Anda di halaman 1dari 17

Makalah

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SEBAGAI SUMBER ENERGI


(BIOGAS)

(Tugas Ini diajukan untuk memenuhi tugas yang diberikan Oleh Ibu Dr. Laksmyn
Kadir, S.Pd, M.kes)

Disusun Oleh

KELOMPOK 2:

Lisnawati Otoluwa 811420077

Ranggina Sadewi Ngareng 811420023

Nurul Wulandari Wahyuddin 811421093

Nur Patri Datu 811419162

Fitriani Abubakar Supu 811421029

Dea Puspita Tahaku 811421225

Arief Purnama Ismail 811420079

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Ternak
Sebagai Sumber Energi (Biogas)” dengan baik dan tepat waktu. Makalah disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah “Perencanaan dan Evaluasi Kesling”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Laksmin Kadir, S.pd,
M.kes selaku dosen mata kuliah. “Perencanaan dan Evaluasi Kesling”. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang sudah membantu
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, Februari 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

A. Limbah Ternak Sapi ............................................................................ 3


B. Biogas .................................................................................................. 5
C. Tahapan-tahapan Perencanaan ............................................................ 7

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 13

A. Kesimpulan ......................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terdapat banyak jenis biogas yang bisa dimanfaatkan untuk penghasil


energi, salah satu diantaranya adalah limbah kotoran ternak. Kotoran
ternak mengandung gas metan (CH4) yang merupakan sumber utama
penghasil kalor yang bermanfaat dalam proses pembakaran. Dalam
manfaatan limbah ternak sebagai sumber energi dikenal dengan proses
pembentukan biogas. Pengolahan limbah ternak sapi potong pada
kelompok ternak untuk dijadikan biogas merupakan solusi yang
tepatdalam mengatasi permasalahan yang dihadapi khususnya limbah
ternak yang dihasilkan. Disamping mengatasi permasalahan timbulnya
pencemaran lingkungan, peternak akan dapat berhemat dalam
pengeluaran untuk pembelian bahan bakar sehingga secara langsung akan
dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga selain itu juga hasil samping
biogas dapat digunakan sebagai pupuk organik (sludge).
Limbah ternak yang tidak terolah akan menyebabkan gas metan
terlepas di udara yang dapat mencemari lingkungan, gas metan hasil
penguraian secara natural merupakan salah satu gas rumah kaca yang
bertanggung jawab terhadap adanya pemanasan global. Menurut Crutzen
(1986) yang kontribusi metan dari peternakan mencapai 20-35 persen dari
total emisi yang dilepaskan ke atmosfir. Maka dari itu, diperlukan
treatment/pengolahan terhadap limbah ternak yang dihasilkan untuk
dijadikan bahan yang bermanfaat dan tidak membahayakan lingkungan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Limbah Ternak Sapi


2. Apa yang dimaksud dengan Biogas
3. Bagaimana Tahapan-tahapan perencanaan

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan limbah ternak sapi


2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan biogas
3. Untuk mengetahui bagaimana tahapan-tahapan perencanaan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Limbah Ternak Sapi

Limbah merupakan bahan organik atau anorganik yang tidak


termanfaatkan lagi, sehingga dapat menimbulkan masalah serius bagi
lingkungan jika tidak ditangani dengan baik. Limbah dapat berasal dari
berbagai sumber hasil buangan dari suatu proses produksi salah satunya
limbah peternakan. Limbah tersebut dapat berasal dari rumah potong
hewan, pengolahan produksi ternak, dan hasil dari kegiatan usaha ternak.
Limbah ini dapat berupa limbah padat, cair, dan gas yang apabila tidak
ditangani dengan baik akan berdampak buruk pada lingkungan
(Adityawarman, Dkk. 2015).

Kotoran sapi adalah limbah hasil pencernaan sapidan hewan dari


subfamili Bovinae lainnya (kerbau, yak, bison). Kotoran sapi memiliki
warna yang bervariasi dari kehijauan hingga kehitaman, tergantung
makanan yang dimakan kerbau. Setelah terpapar udara, warna dari kotoran
sapi cenderung menjadi gelap.

Selama ini juga limbah yang dihasilkan dibuang ke lingkungan


sekitarnya tanpa pegolahan terlebih dahulu, sehingga mencemari
lingkungan di sekitar kandang sapi. Bila tidak dikelola dengan baik, limbah
yang dihasilkan akan menimbulkan masalah pada aspek produksi dan
lingkungan seperti menurunkan kualitas susu yang dihasilkan,
menimbulkan bau, dan menjadi sumber penyebaran penyakit bagi ternak
dan manusia. Selain itu bila berdekatan dengan lokasi perumahan akan
menimbulkan protes dari masyarakat, dan pencemaran air. Limbah yang
dihasilkan dari aktivitas ternak sapi mempunyai potensi untuk
dikembangkan menjadi berbagai macam produk yang bermanfaat, contoh
yang sederhana adalah memanfaatkan limbah peternakan menjadi pupuk

3
organik (padat dan cair) atau mengolahnya menjadi biogas. Dengan adanya
potensi dan ketersediaan bahan baku maka pengelolaan limbah dipandang
perlu untuk peningkatan kapasitas produksi dan lingkungan di sekitar
kandang sapi. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik
sangat mendukung usaha pertanian. Dari sekian banyak kotoran ternak yang
terdapat di daerah sentra produksi ternak banyak yang belum dimanfaatkan
secara optimal, sebagian di antaranya terbuang begitu saja, sehingga sering
merusak lingkungan yang akibatnya akan menghasilkan bau yang tidak
sedap (Saputro,Dkk.2014).

Limbah yang berasal dari peternakan tersebut akan bernilai ekonomi


tinggi apabila diolah dengan perlakuan yang tepat. Ada banyak cara yang
dapat dilakukan untuk mengolah limbah peternakan tersebut. Salah satunya
pengolahan kotoran menjadi pupuk kandang, cara ini merupakan cara yang
paling sederhana yang sering kita jumpai yaitu kotoran ternak dibiarkan
hingga kering. Namun dengan cara pengolahan kotoran tersebut belum bisa
dikatakan ramah lingkungan, karena kotoran ternak yang diolah dengan cara
dikeringkan akan menimbulkan pencemaran dalambentuk gas atau bau. Bau
yang menyengat yang ditimbulkan dari kotoran ternak akan mengganggu
pernafasan yang menyebabkan gangguan kesehatan (Adityawarman, Dkk.
2015).

Secara keseluruhan status pengelolaan limbah ternak oleh peternak


sapi potong dipengaruhi oleh karakteristik peternak, faktor karakteristik
inovasi pengelolaan limbah ternak, dan faktor kondisi lingkungan. Secara
parsial kontribusi pengaruh yang paling kuat ditunjukkan oleh faktor
kondisi lingkungan dimana adanya kesesuaian dengan sistem sosial, kondisi
fisik, kondisi ekonomi dan adanya peran pemerintah dapat mendorong
dilaksanakannya pengelolaan limbah ternak. Faktor karakteristik inovasi
pengelolaan limbah ternak memberikan kontribusi yang cukup kuat dimana
adanya keuntungan relatif, kesesuaian dengan kebiasaan yang ada, tidak
terlalu rumitnya inovasi, serta mudahnya inovasi untuk dicoba dan diamati

4
dapat mendorong dilaksanakannya pengelolaan limbah ternak. Adapun
faktor karakteristik peternak yaitu umur yang beragam, rendahnya tingkat
pendidikan, rendahnya pendapatan, dan sedikitnya luas lahan dan jumlah
ternak yang dimiliki peternak dapat menjadi faktor penghambat
dilaksanakannya pengelolaan limbah ternak meskipun kontribusinya rendah
dan tidak signifikan.

B. Biogas
Di berbagai tempat di dunia, kotoran sapi yang dikeringkan
digunakan sebagai bahan bakar. Kotoran sapi juga digunakan untuk
menghasilkan biogas untuk dibakar dan menghasilkan listrik dan panas.
Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas. Gas ini berasal dari
berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia,
kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik
digestion. Proses ini merupakan peluang besar untuk menghasilkan energi
alternatif sehingga akan mengurangi dampak penggunaan bahan bakar fosil.
Biogas memiliki kandungan gas metana dan telah digunakan secara luas di
berbagai pedesaan di India dan Pakistan sebagai sumber energi terbarukan.
Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau
fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk di antaranya; kotoran
manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah
biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi
anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon
dioksida, biogas sangat berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi sumber
energi terbarukan. Hal ini dikarenakan kandungan gas metana (CH4) yang
tinggi dan nilai kalornya yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 4.800-
6.700 kkal/ Dimana gas metana hanya memiliki satu karbon di setiap
rantainya yang membuat pembakarannya lebih ramah lingkungan. Biogas
merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan sangat tinggi dan
cepat daya nyalanya.

5
Proses pembuatan biogas dari kotoran sapi terjadi karena adanya
dekomposisi bahan organik secara anaerob (tertutup dari udara bebas)
Proses ini akan menghasilkan suatu gas yang sebagian besar mengandung
metana dan karbondioksida (CO2). Gas yang terbentuk disebut gas rawa
atau biogas. Biogas yang terbentuk dapat dijadikan sebagai bahan bakar,
karena mengandung gas metana (CH4) yang mudah terbakar. Dimana
proses pembusukan anaerob yang terjadi dibantu oleh sejumlah
mikroorganisme seperti bakteri metan.
Biogas adalah salah satu inovasi yang dihasilkan untuk membantu
kelangkaan sumber daya minyak. Biogas dihasilkan dari sistem penguraian
bahan-bahan organik oleh mikroorganisme sehingga dapat dijadikan
sebagai sumber daya alternatif yang ramah lingkungan.
Biogas merupakan sumber renewable energy yang mampu
menyumbangkan andil dalam usaha memenuhi kebutuhan bahan bakar.
Bahan baku sumber energi ini merupakan bahan nonfossil, umumnya adalah
limbah atau kotoran ternak yang produksinya tergantung atas ketersediaan
rumput dan rumput akan selalu tersedia, karena dapat tumbuh kembali
setiap saat selama dipelihara dengan baik. Sebagai pembanding yaitu gas
alam yang tidak diperhitungkan sebagai renewal energy, gas, alam berasal
dari fosil yang pembentukannya memerlukan waktujutaan tahun
Biogas dimanfaatkan sebagai pengganti elpiji dan bahkan dapat
dijadikan sebagai sumber pembangkit listrik untuk skala besar. Penggunaan
biogas lebih murah dibandingkan jika menggunakan bahan bakar minyak,
hanya saja Anda harus dapat mengolah bahan-bahan organik untuk
menghasilkan biogas tersebut.
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak
pemerintah telah menerbitkan Peraturan presiden republik Indonesia nomor
5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan
sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan
tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai
altenatif pengganti bahan bakar minyak.

6
Biogas atau sering pula disebut gas bio merupakan gas yang timbul
jika bahan-bahan seperti kotoran hewan, kotoran manusia, ataupun sampah,
direndam di dalam air dan disimpan di tempat tertutup atau anaerob (tanpa
oksigen dari udara). Proses kimia terbentuknya gas cukup rumit, tetapi cara
menghasilkannya tidak sesulit proses pembentukannya. Hanya dengan
teknologi sederhana gas ini dapat dihasilkan dengan baik.

C. Tahapan-Tahapan Perencanaan
1. Analisis situasi masalah
Upaya Indonesia dalam mengurangi ketergantungan akan minyak bumi
tertuang dalam Perpres nomor 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi
Nasional. Kebijakan energi nasional bertujuan untuk mengarahkan
upaya dalam mewujudkan keamanan pasokan energi dalam negeri.
Waktu capaian sasaran kebijakan energi nasional dalam mewujudkan
energi yang optimal yakni pada tahun 2025, dimana pemanfaatan energi
dari minyak bumi menjadi kurang dari 20 persen dan memaksimalkan
energi dari sumber lain, termasuk sumber energi terbarukan.
Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang secara kontinu
dapat digantikan kembali, misalnya adalah sumber energi biomassa.
Biomassa merupakan bahan organik yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi dengan cara mengkonversi bahan biologis. Biomassa
dapat dengan mudah diperoleh dan pemanfaatannya secara langsung
memberikan keuntungan bagi lingkungan, ini dikarenakan material
umumnya didapatkan dari bahan yang tidak digunakan lagi atau limbah.

Terdapat banyak jenis biomassa yang bisa dimanfaatkan untuk


penghasil energi, salah satu diantaranya adalah limbah kotoran ternak.
Kotoran ternak mengandung gas metan (CH4) yang merupakan sumber
utama penghasil kalor yang bermanfaat dalam proses pembakaran.
Limbah ternak yang tidak terolah akan menyebabkan gas metan terlepas
di udara yang dapat mencemari lingkungan, gas metan hasil penguraian

7
secara natural merupakan salah satu gas rumah kaca yang bertanggung
jawab terhadap adanya pemanasan global. Menurut Crutzen (1986),
kontribusi metan dari peternakan mencapai 20-35 persen dari total emisi
yang dilepaskan ke atmosfir. Maka dari itu, diperlukan
treatment/pengolahan terhadap limbah ternak yang dihasilkan untuk
dijadikan bahan yang bermanfaat dan tidak membahayakan lingkungan.
Di Gorontalo sendiri, limbah yang dihasilkan dari peternakan meningkat
setiap tahunnya, hal ini sejalan dengan produksi dan populasi sapi di
provinsi Gorontalo yang mengalami peningkatan secara signifikan. Hal
tersebut bisa dilihat dari data populasi sapi yang setiap tahunnya
mengalami peningkatan, di tahun 2021 terdapat lebih dari 250 ribu yang
tercatat, memungkinkan gorontalo dapat menghasilkan limbah ternak
lebih dari 6,1 juta kg dalam sehari. Ini tidak bisa dibayangkan apabila
terdapat banyak populasi ternak sapi dengan kondisi limbah yang tidak
terolah terhadap bahayanya pada kualitas lingkungan. Banyaknya
limbah yang dihasilkan, dan hanya sebagian kecil yang melakukan
pengolahan limbah ternak tersebut, bisa saja berdampak terhadap
lingkungan dikemudian hari sehingganya perlu dialakukan perencanaan
terhadap masalah tersebut.
2. Identifikasi masalah
Dari hasil analisis situasi, bisa dilihat bahwa permasalahan yang
didapati adalah peningkatan populasi ternak yang tidak sejalan dengan
pemanfaatan limbahnya. Peningkatan jumlah populasi ternak yang tidak
didukung dengan kebijakan terhadap pengolahan limbah akan dapat
menimbulkan permasalahan baru terhadap perkembangan usaha
peternakan selanjutnya. Terdapat banyak contoh kasus usaha peternakan
tidak berkembang atau bahkan tutup dikarenakan banyak penolakan dari
masyarakat sekitar lokasi peternakan akibat adanya pencemaran
terutama udara, yang dihasilkan dari limbah ternak. Jadi, dalam
mendukung keberlanjutan usaha peternakan tidak hanya dititikberatkan

8
pada kelangsungan hidup dan produksi ternak, melainkan juga pada
penanganan serta pengolahan limbah.
Limbah ternak mengandung beberapa unsur organik, yang lebih lanjut
dapat diolah untuk dijadikan sebagai pupuk organikatau bahkan sumber
penghasil energi alternatif. Pengolahan limbah ternak untuk dijadikan
sebagai sumber energi alternatif sudah banyak dikenal oleh masyarakat,
akan tetapi dalam pengaplikasiannya masih jarang dilakukan, ini
dimungkinkan karena masyarakat belum paham tentang teknologinya.
Energi alternatif yang dihasilkan dari pemanfaatan limbah ternak sering
dikenal dengan istilah biogas. Biogas merupakan energi alternatif yang
bersifat terbarukan (renewable) yang diperoleh dari dekomposisi bahan
organik oleh bakteri (bakteri metanogenik) secara anaerob. Limbah
ternak merupakan salah satu subtrat yang unggul dalam pemanfaatanya
sebagai bahan baku biogas karena sudah mengandung bakteri penghasil
gas metan. Teknologi biogas adalah teknologi yang murah, sederhana,
aplikatif, dan ramah lingkungan, prinsipnya hanya dengan memasukkan
kotoran ke dalam tabung digester. Pemanfaatan limbah ternak untuk
dijadikan biogas akan dapat membantu dalam memecahkan masalah
lingkungan seperti degradasi tanah, penggundulan hutan, emisi CO2,
polusi udara, dan masalah sosial seperti konversi bahan bakar fosil
3. Prioritas Masalah
Dari hasil analisis dan mengidentifikasi masalah kita mendapatkan
masalah prioritasnya terkait limbah ternak tersebut. Nah masalahnya itu
adalah masyarakat belum mampu mengelola potensi kotoran sapi serta
kurangnya pengetahuan terhadap pemanfaatan limbah ternak seperti
kotoran sapi. Yang dimana sebagian masyarakat yang ada di Gorontalo
khususnya pekerja ternak hanya memanfaatkan limbah ternak sapi
dijadikan sebagai pupuk saja. Sedangkan sebagian masyarakat ataupun
peternak hanya membiarkan kotoran sapi itu disembarang tempat. Dan
sebagaimana kita ketahui limbah peternakan yang langsung dibuang ke
lingkungan tanpa di olah dapat mencemari tanah, air dan juga udara

9
sehingga menurunkan kualitas lingkungan dan menjadi sumber
penyebaran penyakit bagi ternak dan manusia bila tidak dikelola dengan
baik. Pada Tanah, limbah ternak dapat melemahkan daya dukung tanah
sehingga menyebabkan polusi tanah, pada Air mikroorganisme
patogenik merupakan penyebab penyakit yang berasal dari limbah
ternak akan mencemari lingkungan perairan. Sedangkan pada Udara
menimbulkan bau yang tidak sedap karena kotoran sapi sendiri
mengandung gas-gas yang berbahaya seperti gas amonia,
karbondioksida, karbonmonoksida, dan gas metana. Sebagai contoh ciri
pengelolahan yang sering dilakukan hanya memanfaatkan limbah ternak
itu sebagai pupuk saja. Padahal di Gorontalo sudah kaya akan sumber
energi terbarukan seperti biogas. Biogas merupakan gas yang dihasilkan
dari penguraian bahan organic misalnya kotoran sapi, oleh
mikroorganisme dalan keadaan anaerob atau tanpa oksigen.
4. Tujuan masalah

Sebelumnya kita membuat perencanaan untuk menghasilkan ketetapan-


ketetapan yang akan dicapai oleh masyarakat setempat, kita juga
mempunyai tujuan dari maksud tersebut. Nah tujuannya adalah agar
masyarakat dapat mengetahui tentang pemanfaatan residu biogas dari
kotoran ternak bagi kepentingan masyarakat atau peternak, dan juga
untuk membuat masyarakat akan mempunyai keasadaran terhadap
lingkungan yang sudah tercemar seperti pencemaran polusi udara, air
dan tanah.

5. Alternatif pemecahan masalah

Dari penjelasaan prioritas masalah dan tujuan masalah munculnya


alternatif masalah terkait limbah ternak tersebut. Dengan adanya
keterbatasan pengetahuan dimana masyarakat lebih sering
menggunakan limbah kotoran ternak hanya sebagai pupuk saja tetapi
ternyata limbah kotoran sapi bisa menjadi energi terbarukan seperti

10
biogas. Di dalam kotorannya terdapat metan (CH₄) yang dapat diolah
menjadi biogas. Dari pernyataan tersebut dapat dibuat perencanaan yang
dimana tidak hanya sebagai pupuk saja melainkan juga bisa sebagai
biogas. Menurut data Gorontalo di tahun 2014 terjadi krisis elpiji, maka
dengan pemanfaatan biogas dari limbah ternak ini bisa menjadi jalan
alternatif untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, seperti memasak
dan listrik. Di gorontalo sendiri Pemerintah Provinsi Gorontalo
mengembangkan sumber energi terbarukan yakni biogas dari kotoran
ternak di lima kabupaten yakni Kabupaten Gorontalo, Bone Bolango,
Pohuwato, Gorontalo Utara dan Boalemo. Di daerah tersebut, biogas
yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai sumber listrik serta untuk
keperluan memasak sehari-hari. Dari hasilnya sejumlah petani dan
peternak tekun mengembangkan sumber energi tersebut.

Berikut pembuatan limbah ternak menjadi biogas;


Alat dan bahan:
1. Digester
2. Tempat pencamupur (inlet)
3. pipia gas
4. Tabung penampung gas
5. Manometer U
6. Termometer digital
7. Kran gas
8. Pengaduk (Mixer)
9. Kompor dan lampu gas
10. Tempat keluaran kotoran (outlet)

Tata cara pembuatan:


1. Mensurvei lokasi penempatan digiester yang strategis sehinga
mudah untuk pencampuran kotoran ternak sapi dengan air
2. Menentukan atau mengukur kedalaman digiester inlet dan outlet

11
3. Menggali lubang penempatan digiester sampai kesdalaman
200cm
4. Merakit beberapa komponen digiester, penampungan biogas
dan peralatan lainnya
5. Setelah perakitan selesai saatnya untuk pengujian dengan skala
yang telah ditentukan.
6. Setelah perikitan semuanya selasai, maka pengsisian tabung
biogas diisi sampai penuh dengan ukuran 4 m3 (4000 liter) diisi
kurang lebih 2 minggu

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Limbah merupakan bahan organik atau anorganik yang tidak
termanfaatkan lagi, sehingga dapat menimbulkan masalah serius
bagi lingkungan jika tidak ditangani dengan baik. Limbah dapat
berasal dari berbagai sumber hasil buangan dari suatu proses
produksi salah satunya limbah peternakan
2. Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau
fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk di antaranya; kotoran
manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah
biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam
kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana
dan karbon dioksida, biogas sangat berpotensi untuk dimanfaatkan
menjadi sumber energi terbarukan.
3. Tahapan-tahapan perencanaan yaitu, Analisis situasi masalah,
identifikasi masalah, prioritas masalah, tujuan masalah, alternatif
pemecahan masalah.
B. Saran
Bagi masyarakat agar dapat memanfaatkan limbah ternak dengan
mengolahnya menjadi biogas, di samping itu dapat mengurangi pencemaran
lingkungan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adityawarman,Dkk. Pengolahan Limbah Ternak Sapi Secara Sederhana di Desa


Pattalassang Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu
Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan Vol. 03 No. 3. Bogor:
Institut Pertanian Bogor

Damanik dkk. (2014). Pemanfaatan Feses Ternak Sapi Sebagai Energi Alternatif
Biogas Bagi Rumah Tangga dan Dampaknya Terhadap
Lingkungan. Jurnal Tekno Sains, 4(1), (55-57).

Maluegha,Dkk. 2018. Perancangan digester untuk menghasilkan biogas dari


kotoran ternak babi di desa rumoong bawah kabupaten minahasa
selatan. Manado: UNSRAT

Nurkholis dkk. (2020). Pemanfaatan Limbah Ternak Sebagai Sumber Energi


Terbarukan (Renewable Energy) Dalam Upaya Menuju Masyarakat
Mandiri Energi. Seminar Nasional Hasil Pengabdian Masyarakat
2020, (161-163).

Paino, Christopel. (2017). "Energi Terbarukan dan Ancaman Perubahan Iklim di


Gorontalo. Seperti Apa?",
https://www.mongabay.co.id/2017/09/25/energi-terbarukan-dan-
ancaman-perubahan-iklim-di-gorontalo-seperti-apa/, diakses pada
22 Februari 2023 pukul 20.54.

Saputro,Dkk. 2014. Pengelolaan limbah peternakan sapi untuk meningkatkan


kapasitas produksi pada kelompok ternak patra sutera. Semarang:
Universitas Negeri Semarang

Setiawan,Dkk. 2013. Pengelolaan Limbah Ternak pada Kawasan Budidaya Ternak


Sapi Potong di Kabupaten Majalengka. Jawa Barat: UNPAD

14

Anda mungkin juga menyukai