Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

BIOGAS KOTORAN SAPI

Disusun Oleh:

Ilma Rohaina (D1051191012)

Selvi Anisa (D1051191016)

Wira Anggara (D1051191076)

Dosen Pengampu:
Aini Sulastri S.Si,M.Si
NIP. 198502022019032013

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah kotoran ternak adalah salah satu jenis limbah yang dihasilkan dari
kegiatan peternakan. Limbah ini mempunyai andil dalam pencemaran, karena
limbah kotoran ternak sering menimbulkan masalah lingkungan yang
mengganggu kenyamanan hidup masyarakat disekitar peternakan, Gangguan
tersebut berupa bau yang tidak sedap yang ditimbulkan oleh gas, terutama gas
amoniak (NH3) dan gas Hidrogen Sulfida (H 2S). Kedua gas tersebut dalam
konsentrasi tertentu akan mengganggu ternak dan peternaknya. Ternak yang
menghirup kedua gas tersebut akan mengalami gangguan pada saluran pernafasan
yang mengakibatkan ternak menjadi lebih peka terhadap serangan penyakit.

Biogas merupakan salah satu dari banyak macam sumber energi


terbarukan. Produksi biogas memungkinkan pertanian berkelanjutan dengan
sistem proses terbarukan dan ramah lingkungan. Pada umumnya, biogas terdiri
atas gas metana (CH4) sekitar 55 – 80%, dimana gas metana diproduksi dari
kotoran ternak yang mengandung energi 4.800 - 6.700 Kcal/m3, sedangkan gas
metana murni mengandung energi 8.900 Kcal/m3. Sistem produksi biogas
mempunyai beberapa keuntungan seperti mengurangi pengaruh gas rumah kaca,
mengurangi polusi bau yang tidak sedap, sebagai pupuk dan produksi daya dan
panas.

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) serta kecenderungan akan


kelangkaan minyak tanah menjadikan pemanfaatan sumber energi alternatif mulai
diperhitungkan. Salah satu sumber energi alternatif yang besar peluangnya untuk
dikembangkan pemanfaatannya di Indonesia adalah energi biogas . Gas ini
berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran
manusia dan kotoran hewan yang dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui
proses anaerobic digestion. Pembuatan biogas dari kotoran hewan, khususnya
sapi ini berpotensi sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan, karena selain
dapat memanfaatkan limbah ternak, sisa dari pembuatan biogas yang berupa

1
slurry dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang kaya akan unsur – unsur
yang dibutuhkan oleh tanaman.

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan Pembuatan Biogas Sederhana Dari Kotoran Sapi


adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui cara pembuatan biogas sederhana


2. Untuk mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan
biogas
3. Untuk mengetahui perubahan suhu, pH, dan uji nyala pada percobaan
pembuatan biogas sederhana dari kotoran sapi

1.3 Manfaat Percobaan

Wmcwkc w

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biogas

Biogas merupakan campuran antara gas – gas yang dihasilkan dari proses
penguraian anaerob (tanpa udara) atau fermentasi dari material organik seperti
kotoran hewan, lumpur kotoran, sampah padat atau sampah terurai. Biogas dapat
dihasilkan pada hari ke 4 – 5 sesudah digester terisi penuh dan mencapai
puncaknya pada hari ke 20 – 25 (Wahyono dan Sudarno, 2012). Dalam proses
pembuatan biogas, sumber bahan baku atau limbah yang digunakan akan
mempengaruhi kualitas dan kuantitas biogas yang dihasilkan (Indarto, 2010).
Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama
bakteri metanogen.

Dalam (Suriawiria, 2003) menyebutkan terdapat tiga kelompok bakteri


yang berperan dalam proses pembentukan biogas, yaitu :

1. Kelompok bakteri fermentatif : Steptococci, Bacteriodes, dan beberapa


jenis Enterobactericeae
2. Kelompok bakteri asetogenik : Methanobacillus, Desulfovibrio dan
sebagainya.
3. Kelompok bakteri metana : Mathanobacterium, Mathanobacillus,
Methanosacaria, dan Methanococcus.

2.2 Komposisi Biogas

Komposisi biogas yang dihasilkan tergantung pada jenis bahan baku yang
akan digunakan. Komposisi biogas yang utama adalah gas metana (CH4) dan gas
karbon dioksida (CO2) dengan sedikit hidrogen sulfida (H2S). Komponen lainnya
yang ditemukan dalam kisaran konsentrasi kecil antara lain senyawa sulfur
organik, senyawa hidrokarbon terhalogenasi, gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2),
gas karbon monoksida (CO) dan gas oksigen (O2).

3
Tabel 2. 1 Komposisi Senyawa Penyusun Biogas

Komponen %
Metana (CH4) 55 – 75
Karbon dioksida (CO2) 25 – 45
Nitrogen (N2) 0 – 0,3
Hidrogen (H2) 1–5
Hidrogen Sulfida (H2S) 0–3
Oksigen (O2) 0,1 – 0,5
Sumber : Hermawan, dkk, 2007

2.3 Syarat Pembuatan Biogas

Menurut Simamora, S (2006), menyatakan bahwa dalam pembuatan


biogas ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut :

a. Ada bahan pengisi yang berupa bahan organik, terutama limbah pertanian
dan peternakan.
b. Ada instalasi biogas yang memenuhi beberapa persyaratan seperti, lubang
pemasukan dan pengeluaran, tempat penampungan gas, dan penampungan
sludge (sisa pembuangan).
c. Terpenuhinya factor pendukung yakni faktor dalam (dari digester) yang
meliputi imbangan C/n, pH, dan struktur bahan isian (kehomogenan) dan
faktor luar yang menjadi fluktuasi suhu.

2.4 Manfaat Biogas

Menurut Abshami (2014) bahwa produk utama dari biogas adalah gas
metan yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kehidupan masyarakat.
Manfaat biogas yang tidak secara langsung adalah menjaga kelestarian lingkungan
hidup dan konservasi sumber daya alam, dan lain-lain. Secara lebih rinci manfaat
penggunaan biogas adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Langsung :
 Sebagai sumber energi untuk skala rumah tangga Biogas yang
diproduksi oleh satu unit instalasi biogas dapat digunakan sebagai

4
sumber energi bahan bakar dalam skala rumah tangga. Sebagai
contoh bahan bakar gas atau kompor.
 Sebagai sumber energi untuk penerangan Biogas sebagai sumber
energi untuk penerangan dengan cara yang sama seperti
pemanfaatan untuk memasak, artinya kompor sebagai titik akhir
penggunaan biogas diganti dengan lampu. Lampu yang digunakan
adalah lampu yang dirancang khusus atau lampu petromaks yang
dimodifikasi.
2. Manfaat Tidak Langsung
 Mengurangi Efek Gas Rumah Kaca
Penerapan biogas dapat membantu pengembangan sistem pertanian
dengan mendaur ulang kotoran hewan untuk memproduksi biogas
dan diperoleh hasil samping berupa pupuk organik. Penerapan
biogas dapat mengurangi emisi gas metan (CH4) yang dihasilkan
pada dekomposisi bahan organik yang diproduksi dari sektor
pertanian dan peternakan, karena kotoran sapi tidak dibiarkan
terdekomposisi secara terbuka melainkan difermentasi menjadi
energi biogas.
 Meningkatkan Sanitasi Lingkungan dan Keindahan
Kotoran ternak dan limbah organik lainnya apabila tidak dikelola
dengan baik dan berserakan dimana – mana, maka akan dapat
mengganggu keindahan dan berdampak negatif terhadap kesehatan
masyarakat di sekitarnya. Disamping itu, terdapat kemungkinan
bahwa kotoran ternak banyak mengandung bakteri E. coli yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungannya.
Dengan penerapan biogas, dampak negatif tersebut dapat
dikurangi atau dihilangkan.

2.5 Kotoran Sapi

Kotoran sapi adalah limbah dari usaha peternakan sapi yang bersifat padat
dan dalam proses pembuangannya sering bercampur dengan urin dan gas, seperti
metana dan amoniak. Kandungan unsur hara dalam kotoran sapi bervariasi

5
tergantung pada keadaan tingkat produksinya, jenis, jumlah konsumsi pakan, serta
individu ternak sendiri (Abdulgani, 1988). Kotoran sapi atau Fesses Sapi
merupakan substrat yang paling cocok sebagai sumber penghasil biogas, karena
telah mengandung bakteri penghasil gas metana yang terdapat dalam perut
ruminansia. Bakteri tersebut membantu dalam proses fermentasi sehingga
mempercepat proses pembentukan biogas (Sufyandi, A., 2001).

Feses sapi mengandung hemisellulosa sebesar 18,6%, sellulosa 25,2%,


lignin 20,2%, nitrogen 1,67%, fosfat 1,11% dan kalium sebesar 0,56%, sedangkan
feses kuda mengandung hemisellulosa sebesar 23,5%, sellulosa 27,5%, lignin
14,2%, nitrogen 2,29%, fosfat 1,25% dan kalium sebesar 1,38%. Feses sapi
mempunyai C/N ratio sebesar 16,6-25%, (Widyasmara, 2012). Produksi gas
metan sangat tergantung oleh rasio C/N dari substrat. Hubungan antara jumlah
karbon dan nitrogen dinyatakan dengan rasio karbon/nitrogen (C/N), rasio
optimum untuk digester anaerobik berkisar 20 – 30. Jika C/N terlalu tinggi,
nitrogen akan dikonsumsi dengan cepat oleh bakteri metanogen untuk memenuhi
kebutuhan pertumbuhannya dan hanya sedikit yang bereaksi dengan karbon
akibatnya gas yang dihasilnya menjadi rendah. Sebaliknya jika C/N rendah,
nitrogen akan dibebaskan dan berakumulasi dalam bentuk amonia (NH 4) yang
dapat meningkatkan pH. Jika pH lebih tinggi dari 8,5 akan menunjukkan
pengaruh negatif pada populasi bakteri metanogen. Kotoran ternak sapi
mempunyai rasio C/N sekitar 24 (Karki dan Dixit, 1984 dalam Haryati 2006).

2.6 Gas Metana (CH4)

Menurut Rahayu, dkk. (2012) kandungan terbesar di dalam biogas adalah


gas metana (CH4). Gas metana ini mengandung nilai kalor yang cukup tinggi,
yaitu sekitar 4800 Kkal/m3 sampai 6700 Kkal/m3. sehingga dapat digunakan
menjadi bahan bakar, karena di dalam gas metana yang murni memiliki
kandungan energi sebanyak 8.900 Kkal/m3. Karena hal tersebut biogas dapat
digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti memasak, penerangan,
menggerakkan mesin dan sebagainya. Kesetaraan biogas jika dibandingkan
dengan sumber energi lain, yaitu 1 m3 biogas setara dengan LPG 0,46 Kg; 0,62 L

6
minyak tanah; 0,80 L minyak bensin; 0,52 L minyak solar; 3,50 Kg kayu bakar;
dan 1,50 m3 gas kota (Sunaryo, 2014).

Metan (CH4) merupakan unsur gas yang menentukan kualitas biogas. Bila
biogas memiliki kadar metan yang tinggi maka biogas tersebut akan memiliki
nilai kalor yang tinggi. Oleh kerana itu kemurnian biogas tersebut penting. Gas
metana (CH4) termasuk gas yang menimbulkan efek rumah kaca yang
menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Hal ini karena gas metana
memiliki dampak 21 kali lebih tinggi dibandingkan dengan gas karbon dioksida
(CO2). Pengurangan gas metana secara lokal dapat berperan positif dalam upaya
mengatasi masalah pemanasan global, terutama efek rumah kaca yang berakibat
pada perubahan iklim global (Muklis, A, 2017).

7
BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan pembuatan biogas sederhana dari kotoran sapi ini dilaksanakan


dirumah salah satu mahasiswa yang beralamat di Gg. Nurul Hasanah, Kota Baru,
Kecamatan Pontianak Selatan dengan letak koordinat 003’39” LS dan 109019’17”
BT. Percobaan dilakukan selama 14 hari yaitu dimulai pada akhir bulan April –
awal bulan Mei 2022.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pda percobaan ini adalah sebagai berikut :

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah galon bekas, lem,
ban dalam bekas, lakban hitam, cat hitam, kuas, pipa PVC ¾, termometer,
pH meter, selang ukuran ¼, solder, gergaji besi, penggaris, ember,
sambungan y, dan kran besi kecil.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah kotoran sapi,


EM4, air, dan gula pasir.

3.3 Langkah Kerja

Langkah kerja yang dilakukan dalam pembuatan biogas antara lain,


sebagai berikut :

3.3.1 Proses Pembuatan Alat Biogas (Reaktor)

Langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan


yang diperlukan. Setelah itu, lubangi bagian leher galon menggunakan
solder listrik sesuai ukuran selang dan paralon yang digunakan. Kemudian,
rapikan menggunakan gergaji besi. Selanjutnya cat galon menggunakan
cat warna hitam secara menyeluruh. Lalu jemur dan tunggu sampai cat

8
kering. Setelah cat mengering, masukkan selang dan paralon melalui
lubang yang sudah dibuat. Kemudian lem sisi selang dan paralon
menggunakan lem tembak. Setelah itu taburkan pasir dicelah-celah yang
tersisa di sisi selang dan paralon lalu lem kembali. Langkah berikutnya
yaitu menyambungkan sisi ujung lain selang pertama yang ada di leher
galon dengan sambungan Y valve, kemudian di lem menggunakan lem
tembak. Selanjutnya selang kedua disambungkan dengan Y valve dan ban
dalam bekas lalu di lem menggunakan lem tebak. Lalu selang ketiga
disambungkan dengan Y valve dan keran lalu lem menggunakan lem
tembak. Kemudian alat sudah siap untuk dijadikan reaktor biogas.

3.4.2 Proses Pembuatan Biogas

Langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan.


Selanjutnya bersihkan kotoran sapi yang tercampur dengan rumput.
Kemudian, masukkan kotoran sapi ke dalam ember sebanyak 3 kg dan
ditambahkan air sebanyak 3 liter serta gula pasir sebanyak 75 gram atau 5
sendok makan dan ditambahkan EM4 sebanyak 100 ml. Setelah itu, aduk
kotoran sapi dan air sampai homogen. Selanjutnya masukkan bahan yang
sudah jadi (kotoran sapi dan air) ke dalam alat (galon) menggunakan
corong. Lalu aduk kembali bahan saat di dalam galon. Kemudian tutup
kepala galon dan lapisi menggunakan lakban warna hitam. Setelah itu
diamkan biogas ditempat yang gelap selama 2 minggu.

3.4 Flow Chart

Flow chart pembuatan biogas dari kotoran sapi dengan reactor sederhana
adalah sebagai berikut :

3.5.1 Flow Chart Pembuatan Reaktor

9
Gambar 3. 1 Skema Pembuatan Reaktor

3.5.2 Flow Chart Pembuatan Biogas

Gambar 3. 2 Skema Pembuatan Biogas


3.5 Rangkaian Alat

Rangkaian alat pada pembuatan biogas sederhana dari kotoran sapi dengan
reaktor sederhana ini, adalah sebagai berikut :

10
1

2 5

Gambar 3. 3 Rangkaian Alat


Keterangan :

1. Galon
2. Y valve
3. Selang
4. Pipa PVC 3/4
5. Kran
6. Ban dalam bekas

11
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, I. K., 1988. Seluk Beluk Kotoran Sapi serta Manfaat Praktisnya.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Abshami. 2014. Pembuatan Biogas. Teknologi Bioproses.

Budiman, S. 2010. Berkebun Stroberi Secara Komersial. Penebar Swadaya.


Jakarta

Erawan, D., W. O. Yani dan A. Bahrun. 2013. Pertumbuhan Dan Hasil


Tanamansawi (Brassica Junce L.) Pada Berbagai Dosis Pupuk Urea.
Jurnal Agroteknos. 3(1) : 19-25.

Fennema, O.R., 1976. Principle of Food Science Part I, Food Chemistry. Marcel
Dekker Inc, New York.

Haryati, T. 2006. Biogas : Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi


Alternatif. Jurnal Wartazoa . 16 : 160-169.

Hermawan, Beni dkk. 2007. Pemanfaatan Sampah Organik sebagai Sumber


Biogas Untuk Mengatasi Krisis Energi Dalam Negeri. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.

Indarto, Khori Ex. 2010. Produksi Biogas Limbah Cair Industri Tapioka Melalui
Peningkatan Suhu dan Penambahan Urea pada Perombakan Anaerob.
Jakarta : Bumi Aksara.

Mukhlis, A. 2017. Optimasi Kandungan Metana (CH4) Biogas Kotoran Sapi


Menggunakan Berbagai Jenis Adsorben. Jurnal Rona Teknik Pertanian.
Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman.

Naomi Nessyana. 2018. Klasifikasi Indeks Pencemaran Kualitas Air di Kota


Pontianak. Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume
08, No. 4.

Pambudi, A. 2008. Pemanfaatan Biogas Sebagai Energi Alternatif. Universitas


Sebelas Meret. Surakarta.

12
Price dan Cheremisinoff. 1981. Ensyclopedi of Chemical Processing and Design.
Vol 1. NewYork.

Rahayu, Sri. dkk. 2012. Konversi Pome Menjadi Biogas Pengembangan Proyek
di Indonesia. United States Agency for International Development
(USAID). Winrock. Amerika Serikat.

Simamora, S. et al. 2006. Membuat Biogas Pengganti Bahan Bakar Minyak dan
Gas Dari Kotoran Ternak. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Sjafruddin, R., Azis, A., Kimia, J. T., Negeri, P., & Pandang, U. 2017.
Pemanfaatan Limbah Cair Industri Gula Rafinasi Sebagai Bahan. 2017.
55- 60

Sofian. 2006. Sukses Membuat Kompos dari Sampah.. Agro Media Pustaka.
Jakarta Selatan.

Sufyandi,A. 2001. Informasi Teknologi Tepat Guna Untuk Pedesaan Biogas.


Bandung.

Sunaryo. 2014. Rancang Bangun Reaktor Biogas Untuk Pemanfaatan Limbah


Kotoran Ternak Sapi Di Desa Limbangan Kabupaten Banjarnegara. J
PPKM UNSIQ.

Suparmo dan Sudarmanto. 1991. Proses Pengolahan Tebu. PAU Pangan dan Gizi.
UGM. Yogyakarta.

Suriawiria, U., 2003. Mikrobiologi Air. Bandung. Penerbit Alam.

Wahyono, E. H., dan N, Sudarno. 2012. Biogas : Energi Ramah Lingkungan.


Yapeka : Bogor.

Windyasmara, L., Ambar P., dan Lies M. Y. 2012. Pengaruh Jenis Kotoran
Ternak Sebagai Substrat Dengan Penambahan Serasah Daun Jati
(Tectona Grandis) Terhadap Karakteristik Biogas Pada Proses
Fermentasi. Buletin Peternakan UGM. Vol.36(1) : 40-47.

13
Wiratmana, A., P.,I, G., K. Sukadana dan I., G., N., P., Tenaya. 2012. Studi
Eksperimental Pengaruh Variasi Bahan Kering Terhadap Produksi dan
Nilai Kalor Biogas Kotoran Sapi. 1: 1-97.

Zamaruddin, N. 2018. Monitoring Dan Evaluasi Kualitas Air Pada Perusahaan


Daerah Air Minum (PDAM) Area Aceh Besar Bulan April dan Juli. J of
Aceh Phys. Soc. (JAcPS).

14
15

Anda mungkin juga menyukai