Anda di halaman 1dari 15

SAMPAH ORGANIK BANTARGEBANG

SEBAGAI SUMBER BIOGAS INDONESIA

Diusulkan oleh:
Maulidia Herlanda NIS 9912559250
Rusnadi Tirto Wijanarko NIS 9923177436
Teguh Erlangga NIS 9912559393

Guru Pembimbing:
Ninin Sari Ayu, M.Pd NIP. 480121602

SMAN 1 TAMBUN SELATAN


KABUPATEN BEKASI
2008
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelelesaikan karya tulis ini dalam mengikuti lomba karya tulis ilmiah
yang diadakan di FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Adapun karya tulis
yang kami buat berjudul SAMPAH ORGANIK BANTARGEBANG
SEBAGAI SUMBER BIOGAS INDONESIA.

Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada;


1. Bapak Drs.Babay Hudori, MM selaku kepala sekolah SMA Negeri 1
Tambun Selatan.
2. Ibu Ninin Sari Ayu, M. Pd selaku guru pembimbing,

Semoga karya tulis ini bisa bermanfaat untuk kehidupan masyarakat


Indonesia dalam menghadapi krisis energi akhir-akhir ini. Kritik dan saran kami
harapkan untuk menjadi motivasi kami dalam pembuatan karya tulis yang
selanjutnya.

Tambun Selatan, 26 Desember 2008

Penulis
SAMPAH ORGANIK BANTARGEBANG SEBAGAI

SUMBER BIOGAS INDONESIA

Maulidia, Rusnadi, dan Teguh

SMAN 1 TAMBUN SELATAN

PENDAHULUAN

Krisis energi yang melanda negeri ini diperkirakan masih akan


berlangsung beberapa tahun ke depan. Di tengah persoalan tersebut,
pengembangan energi baru dan terbarukan menjadi solusi alternatif. Pemerintah
telah mengeluarkan Blue Print Pengelolaan Energi Nasional Periode 2005--2025
yang merupakan penjabaran dari Kebijakan Energi Nasional (Peraturan Presiden
No.5 Tahun 2006). Dalam cetak biru itu, peranan energi baru dan terbarukan
ditargetkan meningkat menjadi 4,4% pada tahun 2025. Kelangkaan sumber-
sumber energi seperti gas elpiji dan berkurangnya debit air akibat musim kemarau
di waduk-waduk pembangkit listrik membuat Pembangkit Listrik Tenaga Air
kurang berfungsi dan menyebabkan pemadaman listrik bergilir di beberapa
daerah. Hal ini tentu saja akan merugikan masyarakat yang kegiatan sehari-
harinya menggunakan listrik. Fenomena-fenomena tersebut dapat terjadi karena
sampai sekarang pemerintah dan masyarakat pada umumnya terkesan masih
mengabaikan keberadaan bioenergi atau sumber energi baru yang berpotensi
sangat besar untuk dikembangkan. Pengembangan bioenergi seperti biogas
merupakan salah satu langkah untuk mengurangi ketergantungan masyarakat
terhadap sumber-sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, misalnya Bekasi
yang salah satu kotanya yakni Bantargebang dijadikan sebagai Tempat
Pembuangan Akhir Sampah. Hal ini tentu saja membuat Bekasi kaya akan sampah
organik yang merupakan salah satu bahan baku biogas.
Pemanfaatan bioenergi sebagai sumber energi alternatif khususnya biogas
di Indonesia merupakan langkah yang tepat untuk mengurangi ketergantungan
terhadap gas elpiji yang harganya mahal dan keberadaannya yang langka di
masyarakat. Selain itu, biogas juga bisa menghasilkan energi listrik yang cukup
besar. Pengembangan biogas di daerah-daerah yang berpotensi untuk
memproduksinya khususnya Bekasi dengan Tempat Pembuangan Akhir Sampah
yang berlokasi di Bantargebang merupakan suatu langkah untuk membuka
lapangan kerja baru dan sekaligus untuk mengurangi jumlah sampah, khususnya
sampah organik.

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Biogas
Biogas didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan jika bahan-bahan
organik (seperti kotoran hewan, kotoran manusia, jerami, sekam, dan daun-daun
hasil sortiran sayur) difermentasi atau mengalami proses metanisasi. Biogas terdiri
dari campuran metana (50--75%), CO2 (25--45%), serta sejumlah kecil H2, N2, dan
H2S. Berikut adalah tabel 1. yang berisi komposisi biogas
Tabel 1. Komposisi Biogas
Komponen Konsentrasi
Metana 50-75% vol.
Karbon Dioksida 25-45% vol.
Air 2-7% vol. (20-40o C)
Hidrogen sulfida 20-20.000 ppm
Nitrogen < 2% vol.
Oksigen < 2% vol.
Hidrogen < 1% vol.
Sumber: Kaltscmitt dan Hartmann, 2001
Dalam aplikasinya, biogas digunakan sebagai gas alternatif untuk
memanaskan dan menghasilkan energi listrik. Kemampuan biogas sebagai sumber
energi sangat tergantung dari jumlah gas metana. Setiap 1 m3 metana setara
dengan 10 kwh. Nilai ini setara dengan 0,6 fuel oil. Sebagai pembangkit tenaga
listrik, energi yang dihasilkan oleh biogas setara dengan 60—100 watt lampu
selama enam jam penerangan. Berikut adalah Tabel 2. yang berisi nilai kesetaraan
biogas dan energi yang dihasilkannya.
Tabel 2. Nilai kesetaraan biogas dan energi yang dihasilkannya

Aplikasi 1 m3 Biogas Setara dengan


Penerangan 60—100 watt lampu bohlam selama enam jam
Dapat memasak tiga jenis bahan makanan untuk
Memasak
keluarga (5—6 orang)
Pengganti Bahan Bakar 0,7 kg minyak tanah
Dapat menjalankan satu motor tenaga kuda selama
Tenaga
dua jam
Pembangkit Tenaga Dapat menghasilkan 1,25 kwh listrik
Listrik
Sumber: Kristoferon dan Bolkaders, 1991
Sumber Bahan Baku Biogas
Biogas adalah gas yang mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari
proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang
hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya, semua jenis bahan organik
yang diproses untuk menghasilkan biogas, tetapi hanya bahan organik yang padat
dan cair homogen, seperti kotoran urin hewan ternak yang cocok untuk sistem
biogas sederhana. Diperkirakan ada tiga jenis bahan baku yang prospektif untuk
dikembangkan sebagai bahan baku biogas di Indonesia, antara lain kotoran hewan
dan manusia, sampah organik, dan limbah cair.
Kotoran Hewan dan Kotoran Manusia
Berdasarkan hasil estimasi, seekor sapi dalam satu hari dapat
menghasilkan kotoran sebanyak 10—30 kg. Seekor ayam meghasilkan 25 g/hari,
dan seekor babi dewasa dengan berat 4,5--5,3 kg/hari. Berdasarkan hasil riset
yang pernah ada diketahui bahwa setiap 1 kg kotoran ternak sapi berpotensi
menghasilkan 360 liter biogas dan 20 kg kotoran babi dewasa bisa menghasilakan
1,379 liter biogas.
Sampah Padat Organik
Secara garis besar sampah dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu anorganik,
organik, dan khusus. Sampah organik berasal dari bahan-bahan penyusun
tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan
pertanian, perikanan, kegiatan rumah tangga, industri atau kegiatan lainnya
( sampah dapur, sisa sayuran, kulit buah, buah busuk, kertas, daun-daunan, jerami,
dan sekam). Sampah organik ini dengan mudah dapat diuraikan dalam proses
alami.
Berdasarkan hasil penelitian, pembuatan biogas dari sampah organik
menghasilkan biogas dengan komposisi metana 51,33--58,58% dan gas CO2
41,82--48,67%. Percampuran sampah organik tersebut dengan kotoran hewan
dapat meningkatkan komposisi metana dalam biogas.
Limbah Organik Cair
Limbah cair merupakan sisa pembuangan yang dihasilkan dari suatu
proses yang sudah tidak dipergunakan lagi. Kegiatan-kegitan yang berpotensi
sebagai penghasil limbah cair antara lain kegiatan industri, rumah tangga,
peternakan, dan pertanian. Saat ini, kegiatan rumah tangga mendominasi jumlah
limbah cair dengan persentase sekitar 40% dan diikuti oleh limbah industri 30%
dan sisanya limbah rumah sakit, pertanian, peternakan, atau limbah lainnya.
Komponen utama limbah cair adalah air (90%), sisanya yaitu bahan padat
yang bergantung pada asal buangan tersebut. Tidak semua limbah cair dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku penghasil biogas. Limbah tersebut antara lain
urin hewan ternak, limbah cair rumah tangga, dan limbah cair industri seperti
industri tahu, tempe, tapioka, brem, dan rumah potong hewan. Pengolahan limbah
cair untuk biogas dilakukan dengan mengumpulkan limbah cair dalam digester
anaerob yang diisi dengan media penyangga yang berfungsi sebagai tempat
melekatnya bakteri anaerob.
Manfaat Biogas
Pemanfaatan kotoran ternak atau manusia sebagai bahan baku biogas akan
mengatasi beberapa masalah yang ditimbulkan kotoran tersebut bila dibandingakn
dengan limbah hanya dibiarkan menumpuk tanpa pengolahan. Kotoran hewan
yang menumpuk dapat mencemari lingkungan. Jika kotoran tersebut terbawa air
masuk ke dalam tanah atau sungai akan mencemari air tanah dan air sungai.
Selain itu, kotoran tersebut juga dapat membahayakan kesehatan manusia karena
mengandung racun dan bakteri-bakteri patogen seperti E.coli. Limbah yang
menumpuk dapat menyebabkan polusi udara, berupa bau yang tidak sedap,
menyebabkan penyakit pernapasan (ISPA), terganggunya kebersihan lingkungan,
dan dapat menimbulkan efek rumah kaca yang ditimbulkan oleh gas metana.
Penerapan biogas juga memberikan dampak terhadap perkembangan
peternakan di Indonesia, yaitu dapat meningkatkan jumlah petani serta peternak
dan secara otomatis meningkatkan populasi ternak. Selain itu, peternak dapat
memasak dengan murah, bersih, ramah lingkungan, mendorong kelestarian alam,
meningkatkan produksi ternak, menghemat devisa negara, dan mendukung
perbaikkan ekonomi masyarakat.
Selain itu limbah hasil pembuatan biogas tidak dibuang begitu saja tetapi
dibuat pupuk yang kaya akan nutrisi.

PEMBAHASAN

Potensi Bantargebang Sebagai Penghasil Biogas Indonesia


Kelimpahan Sampah Organik di Bantargebang
Potensi sampah di Bekasi sangat besar, khusus untuk sampah rumah
tangga, jumlah sampah yang diproduksi warga Jakarta mencapai 5.000 ton dan
600 ton di antaranya sampah rumah tangga. Dengan rincian, 70 persen sampah
organik, dan 30 persennya sampah anorganik.

70%

60%

50%

Sampah
40%
Anorganik
Sampah Organik
30%

20%

10%

0%
Kerja Sama antara Pemerintah Bekasi dan Jakarta
Pemerintah DKI Jakarta membuka investasi untuk pengelolaan sampah,
termasuk pembuatan instalasi pembangkit listrik tenaga sampah senilai Rp800
miliar hingga Rp1,3 triliun. Proyek berjangka 15 tahun tersebut akan dimulai
Desember mendatang.
Tidak Menghasilkan Limbah Produksi
Sisa produksi biogas tidak hanya dibuang begitu saja tetapi diproses
menjadi pupuk yang kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman,
seperti protein, selulose, lignin, dan lain-lain tidak bisa digantikan oleh pupuk
kimia. Pupuk organik dari biogas telah dicobakan pada tanaman jagung, bawang
merah dan padi.
Proses pembuatan pupuknya pun tidak rumit, yaitu hanya dikeringkan di
bawah terik matahari selama beberapa hari tanpa harus menambahkan bahan-
bahan lain.
Proses Pembuatan Biogas dengan Metode Digester

Dalam pembangunan biodigester, ada beberapa hal yang harus


dipertimbangkan, yaitu:
1. Lingkungan abiotis
Biodigester harus tetap dijaga dalam keadaan abiotis (tanpa kontak langsung
dengan Oksigen (O2). Udara (O2) yang memasuki biodigester menyebabkan
penurunan produksi metana, karena bakteri berkembang pada kondisi yang
tidak sepenuhnya anaerob.
2. Temperatur
Secara umum, ada 3 rentang temperatur yang disenangi oleh bakteri, yaitu:
a. Psicrophilic (suhu 4° – 20° C) - biasanya untuk negara-negara subtropis
atau beriklim dingin;
b. Mesophilic (suhu 20° – 40° C);
c. Thermophilic (suhu 40° – 60° C) - hanya untuk men-digesti material,
bukan untuk menghasilkan biogas.
Untuk negara tropis seperti Indonesia, digunakan unheated digester
(digester tanpa pemanasan) untuk kondisi temperatur tanah 20° – 30° C.
Model Biodigester yang Digunakan
1. Floating dome
Pada tipe ini terdapat bagian pada konstruksi reaktor yang bisa bergerak un-
tuk menyesuaikan dengan kenaikan tekanan reaktor. Pergerakan bagian reakt-
or ini juga menjadi tanda telah dimulainya produksi gas dalam reaktor biogas.
Pada reaktor jenis ini, pengumpul gas berada dalam satu kesatuan dengan
reaktor tersebut.
2. Bak (batch)
Pada tipe ini, bahan baku reaktor ditempatkan di dalam wadah (ruang tertentu)
dari awal hingga selesainya proses digesti. Umumnya digunakan pada tahap
eksperimen untuk mengetahui potensi gas dari limbah organik.
3. Seluruh tangki biodigester di bawah permukaan tanah
Model ini merupakan model yang paling popular di Indonesia, dimana seluruh
instalasi biodigester ditanam di dalam tanah dengan konstruksi yang perman-
en, yang membuat suhu biodigester stabil dan mendukung perkembangan bak-
teri methanogen.
Komponen Biodigester
Komponen pada biodigester sangat bervariasi, tergantung pada jenis
biodigester yang digunakan. Tetapi, secara umum biodigester terdiri dari
komponen-komponen utama sebagai berikut:
1. Saluran masuk sampah organik, digunakan untuk memasukkan sampah or-
ganik ke dalam reaktor utama. Pencampuran ini berfungsi untuk memak-
simalkan potensi biogas, memudahkan pengaliran, serta menghindari terben-
tuknya endapan pada saluran masuk.
2. Saluran keluar residu, digunakan untuk mengeluarkan sampah organik yang
telah difermentasi oleh bakteri. Saluran ini bekerja berdasarkan prinsip kese-
timbangan tekanan hidrostatik.
3. Katup pengaman tekanan (control valve), digunakan sebagai pengatur tekanan
gas dalam biodigester. Katup pengaman ini menggunakan prinsip pipa T. Bila
tekanan gas dalam saluran gas lebih tinggi dari kolom air, maka gas akan kelu-
ar melalui pipa T, sehingga tekanan dalam biodigester akan turun.
4. Sistem pengaduk, dilakukan dengan berbagai cara, yaitu pengadukan mekanis,
sirkulasi substrat biodigester, atau sirkulasi ulang produksi biogas ke atas
biodigester menggunakan pompa. Pengadukan ini bertujuan untuk mengur-
angi pengendapan dan meningkatkan produktifitas biodigester karena kondisi
substrat yang seragam.
5. Saluran gas, disarankan terbuat dari bahan polimer untuk menghindari korosi.
Untuk pembakaran gas pada tungku, pada ujung saluran pipa bisa disambung
dengan pipa baja antikarat.
6. Tangki penyimpan gas, terdapat dua jenis tangki penyimpan gas, yaitu tangki
bersatu dengan unit reaktor (floating dome) dan terpisah dengan reaktor (fixed
dome). Untuk tangki terpisah, konstruksi dibuat khusus sehingga tidak bocor
dan tekanan yang terdapat dalam tangki seragam, serta dilengkapi H2S Re-
moval untuk mencegah korosi.

Kendala dalam Menjadikan Sampah Organik Bantargebang Sebagai


Sumber Biogas Indonesia

Penanganan dan Pengelolaan Sampah Belum Optimal


Penanganan dan pengelolaan sampah hingga saat ini belum optimal. Di
daerah perkotaan baru 11,25% sampah diangkut oleh petugas, 63,35% sampah
ditimbun atau dibakar, 6,35% sampah dibuat kompos, dan 19,05% sampah
dibuang di sungai atau sembarangan. Sementara di daerah perdesaan, sebanyak
19% sampah diangkut oleh petugas, 54% sampah ditimbun atau dibakar, 7%
sampah dibuat kompos, dan 20% sampah dibuang ke kali atau sembarangan.
Kurangnya Pengetahuan Masyarakat Akan Pentingnya Biogas
Kebanyakan masyarakat di daerah Bekasi adalah pendatang dari daerah
lain yang cenderung memiliki sifat individualisme yang tinggi. Mereka sering
berpikir tidak mempedulikan sesama dan kurang memperhatikan lingkungan.
Sifat inilah yang menyebabkan sampah yang ada di daerah Bekasi menumpuk dan
tidak dimanfaatkan. Terlebih lagi pengetahuan tentang biogas yang sangat minim
sekali. Mereka tidak mengetahui bahwa sampah yang mereka hasilkan dapat
menghasilkan biogas.
Dukungan dari Pemerintah Belum Optimal
Pemerintah belum mendukung pengolahan biogas dari sampah organik
secara utuh. Hal ini dapat terlihat dari kurangnya perhatian pemerintah terhadap
pengolahan sampah tersebut. Sampah yang sudah ada hanya dibiarkan saja tanpa
mendapat perlakuan apapun.

Solusi untuk Menjadikan Sampah Organik Bantargebang sebagai Penghasil


Biogas Indonesia
Diperlukan Kesadaran dari Masyarakat dalam Penanganan dan Pengelolaan
Sampah
Kesadaran dari masyarakat sangat diperlukan agar tidak ada lagi sampah
yang mengotori lingkungan. Hal ini dapat dimulai dari diri sendiri dan selalu
mengingatkan orang lain yang membuang sampah sembarangan.
Membuat Suatu Penyuluhan Sampah Menjadi Biogas
Pemerintah seharusnya membuat suatu penyuluhan yang menyadarkan
akan pentingnya biogas agar masyarakat semakin paham dan mengerti bahwa
sampah yang mereka hasilkan dapat dimanfaatkan untuk mengatasi krisis di
dalam negeri ini. Penyuluhan tersebut tidak hanya membahas tentang sampah
saja. Namun juga membahas tentang pengolahan sampah hingga bisa dibuat
menjadi biogas yang bermanfaat.
Pemerintah Membuat Suatu Program Pengolahan Sampah
Pemerintah nampaknya mulai menyadari arti pentingnya biogas dan
bahaya sampah. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Bekasi bersama Pemerintah
Daerah Jakarta akan membuat suatu program yaitu Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah yang akan mengurangi jumlah sampah yang ada di daerah Bekasi.
Namun dukungan dari pemerintah saja belum cukup tanpa adanya dukungan dari
masyarakat daerah Bekasi.
PENUTUP

Kesimpulan
Potensi Bekasi untuk mengembangkan biogas sangat besar karena jumlah
sampah organik yang sampai ke Bantargebang setiap harinya sebesar 6.000 ton
dan 70%-nya adalah sampah organik. Pengelolaannya pun cukup sederhana dan
tidak memerlukan banyak biaya. Biogas juga lebih ramah lingkungan dan bisa
mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sumber energi yang tak
terbarukan. Namun usaha untuk memproduksi biogas dari sampah organik sampai
saat ini belum maksimal karena kurangnya dukungan dari masyarakat dan
pemerintah. Selain itu pengetahuan masyarakat mengenai biogas masih kurang
sehingga pemanfaatannya di masyarakat pun menjadi kurang sehingga pada
akhirnya biogas cenderung diabaikan. Padahal jika dikembangkan secara serius
biogas dapat membuka lapangan kerja baru dan menambah pendapatan daerah.
Saran
Krisis energi yang sudah di depan mata mewajibkan siapa saja untuk
mengembangkan dan menggunakan energi alternatif baru dan terbarukan
khususnya biogas. Potensi Bekasi sangat besar untuk mengembangkan biogas
berbahan baku sampah organik. Namun, untuk memanfaatkan potensi yang ada
dibutuhkan penanganan yang serius, karena itu diperlukan kerja sama antara
pemerintah setempat dengan masyarakat. Jadi diharapkan konsumen dari biogas
itu sendiri dimulai dari masyarakat setempat dan pemerintah membantu dengan
memberikan modal bagi para pengusaha biogas untuk memajukan usahanya.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Tjandra. 2005. Bom Waktu Itu Sampah. TEMPO Interaktif. [html].
www.tempointeraktif.com. [15, 02, 2005]

Hambali, Erliza, dkk. 2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta:Agro Media

Hamluddin. 2008. Produksi Kompos di Bantargebang Menurun. TEMPO


Interaktif. [html]. www.tempointeraktif.com. [19, 02, 2008]

Hasan, Rofiqi. 2008. Bali Bangun Proyek Pengolah Sampah Jadi Listrik. TEMPO
Interaktif. [html]. www.tempointeraktif.com. [26, 12, 2008

Sitohang, Jonder. 2003. Belajar dari TPA Bantargebang, Sampah Perlu Ditangani
dengan Teknologi. Sinar Harapan. [html]. www.sinarharapan.co.id.
[23,03,2003]
BIODATA

Nama Peserta : Maulidia Herlanda

Asal Sekolah : SMAN 1 TAMBUN SELATAN

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 26 September 1991

Alamat : Perum. Bumi Sani Permai blok E2 no. 8

RT 12/RW 14 Desa Setia Mekar Kec.

Tambun Selatan Kode Pos 17510

Telpon : 021 – 8809109/021-33074057

Agama : Islam

BIODATA

Nama Peserta : Rusnadi Tirto Wijanarko

Asal Sekolah : SMAN 1 TAMBUN SELATAN

Tempat Tanggal Lahir : Bekasi, 26 Februari 1992

Alamat : Mangun Jaya Indah 1 AB4 No.3

Tambun Selatan, Bekasi 17510

Telpon : 021 – 94924031

Agama : Islam
BIODATA

Nama Peserta : Teguh Erlangga

Asal Sekolah : SMAN 1 TAMBUN SELATAN

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 4 Maret 1991

Alamat : Jalan Damai RT 03 Rw 03 no. 31

Kompas Indah Tambun Selatan

Telpon : 021 – 94924031

Agama : Islam

Anda mungkin juga menyukai