bahan organik
didalamnya dan dapa menghasilkan gas. Biogas dari digester kemudian ialirkan melalui
pipa penyalur/penyambung menuju tabung penyimpan gas, atau bisa langsung ke tempat
penggunaannya seperti ke tungku.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pembuatan biogas sebagai alternatif sumber pembangkit listrik dan mengurangi gas
methan dan karbondioksida di atmosfer.
2. Bahan utama merupakan feses, urin dan air.
3. Pembuatan biogas terdiri dari tiga tahapan yaitu glikolisis adalah penghancuran
feses menjadi glukosa.
3.2 Saran
1. Sebaiknya saat praktikum benar-benar melakukan praktikum sesuai cara kerja untuk
mengetahui hasil yang sebenarnya.
2. Sebaiknya saat sesi pemberian materi pastikan tidak ada materi yang terlewat.
‘
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman, O., Mutiara, M., & Buchori, L. 2013. Pengikatan karbon dioksida dengan
mikroalga (Chlorella vulgaris, Chlamydomonas sp., Spirullina sp.) Dalam upaya untuk
meningkatkan kemurnian biogas. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri 2(4), 212-216.
Sasongko, M. N., & Wijayanti, W. (2015). Karakteristik api premiks biogas pada
counterflow burner.
Wahono, S. K., Maryana, R., Kismurtono, M., Kismurtono, M., & KNisa, K. 2010. Modifikasi
Zeolit Lokal Gunungkidul Sebagai Upaya Peningkatan Performa Biogas Untuk
Pembangkit Listrik.
Novita, E., Wahyuningsih, S., & Pradana, H. A. 2018. Variasi komposisi input proses
anaerobik untuk produksi biogas pada penanganan limbah cair kopi. Jurnal
Agroteknologi 12(01):43-57.
Karmiadji, D. 2017. Analisis Desain Digester Pada Pengolahan Samoah Untuk Bahan Bakar
Rumah Tangga. Teknobiz: Jurnal Ilmiah Program Studi Magister Teknik
Mesin 7(3):150-155.
Nasution, M. 2020. Smart-Design Instalasi Digester Biogas Skala Komunal Pesantren High
Temperature. AGREGAT, 5(2).
Subekti, S. 2013. Pengolahan limbah cair tahu menjadi biogas sebagai bahan bakar
alternatif. Prosiding SNST Fakultas Teknik, 1(1).
Haryanto, A., Oktafri, O., Triyono, S., & Zulyantoro, M. R. 2019. Pengaruh Komposisi
Substrat Campuran Kotoran Sapi dan Jerami Padi Terhadap Produktivitas Biogas
pada Digester Semi Kontinyu. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan
Biosistem 7(1):116-125.
Sudarman, S., & Basyrun, B. 2018. Sosialisasi Pembuatan Biogas Bahan Baku Tinja
Puyuh. Rekayasa: Jurnal Penerapan Teknologi dan Pembelajaran 15(1): 44-50.