OLEH:
Erik Kusnadi (D1051171067)
M. Desky Zulzika (D1051171076)
Syarifah Nurhalifah (D1051171077)
Chairunisah (D1051171083)
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Pemanfaatan Biogas Dari Tinja Manusia Dengan Menggunakan Degister Aerobic
Dengan Skala Komunal Rumah Tangga” tepat pada waktunya. Proposal ini disusun
sebagai langkah awal untuk melanjutkan tugas akhir dalam memperoleh gelar Sarjana
Teknik pada Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam penulisan proposal ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Rumusan Masalah 6
1.3. Tujuan Penelitian 6
1.4. Manfaat Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1. Biogas 7
2.2. Pembentukkan Biogas 7
2.3. Instalasi Biogas 9
2.4. Substrat Penghasil Biogas 10
2.5. Evaluasi Biogas 11
2.6. Produksi Biogas 11
BAB III METODE PENELITIAN 12
3.1. Metode Penelitian 12
3.2. Metode Pengumpulan Data 12
3.3. Metode Analisis Laboratorium 17
3.4. Metode Analisis Volume Biogas 17
3.5. Metode Analisis Data 18
DAFTAR PUSTAKA 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
6
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biogas
Biogas merupakan salah satu jenis gas yang dapat terbakar dan juga dapat
digunakan sebagai sumber energi pengganti bahan bakar fosil seperti minyak
tanah, LPG, batu bara dan sebagainya. Gas tersebut dihasilkan dari proses
fermentasi anaerobik bahan organik seperti kotoran manusia atau kotoran hewan,
tumbuhan, limbah domestik atau limbah organik lainnya yang yang dapat
diuraikan (biodegradable) dalam kondisi anaerobik. Adapun komposisi dari
biogas ini dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:
7
dll, beberapa di antaranya dalam bentuk padatan yang tidak larut. Pada tahap ini,
polimer organik ini dipecah oleh enzim ekstraseluler yang diproduksi oleh
bakteri hidrolitik, dan dilarutkan dalam air. Komponen organik (atau monomer)
yang mudah larut yang dibentuk dengan mudah tersedia untuk bakteri penghasil
asam.
Reaksi hidrolisis yang terjadi pada tahap ini akan mengubah protein
menjadi asam amino, karbohidrat menjadi gula sederhana dan lemak menjadi
asam lemak rantai panjang. Namun pencairan selulosa dan senyawa kompleks
lainnya ke monomer sederhana dapat menjadi langkah pembatas dalam laju
pencernaan anaerobik, karena aksi bakteri ini jauh lebih lambat di tahap 1
daripada di tahap kedua atau ketiga (NAS 1977 dalam Polprasert 2007). Laju
hidrolisis tergantung pada konsentrasi substrat dan bakteri serta tergantung pada
faktor lingkungan seperti pH dan suhu.
Tahap 2: Pembentukan Asam. Komponen monomer yang dilepaskan oleh
pemecahan hidrolitik yang terjadi selama tindakan bakteri tahap-1 selanjutnya
diubah menjadi asam asetat (asetat) dan H2 / CO2 oleh bakteri acetogenik pada
tahap ini. Asam lemak volatil diproduksi sebagai produk akhir metabolisme
bakteri protein, lemak dan karbohidrat; di mana asam asetat, propionat, dan
laktat adalah produk utama. Karbon dioksida dan gas hidrogen juga dibebaskan
selama katabolisme karbohidrat. Metanol dan alkohol sederhana lainnya adalah
produk sampingan lain dari pemecahan karbohidrat. Proporsi substrat yang
berbeda ini diproduksi tergantung pada flora yang ada serta pada kondisi
lingkungan.
8
dapat dimanfaatkan, seperti asam format, tetapi ini tidak penting, karena mereka
biasanya tidak hadir dalam fermentasi anaerobik. Bakteri metanogenik juga
bergantung pada bakteri tahap 1 dan 2 untuk menyediakan nutrisi dalam bentuk
yang dapat dimanfaatkan. Sebagai contoh, senyawa nitrogen organik harus
direduksi menjadi amonia untuk memastikan pemanfaatan nitrogen yang efisien
oleh bakteri metanogenik.
Reaksi pembentukan metana di tahap 3 paling penting dalam pencernaan
anaerobik. Selain menghasilkan gas CH4, metanogen juga mengatur dan
menetralkan pH slurry digester dengan mengubah asam lemak yang mudah
menguap menjadi CH4 dan gas lainnya. Konversi H2 menjadi CH4 oleh
methanogen membantu mengurangi tekanan parsial H2 pada digester slurry yang
bermanfaat bagi aktivitas bakteri acetogenik. Jika bakteri metanogenik gagal
berfungsi secara efektif akan ada sedikit atau tidak ada produksi CH4 dari
digester itu dan stabilisasi limbah tidak tercapai karena senyawa organik akan
diubah menjadi hanya asam lemak yang mudah menguap, yang dapat
menyebabkan polusi lebih lanjut jika dibuang ke air atau di darat.
9
antara bakteri anaerobik dan limbah organik yang masuk, sehingga produksi
biogas meningkat. Ini mengurangi pengendapan padatan atau akumulasi padatan
yang dicerna di bagian bawah digester. Untuk digester skala kecil, pencampuran
slurry digester dapat dilakukan secara manual. Dalam skala besar, pencampuran
dapat dilakukan secara mekanis dengan mengaduk dan meresirkulasi gas dan /
atau slurry yang dicerna.
Terdapat beberapa jenis instalasi biogas yaitu diantaranya kubah tetap
(fixed dome) dan terapung (folating dome). Instalasi biogas tipe fixed dome
memiliki 2 bagian, bagian pertama yaitu digester sebagai tempat fermentasi
secara anaerob. Digester dibuat dengan kedalaman tertentu, menggunakan beton
atau batu-batuan. Stuktur bangunan harus kuat untuk menahan gas agar tidak
terjadi kebocoran. Bagian kedua yaitu kubah tetap (fixed dome) dimana
bentuknya menyerupai kubah dan merupakan pengumpul gas yang tidak dapat
bergerak (fixed). Keuntungan dari instalasi biogas ini yaitu biaya konstruksi lebih
murah dibandingkan tipe floating dome, karena tidak terdapat bagian yang
bergerak menggunakan besi yang harganya relatif lebih mahal selain itu juga
perawatannya lebih mudah. Kerugian dari tipe ini yaitu sering terjadi kehilangan
gas pada kubah karena konstruksinya yang tetap.
10
pengguna biogas dapat memperoleh kombinasi substrat terbaik untuk
mendapatkan kuantitas dan kualitas produksi gas yang efisien. Selain itu, juga
dapat mempengaruhi sifat-sifat lumpur yang dicerna. Terdapat beberapa bahan
yang secara teoritis dapat digunakan sebagai substrat untuk fermentasi anaerobik
tetapi bahan tersebut harus memenuhi kriteria berikut:
a. Memenuhi kriteria nutrisi yang telah ditetapkan
b. Harus mengandung vitamin dan elemen jejak.
c. Rasio C: N (karbon ke nitrogen) harus berkisar antara 15 dan 25 (Liu
2008 dalam Kaiser 2015).
d. Total nilai padatan (TS) harus sekitar 7–10% (Nallathambi Gunaseelan
1997 dalam Kaiser 2015).
11
dalam reaktor.
3. Membersihkan peralatan (kompor, lampu, generator listrik), 1
melakukan pemeriksaan jaringan pipa/selang gas dan bagian
pengaman secara rutin dalam kurun waktu tertentu.
4. Memanfaatkan lumpur keluaran dari instalasi biogas secara teratur.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian secara umum akan ditunjukkan melalui diagram alir
penelitian. Diagram alir penelitian menggambarkan garis besar tahapan yang
akan dilakukan selama penelitian.
Metode penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu pra lapangan, lapangan
dan tahap pengolahan data.
1. Pra Lapangan
- Kajian pustaka
- Interpretasi reaktor biogas dari manual konstruksi
2. Lapangan
- Pengambilan data primer reaktor biogas
- Pengamatan reaktor biogas
- Wawancara kepada pengguna biogas
3. Pengolahan Data
- Uji laboratorium
- Analisis data hasil uji laboratorium
- Analisis data hasil observasi dan wawancara
12
biogas, pH dan temperatur digester. Data tersebut didapatkan menggunakan
metode pengujian pada laboratorium dan beberapa seperti volume biogas, pH
dan temperatur didapat dari
13
Mulai
Kajian Pustaka
Faktor
Non- Faktor Pupuk
Teknis: Teknis: Organik
Operationa Cair,
l and Volume
Kondisi Maintananc Biogas, pH,
Sosial, e Temperatur
Ekonomi,
Lingkunga
n, Uji
Analisis dan
Kesehatan Laboratoriu
Pengolahan
m
Data
Kesimpulan
Selesa
i
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
14
Tabel 3.1 Data primer dan sumber data yang dibutuhkan
2. Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini meliputi data mengenai landasan teoritis
mengenai reaktor biogas serta operasionalnya, data manual konstruksi reaktor
biogas, data kondisi reaktor biogas yang diperoleh melalui pengukuran dan
dokumentasi di lapangan beserta data/jurnal hasil pemantauan dan analisis output
dari penelitian sebelumnya.
Adapun tahapan pada penelitian ini dapat dibagi menjadi empat (4) bagian
besar, yaitu:
a. Tahap perencanaan
Pertama kali yang dibutuhkan dalam tahapan ini adalah identifikasi mengenai
tempat / lokasi pengambilan sampel yang akan digunakan sebagai bahan uji coba.
Selanjutnya menentukan material apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan septik-
tank model digester serta spesifikasinya. Kemudian menentukan jumlah prototype
septik -tank yang akan dibangun sebagi model maping pada lahan yang sebenarnya.
Kemudian perancangan sistem instalasi pipa pembuangan dari masing- masing
septik-tank rumah tangga ke sentral septik-tank. Tahap akhir perancangan adalah
pengambilan data dari hasil uji coba sistem.
15
b. Tahap rancang bangun
Perancangan prototype septik-tank yang akan digunakan adalah dengan
membuat 4 (empat) unit prototype septik-tank resapan yang akan mewakili septi-
tank rumah tangga dalam satu RT (Rukun Tetangga) yang ada di lapangan nanti.
Dengan spesifikasi sebagai berikut.
16
bahan semen cor yang mempunyai dimensi dua kali volume dari masing-masing
septik tank resapan seperti pada gambar. 2.
Perancangan sistem instalasi pipa pembuangan dari masing-masing septik-tank
rumah tangga ke sentral septik-tank untuk satu wilayah rukun tetangga dapat
digambar kan pada model seperti pada gambar 4.
17
3.3 Metode Analisis Laboratorium
Pengujian laboratorium dilakukan setelah pengambilan sampel pupuk organik
cair dari reaktor biogas dan feses manusia pada influen. Adapun metode pengujian
secara lebih jelas ditunjukkan pada tabel 3.2.
Spektrofotometer
5 Total P SNI 06-6989.31-2005
secara asam askorbat
6 Kadar Air APHA section 2540 B APHA, 1998
7 Total Solid Gravimetri SNI 06-6989.26-2005
19
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2011. Biogas Pembuatan Konstruksi, Operasional dan
Pemeliharaan Instalasinya. Edisi 1-7 Juni 2011 No.3408. Sinartani, Jakarta.
Liu 2008 dalam buku Kaiser M, and Fuch S. Monitoring and Analysis of Biogas
Output From Decentralized Anaerobic Waste Water Treatment with
Simultaneous Utilization of Resource in Java, Indonesia. Water Practice &
Technology Vol. 10 No. 2. Karlsruhe Institute of Technology, Germany.
Nallathambi Gunaseelan 1997 dalam buku Kaiser M, and Fuch S. Monitoring and
Analysis of Biogas Output From Decentralized Anaerobic Waste Water
Treatment with Simultaneous Utilization of Resource in Java, Indonesia.
Water Practice & Technology Vol. 10 No. 2. Karlsruhe Institute of
Technology, Germany.
NAS, 1977. dalam buku Polprasert “Organic Waste Recycling” : Technology and
Management, 3rd edition. IWA Publishing, London.
Polprasert, C. 2007. Organic Waste Recycling: Technology and Management, 3rd
edition. IWA Publishing, London.
20