Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH


“Instalasi Biogas”

DISUSUN OLEH :

Nama : Sharla Febrianty Prabowo


NIM : D1A021072
Kelompok : 8E
Asisten : Sandi Yanuar Pamungkas

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2023
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari
bahan-bahan organik termasuk diantaranya kotoran manusia dan hewan, limbah
domestik (rumah tangga) sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang
biodegradable dalam kondisi anaerobiknoigas dapat digunakan sebagai bahan bakar
kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik. Biogas utamanya terdiri dari gas metana,
karbon dioksida, dan sejumlah kecil nitrogen, hidrogen, serta karbon monoksida.
Kandungan utama dalam biogas adalah metana sebesar 55-75% dan karbon dioksida
sebesar 25-45%.
Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat popular digunakan untuk
mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambal mengurai
dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar
akan relatif lebih bersih dari pada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar
dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan
penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih
berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon
dalam biogas merupakan karbonyang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman,
sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon di
atmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.
Komposisi biogas bervariasi tergantung dengan asal proses anaerobik yang terjadi.
Gas landfill memiliki konsentrasi metana sekitar 50%, sedangkan system pengolahan
limbah maju dapat menghasilkan biogas dengan 55-75% CH 4. Konversi sampah organik
menjadi biogas juga mengurangi produksi gas rumah kaca metana karena pembakaran
yang efisien menggantikan metana dengan karbon dioksida. Meski bermanfaat dan
ramah lingkungan, biogas memiliki sejumlah kekurangan yaitu sistem produksi biogas
yang belum efisien.
I.2 Tujuan
1. Praktikkan dapat mengetahui pengertian dari instalasi biogas.
2. Praktikkan dapat mengetahui manfaat dari instalasi biogas.
3. Praktikkan dapat mengetahui cara mengolah limbah feses menjadi instalasi biogas.
I.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah acara “Instalasi Biogas” pada hari Selasa,
09 Mei 2023 pukul 19.00-selesai di aula experimental farm Fakultas Peternakan
Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Biogas merupakan campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri dari bahan organik


melalui fermentasi anaerobic. Biogas umumnya terdiri atas 70% gas metana dan gas
lainnya dalam jumlah sedikit. Biogas diperkirakan memiliki berat 20% lebih ringan
dibandingkan udara. Biogas memiliki suhu pembakaran antara 650-750֯C dengan nilai
panas pembakaran antara 4.800-6.700 kkal/m3, lebih rendah dari pada gas metana murni
yang mencapai 8.900 kkal/m (Meksy Dianawati et al,. 2015).
Pembentukan biogas dengan sistem anaerobik meliputi tiga tahap proses, yaitu: 1)
hidrolisis, penguraian bahan-bahan organik mudah larut dan pencernaan bahan organik
yang kompleks menjadi bentuk sederhana, 2) pengasaman, gula sederhana yang
terbentuk pada tahap hidrolisis menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam,
serta 3) metanogenik, proses pembentukan gas metana. Keuntungan fermentasi
anaerobik dibandingkan aerobik adalah pengurangan bahan organik cukup tinggi
sehingga sesuai sebagai salah satu metode pengolahan limbah yang efektif
(Abderezzak et al,. 2012).
Proses anaerobik memiliki dua keuntungan. Keuntungan tersebut yaitu
menghasilkan biogas yang dapat digunakan sebagai sumber energi dan penurunan daya
cemar limbah. Hasil proses anaerobik adalah gas metan, gas karbondioksida, hidrogen
dan hydrogen sulfida. Secara umum menurut (Gerlach et
al., 2013), komposisi biogas terdiri atas 50-70% gas metan, 24-45% gas karbondioksida
serta 10% gas-gas lain (sulfur, nitrogen, hidrogen, uap air dan amoniak). Terdapat
beberapa parameter yang diamati dalam menganalisis pembentukan biogas pada
penelitian yang dilakukan yaitu volume biogas serta prediksi kandungan
atau komposisi biogas.
Digester merupakan alat yang digunakan untuk menampung jenis sampah organik
yang kemudian bereaksi menghasilkan gas metan. Desain digester harus memiliki
kekuatan material yang sebanding sesuai penggunaan dan mampu bertahan dalam waktu
yang lama, dan desain yang peraktis serta ekonomis. Namun belakangan ini digester yang
sudah ada tidak fleksibel dan tidak dapat diterapkan pada sektor rumah tangga (Parta et
al,. 2017).
Berbeda dengan sifat gas lainnya, sepeti elpiji, maka karena berbau akan cepat
dapat diketahui kalau terjadi kebocoran pada alat yang digunakan. Sifat cepat menyala
biogas, juga merupakan masalah tersendiri. Artinya dari segi keselamatan pengguna.
Sehingga tempat pembuatan atau penampungan biogas harus selalu berada jauh dari
sumber api yang kemungkinan dapat menyebabkan ledakan kalau tekanannya besar
(Mahliza Nasution, 2020).
III. MATERI DAN CARA KERJA

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Sepatu boots
2. Co card
3. Kaprak
3.1.2 Bahan
1. Feses sapi
1.2 Cara Kerja
Membuat substrat (campuran feses dengan limbah cair) sebagai isian digester biogas

Mengamati lubang satu untuk melihat sludge (lumpur dan cairan) yang keluar dari
digester

Mengamati lubang dua untuk melihat biogas dialirkan keluar melalui pipa
fleksibel/selang plastik menuju penggunaannya

Setiap kelompok diberi kesempatan untuk melihat manfaat biogas untuk energi
kompor gas, energi penerapam lampu petromax dan energi untuk menghidupkan
generator yang berakibat lampu listrik dapat menyala.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Inlet merupakan saluran limbah feses yang
berasal dari kendang yang selanjutnya
akan masuk ke digester.

Digester ini tempat pembuatan biogasnya,


terdiri dari tiga saluran.
Tempat penampungan terakhir dan
disalirkan ke lubang sekitar tanaman.

Diketahui seorang peternak memiliki 500 ekor ayam dengan produksi feses per ekor yaitu
90g. hitunglah:
a. Ukuran digester yang harus dimiliki
b. Berapa produksi gas yang dihasilkan?
c. Jika peternak memiliki 4 anggota keluarga, berapa banyak biogas yang dibutuhkan
untuk memasak makanan dalam satu hari
d. Jika dalam rumah terdapat 8 buah lampu berukuran 100 watt, berapa lama
kemampuan lampu tersebut menyala dengan sisa digester yang tersedia.
Dijawab :
a. 1 digester = 1,5 m3
1,5 m3 x 300 = 450 m3
b. Produksi gas yang dihasilkan
1m3 gas methan butuh 12 kg feses ayam (90kg)
90
=7 , 5 m3
12
c. Anggota keluarga = 4 orang
1 orang = membutuhkan 0,3 m3
0,3 x 4 = 1,2 m3
d. 8 buah lampu berukuran 100 watt
Kebutuhan 1 lampu = 0,11 m3
Kebutuhan 4x0,11 = 0,44 m3
Produksi gas = 7,5 -1,2 = 6,3 m3 sisa produksi gas.
6,3
Kebutuhan lampu bisa menyala = =14,31 jam .
0,44
IV.2 Pembahasan
Prinsip biogas merupakan dekomposisi, yaitu penguraian bahan organik secara
anaerob yang dibantuk mikroorganisme yang suhunya 30-50 ֯C untuk menghasilkan gas
yang sebagian besar adalah metana dan karbondioksida. Tujuan biogas untuk
memanfaatkan limbah peternakan, dan untuk mengurangi gas methan. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Sri Subekti (2013) yang menyatakan bahwa,
prinsip pembangkit biogas merupakan menciptakan alat yang kedap udara dengan
bagian- bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), lubang pemasukan bahan baku dan
pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan (slurry), dan pipa penyaluran biogas yang
terbentuk. Dalam sarana digester ini terdapat bakteri methan yang mengolah limbah cair
tahu dan memakan bahan-bahan organik dan menghasilkan biogas. Gas yang terbentuk
tersebut difasilitasi dengan adanya pipa yang didesain sedemikian rupa sehingga gas
tersebut dapat dialirkan ke kompor yang terletak di dapur. Gas tersebut dapat digunakan
untuk keperluan memasak dan lampu penerangan.
Bahan utama merupakan feses, urin dan air, feses yang dipakai adalah feses sapi
karena jumlahnya banyak. Syarat pembuatan biogas adalah adanya hewan ternak, hewan
ternak harus dikandangkan, dan bahan yaitu perbandingan antara feses dengan air 1:1.
Ketika air terlalu banyak konsentrasinya mudah, Ketika fesesnya yang lebih banyak akan
menghasilkan hasil yang terlalu padat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Novirina
Hendrasarie et al,. (2021) yang menyatakan bahwa, alam
pembentukannya, biogas dipengaruhi oleh rasio C/N = 20 – 30%, pH, suhu dan keadaan di
dalam digester (Saputro, et al., 2009). Secara umum penerapan biogas banyak
menggunakan limbah dari peternakan sapi yang berupa tinja sapi
sebagai bahan utamanya. Namun, untuk penerapan di daerah perkotaan sangat sulit
sekali mengingat minimnya lahan yang dapat digunakan untuk peternakan. Karena itu,
kotoran manusia dapat dijadikan sebagai alternatif bahan utama dalam
pembentukan biogas pada daerah perkotaan.
Digester terdiri dari dua macam yaitu digester kontinyu yang diisi secara terus
menerus, dan digester curah. Manfaat digester kontinyu yaitu diisi terus menerus, dan
penggunaan jangka Panjang, hemat tenaga, bahannya beton, lebih muat banyal dan
tahan lama, dan aman dari kebakaran. Kelebihan digester curah yaitu murah dan dapat
dibuat dari alat-alat sederhana. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Caturwati Ni Ketut
et al,. (2017) yang menyatakan bahwa, digester kontinyu merupakan digester yang dapat
diisi secara terus menerus.
Pembuatan biogas terdiri dari tiga tahapan yaitu glikolisis adalah penghancuran
feses menjadi glukosa. Tahap kedua ada pengasaman (fermentatif) proses pengubahan
glukosa menjadi asam -asam organik yang dibantu oleh bakteri Acetobacter acety. Tahap
ketiga adalah methanogen yaitu mengubah asam menjadi gas yang dilakukan oleh bakteri
methan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Amira Ana Damayanti et al ,. (2021) yang
menyatakan bahwa, ahap-tahap pembuatan biogas diawali dari proses hidrolisis
kemudian asidogenesis lalu asetogenesis dan terakhir metanogenesis. Biogas umumnya

memiliki komposisi yang terdiri atas 55-65% metana, 35-45% karbondioksida, 0-3%
nitrogen, serta 0-1% hydrogen sulfide.
Alur dari pembuatan biogas dari feses sapi adalah feses dari kendang masuk ke
saluran penampungan feses, lalu masuk ke inlet dan terdapat tiga saringan. Sehabis dari
saringan menuju ke digester yang disinilah terjadi pembuatan biogas, Ketika sudah selesai
akan berpindah ke tempat penampungan akhir dan sisa dari gas tersebut atau
padatannya dialirkan ke lubang-lubang dekat tanaman. Sisa dari pembuatan biogas dari
limbah kotoran hewan dapat digunakan menjadi pupuk organik. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Rima Nindia Selan yang menyatakan bahwa, cara kerja sistem biogas
adalah dengan memasukan bahan organik ke dalam tabung digester yang berfungsi
sebagai perombak (digester) sehingga bakteri anaerob akan membusukkan bahan organik
didalamnya dan dapa menghasilkan gas. Biogas dari digester kemudian ialirkan melalui
pipa penyalur/penyambung menuju tabung penyimpan gas, atau bisa langsung ke tempat
penggunaannya seperti ke tungku.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pembuatan biogas sebagai alternatif sumber pembangkit listrik dan mengurangi gas
methan dan karbondioksida di atmosfer.
2. Bahan utama merupakan feses, urin dan air.
3. Pembuatan biogas terdiri dari tiga tahapan yaitu glikolisis adalah penghancuran
feses menjadi glukosa.
3.2 Saran
1. Sebaiknya saat praktikum benar-benar melakukan praktikum sesuai cara kerja untuk
mengetahui hasil yang sebenarnya.
2. Sebaiknya saat sesi pemberian materi pastikan tidak ada materi yang terlewat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, O., Mutiara, M., & Buchori, L. 2013. Pengikatan karbon dioksida dengan
mikroalga (Chlorella vulgaris, Chlamydomonas sp., Spirullina sp.) Dalam upaya untuk
meningkatkan kemurnian biogas. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri 2(4), 212-216.
Sasongko, M. N., & Wijayanti, W. (2015). Karakteristik api premiks biogas pada
counterflow burner.
Wahono, S. K., Maryana, R., Kismurtono, M., Kismurtono, M., & KNisa, K. 2010. Modifikasi
Zeolit Lokal Gunungkidul Sebagai Upaya Peningkatan Performa Biogas Untuk
Pembangkit Listrik.
Novita, E., Wahyuningsih, S., & Pradana, H. A. 2018. Variasi komposisi input proses
anaerobik untuk produksi biogas pada penanganan limbah cair kopi. Jurnal
Agroteknologi 12(01):43-57.
Karmiadji, D. 2017. Analisis Desain Digester Pada Pengolahan Samoah Untuk Bahan Bakar
Rumah Tangga. Teknobiz: Jurnal Ilmiah Program Studi Magister Teknik
Mesin 7(3):150-155.
Nasution, M. 2020. Smart-Design Instalasi Digester Biogas Skala Komunal Pesantren High
Temperature. AGREGAT, 5(2).
Subekti, S. 2013. Pengolahan limbah cair tahu menjadi biogas sebagai bahan bakar
alternatif. Prosiding SNST Fakultas Teknik, 1(1).
Haryanto, A., Oktafri, O., Triyono, S., & Zulyantoro, M. R. 2019. Pengaruh Komposisi
Substrat Campuran Kotoran Sapi dan Jerami Padi Terhadap Produktivitas Biogas
pada Digester Semi Kontinyu. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan
Biosistem 7(1):116-125.
Sudarman, S., & Basyrun, B. 2018. Sosialisasi Pembuatan Biogas Bahan Baku Tinja
Puyuh. Rekayasa: Jurnal Penerapan Teknologi dan Pembelajaran 15(1): 44-50.

Anda mungkin juga menyukai