Anda di halaman 1dari 10

Pemanfaatan Kotoran Sapi sebagai Sumber Biogas Rumah Tangga

Febria Valentina Saputri*1, Nisa Lailatul Qudsiyah2, Sofia Qurrotu’ Ain3, Dinanda Imana
Putri4, Rifki Kharisma Dwi Fatmawati5.

Tadris Kimia

E-mail: febriaf17@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini berfokus pada pemanfaatan kotoran sapi sebagai sumber biogas rumah
tangga. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui pemanfaatan biogas dari kotoran sapi dalam
kebutuhan rumah tangga. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan metode
penulisan kepustakaan (lebar research). Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik
dokumentasi. Partisipan adalah masyarakat dari berbagai latar belakang, pelajar,
karyawan, pengusaha dan ibu rumah tangga. Metode analisis data dilakukan melalui
sumber-sumber yang dikumpulkan, selanjutnya menganalisis kembali data yang terkumpul
berupa data mentah yang harus ditentukan hubungan satu sama lainnya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa biogas dapat menjadi alternatif sumber energi yang efektif untuk
kebutuhan rumah tangga. Efektivitas dapat dilihat dari cara pembuatan dan pemanfaatan
biogas.

Kata kunci: Biogas, kotoran sapi, energi

Abstract

This research focuses on the use of cow manure as a source of household biogas. The
purpose of this study was to find out the utilization of biogas from cow dung in household
needs. The method used is a quantitative method with the method of writing literature (wide
research). The method of data collection is done by collecting techniques. Participants are
people from various backgrounds, students, employees, entrepreneurs and housewives. The
data analysis method is carried out through the sources collected, then re-analyzing the
collected data in the form of raw data which must be determined in relation to one another.
The results showed that biogas can be an effective alternative energy source for household
needs. Effectiveness can be seen from the way biogas is produced and used.

Keywords: Biogas, cow dung, energy

PENDAHULUAN

Permasalahan-permasalahan yang terjadi di zaman globalisasi kini semakin kompleks


dan sukar untuk ditangani. Permasalahan itu diantaranya, kesenjangan sosial, kerusakan
lingkungan dan permasalahan energi. Permasalahan energi, menjadi salah satu contoh dari
permasalahan-permasalahan yang terjadi di zaman globalisasi. Ketersedian cadangan energi
berupa gas dan minyak yang terbatas tidak sebanding dengan peningkatan kebutuhan energi.
Energi merupakan dorongan yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia sehingga ketika
energi mengalami krisis akan berdampak buruk bagi kehidupan manusia.

Untuk mengurangi permasalahan energi pemerintah telah menerbitkan Peraturan


Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk
mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan
tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti
bahan bakar minyak.

Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas. Gas ini berasal dari berbagai
macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan yang dapat
dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik digestion. Proses ini merupakan
peluang besar untuk menghasilkan energi alternatif sehingga akan mengurangi dampak
penggunaan bahan bakar fosil.

Biogas atau sering pula disebut gas bio merupakan gas yang timbul jika bahan-bahan
seperti kotoran hewan, kotoran manusia, ataupun sampah, direndam di dalam air dan
disimpan di tempat tertutup atau anaerob (tanpa oksigen dari udara). Proses kimia
terbentuknya gas cukup rumit, tetapi cara menghasilkannya tidak sesulit proses
pembentukannya. Hanya dengan teknologi sederhana gas ini dapat dihasilkan dengan baik.
(Sulistiyanto Y., dkk, 2016).

Di sisi lain, masyarakat di daerah pertanian yang umumnya bekerja sebagai peternak
sapi merasa kebingungan karena limbah kotoran sapi yang melimpah ruah. Melimpahnya
limbah kotoran sapi membuat warga sekitar resah karena menyebabkan polusi dan
menggaggu aktivitas sehari-hari. Namun jika diteliti lebih dalam, limbah kotoran sapi ini
memiliki banyak manfaat jika mengetahui cara mengolahnya.

Pemanfaatan limbah kotoran sapi sebagai sumber biogas rumah tangga, selain
menghasilkan gas metan untuk memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan dan
membantu mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang
tidak bisa diperbaharui.

Pada prinsipnya, pembuatan Biogas dengan teknologi biodigester sangat sederhana,


hanya dengan memasukkan substrat (kotoran ternak) ke dalam tabung digester yang anaerob.
Dalam waktu tertentu gas akan terbentuk yang selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber
energi, misalnya untuk kompor gas atau listrik. Penggunaan biodigester dapat membantu
pengembangan sistem pertanian dengan mendaur ulang kotoran ternak untuk memproduksi
Biogas dan diperoleh hasil samping (by-product) berupa pupuk organik. Selain itu, dengan
pemanfaatan biodigester dapat mengurangi emisi gas metan (CH4) yang dihasilkan pada
dekomposisi bahan organik yang diproduksi dari sektor pertanian dan peternakan, karena
kotoran sapi tidak dibiarkan terdekomposisi secara terbuka melainkan difermentasi menjadi
biogas. (Sulistiyanto Y., dkk, 2016).

Biogas memiliki kandungan energi tinggi yang tidak kalah dengan kandungan energi
dari bahan bakar fosil. Nilai kalori dari 1 meter kubik biogas setara dengan 0,6 – 0,8 liter
minyak tanah. Untuk menghasilkan listrik 1 Kwh dibutuhkan 0,62 – 1 meter kubik biogas
yang setara dengan 0,52 liter minyak solar. Oleh karena itu biogas sangat cocok
menggantikan minyak tanah, LPG dan bahan bakar fosil lainnya. (Wahyuni, 2013).

METODE

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah
metode penelitian kepustakaan (library research). Penelitian ini bisa dikatakan penelitian
kepustakaan karena data atau bahan yang diperlukan dalam menyelesaikan penelitian tersebut
berasal dari perpustakaan baik berupa buku, ensiklopedi, jurnal dan lain sebagainya (Hadi,
1990). Objek yang digunakan adalah pemanfaatan kotoran sapi sebagai sumber biogas
rumah tangga yang ramah lingkungan menjadi alternatif krisisnya energi.
Pengumpulan data dalam karya ilmiah ini diperoleh dari beberapa literatur berupa
buku, jurnal, artikel dan lain sebagainya. Data tersebut dikumpulkan dengan teknik
dokumentasi, yaitu dengan membaca (text reading), mengkaji, mempelajari, dan mencatat
literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas. Data yang sudah terkumpul,
kemudian dianalisis pada saat pengumpulan data untuk menangkap inti dari penelitian yang
dilakukan melalui sumber-sumber yang dikumpulkan, selanjutnya menganalisis kembali data
yang terkumpul berupa data mentah yang harus ditentukan hubungan satu sama lainnya.
Dalam penelitian ini belum tentu seluruhnya menjawab permasalahan, oleh karena itu perlu
dilakukan analisis kembali data yang sudah diklarifikasikan tersebut. (Kaelan, 2010:134).
Setelah itu, diperbandingkan antara satu dengan yang lainnya hingga diperoleh satu simpulan
umum yang relevan dengan masalah yang dibahas dalam karya tulis ilmiah ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Langkah-langkah Pembuatan Biogas Menggunakan Kotoran Sapi.

Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari
bahan-bahan organik termasuk di antaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik
(rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam
kondisi anaerobik.

Biogas sangat berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi sumber energi terbarukan. Hal ini
dikarenakan kandungan gas metana (CH4) yang tinggi dan nilai kalornya yang cukup tinggi
yaitu berkisar antara 4.800-6.700 kkal/m3. Dimana gas metana hanya memiliki satu karbon di
setiap rantainya yang membuat pembakarannya lebih ramah lingkungan.

Proses pembuatan biogas dari kotoran sapi terjadi karena adanya dekomposisi bahan
organik secara anaerob (tertutup dari udara bebas). Proses ini akan menghasilkan suatu gas
yang sebagian besar mengandung metana dan karbondioksida (CO2). Gas yang terbentuk
disebut gas rawa atau biogas. Biogas yang terbentuk dapat dijadikan sebagai bahan bakar,
karena mengandung gas metana (CH4) yang mudah terbakar. Dimana proses pembusukan
anaerob yang terjadi dibantu oleh sejumlah mikroorganisme seperti bakteri metan. Suhu yang
baik untuk proses fermentasi adalah berkisar antara 25-55 ℃ . Saat berada di suhu tersebut,
mikroorganisme dapat bekerja secara optimal untuk merombak bahan-bahan organik
(Wardana, 2013: 9).
Biogas dapat terjadi akibat adanya fermentasi yaitu penguraian metabolik senyawa
organik oleh mikroorganisme (bakteri) yang menghasilkan energi dan pada umumnya
berlangsung dalam kondisi anaerobik (kondisi tanpa oksigen). Contoh hasil fermentasi yang
mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari adalah tempe yang berasal dari kacang kedelai
dan tapai yang berasal dari singkong atau ketela maupun beras ketan. Biogas yang dihasilkan
dari kotoran sapi juga dapat terjadi akibat adanya fermentasi. Kotoran sapi dimasukkan ke
dalam suatu tempat berupa tabung yang disebut dengan digester atau tangki pencerna. Proses
terjadinya gas di dalam tangki pencerna tersebut dapat terjadi dengan bantuan beberapa
bakteri seperti kelompok bakteri fermentatif, bakteri metana dan sebagainya. Terdapat
beberapa persyaratan agar proses terjadinya gas dapat maksimal, yaitu:

a) Pelarutan yang konsisten (pengadukan teratur dan merata).


b) Nilai pH atau derajat keasaman. Nilai pH yang ideal adalah jika pH >5maka
ditambahkan kapur untuk mengurangi derajat keasaman yang tinggi, dan jika terlalu rendah
atau pH <5 maka perlu tambahan kotoran hewan tanpa campuran air ke dalam tangki
pencerna.

c) Temperatur ± 35℃ .

d) Perbandingan Carbon-Nitrogen (C:N) yang sesuai.


e) Kadar Racun dari Kotoran ternak harus diperhatikan.
f) Tidak terdapat bahan yang dapat membunuh bakteri, misalnya air sabun.

Setelah kotoran hewan dimasukkan ke dalam tangki pencerna, maka proses terjadinya
pembentukan gas akan terjadi dalam waktu antara 2±5 hari kemudian, tergantung kepada
kondisi-kondisi yang telah disebutkan di atas. Setelah gas pertama terjadi maka proses
pembentukan biogas akan berlangsung selama 50 hari, dengan waktu puncak adalah sekitar
hari ke-35. Temperatur sangat menentukan lamanya proses pencernaan di dalam tangki
pencerna(digester). Jika temperatur meningkat, maka produksi biogas juga akan meningkat
sesuai dengan batas kemampuan bakteri mencerna kotoran hewan atau sampah organik.
(Anonim, 2013).

Biogas adalah gas yang mudah terbakar. Unsur utama dan terbesar dalam kandungan
biogas adalah methane. Methane adalah zat yang tidak kelihatan dan berbau. Gas ini
berwarna biru dan tidak berasap. Gas ini lebih panas dari minyak tanah, arang, dan bahan
bakar tradisional lain (Anonim, 2013).
Komposisi biogas adalah sebagai berikut :

No. Senyawa Simbol Persentase


1. Methane CH4 50-70
2. Carbon dioxide CO2 30-40
3. Hydrogen H2 5-10
4. Nitrogen N2 1-2
5. Uap Air H2O 0.3
6. Hydrogen Sulphide H2S Sangat kecil jumlahnya

Salah satu syarat agar proses terjadinya biogas maksimal adalah perbandingan Carbon-
Nitrogen (C:N) yang sesuai, dalam maksud bahwa perbsndingan antara unsur C dan N pada
bahan biogas akan menentukan campuran air yang diperlukan.

Perbandingan antara unsur C dan N dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Material Perbandingan C dan N

Kotoran ternak bebek 8


Kotoran manusia 8
Kotoran ternak ayam 10
Kotoran kambing 12
Kotoran babi 18
Kotoran domba 19
Kotoran sapi/kerbau 24
Eceng gondok 25
Kotoran gajah 43
Jerami (jagung) 60
Jerami (padi) 70
Jerami (gandum) 90
Serbuk gergaji 200
Sebagai contoh, untuk pemakaian kotoran sapi sebagai bahan biogas maka perbandingan
takaran antara air dengan kotoran sapi adalah 2:1, artinya setiap 1 takaran kotoran sapi
digunakan air sebanyak 2 takaran. (Anonim, 2013).

Adapun langkah-langkah pembuatan biogas menggunakan kotoran sapi sebagai berikut:


1. Mencampur kotoran sapi secukupnya dengan air yang telah ditentukan banyaknya
kemudian diaduk sehingga akan terbentuk seperti lumpur dengan suatu perbandingan 2:1
pada bak yang akan digunakan untuk menampung sementara.
2. Mengalirkan lumpur menuju kelubang pemasukkan digester. Untuk lebih mudahnya
dalam memasukkan lumpur ke dalam digester yaitu kran gas yang berada di atas digester
harus dibuka terlebih dahulu dan udara yang adadidalam digester pun akan mendesak
keluar. Untuk pengisian yang pertama harus membutuhkan banyak lumpur sehingga
volume di dalam digester terisi penuh.
3. Lakukan penambahan starter yang jumlahnya 1 liter dan isi rumen segar dari rumah
potong hewan yang jumlahnya sebanyak 5 karung untuk kebutuhan kapasitas digester 3,5
sampai 5,0 m2. Setelah digester terisi penuh oleh lumpur, kran gas pada digester harus
ditutup sehingga terjadi proses fermentasi.
4. Buanglah gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai hari ke-8. Pada hari
kesepuluh hingga hari ke-14 akan terbentuk gas metana (CH4) dan gas CO2 dan sudah
mulai menurun dalam fermentasi tersebut. Pada hari ke-14 maka akan terbentuk gas yang
dapat menyalakan api pada kompor gas.
Proses pembentukan biogas dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap Hidrolisis (Hydrolysis).

Di tahap ini, bakteri memutuskan rantai panjang karbohidrat kompleks; protein dan lipid
menjadi senyawa rantai pendek. Contohnya polisakarida diubah menjadi monosakarida,
sedangkan protein diubah menjadi peptide dan asam amino.

2. Tahap Asidifikasi (Asidogenesis dan Asetogenesis).

Pada tahap ini, bakteri (Acetobacter aceti) menghasilkan asam untuk mengubah senyawa
rantai pendek hasil proses hidrolisis menjadi asam asetat, hidrogen, dan karbon dioksida.
Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerob yang dapat tumbuh dan berkembang dalam
keadaan asam. Bakteri memerlukan oksigen dan karbondioksida yang diperoleh dari
oksigen yang terlarut untuk menghasilkan asam asetat. Pembentukan asam pada kondisi
anaerobik tersebut penting untuk pembentukan gas metana oleh mikroorganisme pada
proses selanjutnya. Selain itu bakteri tersebut juga mengubah senyawa berantai pendek
menjadi alkohol, asam organik, asam amino, karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan
sedikit gas metana.Tahap ini C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2+ 2ATP (-118 kJ per mol)
termasuk reaksi eksotermis yang menghasilkan energi.
3. Tahap Pembentukan Gas Metana (Methanogenesis).
Pada tahap ini, bakteri Methanobacterium omelianski mengubah senyawa hasil proses
asidifikasi menjadi metana dan CO2 dalam kondisi anaerob. Proses pembentukan gas
metana ini termasuk reaksi eksotermis.
Proses pembuatan biogas dengan menggunakan biodigester pada prinsipnya adalah
menciptakan suatu sistem kedap udara dengan bagian-bagian pokok yang terdiri dari
tangki pencerna (digester tank), lubang input bahan baku, lubang output lumpur sisa hasil
pencernaan (slurry) dan lubang penyaluran biogas yang terbentuk. Dalam digester
terkandung bakteri metana yang akan mengolah limbah organik menjadi biogas. (L. A.
Wardana, 2021).
b. Pemanfaatan Biogas Dari Kotoran Sapi Dalam Kebutuhan Rumah Tangga.

Biogas merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan sangat tinggi dan cepat
daya nyalanya. Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk
menghasilkan listrik ataupun untuk pengganti gas elpiji. Penggunaan biogas memiliki
keselamatan yang lebih aman jika dibandingkan dengan gas elpiji. Misalnya jika pipa atau
penampung gas bocor tidak akan terjadi ledakan karena gas yang keluar akan menguap
dengan cepat dan jika api didekatkan ke sumber gas maka tidak akan terjadi semburan api
yang menyebabkan kebakaran. Sehingga biogas kotoran sapi ini dapat dikatakan bahan bakar
yang aman.

Biogas sangat baik bagi kelestarian lingkungan dan membuat lingkungan menjadi lebih
bersih karena pemanfaatan limbah yang biasanya hanya terbuang sia-sia yang hanya
mencemari lingkungan namun dengan teknik tertentu dapat dijadikan biogas yang dapat
bermanfaat. Biogas dapat menghemat biaya operasional rumah tangga contohnya
pemanfaatan biogas sebagai bahan bakar minyak lebih hemat dibandingkan bahan bakar
lainnya misalnya bahan bakar gas. Biogas dapat dijadikan sebagai bahan bakar pembangkit
listrik untuk menggantikan bahan bakar solar.

Sisa kotoran sapi yang digunakan untuk menghasilkan biogas dapat digunakan untuk
memasak dan penerangan sebagai energi rumah tangga. Berbeda dengan gas lain pada
umumnya, seperti propana dan butana, biogas juga dapat digunakan pada tekanan rendah
sehingga tungku biogas mampu menampungnya secara efektif.

Penerangan dapat disediakan dengan mengemas biogas atau menjalankan generator listrik
dengan bahan bakar biogas. Lampu terang membutuhkan tekanan gas 40 cm, yang hanya
dapat diperoleh dari bioreaktor kubah permanen. Konsumsi biogas untuk memasak dan
penerangan adalah 0,34-0,41 m³ per kapita/hari dan 0,15 m³/jam per 100 lilin. Sebuah
keluarga dengan 6 orang mengkonsumsi sekitar 2,9 m³ biogas/hari. (A. Wahyudi, 2020).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis, biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas
anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk salah satunya dari kotoran sapi.
Kotoran sapi yang dianggap menjadi limbah dan meresahkan masyarakat ternyata memiliki
potensi dan nilai yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jika diolah dengan baik
kotoran sapi dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan biogas.

Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida, biogas sangat
berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi sumber energi terbarukan. Sebagai hasil terbarukan
yang sangat diperlukan dalam kehidupan manusia terutama kebutuhan rumah tangga,
pemanfaatan biogas dari kotoran sapi dapat digunakan untuk bahan bakar kendaraan, bahan
penghasil listrik ataupun pengganti gas elpiji. Biogas sangat ramah lingkungan dan hemat
biaya. Oleh karena itu, biogas merupakan sumber energi alternatif yang efektif sebagai
pengganti gas dan bahan bakar minyak dalam kebutuhan rumah tangga.

DAFTAR RUJUKAN

Kaelan. 2010. Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner. Yogyakarta: Pradigma.

Hadi, Sutrisno. 1990. Metodologi Research. Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM.

Wahyuni, S. 2013. Panduan Praktis Biogas. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sulistiyanto Y., dkk, (2016). Pemanfaatan kotoran sapi sebagai sumber biogas rumah
tangga di Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Udayana Mengabdi,
volume 15 (2), hal 2.
Wardana, L. A., dkk, (2021). Pemanfaatan Limbah Organik (Kotoran Sapi) Menjadi Biogas
dan Pupuk Kompos. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, hal 4.

Wahyudi, A., H., Listiari. 2020. Biogas Fermentasi Limbah Perternakan. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang.

Anonim. 2013. Buku Teks Bahan Ajar Siswa SMK Konstruksi Reaktor Biogas. Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMK.

Anda mungkin juga menyukai