Anda di halaman 1dari 32

TK4090 KERJA PRAKTEK

OPTIMASI KAPASITAS OPTIMUM DAN POLA PENGUMPANAN


IDEAL PADA BIODIGESTER KELUARGA PAK EMAN DI
KECAMATAN NGAMPRAH, KABUPATEN BANDUNG BARAT

LAPORAN TUGAS KHUSUS

KERJA PRAKTEK DI
PT CIPTA TANI LESTARI
BANDUNG BARAT – JAWA BARAT

Oleh:
Aghietyas Choirun Az Zahra (13014048)

Pembimbing:
Dr. Tjokorde Walmiki Samadhi
Andrias Wiji Setio Pamuji, S.T.

SEMESTER I 2017/2018
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KHUSUS

OPTIMASI KAPASITAS OPTIMUM DAN POLA PENGUMPANAN IDEAL PADA


BIODIGESTER KELUARGA PAK EMAN DI KECAMATAN NGAMPRAH,
KABUPATEN BANDUNG BARAT

Aghietyas Choirun Az Zahra (13014048)

Catatan/komentar :

Tempat Kerja Praktek : PT. Cipta Tani Lestari – Bandung Barat – Jawa Barat
Periode Kerja Praktek : 1 Juni 2017 – 31 Juli 2017

Telah diperiksa dan disetujui,

Pembimbing Lapangan, Dosen Pembimbing

Andrias Wiji Setio Pamuji, S.T. Dr. Tjokorde Walmiki Samadhi


Tanggal :______________ Tanggal : ______________

i
ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3

1.3. Tujuan ......................................................................................................................... 3

1.4. Ruang Lingkup ........................................................................................................... 3

BAB II DESKRIPSI MASALAH ......................................................................................... 5

BAB III METODOLOGI ...................................................................................................... 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 9

4.1. Kebutuhan Energi Rumah Tangga Calon Pengguna Biogas ...................................... 9

4.2. Kandungan Air dalam Kotoran ................................................................................... 9

4.3. Pengumpanan Kotoran Optimum ............................................................................. 10

4.4. Kapasitas Reaktor Optimum ..................................................................................... 11

4.4. Ukuran dan Instalasi Biodigester .............................................................................. 13

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 15

5.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 15

5.2. Saran ......................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 17

LAMPIRAN A .................................................................................................................... 19

LAMPIRAN B..................................................................................................................... 21

LAMPIRAN C ..................................................................................................................... 25

LAMPIRAN D .................................................................................................................... 27

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan energi setiap waktunya akan terus mengalami peningkatan, sementara energi
fosil yang tersedia akan terus berkurang. Untuk itu, dikembangkanlah energi baru dan
terbarukan yang diharapkan dapat menjadi pengganti energi fosil. Salah satu energi baru dan
terbarukan adalah biogas. Biogas merupakan gas yang terbentuk akibat aktivitas anaerob
mikroorganisme. Mikroorganisme mendegradasi bahan-bahan organik pada kondisi yang
lembap tanpa udara untuk menghasilkan gas yang kandungan utamanya metana dan
karbondioksida (Deublin dan Steinhauser, 2008; El-Halwagi, 1986). Beberapa jenis bahan
organik yang dapat dijadikan umpan biogas adalah kotoran hewan, sisa panen, limbah
organik dari rumah tangga, dan produk samping industri.

Pemerintah Indonesia telah mengatur bauran energi nasional Indonesia pada Peraturan
Pemerintah No. 79 Tahun 2014 Pasal 9F yang menyebutkan bahwa pada tahun 2025 peran
Energi Baru dan Energi Terbarukan paling sedikit 23% (dua puluh tiga persen) dan pada
tahun 2050 paling sedikit 31% (tiga puluh satu persen) sepanjang keekonomiannya
terpenuhi. Peraturan tersebut menjadi alasan mengapa energi baru dan terbarukan harus terus
berkembang di Indonesia, termasuk biogas. Untuk mendukung peraturan tersebut,
pemerintah pun mengambil langkah serius dengan mengembangkan biogas skala rumah
tangga melalui program Biogas Rumah (BIRU). BIRU merupakan hasil kerjasama antara
pemerintah dibawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan program EnDev
(Energy Development) dan Kedutaan Besar Norwegia. Selain dari pemerintah, program
pengembangan biogas juga didukung oleh swasta, salah satunya adalah PT Cipta Tani
Lestari yang berlokasi di Kabupaten Bandung Barat.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, salah satunya dari sisi
peternakan yang besar. Kekayaan tersebut sangat mendukung pengembangan biogas di
Indonesia. Sapi merupakan salah satu hewan ternak besar yang kotorannya dijadikan sebagai
umpan biogas. Jumlah hewan ternak sapi di Indonesia mencapai 16 juta ekor untuk sapi
1
potong, dengan 37.662 ekor (0,23%) berada di Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan sapi
perah mencapai angka 519 ribu ekor ekor, dengan 6.309 ekor atau 1,22% jumlahnya berada
di Kabupaten Bandung Barat. Namun, jumlah tersebut belum mencukupi kebutuhan daging
dan susu sapi masyarakat Indonesia. Masih diperlukan penambahan sapi sebanyak 43.832
ribu ekor sapi perah dan 693 ribu sapi potong agar Indonesia dapat swa-sembada susu dan
daging sapi.

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat agraris yang mayoritas bekerja sebagai petani
dan peternak. Persebaran populasi sapi pun hingga saat ini banyak terdapat pada peternakan
keluarga skala kecil-menengah. Menggunakan asumsi bahwa satu ekor sapi dengan berat
400-500 kg menghasilkan 20-29 kg kotoran per hari (Wahyuni, 2011), dan setiap keluarga
peternak kecil-menengah memiliki setidaknya 2 ekor sapi, maka tumpukan kotoran per
harinya dapat mencapai 58 kg. Kotoran sebanyak itu dapat diumpankan ke dalam
biodigester, yaitu suatu reaktor tempat terjadinya reaksi pembusukan senyawa organik untuk
menghasilkan biogas.

Pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas merupakan salah satu langkah pasti dalam
menggunakan energi baru dan terbarukan pengganti energi fosil. Penggunaan biogas juga
dapat menjaga siklus ekologi karena memanfaatkan limbah (Agustian dan Friyatno, 2014).
Selain itu, penggunaan biogas pun berpotensi mengurangi emisi gas rumah kaca. Hal ini
disebabkan karena kotoran yang menumpuk begitu saja akan mengemisikan metana akibat
dari proses aerobik. Gas metana merupakan polutan gas rumah kaca yang emisinya
mencapai 21 kali emisi karbondioksida dalam satuan berat yang sama (Wahyuni, 2011).
Sedangkan apabila gas metana pada kotoran terkumpul dan dimanfaatkan energinya dengan
cara dibakar, emisi gas metana ke lingkungan akan menjadi lebih rendah.

Namun, pada praktik penggunaan biogas skala rumah tangga, banyak terjadi fenomena
overcapacity atau kapasitas berlebih, yaitu angka menyatakan jumlah biogas yang
terproduksi namun tidak dikonsumsi oleh pengguna biogas. Overcapacity akan
menimbulkan teremisikannya gas metana ke lingkungan. Hal ini membahayakan
lingkungan, sebab berpotensi menyebabkan efek rumah kaca yang lebih besar daripada
emisi yang dikeluarkan oleh kotoran ternak yang ditumpuk. Untuk itu, perlu dilakukan
kajian terkait fenomena ini dan langkah-langkah yang ditempuh untuk menguranginya.

2
1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di bagian 1.1, terdapat dua rumusan masalah, yaitu:
1. Bagaimana cara menyeimbangkan antara produksi dan kebutuhan biogas rumah tangga
sehingga dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya overcapacity?
2. Bagaimana pola pengisian yang ideal yang harus dilakukan agar meminimalkan
kemungkinan terjadinya overcapacity?

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan ukuran biodigester yang ekonomis bagi
peternak di Kabupaten Bandung Barat dengan cara menyeimbangkan antara produksi dan
kebutuhan biogas rumah tangga serta pola pengisian yang ideal agar meminimalkan
kemungkinan terjadinya overcapacity.

1.4. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi lapangan di wilayah Desa Cilame,
Kecamatan Ngamprah yang merupakan calon pengguna biogas. Survei dilakukan untuk
mengetahui kebutuhan energi rumah tangga, jumlah kotoran yang berpotensi untuk
menghasilkan biogas, serta kecukupan lahan. Data jumlah kotoran tersedia digunakan untuk
menghitung kapasitas reaktor optimum, dengan referensi data analisis pengguna biogas yang
masih beroperasi hingga saat ini. Menggunakan data referensi yang sama, dilakukan juga
optimasi energi yang terbentuk dari biogas. Dengan menyesuaikan kebutuhan serta energi
yang terbentuk dari biogas, maka kemungkinan terjadinya overcapacity akan berkurang.

3
4
BAB II
DESKRIPSI MASALAH

Negara Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berprofesi
sebagai petani maupun peternak. Salah satu jenis hewan yang banyak diternakkan adalah
sapi, baik itu sapi potong maupun sapi perah. Namun begitu, terdapat permasalahan
mengenai peternakan, yaitu kotoran ternak yang menumpuk dan tidak terolah. Selain
menimbulkan bau, kotoran ternak juga dapat mengalami proses aerobik sehingga
menghasilkan metana yang berpotensi mencemari lingkungan karena metana termasuk ke
dalam gas rumah kaca yang emisinya hingga 21 kali emisi gas karbon dioksida (Wahyuni,
2011).

Salah satu cara pengolahan kotoran ternak adalah dengan memanfaatkan kotoran ternak
tersebut sebagai energi alternatif, yaitu biogas. Biogas termasuk ke dalam energi baru dan
terbarukan. Salah satu program pemerintah yang telah berhasil dilakukan dalam
pengembangan biogas adalah program BIRU, yang telah memasang 14.173 unit reaktor
pada tahun 2015, dengan target awal 8.000 unit pada tahun 2013. Biogas menjadi solusi
akan permasalahan kotoran yang menumpuk, namun sayangnya, tata cara penggunaan
biogas yang efektif belum banyak dilakukan oleh penggunanya. Banyak terjadi fenomena
overcapacity, atau jumlah biogas berlebih dan tidak digunakan oleh penggunanya. Biogas
yang berlebih ini lebih berpotensi mencemari lingkungan, karena kandungan metana dalam
biogas tinggi. Sehingga, apabila gas yang terbentuk terlepas ke lingkungan, maka efek
rumah kaca yang ditimbulkan pun akan semakin besar.

Fenomena overcapacity ini dapat dicegah dengan memasang reaktor dengan kapasitas
sesuai dengan kebutuhan energi penggunanya. Dapat pula dilakukan distribusi gas ke lebih
dari satu keluarga pengguna, sehingga gas akan dimanfaatkan dengan baik dan
meminimalisasi kemungkinan adanya gas tidak terpakai yang menyebabkan fenomena
overcapacity. Suatu jaringan biodigester yang baik pun perlu diciptakan sehingga dapat
mengurangi overcapacity.

5
6
BAB III
METODOLOGI

Metodologi yang digunakan untuk penelitian ini adalah observasi lapangan. Kajian
dilakukan di Kampung Cijamil RT 002/016 Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah,
Kabupaten Bandung Barat. Survei dilakukan terhadap lima keluarga calon pengguna biogas.
Terdapat tiga keluarga peternak sapi, dengan rincian satu peternak sapi potong (Keluarga
Pak Ade) dan dua peternak sapi perah (Keluarga Pak Eman dan Pak Uju). Sedangkan dua
keluarga lainnya, yaitu keluarga Pak Juju dan Pak Yayat bukan merupakan peternak sapi.

Data yang diambil dalam survei adalah data keluarga dan data kebutuhan energi keluarga
per bulan. Selain itu, pada keluarga peternak juga dilakukan pendataan ternak yang meliputi
jumlah ternak serta jumlah kotoran ternak yang diproduksi dalam waktu 24 jam. Dilakukan
pula percobaan pengeringan kotoran ternak untuk masing-masing kotoran yang dihasilkan
dalam satu kandang sapi untuk mengetahui kandungan air dalam kotoran ternak tersebut.
Data kebutuhan energi dijadikan acuan untuk memperkirakan banyaknya LPG tergantikan
oleh biogas. Sedangkan data jumlah kotoran ternak serta kandungan air dalam kotoran
digunakan untuk menghitung kapasitas biodigester yang sesuai. Dilakukan pula pengukuran
lahan dalam lingkungan tersebut untuk memetakan letak biodigester dan jaringan gas.

Data referensi yang digunakan dalam menentukan kapasitas biodigester tiap keluarga
pemilik ternak merupakan data hasil survei yang telah dilakukan pada keluarga peternak
pengguna biogas. Data referensi antara lain adalah hubungan kandungan padatan teruapkan
(volatile solid) terhadap produksi biogas per hari, data waktu tinggal optimum untuk
biodigester berjenis fiber, serta perbandingan kandungan energi biogas dengan LPG. Dari
data hasil survei dan data referensi tersebut, akan dirumuskan kapasitas reaktor serta pola
pengumpanan ideal untuk reaktor di keluarga Pak Eman, serta jaringan gas yang akan
digunakan pada lima keluarga yang telah disebutkan diatas.

7
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kebutuhan Energi Rumah Tangga Calon Pengguna Biogas

Kebutuhan energi rumah tangga didapatkan dari hasil wawancara terhadap lima keluarga
calon pengguna biogas di Kampung Cijamil RT 002/016 Desa Cilame, Kecamatan
Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, yaitu keluarga Pak Juju, Pak Ade, Pak Uju, Pak
Yayat dan Pak Eman. Berdasarkan hasil survei, lima keluarga tersebut menggunakan gas
LPG sebagai sumber energi yang digunakan untuk memasak sehari-hari. Jumlah tabung
yang digunakan per bulan mencapai 4 tabung 3 kg, kecuali untuk keluarga Pak Eman yang
menggunakan 5 tabung LPG per bulan.

Berdasarkan data referensi dari percobaan yang telah dilakukan sebelumnya, kandungan
energi dalam 1 m3 biogas setara dengan 0,4 kg gas LPG. Maka dari itu, jumlah total biogas
yang diperlukan untuk menyediakan keseluruhan energi rumah tangga untuk memasak
mencapai 157,5 m3 biogas per bulan. Dengan rencana pemasangan tiga buah biodigester,
maka diperlukan reaktor yang dapat menghasilkan total 5,25 m3 biogas per hari.

4.2. Kandungan Air dalam Kotoran

Kotoran sapi segar terdiri dari cairan dan padatan. Padatan yang terkandung dalam kotoran
setiap sapinya tidaklah sama. Jumlah zat-zat yang terkandung dalam kotoran sapi
bergantung kepada makanan yang dikonsumsi oleh sapi. Selain itu, jumlah cairan dalam
setiap jenis sapi pun berbeda-beda. Dalam kotoran sapi segar, terdapat 17% padatan dan
83% cairan (Fulford, 1988). Dari padatan tersebut, terdapat padatan teruapkan (volatile
solid, VS) yang merupakan sumber rantai karbon pembentukan biogas. Setelah melalui
rentang waktu tertentu yang disebut waktu tinggal atau hydraulic retention time (HRT),
biogas akan terbentuk.

9
Untuk menguji kandungan air dalam kotoran sapi, dilakukan pengeringan terhadap kotoran
sapi dari kandang Pak Eman. Pengeringan dilakukan dalam oven dengan api sedang hingga
massa kotoran konstan. Percobaan pengeringan dilakukan dalam kondisi atmosferik. Massa
awal sampel sebelum dikeringkan adalah 153 gram. Setelah dilakukan pengeringan, massa
sampel berkurang menjadi 27 gram. Dengan begitu, maka jumlah kandungan air dalam
sampel kotoran di kandang sapi milik Pak Eman adalah 82,4% dan total padatannya 17,6%.
Hal ini berarti bahwa data tersebut mendekati literatur. Pada dasarnya, kandungan air dalam
sampel kotoran sangat bergantung pada jenis makanan sapi. Sementara untuk sapi perah
milik Pak Eman, jumlah air yang dikonsumsi termasuk banyak, terutama air yang berasal
dari ampas tahu, sehingga kotorannya pun akan menjadi encer.

4.3. Pengumpanan Kotoran Optimum

Kapasitas biodigester optimum untuk keluarga Pak Eman dihitung berdasarkan jumlah
kotoran yang diproduksi per harinya. Dari hasil pengamatan, didapatkan bahwa dalam satu
hari dihasilkan kotoran sapi segar sebanyak 42,335 kg. Jumlah tersebut dihasilkan dari 4
ekor sapi, dengan rincian 1 ekor sapi perah dan sisanya sapi yang masih belum diperah.

Berdasarkan data pengukuran kandungan air, total padatan (total solid = TS) pada kotoran
sapi di kandang milik Pak Eman adalah 17,6%, atau 7,47 kg per harinya. Dengan
menggunakan asumsi padatan teruapkan (volatile solid = VS) dalam kotoran sapi 77%, maka
jumlah VS terproduksi dari kotoran basah per harinya adalah 5,75 kg per hari.

Umpan biogas merupakan campuran dari kotoran dan air. Air yang ditambahkan pada
kotoran merupakan faktor penting dalam pengoperasian biodigester. Hal ini dikarenakan
bakteri pengurai lebih mudah melakukan kontak dengan umpan segar apabila umpan
tersebut cair (disebut slurry). Slurry mempermudah proses penguraian biomassa dan biogas
yang terproduksi pun akan menjadi lebih cepat. Slurry yang memenuhi syarat tersebut
adalah slurry dengan kandungan padatan 5-10% (Sasse, 1988). Pada perhitungan kali ini,
digunakan kandungan padatan 10%, yang merupakan kandungan padatan maksimum yang
dianjurkan dalam slurry.

10
Untuk memenuhi 10% kandungan padatan dalam slurry, maka perlu ditambahkan air pada
kotoran segar. Jumlah air yang perlu ditambahkan oleh Pak Eman sebanyak 32,37 L. Dengan
asumsi bahwa massa jenis slurry adalah 1000 kg/m3, maka rasio kotoran segar dengan air
adalah 1,31 : 1. Dalam hal ini berarti masih lebih banyak kotoran yang diumpankan
dibandingkan dengan air yang ditambahkan.

4.4. Kapasitas Reaktor Optimum

Dengan menggunakan data referensi dari survei yang telah dilakukan pada pengguna biogas,
didapatkan hubungan antara laju produksi biogas per hari dengan kandungan VS dalam
kotoran per hari (asumsi VS = 77% TS, TS = 17% kotoran segar). Hubungan tersebut
merupakan polinomial orde dua yang terdapat pada Persamaan 4.1. Grafik hubungan
kandungan VS terhadap laju produksi biogas per hari terdapat pada Gambar 4.1.

𝑚3
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑏𝑖𝑜𝑔𝑎𝑠 ( ) = −0,0056 (𝑉𝑆)2 + 0,1784 𝑉𝑆 (4.1)
ℎ𝑎𝑟𝑖

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan persamaan 4.1, didapatkan bahwa jumlah


biogas terproduksi per hari dengan umpan kotoran segar 42,335 kg dengan kandungan VS
sebanyak 5,75 kg per hari adalah sebanyak 0,8409 m3. Jumlah tersebut akan setara dengan
10,09 kg gas LPG per bulan, atau setidaknya dapat menggantikan penggunaan sebanyak 3
tabung LPG 3 kg per bulan.

Setelah menghitung jumlah kandungan VS dalam kotoran, selanjutnya adalah mencari


waktu tinggal (hydraulic retention time = HRT). Waktu tinggal adalah lamanya umpan
tinggal dalam biodigester. Umpan tersebut merupakan slurry. Berdasarkan hasil survei yang
telah dilakukan pada pengguna biogas, didapatkan bahwa waktu tinggal kotoran basah
(asumsi TS = 17% kotoran segar dan VS=77% TS) yang menghasilkan efisiensi produksi
gas per volume reaktor paling besar (60%) adalah pada angka HRT kotoran basah 35 hari.
Dari HRT kotoran basah tersebut, dicari HRT slurry-nya menggunakan rasio kotoran:air
yang digunakan untuk pengumpanan, yaitu 1,31. Maka, HRT slurry optimum untuk
biodigester Pak Eman adalah 19,8 hari. Gambar 4.2 menunjukkan hubungan HRT kotoran

11
basah dengan efisiensi produksi gas per volume reaktor berdasarkan data survei yang telah
dilakukan di biodigester yang masih beroperasi.

1,6

1,4
Biogas terproduksi (m3/hari)

1,2 y = -0,0056x2 + 0,1784x


R² = 0,8966
1

0,8

0,6

0,4

0,2

0
0 5 10 15 20 25
Kandungan padatan teruapkan (VS) dalam kotoran (kg/hari)

Gambar 4.1. Kurva pengaruh kandungan padatan teruapkan (VS) umpan terhadap biogas
terproduksi dalam satu hari.

0,70
Efisiensi produksi gas per volume reaktor (%)

0,60

0,50

0,40

0,30

0,20 y = 2E-05x3 - 0,0026x2 + 0,1269x - 1,2874

0,10

0,00

-0,10
0 20 40 60 80 100
HRT kotoran basah (hari)

Gambar 4.2. Hubungan HRT kotoran basah dengan efisiensi produksi gas per volume
reaktor

12
Biodigester yang akan dipasang untuk keluarga Pak Eman memiliki 3 jenis ruang yang
masing-masing ditempati oleh 3 fasa yang berbeda, yaitu ruang slurry, ruang gas dan ruang
limbah. Ruang slurry merupakan ruangan tempat slurry segar yang diumpankan. Biogas
yang terbentuk akan menempati ruang gas, sementara ruang limbah merupakan tempat
slurry yang sebagian besar kandugannya telah dikonversi menjadi biogas, sekaligus bertugas
menekan biogas agar bisa keluar dari biodigester dan dimanfaatkan.

Hasil perkalian HRT slurry, yaitu 19,8 hari dengan jumlah slurry yang diumpankan per
harinya merupakan kapasitas ruang slurry yang dibutuhkan pada biodigester. Kapasitas
ruang slurry berdasarkan hasil perhitungan adalah 1,48 m3. Setelah menentukan ruang
slurry, maka ditentukan pula ruang gas dan ruang limbah. Dalam biodigester milik Pak
Eman, kapasitas ruang gas dan ruang limbah adalah 0,9 m3. Angka ini muncul karena
produksi biogas per hari mencapai 0,84 m3, sehingga ruang gas sebesar 0,9 m3 akan cukup
menampung gas sebanyak itu. Kapasitas total biodigester merupakan hasil penjumlahan
seluruh ruang gas, setengah ruang limbah dan ruang slurry, yaitu 2,83 m3 atau 2,90 m3 (hasil
pembulatan).

4.4. Ukuran dan Instalasi Biodigester

Biodigester yang akan dipasang untuk keluarga Pak Eman memiliki diameter 1,8 m.
Biodigester yang digunakan berbahan fiber yang dapat bertahan hingga 20 tahun apabila
dirawat dengan baik. Dengan diameter 1,8 m, ruang slurry 2,83 m3, ruang gas dan ruang
limbah 0,9 m3, maka rancangan biodigester yang akan digunakan terdapat pada Gambar 4.3.

Biodigester ini akan dihubungkan ke dalam jaringan biodigester untuk lima pengguna.
Biogas hasil produksi dari biodigester disalurkan ke dalam pipa yang berada pada bagian
belakang rumah. Dari pipa-pipa tersebut akan dibuat percabangan ke kompor-kompor pada
masing-masing rumah (skema lahan dan jaringan terdapat di Lampiran D). Nantinya,
diharapkan jaringan biogas ini dapat mengurangi penggunaan LPG tiap rumah. Berdasarkan
hasil perhitungan, secara total, biogas dapat menggantikan hingga 8 tabung LPG 3 kg tiap
bulannya (hasil perhitungan terdapat di Lampiran C).

13
Gambar 4.3. Rancangan biodigester

Pada Gambar 4.3, dapat terlihat bahwa tinggi ruang slurry dan ruang gas di bagian bawah
reaktor adalah 0,94 m, sedangkan tinggi ruang limbah adalah 0,35 m. Tinggi tersebut belum
termasuk tinggi tutup biodigester. Biodigester dengan tinggi 1,29 m tersebut akan dipendam
di dalam tanah. Yang terlihat dari atas hanyalah bagian tutup biodigesternya. Sedangkan bak
pengumpan akan dipasang diatas tanah. Ketinggian bak pengumpan dari bagian bawah
reaktor hampir sama dengan ketinggian biodigester. Bak pengumpan dibuat dengan
kapasitas minimum 75 L berbentuk. Dengan mengasumsikan diameter dalam bak
pengumpan 50 cm, maka tinggi bak pengumpan setidaknya 38,2 cm. Dengan pembulatan,
maka, tinggi bak pengumpan yang dibutuhkan adalah 40 cm.

Sementara untuk jaringan biogas, dibuat tiga reaktor biogas dan keluarannya digunakan
untuk lima kompor dalam lima rumah. Total pipa penyalur yang dibutuhkan adalah 154,1
m. Percabangan pipa T yang perlu dibuat sebanyak 3 buah. Peralatan lainnya yang dipasang
adalah manometer sebanyak 5 buah untuk total lima rumah tangga dan water trap yang
dipasang di letak pipa paling rendah. Skema jaringan biogas ini dapat dilihat di Lampiran
D.

14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil survei dan percobaan yang telah dilakukan, kesimpulan yang
dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Kapasitas biodigester optimum untuk keluarga Pak Eman dengan umpan kotoran segar
42,335 kg per hari adalah 2,90 m3, dengan diameter biodigester 1,8 m serta tinggi biodigester
1,3 m. Ruang slurry dalam biodigester sebesar 1,48 m3, ruang gas 0,9 m3 serta ruang limbah
0,9 m3. Produksi gas dalam satu hari diperkirakan mencapai 0,84 m3 biogas, yang energinya
setara dengan 10 kg LPG per bulan (~ 3 tabung LPG 3 kg).

2. Pola pengumpanan yang harus dilakukan oleh Pak Eman dalam satu hari adalah dengan
memasukkan seluruh kotoran sapi yang terproduksi per hari (~ 42 kg kotoran sapi per hari)
dan menambahkan air sebanyak 32,37 L atau dengan rasio kotoran segar: air = 1,3 : 1. Pola
pengumpanan ini yang menghasilkan HRT dengan efisiensi produksi gas per volume reaktor
paling optimum.

5.2. Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:


1. Agar data referensi dari biodigester yang sudah berjalan lebih akurat, ada baiknya
melakukan percobaan pengeringan untuk kotoran sapi pada tiap-tiap pengguna biogas.
2. Jika memungkinkan, pengukuran kadar metana dalam biogas dilakukan.
3. Ketersediaan air menjadi hal penting untuk performa biodigester, untuk itu perlu adanya
sumber daya air yang mencukupi untuk pengumpanan biodigester
4. Sebelum pemasangan biodigester, perlu diadakan sosialisasi ke calon pengguna mengenai
tata kelola biodigester yang baik agar biogas keluarannya dapat mencapai angka optimum.

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Agustian, A., “Pengembangan biogas berbasis kotoran ternak dalam rangka pemberdayaan
potensi sumber daya peternakan sapi perah di Jawa Barat”, Membangun Daya Tahan
Pertanian dalam Rangka Pemberdayaan Petani dan Perlindungan Pertanian (2016),
335-345.
Agustian, A.; Friyatno, S., “Prospek Pengembangan Biogas dari Kotoran Ternak
Mendukung Sistem Pertanian-Bioindustri di Provinsi Jawa Barat”, Prosiding Seminar
Nasional Hari Pangan Sedunia ke-34: Pertanian Bioindustri Berbasis Pangan Lokal
Potensial (2014), 307-316.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, “Provinsi Jawa Barat dalam Angka”, Bandung,
2016
Dieter Deublin dan Angelika Steinhauser, “Biogas from Waste and Renewable Resources:
An Introduction”, Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KgaA, Weinheim, 2008.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kemeterian Pertanian, “Statistik
Peternakan dan Kesehatan Hewan 2016”, Jakarta, 2016.
Fulford, D., “Running of Biogas Program Handbook”, Intermediate Technology
Publications, London, 1988.
Ludwig Sasse, “Biogas Plants”, A Publication of the Deutsches Zentrum für
Entwicklungstechnologien - GATE in: Deutsche Gesellschaft für Technische
Zusammenarbeit (GTZ) GmbH, 1988.
M. M. El-Halwagi, “Biogas Technology, Transfer and Diffusion”, Elsevier Applied Science
Publishers, Essex, 1986.
Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional
Rumah Energi, 2015. BIRU Technology - Rumah Energi [WWW Document]. URL
http://www.biru.or.id/en/index.php/digester
Rumah Energi, 2015. BIRU Technology - Rumah Energi [WWW Document]. URL
http://www.biru.or.id/en/index.php/bio-slurry/
Sorathia, H. S.; Rathod, P. P.; Sorathiya, A. S., “Bio-gas generation and factors affecting the
bio-gas generation – a review study”, International Journal of Advanced Engineering
Technology 3:3 (2012), 72-78.

17
Transrisk, “Biogas development in Indonesia: household scale” JIQ Magazine 22:4 (2016),
1-5
Wahyuni, Sri M.P., “Biogas Energi Terbarukan Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan”,
Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) ke 10 (2011), Jakarta-Indonesia.
Widodo T. W.; Asari A.; Ana; Elita., “Design and development of biogas reactor for farmer
group scale”, Indonesian Journal of Agriculture 2:2 (2009), 121-128.

18
LAMPIRAN A
DATA HASIL SURVEY CALON PENGGUNA BIOGAS

A.1. Data Keluarga Peternak Calon Pengguna Biogas

Tabel A.1. Data hasil survei keluarga peternak calon pengguna biogas di Ngamprah
Data
Nama kepala keluarga Uju Eman Ade
Tahun lahir 1961 1950 1972
Alamat Kp Cijamil RT 002/016 Cilame, Ngamprah, Bandung Barat
Peternak, penjaga
Pekerjaan Peternak, buruh tani Peternak, buruh tani
sekolah, buruh proyek
Umur 56 67 45
Jumlah anggota dlm 1 rumah 6 7 4
Pendidikan kepala keluarga SD SD SD (kejar paket B)
Pendapatan Per Bulan
Jumlah sapi total 6 5 2
Jumlah sapi perah 2 1 -
Produksi susu sapi (L/sapi/hari) 14 18 -
Harga jual susu/L Rp4.800,00 Rp4.600,00 -
Pendapatan jual susu/sapi Rp4.032.000,00 Rp2.484.000,00 Rp1.250.000,00
Pendapatan perkebunan Rp850.000,00 Rp850.000,00 -
Pendapatan lainnya - - Rp300.000,00
Total pendapatan per bulan Rp4.882.000,00 Rp3.334.000,00 Rp1.550.000,00
Pengeluaran Per Bulan
Ampas tahu Rp1.040.000,00 Rp780.000,00 -
Ampas singkong - - -
Mako - Rp200.000,00 -
Pengeluaran peternakan per
Rp1.040.000,00 Rp980.000,00 -
bulan
Pengeluaran non-peternakan Rp1.500.000,00 Rp130.000,00 Rp110.000,00
Pengeluaran lain-lain - -
Total pengeluaran bulanan Rp2.540.000,00 Rp1.110.000,00 Rp110.000,00
Saving Rp2.342.000,00 Rp2.224.000,00 Rp1.440.000,00
Ketersediaan Sumber Daya
Jumlah kotoran sapi (kg/hari) 57,445 42,335 18,77
Luas tanah tersedia 2mx2m 3mx3m 2mx2m
Jarak tanah dari kandang samping kandang samping kandang samping kandang
Kemungkinan penggunaan
tidak digunakan tidak digunakan tidak digunakan
lahan tersedia
Tempat pembuangan kotoran ditimbun di kolam, utk ditumpuk untuk ditimbun untuk
sapi pupuk dijadikan pupuk dijadikan pupuk
Potensi pembuangan slurry kebun kebun kebun
Jarak tanah kosong ke rumah 5m 3-5 m 3m
Aksesibilitas jalan raya ke kendaraan roda 2, kendaraan roda 2, kendaraan roda 2, roda
rumah roda 4 roda 4 4
Ketersediaan air air PAM air PAM air PAM

19
Tabel A.1. Data hasil survei keluarga peternak calon pengguna biogas di Ngamprah
(lanjutan)
Data
Nama kepala keluarga Uju Eman Ade
Jumlah orang yang mengurusi
1 orang 2 orang 2 orang
sapi
Kebiasaan Sehari-Hari
Lama memasak per hari 1 - 2 jam 2 jam 1 - 2 jam
Frekuensi memasak pagi dan sore hari pagi dan sore hari pagi dan sore
Penggunaan LPG per bulan 4 tabung 5 tabung 4 tabung
Harga LPG di tempat tersebut Rp24.000,00 Rp24.000,00 Rp24.000,00
Waktu memerah sapi pk 6 pagi dan 4 sore pk 6 pagi dan 4 sore -
Waktu mencari rumput 8-12 pagi, 1-4 sore siang hari pagi dan sore hari
Waktu memberi makan sapi pagi, siang, sore pagi, siang, dan sore pagi, siang, sore
setelah memerah setelah memerah
Waktu membersihkan kandang pagi hari
sapi sapi
Jadwal kerja jika ada pekerjaan
8-12 pagi 8-12 pagi 8 pagi-5 sore
lain
Kebersediaan utk
bersedia bersedia bersedia
mengumpankan reaktor
Pengenalan Biogas
Kebersediaan dipasang biogas bersedia bersedia bersedia
Kebersediaan utk mencicil
dipikir-pikir ulang merasa keberatan merasa keberatan
reaktor
bersedia, tetangga bersedia, tetangga bersedia, tetangga
Kebersediaan membagi biogas
masih saudara masih saudara masih saudara
diberi penyuluhan ttg diberi penyuluhan ttg diberi penyuluhan ttg
Harapan utk reaktor yg akan
penggunaan biogas penggunaan biogas penggunaan biogas
dipasang
terlebih dahulu terlebih dahulu terlebih dahulu

A.2. Data Keluarga Non-Peternak Calon Pengguna Biogas

Tabel A.2. Data hasil survei keluarga non peternak calon pengguna biogas di Ngamprah
Data
Nama kepala keluarga Juju Yayat
Tahun lahir 1969 1967
Kp Cijamil RT 002/016 Cilame, Ngamprah,
Alamat
Bandung Barat
Pekerjaan Penjual sayur keliling Buruh tani
Umur 48 50
Jumlah anggota dlm 1 rumah 5 7
Pendidikan kepala keluarga SD SD
Kebiasaan Sehari-Hari
Lama memasak per hari 2-3 jam 2 jam
Frekuensi memasak pagi dan sore hari pagi dan sore hari
Penggunaan LPG per bulan 4 tabung 4 tabung
Harga LPG di tempat tersebut Rp24.000,00 Rp24.000,00

20
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN

B.1. Kadar Air dalam Kotoran Segar

Kadar air dalam kotoran segar diukur dengan mengeringkan kotoran sapi di dalam oven
hingga massa konstan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung kandungan air dalam
kotoran terdapat pada Persamaan B.1. Pada percobaan dengan sampel kotoran Pak Eman,
massa awal kotoran segar adalah 153 g dan massa setelah pengeringan adalah 27 g.

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 (B.1)


𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟
153 𝑔 − 27 𝑔
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = = 82,4 %
153 𝑔

Jadi, kadar air pada sampel kotoran sapi milik Pak Eman adalah 82,4%.

B.2. Kandungan Volatile Solid pada Kotoran Segar

Kandungan volatile solid pada kotoran segar diasumsikan sebanyak 77% kandungan total
solid pada kotoran segar. Perhitungan dilakukan menggunakan data kotoran sapi Pak Eman,
yaitu produksi kotoran segar per harinya mencapai 42,355 kg. Persamaan yang digunakan
terdapat pada Persamaan B.2.

𝑉𝑆 (𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖) = 0,77 × 𝑇𝑆
𝑉𝑆 (𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖) = 0,77 × (100 − %𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟) × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖 (B.2)
𝑉𝑆 (𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖) = 0,77 × (100 − 82,4)% × 42,355 𝑘𝑔 = 0,77 × 7,47
= 5,75 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖

Jadi, produksi VS dalam kotoran sapi segar milik Pak Eman adalah 5,75 kg/hari.

21
B.3. Air Pengencer untuk Pengumpanan Ideal

Pengumpanan ideal untuk biodigester dapat dicapai apabila kandungan total padatan (total
solid = TS) dalam umpan tidak melebihi 10%. Asumsi yang digunakan adalah massa jenis
umpan 1000 kg/m3. Contoh perhitungan ini diambil dari data Pak Eman. Persamaan yang
digunakan untuk menentukan jumlah air pengencer terdapat pada Persamaan B.3.

𝑇𝑆 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟


10% =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 + 𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟
𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟 = 10 × 𝑇𝑆 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 (B.3)
𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟 = 10 × 7,47 − 42,355 = 32,37 𝐿

Jadi, jumlah air pengencer yang harus ditambahkan ke dalam umpan adalah 32,37 L.

B.4. Rasio kotoran:air

Rasio kotoran:air dihitung menggunakan Persamaan B.4. Contoh perhitungan diambil dari
data milik Pak Eman.

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛𝑘𝑎𝑛


𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛: 𝑎𝑖𝑟 = (B.4)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
42,355 𝑘𝑔
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛: 𝑎𝑖𝑟 = = 1,31
32,37 𝐿

Jadi, rasio kotoran:air yang diumpankan ke dalam kotoran untuk keluarga Pak Eman adalah
1,31.

B.5. HRT Slurry

22
Berdasarkan grafik yang terdapat pada Gambar 4.2, terlihat bahwa HRT kotoran basah
optimum adalah 35 hari. HRT slurry dihitung dari HRT kotoran basah menggunakan
hubungan rasio kotoran:air yang diumpankan ke biodigester pada persamaan B.5.
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛: 𝑎𝑖𝑟
𝐻𝑅𝑇 𝑠𝑙𝑢𝑟𝑟𝑦 = 𝐻𝑅𝑇 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ × (B.5)
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛: 𝑎𝑖𝑟 + 1
1,31
𝐻𝑅𝑇 𝑠𝑙𝑢𝑟𝑟𝑦 = 35 ℎ𝑎𝑟𝑖 × = 19,8 ℎ𝑎𝑟𝑖
1,31 + 1

Jadi, HRT slurry optimum untuk biodigester keluarga Pak Eman adalah 19,8 hari.

B.6. Ruang Efektif Slurry

Ruang efektif slurry dihitung menggunakan persamaan B.6. Contoh perhitungan


menggunakan data keluarga Pak Eman.

𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑠𝑙𝑢𝑟𝑟𝑦 = 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑙𝑢𝑟𝑟𝑦/ℎ𝑎𝑟𝑖 × 𝐻𝑅𝑇 𝑠𝑙𝑢𝑟𝑟𝑦 (B.6)


𝐿
𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑠𝑙𝑢𝑟𝑟𝑦 = (42,355 + 32,37) × 19,8 ℎ𝑎𝑟𝑖 = 1482 𝐿 = 1,48 𝑚3
ℎ𝑎𝑟𝑖

Jadi, ruang efektif slurry untuk keluarga Pak Eman sebesar 1,48 m3.

B.7. Kapasitas Reaktor

Kapasitas total reaktor merupakan gabungan dari ruang efektif slurry, ruang gas dan ruang
limbah. Misalnya ruang limbah dan ruang gas ditentukan sebesar 0,9 m3.

𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚3 )


= 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑠𝑙𝑢𝑟𝑟𝑦 + 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑖𝑜𝑔𝑎𝑠 + 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ
− 0,5 × 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ (B.7)
3
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 = (1,48 + 0,9 + 0,9 − 0,5 × 0,9) 𝑚
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 = 2,83 𝑚3 ≅ 2,90 𝑚3

23
Jadi, kapasitas reaktor untuk keluarga Pak Eman adalah 2,90 m3.

B.8. Ketinggian Biodigester

Diameter yang digunakan untuk biodigester adalah 1,8 m. Biodigester terbagi menjadi dua
bagian, yaitu bagian bawah untuk ruang slurry dan ruang gas, serta bagian atas untuk ruang
limbah. Dengan asumsi bentuk biodigester dapat didekati dengan silinder, maka persamaan
yang digunakan untuk menghitung ketinggian biodigester terdapat pada persamaan B.8
hingga B.10. Contoh perhitungan menggunakan data perhitungan Pak Eman

𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ (B.8)


𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ (𝑚) =
1 2
4 𝜋 × (𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑙𝑢𝑟𝑟𝑦 + 𝑔𝑎𝑠 (B.9)
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑙𝑢𝑟𝑟𝑦 𝑑𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑠 (𝑚) =
1 2
4 𝜋 × (𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑔𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟 = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ + 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑙𝑢𝑟𝑟𝑦 𝑑𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑠 (B.10)

0,9 𝑚3
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ = = 0,35 𝑚
1
(1,8 𝑚)2
4𝜋 ×
(1,48 + 0,9) 𝑚3
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑙𝑢𝑟𝑟𝑦 𝑑𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑠 = = 0,94 𝑚
1 2
𝜋 × (1,8 𝑚)
4
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑔𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟 = 0,35 𝑚 + 0,94 𝑚 = 1,29 𝑚

Jadi, ketinggian biodigester untuk keluarga Pak Eman adalah 1,29 m.

24
LAMPIRAN C
DATA ANTARA

C.1. Kadar Air dan Padatan Total dalam Kotoran Segar

Tabel C.1. Data perhitungan kadar air dan padatan total dalam kotoran segar
Pak Ade Pak Uju Pak
Eman
Massa sebelum 105 141 153
pengeringan (g)
Massa setelah 32 25 27
pengeringan (g)
Kadar air 69,5% 82,3% 82,4%
Padatan total 30,5% 17,7% 17,6%

C.2. Kapasitas Reaktor Sesuai Kotoran Tersedia

Tabel C.1. Data hasil perhitungan kapasitas reaktor untuk keluarga peternak
Pak Ade Pak Pak Eman
Uju
Jumlah kotoran segar per hari 18,770 57,445 42,335 kg
VS dalam kotoran segar 4,40 7,84 5,75 kg
Jumlah air pengencer 38,43 44,41 32,37 L
Rasio kotoran segar:air 0,49 1,29 1,31
Produksi biogas per hari 0,7 1,1 0,8409 m3
HRT kotoran segar 35 35 35 hari
HRT slurry 11,5 19,7 19,8 hari
Volume ruang slurry 0,66 2,01 1,48 m3
Volume ruang gas 0,8 0,9 0,9 m3
Volume ruang limbah 0,8 0,9 0,9 m3
Kapasitas reaktor 1,86 3,36 2,83 m3
Pembulatan 1,90 3,40 2,90 m3
LPG tergantikan 8,13 12,66 10,09 kg
Diameter reaktor 1,8 1,8 1,8 m
Tinggi ruang slurry & gas 0,57 1,14 0,94 m
Tinggi ruang limbah 0,31 0,35 0,35 m
Tinggi total biodigester tanpa 0,89 1,50 1,29 m
tutup

25
26
LAMPIRAN D
DENAH LOKASI

Keterangan:

Warna merah : pipa jaringan


Warna biru : letak kompor
Lingkaran hijau : letak biodigester

27

Anda mungkin juga menyukai