Anda di halaman 1dari 73

MAKALAH PENGELOLAAN SAMPAH

“ Biogas”

Disusun Oleh
Kelompok 3
Habibullah Rahman 211110010
Niken Alkeni Martin 211110017
Putri 211110019
Refgi Fitrah Illahi 211110025
Saria Pebriani 211110033
Viona Febbiola 211110037
Yashica Euginie Beatrice 211110038

Dosen Pembimbing:
Dr. Muchsin Riviwanto, SKM,M.Si
Mukhlis, MT

PROGRAM STUDI D3 SANITASI


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Biogas ”
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Saya
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
saya nantikan. Demi kesempurnaan makalah saya untuk berikutnya.
Akhir kata, saya mengucapkan terimakasih kepadan semua pihak yang
telah berperan serta dalam pembuatan laporan ini. Jika ada kesalahan kata dari
penulisan laporan ini saya mohon maaf karena manusia tidak akan pernah luput
dari kesalahan.

Padang, 12 Februari 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan.............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
2.1 Pengertian Biogas...........................................................................................5
2.2 Sumber Biogas..............................................................................................20
2.3 Manfaat Biogas.............................................................................................21
2.4 Prinsip dan Proses pembuatan biogas...........................................................25
2.5 jenis reaktor dan proses kerja biogas...........................................................32
BAB III PENUTUP..............................................................................................45
3.1 Kesimpulan................................................................................................45
3.2 Saran.............................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................47

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbagai kasus pencemaran lingkungan dan memburuknya kesehatan masyarakat
yang banyak terjadi dewasa ini diakibatkan olehlimbah cair dari berbagai kegiatan
industri, rumah sakit, pasar, restoranhingga rumah tangga. Hal ini disebabkan karena
penanganan danpengolahan limbah tersebut kurang serius. Berbagai teknik
pengolahanlimbah, baik cair maupun padat untuk menyisihkan bahan polutannyayang
telah dicoba dan dikembangankan selama ini belum memberikanhasil yang optimal.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukansuatu metode penanganan limbah
yang tepat, terarah dan berkelanjutan.

Salah satu metode yang dapat diaplikasikan adalah dengan cara BIO-PROSES,
yaitu mengolah limbah organik baik cair maupun organiksecara biologis menjadi biogas
dan produk alternatif lainnya sepertisumber etanol dan methanol. Dengan metode ini,
pengolahan limbah tidak hanya bersifat “penanganan” namun juga memiliki nilai
guna/manfaat.Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populerdigunakan
untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakardapat dihasilkan sambil
menghancurkan bakteri patogen dan sekaligusmengurangi volume limbah buangan.
Metana dalam biogas, bilaterbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan
menghasilkanenergi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebihsedikit.

Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalammanajemen limbah karena


metana merupakan gas rumah kaca yanglebih berbahaya dalam pemanasan global bila
dibandingkan dengankarbon dioksida. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang
diambildari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagike atmosfer
tidak akan menambah jumlah karbon di atmosfer biladibandingkan dengan pembakaran
bahan bakar fosil.Saat ini, banyak negara maju yang meningkatkan penggunaanbiogas
yang dihasilkan baik dari limbah cair maupun limbah padat atau yang dihasilkan dari
sistem pengolahan biologi mekanis pada tempatpengolahan limbah.Teknologi pengolahan
limbah baik cair maupun padatmerupakan kunci dalam memelihara kelestarian

1
lingkungan. Apapunmacam teknologi pengolahan limbah cair dan limbah padat,
baikdomestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dandipelihara
masyarakat setempat. Jadi teknologi yang dipilih harussesuai dengan kemampuan
teknologi masyarakat yang bersangkutan.

Potensi biogas di indonesia cukup melimpah, mengingat peternakan merupakan salah


satu kegitan ekonomi dalam kehidupan masyarakat pertanian, hampir semua petani
memiliki ternak antara lain, sapi, ayam, kambing. Bahkan ada secara khusus
mengembangkan sektor peternakan. Diantara jenis ternak tersebut, sapi merupakan
penghasil kotoran yang paling besar dan paling banyak diternakkan. Teknologi biogas
bukanlah teknologi baru. Teknologi ini telah banyak dimanfaatkan oleh petani peternak di
berbagai negara, diantaranya India, Cina, bahkan Denmark.. Dari segi perancangan
diantaranya mengenai desain biodigester, desain penyaluran gas dan desain tangki
penampung. Dan dari segi pengoperasiannya meliputi kemampuan operator untuk
memastikan perawatan fasilitas biogas berjalan rutin dan terpenuhinya suplai bahan baku
biogas setiap harinya.

Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia.
Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan ppulasi penduduk dan
menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalah emisi dari bahan bakar fosil
memberikan tekanan kepada setiap negara untuk segera memproduksi dan mengggunakan
energi terbarukan. Selain itu, peningkatan harga minyak dunia hingga mnecapai U$ 100
per barel juga menjadi alasan yang serius yang menimpa banyak negara didunia terutama
indonesia.

Lonjakan harga minyak dunia akan memberikan dampak yang besar bagi
pembangunan bangsa indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta/barel tidak
seimbang dengan produksinya yang nilainya sekitar 1 jta. Barel sehingga terdapat defisit
yang harus dipenuhi melalui impor. Unutk mengurangi ketergantungan terhadap bahan
bakar minyak pemerintah telah menerbitkan peraturan presiden ri NO 5 tahun 2006
tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber nergi alternatif sebagai
bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat
diperbaharui sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak.

2
Dengan timbulnya kelangkaan bahan bakar minyak yang disebabkan oleh
kenaikan harga minyak dunia yang signifikan, pemerintah mengajak masyarakat untuk
mengatasi masalah energi ini secara bersama-sama karena kenaikan harga yang mencapai
72 dolar/barel ini termasuk luar biasa. Harga ini membuat harga minyak menjadi yang
tertinggi sepanjang abad 21. Masalah ini memang sulit sebagaimana yang dikatakan oleh
Wakil Presiden Jusuf Kalla bahwa kenaikan harga minyak akan menyebabkan kenaikan
subsidi bahan bakar minyak (BBM) pada APBN 2006. Peryataan selanjutnya dikatakan
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menyatakan bahwa masyarakat perlu
untuk melakukan penghematan di segala sisi termasuk penggunaan BBM, listrik, air, dan
telepon. Adapun hal yang menyebabkan keharusan setiap warga untuk melakukan proses
penghematan adalah karena pasokan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi
merupakan sumber energi fosil yang tidak dapat diperbarui (unrenewable). Salah satu
jalan untuk melakukan penghematan BBM adalah dengan mencari sumber energi
alternatif terutama yang dapat diperbarui (renewable).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan biogas?
2. Apa saja sumber sumber biogas?
3. Apa saja manfaat dari biogas?
4. Apa sajakah prinsip dan proses pembuatan biogas
5. Apa jenis reaktor dan proses kerja biogas
6. Apa kelebihan dan kekurangan dari biogas?
7. Bagaimana Teknologi Digester?
8. Bagaimana Cara Pembuatan Biogas?
9. Bagaimana Proses pembuatan dan langkah-langkah biogas?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian biogas.
2. 2.Mengetahui sumber sumber biogas
3. 3.Mengetahui manfaat biogas
4. Mengetahui prinsip dan proses pembuatan biogas
5. Mengetahui jenis reaktor dan proses kerja biogas
6. Mengetahui kelebihan dan kekeurangan dari biogas
3
7. Bagaimana Teknologi Digester?
8. Bagaimana Cara Pembuatan Biogas?
9. Bagaimana Proses pembuatan dan langkah-langkah biogas?

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Biogas


Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan oleh proses
fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakterianaerob (bakteri yang hidup dalam
kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses
untukmenghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat,cair) homogen
seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak cocok untuk sistem biogas
sederhana. Di daerah yang banyak industripemrosesan makaan antara lain tahu, tempe,
ikan, pindang atau brembisa menyatukan saluran limbahnya ke dalam sistem biogas,
sehingga limbah industri tersebut tidak mencemari lingkungan di sekitarnya. Hal ini
memungkinkan karena limbah industri tersebut diatas berasaldari bahan organik yang
homogen.Bahan bakar biogas tidak menghasilkan asap merupakan suatupengganti yang
unggul untuk menggantikan bahan bakar minyak ataugas alam. Gas ini dihasilkan dalam
proses yang disebut pencernaan anaerob, merupakan gas campuran metan (CH4), karbon
dioksida(CO2), dan sejumlah kecil nitrogen, amonia, sulfur dioksida, hidrogensulfida,
dan hidrogen.
Secara alami, gas ini terbentuk pada limbah pembuangan air, tumpukan sampah,
dasar danau atau rawa. Mamalia termasuk manusia menghasilkan biogas dalam sistem
pencernaannya, bakteri dalam sistem pencernaan menghasilkan biogas untuk
prosesmencerna selulosa. Biomassa yang mengandung kadar air yang tinggi seperti
kotoran hewan dan limbah pengolahan pangan cocokdigunakan untuk bahan baku
pembuatan biogas. Limbah peternakan merupakan salah satu sumber bahan yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas, sementara perkembangan atau pertumbuhan
industri peternakan menimbulkanmasalah bagi lingkungan karena menumpuknya limbah
peternakan. Polutan yang dihasilkan dari dekomposisi kotoran ternak yaitu BOD
(Biological Oxygen Demand ) dan COD (Chemichal Oxygen Demand ),bakteri patogen,
polusi air, debu, dan polusi bau. Di banyak negaraberkembang kotoran ternak, limbah
pertanian, dan kayu bakardigunakan sebagai bahan bakar. Hal inilah yang menjadi
perhatiankarena emisi metan dan karbondioksida yang menyebabkan efek rumahkaca dan
mempengaruhi perubahan iklim global.Jika dilihat dari segi pengolahan limbah, proses
anaerob jugamemberikan beberapa keuntungan yaitu menurunkan nilai COD danBOD,
5
total solid, volatile solid,nitrogen nitrat, dan nitrogen organik.Bakteri caliform dan
patogen lainnya, telur insek, parasit, bau jugadihilangkan atau menurun. Di daerah
pedesaan yang tidak terjangkaulistrik, penggunaan biogas memungkinkan untuk belajar
danmelakukan kegiatan komunitas di malam hari.
William Henry melakukan identifikasi gas yang dapat terbakar pada tahun 1806
dan Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882) adalah orang pertama
yang memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan.

Alat penghasil biogas secara anaerobik ditemukan pertama kali pada tahun 1900.
Pada akhir abad ke 19, riset untuk menjadikan gas methan sebagai biogas dilakukan oleh
Jerman dan Perancis pada masa antara 2 perang dunia.

Selama perang dunia kedua berlangsung, banyak para petani Inggris dan negara
benua Eropa yang membuat alat penghasil biogas dengan ukuran kecil untuk
menggerakkan traktor. Akibat kemudahan dalam memperoleh bahan bakar minyak dan
harganya yang murah pada tahun 1950, kegiatan pemakaian biogas mulai ditinggalkan
oleh petani Inggris dan Eropa.

William Henry melakukan identifikasi gas yang dapat terbakar pada tahun 1806
dan Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882) adalah orang pertama
yang memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan.

Alat penghasil biogas secara anaerobik ditemukan pertama kali pada tahun 1900.
Pada akhir abad ke 19, riset untuk menjadikan gas methan sebagai biogas dilakukan oleh
Jerman dan Perancis pada masa antara 2 perang dunia.

Biogas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik sangat populer digunakan untuk
mengolah limbah biodegradable. Sebab, bahan bakar dapat dihasilkan sekaligus
menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan yang
terdapat di lingkungan.

Tetapi di negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah


tidak selalu tersedia. Oleh karena itu, di negara India kegiatan produksi biogas terus
dilakukan sejak abad ke 19.

6
Saat ini, negara-negara berkembang seperti Filipina, Taiwan, Papua Nugini, Korea
dan China juga telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat untuk mengelola
biogas. Selain di negara-negara berkembang, teknologi biogas juga telah dikembangkan
di negara maju seperti Jerman.

Biogas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik sangat populer digunakan untuk
mengolah limbah biodegradable. Sebab, bahan bakar dapat dihasilkan sekaligus
menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan yang
terdapat di lingkungan. Sifat metana dalam biogas akan menghasilkan pembakaran yang
lebih bersih daripada batu bara. Metana menghasilkan energi lebih besar dengan emisi
karbondioksida yang relatif lebih sedikit. Selain itu, pengelolaan teknologi biogas
memiliki peranan penting dalam menekan pemanasan global, karena metana
merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dibandingkan dengan karbondioksida.
Karbon dalam biogas akan diambil dari atmosfer dalam proses fotosintesis tanaman, dan
proses tersebut akan menghasilkan oksigen.

Saat ini, banyak negara maju berlomba-lomba meningkatkan daya guna biogas
yang diproduksi dari bahan limbah cair maupun bahan limbah padat. Selain itu, biogas
juga dapat diproduksi dari sistem pengolahan biologi secara mekanis pada
tempat pengolahan limbah atau sampah. Jika proses pembersihan mampu dilakukan
dengan baik, maka biogas akan memiliki karakteristik yang sama dengan gas alam. Jika
hal ini dapat tercapai, produsen biogas dapat menjualnya langsung ke jaringan distribusi
gas.

Akan tetapi gas yang dihasilkan harus sangat bersih dengan kualitas pipeline. Oleh sebab
itu, air (H2O), hidrogen sulfida (H2S) dan partikulat harus dihilangkan dari biogas.

Keberadaan karbondioksida juga harus dihilangkan sekaligus dipisahkan untuk


mencapai gas kualitas pipeline. Jika biogas digunakan tanpa pembersih yang ekstensif,
maka pemakaiannya akan dicampur dengan gas alam untuk meningkatkan pembakaran.
Biogas yang telah di bersihkan dan berkualitas pipeline dinamakan gas alam terbaharui.

Hendroko (2008) menjelaskan bahwa biogas merupakan suatu campuran gas-gas


yang dihasilkan dari suatu proses fermentasi bahan organik oleh bakteri dalam keadaan

7
tanpa oksigen. Komposisi biogas yang dihasilkan adalah gas methan (CH4) sekitar 55-
75%, gas karbondioksida (CO2) sekitar 25-45% dan gas lain dengan proporsi kecil.

Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1 kesetaraan biogas dengan beberapa sumber energi lain.


No Bahan bakar Jumlah
1. Elpiji 0,46 kg
2. Minyak tanah 0,62 liter
3. Minyak solar 0,52 liter
4. bensin 0,80 liter
5. Gas kota 1,50 m3
6. Kayu bakar 3,50 kg
Sumber Dapartemen pertanian (2009)

Komponen terbesar biogas adalah Methana (CH4, 54-80%-vol)dan karbondioksida (CO2,


20-45%-vol) serta sejumlah kecil H2, N2,dan H2S. Komposisi biogas bervariasi
tergantung dengan asal prosesanaerobik yang terjadi. Pada literature lain komposisi
biogas secaraumum ditampilkan dalam tabel berikut :
Tabel 1.2 Komposisi Biogas Secara Umum
No komponen presentase
1. Metana (CH4) 55-75%
2. Karbondioksida (CO2) 25-45%
3. Nitrogen (N2) 0-0,3%
4. Hidrogen (H2) 1-5%
5. Hidrogen Sulfide (H2S) 0-3%
6. Oksigen (O2) 0,1-0,5%

Biogas berasal dari fermentasi bahan-bahan organik diantaranya :


a. Limbah tanaman : tebu, rumput-rumputan, jagung, dan lain-lain;
b. Limbah dan hasil produksi : minyak, gas, penggiling padi, limbahsagu;

8
c. Hasil samping industri : tembakau, limbah pengolahan buah-buahandan
sayuran, dedak, kain dari tekstil, ampas tebu dari industri gula dantapioka, limbah cair
industri tahu.
d. Limbah Perairan : tumbuh-tumbuhan air, eceng gondok
e. Limbah Peternakan : kotoran sapi, kotoran kerbau, kotoran kambing,kotoran unggas.

Tabel 1.3 Produk Biogas Dari Berbagai Bahan Organik


No Bahan organik Jumlah (Kg) Biogas (It)
1. Kotoran sapi 1 40
2. Kotoran kerbau 1 30
3. Kotoran babi 1 60
4. Kotoran ayam 1 70

Tabel 1.4 Perbandingan Jumlah Kotoran/Tinja Yang Dihasil Ternak Dan Manusia
No Jenis ternak Jml. Tinja per Kandungan Bahan kering
hari/kg air (%)
1. Sapi 28 80 20
2. Sapi Perah 28 80 20
3. Kerbau 35 83 17
4. Kambing 1.13 74 26
5. Domba 1.13 74 26
6. Babi 3.41 67 33
7. Ayam/Kampung/Ras 0.18 72 28
8. Itik 0.34 62 38
9. Manusia 0.15 77 23

Proses Pencernaan Anaerob


Proses pencernaan anaerob, yang merupakan dasar dari reaktorbiogas yaitu proses
pemecahan bahan organik oleh aktivitas bakterimetanogenik dan bakteri asidogenik pada
kondisi tanpa udara. Bakteriini secara alami terdapat dalam limbah yang mengandung
bahanorganik, seperti kotoran binatang, manusia, dan sampah organik rumahtangga.

9
Proses anaerob dapat berlangsung di bawah kondisi lingkunganyang luas meskipun
proses yang optimal hanya terjadi pada kondisiyang terbatas.

Parameter Nilai
Temperatur
Mesofilik 35oC
termofilik 54oC
pH 7-8
alkalinintas 2500 mg/L Minimum
Waktu retensi 10-30 hari
Laju terjenuhkan 0.15 - 0,35 kg.VS/m3/hari
Hasil biogas 4,5 - 11 m3/ kg.VS
Kandungan metana 60 - 70 %

Tabel 1.5 Kondisi pengoperasian pada proses pencernaan anaerob


Pembentukan biogas meliputi tiga tahap proses yaitu :
a. Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahanorganik mudah larut dan
pencernaan bahan organik kompleksmenjadi sederhana;
b. Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer yangterbentuk pada tahap
hidrolisis akan menjadi bahan makananbakteri asam. Produk akhir dari perombakan gula-
gula sederhanaini yaitu asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dansedikit butirat,
gas karbondioksida, hidrogen dan amonia.
c. Metanogenik, pada tahap ini terjadi proses pembentukan gasmetan. Bakteri pereduksi
sulfat juga terdapat dalam proses ini,yaitu untuk mereduksi sulfat dan komponen sulfur
lainnyamenjadi hidrogen sulfida.

Untuk lebih jelasnya proses pembentukan biogas dapat dilihat pada diagram alir di bawah ini :

10
Bakteri yang berperan dalam proses pencernaran anaerobik yaitu bakteri hidrolitik yang
memecah bahan organik menjadi gula dan asamamino, bakteri fementatif yang mengubah
gula dan asam amin menjadi asam organik, bakteri asidogenik merubah asam
organikmenjadi hidrogen, karbondioksida dan asam asetat, dan bakterimetanogenik yang
menghasilkan gas metan dari asam asetat, hidrogen,dan karbondioksida. Bakteri
metanogenik akan menghasilkan biogas yang bagus (kandungan gas metan tinggi) pada
suhu 25o-30o C. Didalam digester biogas terdapat dua jenis bakteri yang sangat
berperanyaitu bakteri asidogenik dan bakteri metanogenik. Kedua bakteri iniharus
dipertahankan jumlahnya seimbang. Bakteri-bakteri inilah yang merubah bahan organik
menjadi gas metan dan gas lainnya dalam siklus hidupnya.
Kandungan gas metan dalam biogas yang dihasilkan tergantungpada jenis bahan baku
yang dipakai. Sebagai contoh komposisi biogasdapat dilihat pada
Table 1.6

11
Kegagalan proses pencernaan anaerobik dalam digester biogasbisa dikarenakan
tidak seimbangnya populasi bakteri metanogenikterhadap bakteri asam yang
menyebabkan lingkungan menjadi sangatasam (pH kurang dari 7) yang selanjutnya
menghambat kelangsunganhidup bakteri metanogenik. Kondisi keasaman yang optimal
padapencernaan anaerobik yaitu sekitar pH 6,8 sampai 8, laju pencernaanakan menurun
pada kondisi pH yang lebih tinggi atau rendah.Bakteri yang terlibat dalam proses
anaerobik membutuhkanbeberapa elemen sesuai dengan kebutuhan organisme hidup
sepertisumber makanan dan kondisi lingkungan yang optimum. Bakteri anaerob
mengkonsumsi karbon sekitar 30 kali lebih cepat dibanding nitrogen.
Hubungan antara jumlah karbon dan nitrogen dinyatakandengan rasio
karbon/nitrogen (C/N), rasio optimum untuk digesteranaerobik berkisar 20 - 30. Jika C/N
terlalu tinggi, nitrogen akandikonsumsi dengan cepat oleh bakteri metanogen untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhannya dan hanya sedikit yang bereaksi dengankarbon
akibatnya gas yang dihasilnya menjadi rendah. Sebaliknya jikaC/N rendah, nitrogen akan
dibebaskan dan berakumulasi dalam bentukamonia (NH 4) yang dapat meningkatkan pH.
Jika pH lebih tinggi dari8,5 akan menunjukkan pengaruh negatif pada populasi
bakterimetanogen. Kotoran ternak sapi mempunyai rasio C/N sekitar 24.Hijauan seperti
jerami atau serbuk gergaji mengandung persentasekarbon yang jauh lebih tinggi, dan
bahan dapat dicampur untukmendapatkan rasio C/N yang diinginkan. Rasio C/N beberapa
bahanyang umum digunakan sebagai bahan baku biogas disajikan pada

12
Slurry kotoran sapi mengadung 1,8 - 2,4% nitrogen, 1,0 - 1,2%fosfor (P205), 0,6 -
0,8% potassium (K 20), dan 50 - 75% bahanorganik. Kandungan solid yang paling baik
untuk proses anaerobikyaitu sekitar 8%. Untuk limbah kotoran sapi segar
dibutuhkanpengenceran 1 : 1 dengan air.

Teknik Digeser
Saat ini berbagai bahan dan jenis peralatan biogas telah banyakdikembangkan
sehingga dapat disesuaikan dengan karakteristikwilayah, jenis, jumlah dan pengelolaan
kotoran ternak. Secara umumterdapat dua teknologi yang digunakan untuk memperoleh
biogas.Pertama, proses yang sangat umum yaitu fermentasi kotoran ternakmenggunakan
digester yang didesain khusus dalam kondisi anaerob.Kedua, teknologi yang baru
dikembangkan yaitu dengan menangkaplangsung gas metan dari lokasi tumpukan sampah

13
tanpa harus membuatdigester khusus. Peralatan dan proses pengolahan dan
pemanfaatanbiogas ditampilkan pada gambar berikut.

Beberapa keuntungan kenapa digester anaerobik lebih banyakdigunakan antara lain :


1. Keuntungan pengolahan limbah
a. Digester anaerobik merupakan proses pengolahan limbah yangalami
b. Membutuhkan lahan yang lebih kecil dibandingkan denganproses kompos aerobik
ataupun penumpukan sampah
c. Memperkecil volume atau berat limbah yang dibuang
d. Memperkecil rembesan polutan
2. Keuntungan energi
a. Proses produksi energi bersih
b. Memperoleh bahan bakar berkualitas tinggi dan dapat diperbaharui
c. Biogas dapat dipergunakan untuk berbagai penggunaan
3. Keuntungan lingkungan .
a. Menurunkan emisi gas metan dan karbondioksida secarasignifikan
b. Menghilangkan bau
c. Menghasilkan kompos yang bersih dan pupuk yang kaya nutrisi
d. Memaksimalkan proses daur ulang
e. Menghilangkan bakteri coliform sampai 99% sehinggamemperkecil kontaminasi
sumber air
4. Keuntungan ekonomi
14
Lebih ekonomis dibandingkan dengan proses lainnya ditinjau darisiklus ulang
proses
Bagian utama dari proses produksi biogas yaitu tangki tertutupyang disebut
digester. Desain digester bermacam-macam sesuai dengan jenis bahan baku yang
digunakan, temperatur yang dipakai dan bahankonstruksi. Digester dapat terbuat dari cor
beton, baja, bata atau plastikdan bentuknya dapat berupa seperti silo, bak, kolam dan
dapatdiletakkan di bawah tanah. Sedangkan untuk ukurannya bervariasi dari4-35 m.
Biogas dengan ukuran terkecil dapat dioperasikan dengankotoran ternak 3 ekor sapi, 7
ekor babi atau 500 ekor unggas.

Biogas yang dihasilkan dapat ditampung dalam penampungplastik atau digunakan


langsung pada kompor untuk memasak,menggerakan generator listrik, patromas biogas,
penghangatruang/kotak penetasan telur dll.

Cara Pembuatan Biogas


a. Kotoran ternak
1. Cara Pembuatan
Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selainmenghasilkan gas metan
untuk memasak juga mengurangipencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk
organik padat danpupuk organik cair dan yang lebih penting lagi
adalahmengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakarminyak bumi
yang tidak bisa diperbaharui.Berikut adalah langkah-langkahnya :

15
1. Mencampur kotoran ternak dengan air sampai terbentuk lumpurdengan
perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuklumpur akan
mempermudah pemasukan kedalam digester.
2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan.Pada
pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibukaagar
pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digesterterdesak
keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpurkotoran sapi dalam
jumlah yang banyak sampai digester penuh.
3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak1
liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH)sebanyak 5
karung untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0 m 2 . Setelah digester penuh, kran
gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8
karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10sampai
hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada
komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogasakan menyala.
5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untukmenyalakan
api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulaihari ke-14 ini kita
sudah bisa menghasilkan energi biogas yangselalu terbarukan. Biogas ini
tidak berbau seperti bau kotoran sapi.Selanjutnya, digester terus diisi
lumpur kotoran ternak secarakontinu sehingga dihasilkan biogas yang
optimal.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan pemanfaatan biogas kotoran ternak


Untuk memanfaatkan kotoran ternak menjadi biogas,diperlukan beberapa
syarat yang terkait dengan aspek teknis,infrastruktur, manajemen dan sumber daya
manusia. Bila faktortersebut dapat dipenuhi, maka pemanfaatan kotoran ternak
menjadibiogas sebagai penyediaan energi dipedesaan dapat berjalan
denganoptimal.Terdapat sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi
optimasipemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas yaitu : (Dede
Sulaeman,2009)

16
a. Ketersediaan ternak Jenis, jumlah dan sebaran ternak di suatu daerah
dapat menjadi potensi bagi pengembangan biogas. Hal ini karena biogas
dijalankan dengan memanfaatkan kotoran ternak.Kotoran ternakyang
dapat diproses menjadi biogas berasal dari ternak ruminansia dan non
ruminansia seperti sapi potong, sapi perah dan babi; serta unggas.Jenis
ternak mempengaruhi jumlah kotoran yang dihasilkannya. Untuk
menjalankan biogas skala individual atau rumah tangga diperlukan kotoran
ternak dari 3 ekor sapi, atau 7 ekor babi, atau 500 ekor ayam.
b. Kepemilikan TernakJumlah ternak yang dimiliki oleh peternak menjadi
dasar pemilihan jenis dan kapasitas biogas yang dapat digunakan. Saat
inibiogas kapasitas rumah tangga terkecil dapat dijalankan dengan kotoran
ternak yang berasal dari 3 ekor sapi atau 7 ekor babi atau 500ekor ayam.
Bila ternak yang dimiliki lebih dari jumlah tersebut, maka dapat dipilihkan
biogas dengan kapasitas yang lebih besar (berbahan fiber atau semen) atau
beberapa biogas skala rumah tangga.
c. Pola Pemeliharaan Ternak Ketersediaan kotoran ternak perlu dijaga agar
biogas dapat berfungsi optimal. Kotoran ternak lebih mudah didapatkan
bilaternak dipelihara dengan cara dikandangkan dibandingkan dengan cara
digembalakan.
d. Ketersediaan LahanUntuk membangun biogas diperlukan lahan
disekitar kandang yang luasannya bergantung pada jenis dan kapasitas
biogas. Lahan yang dibutuhkan untuk membangun biogas skala
terkecil(skala rumah tangga) adalah 14 m2 (7m x 2m). Sedangkan
skalakomunal terkecil membutuhkan lahan sebesar 40 m2 (8m x 5m).
e. Tenaga KerjaUntuk mengoperasikan biogas diperlukan tenaga kerja
yangberasal dari peternak/pengelola itu sendiri. Hal ini penting
mengingatbiogas dapat berfungsi optimal bila pengisian kotoran ke
dalamreaktor dilakukan dengan baik serta dilakukan
perawatanperalatannya.Banyak kasus mengenai tidak beroperasinya atau
tidakoptimalnya biogas disebabkan karena: pertama, tidak adanya
tenagakerja yang menangani unit tersebut; kedua, peternak/pengelola
tidakmemiliki waktu untuk melakukan pengisian kotoran karena
memilikipekerjaan lain selain memelihara ternak.

17
f. Manajemen Limbah/KotoranManajemen limbah/kotoran terkait dengan
penentuankomposisi padat cair kotoran ternak yang sesuai untuk
menghasilkanbiogas, frekuensi pemasukan kotoran, dan pengangkutan
ataupengaliran kotoran ternak ke dalam raktor. Bahan baku (rawmaterial)
reaktor biogas adalah kotoran ternak yang komposisi padatcairnya sesuai
yaitu 1 berbanding 3. Pada peternakan sapi perahkomposisi padat cair
kotoran ternak biasanya telah sesuai, namunpada peternakan sapi potong
perlu penambahan air agar komposisinya menjadi sesuai.Frekuensi
pemasukan kotoran dilakukan secara berkalasetiap hari atau setiap 2 hari
sekali tergantung dari jumlah kotoranyang tersedia dan sarana penunjang
yang dimiliki. Pemasukankotoran ini dapat dilakukan secara manual
dengan cara diangkut ataumelalui saluran.
g. Kebutuhan Energi Pengelolaan kotoran ternak melalui proses reaktor
an-aerobikakan menghasilkan gas yang dapat digunakan sebagai
energi.Dengan demikian, kebutuhan peternak akan energi dari
sumberbiogas harus menjadi salah satu faktor yang utama. Hal
inimengingat, bila energi lain berupa listrik, minyak tanah atau kayu bakar
mudah, murah dan tersedia dengan cukup di lingkunganpeternak, maka
energi yang bersumber dari biogas tidak menarikuntuk dimanfaatkan. Bila
energi dari sumber lain tersedia, peternakdapat diarahkan untuk mengolah
kotoran ternaknya menjadi komposatau kompos cacing (kascing).
h. Jarak (kandang-reaktor biogas-rumah)Energi yang dihasilkan dari
reaktor biogas dapatdimanfaatkan untuk memasak, menyalakan petromak,
menjalankangenerator listrik, mesin penghangat telur/ungas dll. Selain itu
airpanas yang dihasilkan dapat digunakan untuk proses sanitasi
sapiperah.Pemanfaatan energi ini dapat optimal bila jarak antarakandang
ternak, reaktor biogas dan rumah peternak tidak telampau jauh dan masih
memungkinkan dijangkau instalasi penyaluranbiogas. Karena secara
umum pemanfaatan energi biogas dilakukandi rumah peternak baik untuk
memasak dan keperluan lainnya.
i. Pengelolaan Hasil Samping BiogasPengelolaan hasil samping biogas
ditujukan untukmemanfaatkannya menjadi pupuk cair atau pupuk padat
(kompos).Pengeolahannya relatif sederhana yaitu untuk pupuk cair

18
dilakukanfermentasi dengan penambahan bioaktivator agar unsur
haranyadapat lebih baik, sedangkan untuk membuat pupuk kompos
hasilsamping biogas perlu dikurangi kandungan airnya dengan
caradiendapkan, disaring atau dijemur. Pupuk yang dihasilkan
tersebutdapat digunakan sendiri atau dijual kepada kelompok tani
setempatdan menjadi sumber tambahan pandapatan bagi peternak.
j. Sarana PendukungSarana pendukung dalam pemanfaatan biogas terdiri
darisaluran air/drainase, air dan peralatan kerja. Sarana ini
dapatmempermudah operasional dan perawatan instalasi biogas. Saluranair
dapat digunakan untuk mengalirkan kotoran ternak dari kandangke reaktor
biogas sehingga kotoran tidak perlu diangkut secaramanual. Air digunakan
untuk membersihkan kandang ternak dan juga digunakan untuk membuat
komposisi padat cair kotoran ternakyang sesuai. Sedangkan peralatan kerja
digunakan untukmempermudah/meringankan pekerjaan/perawatan
instalasi biogas.

2.2 Sumber Biogas

Biogas dapat berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah
biomassa., kotoran manusia dan kotoran hewan. Biogas merupakan gas yang dihasilkan
oleh bakteri metanogenik anaerobik (bakteri pengahasil gas metan yang hanya dapat
hidup dalam kondisi bebas oksigen) dari proses perombakan bahan-bahan organik.
Karena sifat gas metan yang mudah terbakar. Biogas dapat dipakai sebagai sumber energi
alternatif bagi masyarakat.

Kementerian Pertanian melaksanakan program pengelolaan limbah ternak, yaitu


Biogas Asal Ternak Bersama Masyarakat. Kegiatan ini adalah pemanfaatan hasil samping
peternakan berupa kotoran ternak segar (KTS) mennjadi biogas dan pupuk organik.

Beberapa contoh nyata dari kegiatan ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh warga di
Desa Paya Tungel. Dengan bimbingan teknis dari Balai Pengkajian dan Penerapan
Teknologi, kelompok ternak Cinta Maju mengembangkan proyek biogas skala terbatas.
Biogas yang mereka buat berasal dari bahan baku kotoran ternak yang diolah dalam suatu
instalasi biogas sederhana. Caranya dengan membuat tangki penampungan limbah dari
batu bata dan semen, kemudian membuat jaringan pipa dari instalasi biogas ke rumah-

19
rumah warga. Biogas yang dihasilkan dimanfaatkan oleh warga sebagai sumber energi
pengganti listrik dan gas elpiji. Tujuan penggunaan teknologi sederhana ini adalah
mengantisipasi kelangkaan bahan bakar minyak dan sebagai aksi pengendalian
pencemaran lingkungan.

Biogas memang merupakan energi alternatif yang sangat dianjurkan untuk


mengantisipasi perubahan iklim. Karena pengelolaan limbah ternak menjadi biogas
terbukti menurunkan emisi GRK. Berdasarkan laporan RAN GRK Kementerian
Pertanian, pada tahun 2012, setelah program ini dilaksanakan terjadi serapan karbon
sebesar 2.044.395 CO2-e.

Hal ini dapat dipastikan karena penggunaan biogas mencegah pelepasan gas CH4
yang dihasilakan oleh limbah ternak ke atmosfer. Selain itu, biogas tidak menghasilkan
asap seperti pada pembakaran bahan bakar fosil. Dan karena biogas berasal dari limbah,
maka sangat membantu pengelolaan limbah dan sampah untuk mewujudkan lingkungan
yang bersih.

2.3 Manfaat Biogas


Dalam perkembangannya Biogas di Indonesia mulai banyakdikembangkan oleh
penduduk desa mereka memanfaatkan sepertilimbah pertanian dan peternakan yang
mereka miliki menjadibahan bakar gas. Pada umumnya,biogasdimanfaatkan pada
skalarumah tangga, namun tidak menutup kemungkinan untukdimanfaatkan pada skala
yang lebih besar (komunitas). Beberapa keuntungan bagi rumah tangga dan komunitas
antara lain:

1. Mengurangi penggunaan bahan bakar lain (minyak tanah, kayu,dsb) oleh


rumah tangga atau komunitas
2. Menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi sebagai hasil sampingan;
3. Menjadi metode pengolahan sampah (raw waste) yang baik dan
mengurangi pembuangan sampah ke lingkungan (aliranair/sungai)
4. Meningkatkan kualitas udara karena mengurangi asap dan jumlah
karbodioksida akibat pembakaran bahan bakarminyak/kayu bakar;
5. Secara ekonomi, murah dalam instalasi serta menjadi investasi yang
menguntungkan dalam jangka panjang.

20
Manfaat Pembuatan Biogas Dari Kotoran Ternak Antara Lain :
1. Gas yang dihasilkan dapat mengganti fuel seperti LPG ataunatural gas.
Pupuk sapi yang dihasilkan dari satu sapi dalamsatu tahun dapat
dikonversi menjadi gas metana yang setara dengan lebih dari 200 liter
gasoline;
2. Gas yang dihasilka dapat digunakan untuk sumber energimenyalakan
lampu, dimana 1 m3 biogas dapat digunakan untukmenyalakn lampu 60
Watt selama 7 jam. Hal ini berarti bahwa1 m3 biogas menghasilkan energi
= 60 W x 7 jam = 420 Wh =0,42 kWh;
3. Limbah digetser biogas, baik yang padat maupun cair dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk organik

Teknologi biogas adalah teknologi memanfaatkan proses fermentasi berkelanjutan


dari sampah organik secara anaerobik oleh bakteri sehingga dihasilkan sebuah gas. Untuk
proses pengaplikasian dan pemasangan instalasi biogas secara sederhana, bisa dilakukan
melalui tahap awal dengan membuat lubang, selanjutnya dilakukan pemasangan pipa
sebagai penangkap gas methan dan mengalirkan gas.

Limbah berupa sampah kotoran hewan dan manusia merupakan material yang
tidak bermanfaaat, bahkan bisa menngakibatkan racun yang sangat berbahaya. Aplikasi
anaerobik digestion akan meminimalkan efek tersebut dan meningkatkan nilai manfaat
dari limbah.  Selain keuntungan energi yang didapat dari proses anaerobik digestion
dengan menghasilkan gas bio, produk samping seperti sludge. Meterial ini diperoleh dari
sisa proses anaerobik digestion yang berupa padat dan cair. Masing-masing dapat
digunakan sebagai pupuk berupa pupuk cair dan pupuk padat.

1. Pertanian

Pengolahan anaerob pada kotoran ternak dan sisa makanan organik memberikan
manfaatbagi sektor pertanian. Beberapa manfaat termasuk:

 Diversifikasi keuangan dan mitigasi risiko melalui penjualan energi.

 mendukung pengolahan lokal produksi pertanian.

 mengurangi kebutuhan dan biaya pupuk komersial.


21
2. Ekonomis

Manfaat ekonomi hijau dari biogas sangat besar dan meliputi:

 penciptaan lapangan kerja lokal di bidang teknis, manufaktur dan konstruksi /


perdagangan

 pembangunan ekonomi menghasilkan miliaran dolar investasi di masyarakat


pedesaan

 penciptaan produk sampingan yang berguna dari limbah, bertindak sebagai


pengganda ekonomi yang signifikan

3. Energi

Sebagai sumber energi terbarukan, biogas memiliki karakteristik unik. Biogas bisa

 Menghasilkan daya yang fleksibel dan dapat diandalkan 24/7

 mengelola catu daya terbarukan yang terputus-putus melalui sarana


penyimpanan dan daya fleksibel

 meningkatkan / mendukung infrastruktur lokal dan kualitas daya

 meningkatkan ke gas alam terbarukan (RNG) untuk injeksi ke dalam jaringan


gas alam, menghasilkan energi terbarukan ‘hijau’ melalui infrastruktur yang
ada

 dikompres untuk digunakan sebagai bahan bakar transportasi, atau


penggantian langsung gas alam yang berasal dari fosil dalam pemanasan
rumah tangga, atau proses industri, komersial, dan kelembagaan

4. Lingkungan

Manfaat biogas bagi lingkungan sangat banyak.

 mengontrol perkecambahan gulma, mengurangi penggunaan herbisida

22
 menghilangkan senyawa penyebab bau

 menangkap dan menggunakan metana, gas rumah kaca 21 kali lebih buruk
dari CO2

 Mengubah aliran limbah energi tinggi menjadi bahan bakar, mengalihkannya


dari TPA

Sebagai ilustrasi dapat dilihat manfaat biogas dari bagan dibawah ini:

Berikut beberapa faktor yang bisa menjadi pertimbangan Indonesia memiliki prospek
yang baik dalam penggunaan biogas:

 Indonesia memiliki banyak peternakan, menurut statistikdata website departemen


pertanian Indonesia, setiapprovinsi memiliki ternak rata-rata ternak sekitar 500
ribuyang jika dijumlahkan Indonesia memiliki sekitar 13 utasapi dan sapi potong,
serta 28 juta kambing, domba dankerbau. Namun pengelolahan kotoran ternak
belumdimanfaatkan secara optimal bahkan menimbulkan masalah;
 Biogas mampu mendukung energi bagi industri rumahtangga dan indusrti kecil
menengah;

23
 Meninjau TPA di Indoesia yang masih banyak mengalamimasalah sampah organik
yang bercampur dengan sampahanorganik. Sampah organik bisa digunakan sebagai
bahanadasar biogas;
 Harga minyak yang mahal sehingga memungkinkan biogasmenjadi sumber energi
alternatif;
 Kenaikan biaya sumber energi seperti tarif listrik, hargaLPG, premium, minyak
tanah, dan minyak bakar lainnya;
 Prospek diutamakan pada tempat-tempat banyak yangmasih dalam masa
pembangunan (kompleks perumahanbaru, gedung perkantoran baru dan pedesaan)
dan tempatpeternakan;
 Penggunaan biogas relatif tidak menimbulkan polusi.

2.4 Prinsip dan Proses pembuatan biogas


Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara
anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah
berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah
yang disebut biogas. Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah
mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah
30-55oC, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan bahan
organik secara optimal.

Pada prinsipnya, teknologi biogas adalah teknologi yang memanfaatkan proses


fermentasi (pembusukan) dari sampah organik secara anaerobik (tanpa udara) oleh
bakteri methan sehingga dihasilkan gas methan. Gas methan adalah gas yang
mengandung satu atom C dan 4 atom H yang memiliki sifat mudah terbakar. Gas methan
yang dihasilkan kemudian dapat dibakar sehingga dihasilkan energi panas. Bahan organik
yang bisa digunakan sebagai bahan baku industri ini adalah sampah organik, limbah yang
sebagian besar terdiri dari kotoran, dan potongan-potongan kecil sisa-sisa tanaman,
seperti jerami dan sebagainya, serta air yang cukup banyak . Proses ini sebetulnya terjadi
secara alamiah sebagaimana peristiwa ledakan gas yang terbentuk di bawah tumpukan
sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Leuwigajah, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat .

24
Prinsip pembangkit biogas, yaitu menciptakan alat yang kedap udara dengan
bagian-bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), lubang pemasukan bahan baku dan
pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan (slurry), dan pipa penyaluran biogas yang
terbentuk. Di dalam digester ini terdapat bakteri methan yang mengolah limbah bio atau
biomassa dan menghasilkan biogas. Dengan pipa yang didesain sedemikian rupa, gas
tersebut dapat dialirkan ke kompor yang terletak di dapur. Gas tersebut dapat digunakan
untuk keperluan memasak dan lain-lain .
Langkah pertama yang dilakukan untuk membuat biogas adalah membuat
instalasi. Instalasi terdiri dari bangunan utama yaitu digester yang berfungsi untuk
menampung gas methan hasil perombakan bahan-bahan organik oleh bakteri.

Jenis digester yang sering digunakan adalah model countinous feeding dengan


pengisian bahan bakar organiknya dilakukan secara terus-menerus. Besar kecilnya
digester tergantung pada banyak kotoran ternak yang dihasilkan dan banyaknya biogas
yang diinginkan. Lahan yang diperlukan untuk tahap ini sekitar 16 m².

Untuk membuat digester dibutuhkan bahan seperti pasir, semen, batu kali, baru
koral, batu merah, besok konstruksi, cat, dan pipa pralon. Perlu diperhatikan untuk
pemilihan lokasi, sebaiknya bangunan dekat dengan kandang ternak, sehingga kotoran
ternak yang sudah dibersihkan agar dapat langsung disalurkan ke dalam digester.

25
Namun, tidak hanya digester saja yang menjadi bagian penting,
penampung sludge (lumpur) juga harus dibangun. Sludge nantinya dapat dipisahkan dan
dijadikan pupuk organik pada dan pupuk organik cair.

Setelah proses pembuatan instalasi biogas selesai, maka langkah selanjutnya yaitu
mencampurkan kotoran sapi bersama lumpur dengan perbandingan 1:1 pada penampung
sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kotoran ke dalam digester.

Setelah itu, dilanjutkan dengan mengalirkan lumpur ke dalam digester melalui


lubang pemasukan. Pada pengisian pertama, kran gas yang ada digester dibuka agar
pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdorong atau terdesak
keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah banyak
hingga digester penuh.

Melakukan penambahan starter (banyak dijual di pasaran) sebanyak 1 liter dan isi


rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester
3,5 sampai 5,0 m². Setelah digester penuh, tutuplah kran gas agar terjadi proses
fermentasi.

Kemudian lakukan pembuangan gas dihasilkan pada hari ke satu sampai ke


delapan karena pada masa ini gas yang terbentuk adalah karbondioksida atau CO2.
Sedangkan pada hari ke sepuluh sampai ke empat belas barulah terbentuk gas methan
(CH4) dan gas CO2 sudah mulai menurun.Pada komposisi CH4 54% dan 27% biogas
telah dapat digunakan. Biasanya dicapai pada hari ke empat belas agar gas yang terbentuk
dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Sampai
tahap ini, maka kita sudah bisa menghasilkan energi yang terbarukan dan biogas yang
dihasilkan sudah tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Tahap selanjutnya adalah digester
secara terus menerus diisi dengan lumpur kotoran sapi secara kontinyu agar menghasilkan
biogas yang optimal.

Proses pembuatan biogas dengan langkah langkah sebagai berikut:


1. Ambil sampah organic sebanyak 10 kg, selanjutnya lakukan pencacahan
dengan ukuran lebih kecil maksimal = 5 mm
2. Sampah organic yang sudah dicacah ditambahkan air sebanyak 20 % sampai
membentuk bubur

26
3. Melakukan penambahan starter sesaui dengan tugas kelompok sebanyak 1 kg
dan alat percobaan ditutup supaya terjadi proses fermentasi
4. Lakukan pengamatan terhadap percobaan setiap hari dan
5. Melakukan pengamatan dari pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang
terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru
terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4
54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala.
6. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api
pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa
menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau
seperti bau kotoran sapi..
7. Pada hari ke-5 tambahkan campuran sampah organic yang sudah dicacah ke
dalam bak percobaan sebanyak 1,0 kg
8. Tambahan input makanan ini sekali 2 hari
9. Sebagai starter awal tambahkan

Tanpa
No. kelompok Jenis Starter Diaduk
Diaduk
1. Kotoran sapi
2. Kotoran kambing
3. Kotoran ayam
4. Kotoran kuda
5. Kotoran kerbau
6. Tanpa starter

10. Lakukan pengamatan setiap hari selama minimal 14 hari


11. Alat dan bahan dibutuhkan disesuaikan dengan kondisi dilapangan
12. Selamat berinovasi dan berkereatif
Bahan. Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan biogas dari kotoran ternak
antara lain: Feses sapi, air dan starter.

Langkah-langkah

27
1. Kotoran sapi dicampur dengan air hingga terbentuk lumpur dengan perbandingan
1:1 pada bak penampung sementara.
2. Lumpur dari bak penampungan sementara kemudian di alirkan ke digester. Pada
pengisian pertama digester harus di isi sampai  penuh.
3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran). Setelah digester penuh,
kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
4. Gas metan sudah mulai di hasilkan pada hari 10 sedangkan pada hari ke -1 sampai
ke – 8 gas yang terbentuk adalah CO2. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27%
maka biogas akan menyala.
5. Pada hari ke -14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada
kompor gas atau kebutuhan lainnya.
6. Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu sebanyak
kurang lebih 20 liter setiap pagi dan sore hari. Sisa pengolahan bahan biogas
berupa lumpur / sludge secara otomatis akan keluar dari lubang pengeluaran
(outlet) setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas. Sisa hasil pengolahan bahan
biogas tersebut dapat digunakan sebagai pupuk kandang/pupuk organik, baik
dalam keadaan basah (cair) maupun kering. (Direktorat Pengolahan Hasil
Pertanian, 2009).

Sebagai ilustrasi digester dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

28
Proses kimiawi biogas

Pembentukan biogas dilakukan oleh mikroba pada situasi anaerob, yang meliputi tiga
tahap, yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap metanogenik. Secara garis
besar, penjelasan tahap – tahap tersebut sebagai berikut :

1. Hidrolisis.

Pada tahap hidrolisis, bahan organik di enzimatik secara eksternal oleh enzim
ekstra selular (selulose, amilase, protease dan lipase) mikroorganisme. Bakteri
memutuskan rantai panjang karbohidrat komplek, protein dan lipida menjadi senyawa
rantai pendek. Sebagai contoh polisakarida diubah menjadi monosakarida sedangkan
protein diubah menjadi peptida dan asam amino.
Berdasarkan uraian tersebut, pada proses hidrolisis terjadi pelarutan bahan-bahan
organik mudah larut dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi
sederhana dan perubahan struktur bentuk primer menjadi bentuk monomer.

2. Pengasaman.

Pada tahap ini bakteri menghasilkan asam, mengubah senyawa rantai pendek hasil
proses pada tahap hidrolisis menjadi asam asetat (CH3COOH), hidrogen (H2) dan
29
karbondioksida (CO2). Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerobik yang dapat
tumbuh dan berkembang pada keadaan asam. Untuk menghasilkan asam asetat,
bakteri tersebut memerlukan oksigen dan karbon yang diperoleh dari oksigen
yang terlarut dalam larutan.

Pembentukan asam pada kondisi anaerobik tersebut penting untuk pembentuk gas
metana oleh mikroorganisme pada proses selanjutnya. Selain itu, bakteri tersebut
juga mengubah senyawa yang bermolekul rendah menjadi alkohol, asam organik,
asam amino, karbondioksida, H2S, dan sedikit gas metana.

3. Metanogenik.

Pada tahap ini bakteri metanogenik mendekomposisikan senyawa dengan berat


molekul rendah menjadi senyawa dengan berat molekul tinggi. Sebagai contoh
bakteri ini menggunakan hidrogen, CO2 dan asam asetat untuk membentuk
metana dan CO2. Bakteri penghasil asam dan gas metana bekerjasama secara
simbiosis. Bakteri penghasil asam membentuk keadaan atmosfir yang ideal untuk
bakteri penghasil metana. Sedangkan bakteri pembentuk gas metana
menggunakan asam yang dihasilkan bakteri penghasil asam. Tanpa adanya proses
simbiotik tersebut, akan menciptakan kondisi toksik bagi mikroorganisme
penghasil asam.

Sebagai ilustrasi dapat dilihat proses pembentukan biogas dari bagan dibawah ini:

30
2.5 jenis reaktor dan proses kerja biogas

1. Jenis reaktor
Ada beberapa jenis reaktor biogas yang dikembangkan diantaranya adalah reaktor
jenis kubah tetap (Fixed-dome), reaktor terapung (Floating drum), reaktor jenis
balon, jenis horizontal, jenis lubang tanah, jenis ferrocement. Dari keenam jenis
digester biogas yang sering digunakan adalah jenis kubah tetap (Fixed-dome) dan
jenis Drum mengambang (Floating drum). Beberapa tahun terakhi ini
dikembangkan jenis reaktor balon yang banyak digunakan sebagai reaktor
sedehana dalam skala kecil.
a. Reaktor kubah tetap (fixed-dome)
Reaktor ini disebut juga reaktor china. Dinamakan demikian karena
reaktor ini dibuat pertama kali di chini sekitar tahun 1930 an, kemudian
sejak saat itu reaktor ini berkembang dengan berbagai model. Pada reaktor
ini memiliki dua bagian yaitu digester sebagai tempat pencerna material
biogas dan sebagai rumah bagi bakteri,baik bakteri pembentuk asam

31
ataupun bakteri pembentu gas metana. bagian ini dapat dibuat dengan
kedalaman tertentu menggunakan batu, batu bata atau beton. Strukturnya
harus kuat karna menahan gas aga tidak terjadi kebocoran. Bagian yang
kedua adalah kubah tetap (fixed-dome). Dinamakan kubah tetap karena
bentunknya menyerupai kubah dan bagian ini merupakan pengumpul gas
yang tidak bergerak (fixed). Gas yang dihasilkan dari material organik
pada digester akan mengalir dan disimpan di bagian kubah.
Keuntungan dari reaktor ini adalah biaya konstruksi lebih murah daripada
menggunaka reaktor terapung, karena tidak memiliki bagian yang bergerak
menggunakan besi yang tentunya harganya relatif lebih mahal dan
perawatannya lebih mudah. Sedangkan kerugian dari reaktor ini adalah
seringnya terjadi kehilangan gas pada bagian kubah karena konstruksi
tetapnya.
b. Reaktor floating drum
Reaktor jenis terapung pertama kali dikembangkan di india pada tahun
1937 sehingga dinamakan dengan reaktor India. Memiliki bagian digester
yang sama dengan reaktor kubah, perbedaannya terletak pada bagian
penampung gas menggunakan peralatan bergerak menggunakan drum.
Drum ini dapat bergerak naik turun yang berfungsi untuk menyimpan gas
hasil fermentasi dalam digester. Pergerakan drum mengapung pada cairan
dan tergantung dari jumlah gas yang dihasilkan. Keuntungan dari reaktor
ini adalah dapat melihat secara langsung volume gas yang tersimpan pada
drum karena pergerakannya. Karena tempat penyimpanan yang terapung
sehingga tekanan gas konstan. Sedangkan kerugiannya adalah biaya
material konstruksi dari drum lebih mahal. faktor korosi pada drum juga
menjadi masalah sehingga bagian pengumpul gas pada reaktor ini
memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan menggunakan tipe kubah
tetap.
c. Reaktor balon
Reaktor balon merupakan jenis reaktor yang banyak digunakan pada skala
rumah tangga yang menggunakan bahan plastik sehingga lebih efisien
dalam penanganan dan perubahan tempat biogas. reaktor ini terdiri dari
satu bagian yang berfungsi sebagai digester dan penyimpan gas masing

32
masing bercampur dalam satu ruangan tanpa sekat. Material organik
terletak dibagian bawah karena memiliki berat yang lebih besar
dibandingkan gas yang akan mengisi pada rongga atas.

2. Proses kerja biogas


Di dalam digester bakteri-bakteri methan mengolah limbah bio atau biomassa dan
menghasilkan biogas methan. Dengan pipa yang didesain sedemikian rupa, gas
tersebut dapat dialirkan ke kompor yang terletak di dapur. Gas tersebut dapat
digunakan untuk keperluan memasak dan lain-lain. Biogas dihasilkan dengan
mencampur limbah yang sebagian besar terdiri atas kotoran ternak dengan
potongan-potongan kecil sisa-sisa tanaman, seperti jerami dan sebagainya, dengan
air yang cukup banyak.
Untuk pertama kali dibutuhkan waktu lebih kurang dua minggu sampai satu bulan
sebelum dihasilkan gas awal. Campuran tersebut selalu ditambah setiap hari dan
sesekali diaduk, sedangkan yang sudah diolah dikeluarkan melalui saluran
pengeluaran. Sisa dari limbah yang telah dicerna oleh bakteri methan atau bakteri
biogas, yang disebut slurry atau lumpur, mempunyai kandungan hara yang sama
dengan pupuk organik yang telah matang sebagaimana halnya kompos sehingga
dapat langsung digunakan untuk memupuk tanaman, atau jika akan disimpan atau
diperjualbelikan dapat dikeringkan di bawah sinar matahari sebelum dimasukkan
ke dalam karung.
Perubahan biogas menjadi energi listrik dilakukan dnegan memasukkan gas dalam
tabung penampung kemudian masuk ke conversion kit yang berfungsi
menutunkan tekanan gas dari tabung sesuai dengan tekanan operasional mesin dan
mengatur debit gas yang bercampus dengan udara didalam mixer, dari mixer
bahan bakar bersama dengan udara masuk kedalam mesin dan terjadilah
pembakaran yang akan menghasilkan daya untuk menggerakkan generator yang
mengahasilkan energi listrik. Karakteristik pembakaran yang terjadi pada mesin
diesel berbeda dengan pembakaran pada mesin bensin.

a. Karakteristik pembakaran biogas didalam mesin diesel


Bahan bakar biogas membutuhkan rasio kompresi yang tinggi untuk
proses pembakaran sebab biogas mempunyai titik nyala yang tinggai 645

33
derjad celcius- 750 derjad celcius dibandingkan titik nyala sola 220 derjad
celcius, maka mesin diesel umumnya digunakna secara dualfuel dengan rasio
kompresi sekitar 15-18. Proses pembakaran pada mesin dualfuel, bahan bakar
biogas dan udara masuk keruang bakar pada saat langkah hisap dan kemudian
dikompresikan didalam silinder seperti halnya udara dalam mesin diesel biasa.
Bahan bakar solar dimasukkan lewar nosel pada saat mendekari akhir langkah
kompresi, dekat titik mati atas (TMA) sehingga terjadi pembakaran.
Temperatur awal kompresi tidak boleh lebh dari 80 derjad celcius
karena akan menyebabkan terjdinya knocking dan peristiwa knocking yang
terjadi pada mesin bensin, yaitu terjadinya pembakaran yang lebih awal akibat
tekanan yang tinggi dari mesin diesel. Hal ini disebabkan karena bahan bakar
biogas masuk bersama-sama dengan udara ke ruang bakar, sehingga yang
dikompresikan tidak hanya udara tapi juga biogas

b. Karateristik pembaaran biogas didalam mesin bensin


Mesin bensin dengan rasio kompresi yang hanya bersikasar antara 6-95
tidak cukup untuk melakukan pembakaran karena titik nyala biogas yang
tinggi, utnuk itu dilakukan penambahan rasio kompresi mesin menjadi 10-12.
Proses pembakaran biogas sama seperti pada mesin bensin normal, yaitu
biogas dan udara masuk ke ruang bakar dan pada akhir langkah kompresi
terjadi pembakaran, pembakaran ini terjadi karena bantuan loncatan bunga api
dari busi.
c. Pemilihan mesin penggerak
Berdasarkan hasil survey lapangan bahwa mesin yang dapat digunakan
untuk mesin penggerak generator PLTBG adalah mesin diesel dan bensin. Di
pasaran untuk mesin bensin harganya jauh lebih mahal dari mesin diesel
dengan daya yang sama dan utnuk daya yang besar hanya mesin diesel yang
dapat digunakan sebab tidak adanya mesin bensin dengan daya besar di
pasaran. Penggunaan kedua jenis mesin tersebut dalam kenyataan
menghasilkan efisiesni yang rendah sehingga perlu adanya modifikasi.
Modifikasi yang perlu dilakukan untuk mengubah mesin diesel
menjadi mesin berbahan bakar biogas adalah dengan menambahkan coversion
kit dan mixer. Fungsi coversion kit adalah untuk mengatur debit dan

34
menurunkan tekanan aliran bahan bakar sesuai dengan tekanan operasional
yang diinginkan sedangkan mixer berfungsi sebagai pencampur bahan bakar
dengan udara. Pemasangan mixer terletak pada saluran masuk udara dan
conversion kit yang tepasang antara mixer dan abung gas. Sistem modifikasi
ini menggunakan sistem dualfuel yaitu mesin menggunakan dua bahan bakar
yang dilakukan secara bersamaan dengan komposisi 20% solar dan 80%
biogas. Hal ini dilakukan karena titik nyala pembakaran biogas sangat tinggi
yaitu sekitar 645̊ C-750 ̊ C.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesuksesan Pemanfaatan Biogas Kotoran


Ternak

Untuk memanfaatkan kotoran ternak menjadi biogas, diperlukan beberapa syarat yang
terkait dengan aspek teknis, infrastruktur, manajemen dan sumber daya manusia.Bila
faktor tersebut dapat dipenuhi, maka pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas sebagai
penyediaan energi dipedesaan dapat berjalan dengan optimal.

Banyak faktor yang mepengaruhi keberhasilan produksi biogas. Faktor pendukung


untuk mempercepat proses fermentasi adalah kondisi lingkungan yang optimal bagi
pertumbuhan bakteri perombak.

Terdapat sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi optimasi pemanfaatan kotoran


ternak menjadi biogas yaitu : (Dede Sulaeman, 2009):

1. Bahan baku isian


Bahan baku isian berupa bahan organik seperti kotoran ternak, limbah
pertanian, sisa dapaur, dan sampah organik yang terhindar dari bahan
anorganik. Bahan isian harus mengandung 7 – 9 % bahan kering dengan
pengenceran 1 : 1 (bahan baku : air).
2. Rasio atau imbangan C/N

Imbangan C/N yang terkandung dalam bahan organik sangat menentukan kehidupan dan
aktivitas mikroorganisme dengan imbangan C/N optimum 25 – 30 untuk mikroorganisme
perombak. Rasio C/N adalah besaran yang menyatakan perbandingan jumlah atom
karbon dibagi dengan atom nitrogen. Di dalam reaktor terdapat populasi mikroba yang

35
memerlukan karbon dan nitrogen. Apabila nitrogen tidak tersedia dengan cukup, maka
mikroba tidak dapat memproduksi enzim yang berguna untuk mencerna karbon. Apabila
nitrogen terlalu banyak maka pertumbuhan mikroba akan terganggu, hal ini khususnya
terjadi apabila kandungan ammonia didalam substrat terlalu tinggi. Kebutuhan atom atom
karbon selama respirasi pembentukan untuk setiap 1 atom nitrogen adalah sebanyak 30
atom karbon. Oleh karena itu nilai C/N yang baik adalah sekitar 30.

3. Derajat keasaman (pH).

Derajat keasaman sangat berpengaruh terhadap kehidupan mikroorganisme.


Derajat keasaman yang optimum bagi kehidupan mikroorganisme adalah 6,5 –
7,5.

4. Temperatur.

Produksi biogas akan menurun secara cepat akibat perubahan temperatur yang
mendadak di dalam instalasi pengolahan biogas. Untuk menstabilkan
temperatur kita dapat membuat instalasi biogas di dalam tanah.  Temperatur 
optimal dalam proses biogas berkisar 35-38 (Mesofilik) dan 55-57
(Termofilik)

5. Starter.

starter diperlukan untuk mempercepat proses perombakan bahan organik


hingga menjadi biogas. Starter merupakan mikroorganisme perombak yang

36
telah dijual komersil dapat juga digunakan lumpur aktif organik atau cairan
rumen. (Simamora, 2006)

6.  Pengadukan.

Pengadukan dalam proses pembuatan biogas berfungsi untuk mengontrol PH,


menjaga lingkungan agar tetap homogen, pendistribusian larutan starter agar
menyebar pada seluruh digester serta mencegah penumpukan produk
metabolisme berkonsentrasi tinggi yang dapat menghambat bakteri
metanogen.

7. Nutrisi.

Nutrisi yang dibutuhkan dalam proses biogas adalah nitrogen, fosfor dan
unsur-unsur lain dalam jumlah mikronutrisi. Nutrisi tersebut berfungsi untuk
membangun sel-sel dalam membentuk mikroorganisme dan menghasilkan
biogas. Unsur kimia yang membentuk mikroorganisme antara lain karbon
(50%), Oksigen (20%), Nitrogen (12%), Hidrogen (8%), Fosfor (2%), Sulfur
(1%) dan Kalium (1%). Proses Pembentukan biogas membutuhkan rasio C:N
= 25:1

Parameter Satuan Rentang Keterangan

35-3855- Proses MesofilikProses


Suhu 0
C
57 Termofilik

Waktu Retensi
Hari 20-50 Tergantung limbah cair
Hidrolik

ppm
Konsentrasi COD <80.000 Tergantung peternakan
COD

37
Konsentrasi
% 50-75 Tergantung substrat
Methana

pH   6,5-7,5 Selama fermentasi

8. Ketersediaan ternak

Jenis, jumlah dan sebaran ternak di suatu daerah dapat menjadi potensi bagi
pengembangan biogas.Hal ini karena biogas dijalankan dengan memanfaatkan
kotoran ternak.Kotoran ternak yang dapat diproses menjadi biogas berasal dari
ternak ruminansia dan non ruminansia seperti sapi potong, sapi perah dan babi;
serta unggas.Jenis ternak mempengaruhi jumlah kotoran yang dihasilkannya.
Untuk menjalankan biogas skala individual atau rumah tangga diperlukan kotoran
ternak dari 3 ekor sapi, atau 7 ekor babi, atau 500 ekor ayam.

9. Kepemilikan Ternak

Jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak menjadi dasar pemilihan jenis dan
kapasitas biogas yang dapat digunakan.Saat ini biogas kapasitas rumah tangga
terkecil dapat dijalankan dengan kotoran ternak yang berasal dari 3 ekor sapi atau
7 ekor babi atau 500 ekor ayam.Bila ternak yang dimiliki lebih dari jumlah
tersebut, maka dapat dipilihkan biogas dengan kapasitas yang lebih besar
(berbahan fiber atau semen) atau beberapa biogas skala rumah tangga.

10. Pola Pemeliharaan Ternak

Ketersediaan kotoran ternak perlu dijaga agar biogas dapat berfungsi optimal.
Kotoran ternak lebih mudah didapatkan bila ternak dipelihara dengan cara
dikandangkan dibandingkan dengan cara digembalakan.

11. Ketersediaan Lahan

Untuk membangun biogas diperlukan lahan disekitar kandang yang


luasannya bergantung pada jenis dan kapasitas biogas.Lahan yang dibutuhkan
untuk membangun biogas skala terkecil (skala rumah tangga) adalah 14 m2 (7m x
38
2m).Sedangkan skala komunal terkecil membutuhkan lahan sebesar 40m 2 (8m x
5m).

12. Tenaga Kerja

Untuk mengoperasikan biogas diperlukan tenaga kerja yang berasal dari


peternak/pengelola itu sendiri.Hal ini penting mengingat biogas dapat berfungsi
optimal bila pengisian kotoran ke dalam reaktor dilakukan dengan baik serta
dilakukan perawatan peralatannya.

Banyak kasus mengenai tidak beroperasinya atau tidak optimalnya biogas


disebabkan karena: pertama, tidak adanya tenaga kerja yang menangani unit
tersebut; kedua, peternak/pengelola tidak memiliki waktu untuk melakukan
pengisian kotoran karena memiliki pekerjaan lain selain memelihara ternak.

13. Manajemen Limbah/Kotoran

Manajemen limbah/kotoran terkait dengan penentuan komposisi padat cair


kotoran ternak yang sesuai untuk menghasilkan biogas, frekuensi pemasukan
kotoran, dan pengangkutan atau pengaliran kotoran ternak ke dalam raktor. Bahan
baku (raw material) reaktor biogas adalah kotoran ternak yang komposisi padat
cairnya sesuai yaitu 1 berbanding 3. Pada peternakan sapi perah komposisi padat
cair kotoran ternak biasanya telah sesuai, namun pada peternakan sapi potong
perlu penambahan air agar komposisinya menjadi sesuai.

Frekuensi pemasukan kotoran dilakukan secara berkala setiap hari atau setiap
2 hari sekali tergantung dari jumlah kotoran yang tersedia dan sarana penunjang
yang dimiliki. Pemasukan kotoran ini dapat dilakukan secara manual dengan cara
diangkut atau melalui saluran

14. Kondisi anaerob atau kedap udara

Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan organik oleh mikroorganisme


anaerob. Instalasi pengolahan biogas harus kedap udara.

15. Kebutuhan Energi

39
Pengelolaan kotoran ternak melalui proses reaktor an-aerobik akan
menghasilkan gas yang dapat digunakan sebagai energi. Dengan demikian,
kebutuhan peternak akan energi dari sumber biogas harus menjadi salah satu
faktor yang utama. Hal ini mengingat, bila energi lain berupa listrik, minyak tanah
atau kayu bakar mudah, murah dan tersedia dengan cukup di lingkungan peternak,
maka energi yang bersumber dari biogas tidak menarik untuk dimanfaatkan. Bila
energi dari sumber lain tersedia, peternak dapat diarahkan untuk mengolah
kotoran ternaknya menjadi kompos atau kompos cacing (kascing).

16. Jarak (kandang-reaktor biogas-rumah)

Energi yang dihasilkan dari reaktor biogas dapat dimanfaatkan untuk


memasak, menyalakan petromak, menjalankan generator listrik, mesin penghangat
telur/ungas dll. Selain itu air panas yang dihasilkan dapat digunakan untuk proses
sanitasi sapi perah.

Pemanfaatan energi ini dapat optimal bila jarak antara kandang ternak, reaktor
biogas dan rumah peternak tidak telampau jauh dan masih memungkinkan
dijangkau instalasi penyaluran biogas.Karena secara umum pemanfaatan energi
biogas dilakukan di rumah peternak baik untuk memasak dan keperluan lainnya.

17. Pengelolaan Hasil Samping Biogas

Pengelolaan hasil samping biogas ditujukan untuk memanfaatkannya menjadi


pupuk cair atau pupuk padat (kompos). Pengeolahannya relatif sederhana yaitu
untuk pupuk cair dilakukan fermentasi dengan penambahan bioaktivator agar
unsur haranya dapat lebih baik, sedangkan untuk membuat pupuk kompos hasil
samping biogas perlu dikurangi kandungan airnya dengan cara diendapkan,
disaring atau dijemur. Pupuk yang dihasilkan tersebut dapat digunakan sendiri
atau dijual kepada kelompok tani setempat dan menjadi sumber tambahan
pandapatan bagi peternak.

2.6 kelebihan dan kekeurangan dari biogas


Kelebihan :
a. Masyarakat tak perlu menebang pohon untuk dijadikankayu bakar;
b. Proses memasak jadi lebih bersih, dan sehat karena tidakmengeluarkan asap.
40
c. Kandang hewan menjadi semakin bersih karena limbahkotoran kandang langsung
dapat diolah;
d. Sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester dapatdijadikan pupuk sehingga tidak
mencemari lingkungan;
e. Dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kacamelalui pengurangan
pemakaian bahan bakar kayu danbahan bakar minyak;
f. Realatif lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran;
g. Mengurangi penggunaan bahan bakar lain (minyaktanah, kayu, dsb) oleh rumah
tangga atau komunitas;
h. Menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi sebagaihasil sampingan;
i. Menjadi metode pengolahan sampah (raw waste) yangbaik dan mengurangi
pembuangan sampah ke lingkungan(aliran air/sungai);
j. Meningkatkan kualitas udara karena mengurangi asapdan jumlah karbodioksida akibat
pembakaran bahanbakar minyak/kayu bakar;
k. Secara ekonomi, murah dalam instalasi serta menjadiinvestasi yang menguntungkan
dalam jangka panjang.

kekurangan:
a. Memerlukan dana tinggi untuk aplikasi dalam bentukinstalasi biogas;
b. Tenaga kerja tidak memiliki kemampuan memadaiterutama dalam proses produksi;
c. Belum dikenal masyarakat;
d. Tidak dapat dikemas dalam bentuk cair dalam tabung

Perhitungan peluang pemanfaatan biogas dalam mengatasi masalah BBM di


indonesia Program penghapusan BBM yang dilaksanakan pada tahun 2005 akan menjadi
momentum yang tepat dalam penggunaan energi alternatif seperti biogas. Hal ini bisa
dihitung dengan adanya jumlah bahan baku biogas yang melimpah dan rasio antara energi
biogas dan energi minyak bumi yang menjanjikan (8900 kkal/m3 gas methan murni) .

Hal yang pertama harus diperhitungkan dalam menghitung jumlah energi yang
dihasilkan adalah berapa banyak jumlah bahan baku yang dihasilkan. Jumlah
bahan baku gas ini didapatkan dengan menjumlahkan jumlah feses dan sampah organik

41
yang dihasilkan setiap hari. Jumlah bahan baku ini akan menentukan berapa jumlah
energi dan volume alat pembentuk biogas .

Sebagai pertimbangan, telah diketahui di China dan India, dalam 1 hari jumlah
feses yang dihasilkan 1 ekor sapi adalah 5 kg dan 80 kilogram kotoran sapi yang
dicampur 80 liter air dan potongan limbah lainnya dapat menghasilkan 1 meter kubik
biogas . Jika diasumsikan bahwa jumlah feses manusia yang dihasilkan sebanyak 0.5
kg/hari/orang, 1 keluarga terdiri dari 5 orang, dan setiap keluarga memelihara 1 ekor sapi,
serta 1 desa terdiri dari 40 orang, maka akan didapatkan hasil perhitungan jumlah feses
yang dihasilkan sebanyak 140 kg feses/ hari. Dengan jumlah ini, maka biogas yang
dihasilkan setiap hari sebanyak 1,75 m3/hari atau sebesar 15.575 kkal/hari.

Hal ini akan semakin mengejutkan dengan adanya perhitungan bahwa jumlah
penduduk indonesia berdasarkan data statistik pada tahun 2000 sebanyak lebih dari 200
juta jiwa . Dengan hanya mengandalkan asumsi perhitungan jumlah kotoran manusia
tanpa memperhitungan sampah organik dan feses hewan ternak, akan didapatkan hasil
feses sebanyak 100 juta kg feses/hari atau 1,25 juta m3/hari atau 11.125 juta kkal/hari.
Apabila dengan asumsi konversi 1 J = 4.2 kal maka akan didapatkan hasil total energi
yang dihasilkan hanya dari jumlah penduduk adalah sebesar 30.66 MW.
2.7 Teknologi Digester

Saat ini berbagai bahan dan jenis peralatan biogas telah banyak dikembangkan sehingga
dapat disesuaikan dengan karakteristik wilayah, jenis, jumlah dan pengelolaan kotoran
ternak. Secara umum terdapat dua teknologi yang digunakan untuk memperoleh biogas.
Pertama, proses yang sangat umum yaitu fermentasi kotoran ternak menggunakan
digester yang didesain khusus dalam kondisi anaerob. Kedua, teknologi yang baru
dikembangkan yaitu dengan menangkap langsung gas metan dari lokasi tumpukan
sampah tanpa harus membuat digester khusus. Peralatan dan proses pengolahan dan
pemanfaatan biogas ditampilkan pada gambar berikut.

42
43
Beberapa keuntungan kenapa digester anaerobik lebih banyak digunakan antara lain :
Keuntungan pengolahan limbah

Digester anaerobik merupakan proses pengolahan limbah yang alami


Membutuhkan lahan yang lebih kecil dibandingkan dengan proses kompos aerobik
ataupun penumpukan sampah
Memperkecil volume atau berat limbah yang dibuang
Memperkecil rembesan polutan Keuntungan energi
Proses produksi energi bersih
Memperoleh bahan bakar berkualitas tinggi dan dapat diperbaharui
Biogas dapat dipergunakan untuk berbagai penggunaan Keuntungan lingkungan .
Menurunkan emisi gas metan dan karbondioksida secara signifikan
Menghilangkan bau
Menghasilkan kompos yang bersih dan pupuk yang kaya nutrisi
Memaksimalkan proses daur ulang
Menghilangkan bakteri coliform sampai 99% sehingga memperkecil kontaminasi sumber
air
Keuntungan ekonomi

a. Lebih ekonomis dibandingkan dengan proses lainnya ditinjau dari siklus ulang proses.
Bagian utama dari proses produksi biogas yaitu tangki tertutup yang disebut digester.
Desain digester bermacam-macam sesuai dengan jenis bahan baku yang digunakan,
temperatur yang dipakai dan bahan konstruksi. Digester dapat terbuat dari cor beton, baja,
bata atau plastik dan bentuknya dapat berupa seperti silo, bak,

44
kolam dan dapat diletakkan di bawah tanah. Sedangkan untuk ukurannya bervariasi dari
4-35 m3 . Biogas dengan ukuran terkecil dapat dioperasikan dengan kotoran ternak 3 ekor
sapi, 7 ekor babi atau 500 ekor unggas.

Biogas yang dihasilkan dapat ditampung dalam penampung plastik atau digunakan
langsung pada kompor untuk memasak, menggerakan generator listrik, patromas biogas,
penghangat ruang/kotak penetasan telur dll.
Cara Pembuatan Biogas

Kotoran ternak Cara Pembuatan

Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk
memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat
dan pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan
terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.
Berikut adalah langkah-langkahnya :

Mencampur kotoran ternak dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1
pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan
kedalam digester
Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian
pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara
yang ada didalam digester

45
terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam
jumlah yang banyak sampai digester penuh.
Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen
segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 -
5,0 m2 . Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke- 8 karena yang
terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke- 10 sampai hari ke-14 baru terbentuk
gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27%
maka biogas akan menyala.
Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor
gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi
biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi.
Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran ternak secara kontinu sehingga dihasilkan
biogas yang optimal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan pemanfaatan biogas kotoran


ternak

Untuk memanfaatkan kotoran ternak menjadi biogas, diperlukan beberapa syarat yang
terkait dengan aspek teknis, infrastruktur, manajemen dan sumber daya manusia. Bila
faktor tersebut dapat dipenuhi, maka pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas sebagai
penyediaan energi dipedesaan dapat berjalan dengan optimal.
Terdapat sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi optimasi pemanfaatan kotoran ternak
menjadi biogas yaitu : (Dede Sulaeman, 2009)
Ketersediaan ternak

Jenis, jumlah dan sebaran ternak di suatu daerah dapat menjadi potensi bagi
pengembangan biogas. Hal ini karena biogas dijalankan dengan memanfaatkan

46
kotoran ternak.Kotoran ternak yang dapat diproses menjadi biogas berasal dari ternak
ruminansia dan non ruminansia seperti sapi potong, sapi perah dan babi; serta unggas.
Jenis ternak mempengaruhi jumlah kotoran yang dihasilkannya. Untuk menjalankan
biogas skala individual atau rumah tangga diperlukan kotoran ternak dari 3 ekor sapi, atau
7 ekor babi, atau 500 ekor ayam.
Kepemilikan Ternak

Jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak menjadi dasar pemilihan jenis dan kapasitas
biogas yang dapat digunakan. Saat ini biogas kapasitas rumah tangga terkecil dapat
dijalankan dengan kotoran ternak yang berasal dari 3 ekor sapi atau 7 ekor babi atau 500
ekor ayam. Bila ternak yang dimiliki lebih dari jumlah tersebut, maka dapat dipilihkan
biogas dengan kapasitas yang lebih besar (berbahan fiber atau semen) atau beberapa
biogas skala rumah tangga.
Pola Pemeliharaan

Ternak Ketersediaan kotoran ternak perlu dijaga agar biogas dapat berfungsi optimal.
Kotoran ternak lebih mudah didapatkan bila ternak dipelihara dengan cara dikandangkan
dibandingkan dengan cara digembalakan.
Ketersediaan Lahan

Untuk membangun biogas diperlukan lahan disekitar kandang yang luasannya bergantung
pada jenis dan kapasitas biogas. Lahan yang dibutuhkan untuk membangun biogas skala
terkecil (skala rumah tangga) adalah 14 m2 (7m x 2m). Sedangkan skala komunal terkecil
membutuhkan lahan sebesar 40m2 (8m x 5m).
Tenaga Kerja

Untuk mengoperasikan biogas diperlukan tenaga kerja yang berasal dari


peternak/pengelola itu sendiri. Hal ini penting mengingat biogas dapat berfungsi optimal
bila pengisian kotoran ke dalam reaktor dilakukan dengan baik serta dilakukan perawatan
peralatannya. Banyak kasus mengenai tidak beroperasinya

47
atau tidak optimalnya biogas disebabkan karena: pertama, tidak adanya tenaga kerja yang
menangani unit tersebut; kedua, peternak/pengelola tidak memiliki waktu untuk
melakukan pengisian kotoran karena memiliki pekerjaan lain selain memelihara ternak.
Manajemen Limbah/Kotoran

Manajemen limbah/kotoran terkait dengan penentuan komposisi padat cair kotoran ternak
yang sesuai untuk menghasilkan biogas, frekuensi pemasukan kotoran, dan pengangkutan
atau pengaliran kotoran ternak ke dalam raktor. Bahan baku (raw material) reaktor biogas
adalah kotoran ternak yang komposisi padat cairnya sesuai yaitu 1 berbanding 3. Pada
peternakan sapi perah komposisi padat cair kotoran ternak biasanya telah sesuai, namun
pada peternakan sapi potong perlu penambahan air agar komposisinya menjadi sesuai.
Frekuensi pemasukan kotoran dilakukan secara berkala setiap hari atau setiap 2 hari
sekali tergantung dari jumlah kotoran yang tersedia dan sarana penunjang yang dimiliki.
Pemasukan kotoran ini dapat dilakukan secara manual dengan cara diangkut atau melalui
saluran.
Kebutuhan Energi

Pengelolaan kotoran ternak melalui proses reaktor an-aerobik akan menghasilkan gas
yang dapat digunakan sebagai energi. Dengan demikian, kebutuhan peternak akan energi
dari sumber biogas harus menjadi salah satu faktor yang utama. Hal ini mengingat, bila
energi lain berupa listrik, minyak tanah atau kayu bakar mudah, murah dan tersedia
dengan cukup di lingkungan peternak, maka energi yang bersumber dari biogas tidak
menarik untuk dimanfaatkan. Bila energi dari sumber lain tersedia, peternak dapat
diarahkan untuk mengolah kotoran ternaknya menjadi kompos atau kompos cacing
(kascing).
Jarak (kandang-reaktor biogas-rumah)

Energi yang dihasilkan dari reaktor biogas dapat dimanfaatkan untuk memasak,
menyalakan petromak, menjalankan generator listrik, mesin penghangat telur/ungas dll.
Selain itu air panas yang dihasilkan dapat digunakan untuk proses

48
sanitasi sapi perah. Pemanfaatan energi ini dapat optimal bila jarak antara kandang
ternak, reaktor biogas dan rumah peternak tidak telampau jauh dan masih memungkinkan
dijangkau instalasi penyaluran biogas. Karena secara umum pemanfaatan energi biogas
dilakukan di rumah peternak baik untuk memasak dan keperluan lainnya.
Pengelolaan Hasil Samping Biogas

Pengelolaan hasil samping biogas ditujukan untuk memanfaatkannya menjadi pupuk cair
atau pupuk padat (kompos). Pengeolahannya relatif sederhana yaitu untuk pupuk cair
dilakukan fermentasi dengan penambahan bioaktivator agar unsur haranya dapat lebih
baik, sedangkan untuk membuat pupuk kompos hasil samping biogas perlu dikurangi
kandungan airnya dengan cara diendapkan, disaring atau dijemur. Pupuk yang dihasilkan
tersebut dapat digunakan sendiri atau dijual kepada kelompok tani setempat dan menjadi
sumber tambahan pandapatan bagi peternak.
Sarana Pendukung

Sarana pendukung dalam pemanfaatan biogas terdiri dari saluran air/drainase, air dan
peralatan kerja. Sarana ini dapat mempermudah operasional dan perawatan instalasi
biogas. Saluran air dapat digunakan untuk mengalirkan kotoran ternak dari kandang ke
reaktor biogas sehingga kotoran tidak perlu diangkut secara manual. Air digunakan untuk
membersihkan kandang ternak dan juga digunakan untuk membuat komposisi padat cair
kotoran ternak yang sesuai. Sedangkan peralatan kerja digunakan untuk
mempermudah/meringankan pekerjaan/perawatan instalasi biogas.
Selain sepuluh faktor di atas, kemauan peternak/pelaku untuk, menjalankan instalasi
biogas dan merawatnya serta memanfaatkan energi biogas menjadi modal utama dalam
pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas. Tanpa adanya kemauan peternak untuk
secara aktif mengoptimalkan biogas, maka faktor-faktor lain tidak akan cukum membantu
dalam optimalisasi pemanfaatan biogas.

49
Limbah tahu

Biasanya biogas dibuat dari limbah peternakan yaitu kotoran hewan ternak maupun sisa
makanan ternak, namun pada prinsipnya biogas dapat juga dibuat dari limbah cair. Biogas
sebenarnya adalah gas metana (CH4). Gas metana bersifat tidak berbau, tidak berwarna
dan sangat mudah terbakar. Pada umumnya di alam tidak berbentuk sebagai gas murni
namun campuran gas lain yaitu metana sebesar 65%, karbondioksida 30%, hidrogen
disulfida sebanyak 1% dan gasgas lain dalam jumlah yang sangat kecil. Biogas sebanyak
1000 ft3 (28,32 m3) mempunyai nilai pembakaran yang sama dengan 6,4 galon (1 US
gallon = 3,785 liter) butana atau 5,2 gallon gasolin (bensin) atau 4,6 gallon minyak diesel.
Proses pembuatan biogas dari limbah industri Tahu :

Siapkan bahan berupa limbah cair dari industri pembuatan tahu sebanyak 200 liter, dan
masukan dalam bak penampungan, tunggu hingga dingin
Masukan bahantersebut ke dalam bak yang menghubungkan dengan lubang digetser
hingga penuh.
Diamkan selama 30-40 hari agar terbentuk gas yang diinginkan.
Diamkan selama 30-40 hari, gas akan terbentuk, untuk mendeteksi adanya gas,
bukan karena yang menghubungkan gas dengan kompor, lalu nyalakan. Jika menyala
berarti sudahterbentuk biogas sehingga sudah dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan
Supaya produk gas dapat digunakan setiap hari tambahkan 10kg limbah setiap
hari.
Eceng Gondok

Eceng gondok, tanaman yang selama ini dikenal sebagai tanaman yang merugikan dan
merusak habitat air, ternyata memberi manfaat bagi masyarakat. Bagi warga tersebut,
eceng gondok sangat tepat menjadi alternatif potensi biogas. Gulma yang hidup
mengapung di air dan tidak mempunyai batang, selain daun dan akar yang menempel
pada dasar sungai, kolam dan perairan dangkal mampu

50
tumbuh dengan sangat cepat, terutama pada perairan yang mengandung banyak nutrien
seperti nitrogen, fosfat dan potasium, sehingga sangat berpotensi menjadi bahan baku
biogas.
Biogas ini lebih hemat ketimbang elpiji karena pembuatannya tak memerlukan biaya. Api
yang dihasilkan dari biogas eceng gondok sama besarnya dengan elpiji dan bisa
digunakan untuk keperluan memasak.

Proses Pembuatan :

Larutkan potongan eceng gondok dalam air (1:1)


Tambah feses sapi untuk mempercepat fermentasi
Digester dari penampung air volume 1 kubik untuk menampung larutan enceng
gondok agar menjadi Gas
Gas dari Digester ditampung di Penampung Gas Plastik
. Gas dari Penampung Gas Plastik disalurkan melalui Regulator untuk mengontrol
tekanan gas
Biogas Enceng Gondok siap dipakai

Manfaat Biogas

Dalam perkembangannya Biogas di Indonesia mulai banyak dikembangkan oleh


penduduk desa mereka memanfaatkan seperti limbah pertanian dan peternakan yang
mereka miliki menjadi bahan bakar gas. Pada umumnya,biogasdimanfaatkan pada skala
rumah tangga, namun tidak menutup kemungkinan untuk dimanfaatkan pada skala yang
lebih besar (komunitas). Beberapa keuntungan bagi rumah tangga dan komunitas antara
lain:
Mengurangi penggunaan bahan bakar lain (minyak tanah, kayu, dsb) oleh rumah tangga
atau komunitas;
Menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi sebagai hasil sampingan;

51
Menjadi metode pengolahan sampah (raw waste) yang baik dan mengurangi pembuangan
sampah ke lingkungan (aliran air/sungai);
Meningkatkan kualitas udara karena mengurangi asap dan jumlah karbodioksida akibat
pembakaran bahan bakar minyak/kayu bakar
Secara ekonomi, murah dalam instalasi serta menjadi investasi yang menguntungkan
dalam jangka panjang.
Manfaat Pembuatan Biogas Dari Kotoran Ternak Antara Lain :

Gas yang dihasilkan dapat mengganti fuel seperti LPG atau natural gas. Pupuk sapi yang
dihasilkan dari satu sapi dalam satu tahun dapat dikonversi menjadi gas metana yang
setara dengan lebih dari 200 liter gasoline
Gas yang dihasilka dapat digunakan untuk sumber energi menyalakan lampu, dimana 1
m3 biogas dapat digunakan untuk menyalakn lampu 60 Watt selama 7 jam. Hal ini berarti
bahwa 1 m3 biogas menghasilkan energi = 60 W x 7 jam = 420 Wh = 0,42 kWh;
Limbah digetser biogas, baik yang padat maupun cair dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
organik.
Berikut beberapa faktor yang bisa menjadi pertimbangan Indonesia memiliki prospek
yang baik dalam penggunaan biogas
Indonesia memiliki banyak peternakan, menurut statistik data website departemen
pertanian Indonesia, setiap provinsi memiliki ternak rata-rata ternak sekitar 500 ribu yang
jika dijumlahkan Indonesia memiliki sekitar 13 uta sapi dan sapi potong, serta 28 juta
kambing, domba dan kerbau. Namun pengelolahan kotoran ternak belum dimanfaatkan
secara optimal bahkan menimbulkan masalah
Biogas mampu mendukung energi bagi industri rumah tangga dan indusrti kecil
menengah

52
Meninjau TPA di Indoesia yang masih banyak mengalami masalah sampah organik yang
bercampur dengan sampah anorganik.
Sampah organik bisa digunakan sebagai bahana dasar biogas
Harga minyak yang mahal sehingga memungkinkan biogas menjadi sumber
energi alternative
Kenaikan biaya sumber energi seperti tarif listrik, harga LPG, premium, minyak tanah,
dan minyak bakar lainnya
Prospek diutamakan pada tempat-tempat banyak yang masih dalam masa pembangunan
(kompleks perumahan baru, gedung perkantoran baru dan pedesaan) dan tempat
peternakan
Penggunaan biogas relatif tidak menimbulkan polusi.

Kelebihan dan Kekurangan Biogas

Selain beranfaat sebagai pengganti bahan bakar, ada sejumlah kelebihan yang dapat
diperoleh dari biogas terhadap lingkungan, antara lain :
Masyarakat tak perlu menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar
Proses memasak jadi lebih bersih, dan sehat karena tidak mengeluarkan asap.
Kandang hewan menjadi semakin bersih karena limbah kotoran kandang langsung dapat
diolah
Sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester dapat dijadikan pupuk sehingga
tidak mencemari lingkungan
Dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca melalui pengurangan pemakaian
bahan bakar kayu dan bahan bakar minyak
Realatif lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran
Mengurangi penggunaan bahan bakar lain (minyak tanah, kayu, dsb) oleh rumah
tangga atau komunitas
Menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi sebagai hasil sampingan

53
Menjadi metode pengolahan sampah (raw waste) yang baik dan mengurangi pembuangan
sampah ke lingkungan (aliran air/sungai);
Meningkatkan kualitas udara karena mengurangi asap dan jumlah karbodioksida akibat
pembakaran bahan bakar minyak/kayu bakar
Secara ekonomi, murah dalam instalasi serta menjadi investasi yang
menguntungkan dalam jangka panjang.
Adapun kekurangannya adalah :

Memerlukan dana tinggi untuk aplikasi dalam bentuk instalasi biogas;


Tenaga kerja tidak memiliki kemampuan memadai terutama dalam proses produksi
Belum dikenal masyarakat
Tidak dapat dikemas dalam bentuk cair dalam tabung.

Proses pembuatan biogas dengan langkah langkah sebagai berikut:

Ambil sampah organic sebanyak 10 kg, selanjutnya lakukan pencacahan dengan ukuran
lebih kecil maksimal = 5 mm
Sampah organic yang sudah dicacah ditambahkan air sebanyak 20 % sampai membentuk
bubur
Melakukan penambahan starter sesaui dengan tugas kelompok sebanyak 1 kg dan alat
percobaan ditutup supaya terjadi proses fermentasi
Lakukan pengamatan terhadap percobaan setiap hari dan

Melakukan pengamatan dari pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang terbentuk adalah gas
CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan
CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan
menyala.
Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor
gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah

54
bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti
bau kotoran sapi.
Pada hari ke-5 tambahkan campuran sampah organic yang sudah dicacah ke dalam bak
percobaan sebanyak 1,0 kg
Tambahan input makanan ini sekali 2 hari

Sebagai starter awal tambahkan

No. Kelompok Jenis Starter Diaduk Tanpa


Diaduk

1. Kotoran sapi
2. Kotoran kambing
3. Kotoran ayam
4. Kotoran kuda
5. Kotoran kerbau
6. Tanpa starter

Lakukan pengamatan setiap hari selama minimal 14 hari


Alat dan bahan dibutuhkan disesuaikan dengan kondisi dilapangan
Selamat berinovasi dan berkereatif
Biogas dan Aktifitas Anaerobik

Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan untuk
mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil
menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan.
Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan
menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit.
Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah karena metana
merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila
dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang
diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga

55
bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon di atmosfer bila
dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.

Saat ini, banyak Negara maju meningkatkan penggunaan biogas yang dihasilkan baik dari
limbah cair maupun limbah padat atau yang dihasilkan dari sistem pengolahan biologi
mekanis pada tempat pengolahan limbah.

Biogas terhadap Gas Alam

Jika biogas dibersihkan dari pengotor secara baik, ia akan memiliki katarestik yang sama
dengan gas alam. Jika hal ini dapat di capai, produsen biogas dapat menjualnya langsung
ke jaringan distribusi gas. Akan tetapi gas tersebut harus sangat bersih untuk mencapai
kualitas pipeline. Air (H2O), hidrogen sulfida (H2S) dan partikulat harus dihilangkan jika
terkandung dalam jumlah besar di gas tersebut. Karbon dioksida jarang harus ikut
dihilangkan, tetapi ia juga harus dipisahkan, untuk mencapai gas kualitas pipeline. Jika
biogas harus digunakan tanpa pembersihan yang ekstensif, biasanya gas ini dicampur
dengan gas alam untuk meningkatkan pembakaran. Biogas yang telah dibersihkan untuk
mencapai kualitas pipeline dinamakan gas alam terbaharui.

Penggunaan gas alam terbaharui

Dalam bentuk ini, gas tersebut dapat digunakan sama seperti gas alam. Pemanfaatannya
seperti distribusi melalui jaringan gas, pembangkit listrik, pemanas ruangan dan pemanas
air. Jika dikompresi, ia dapat menggantikan gas alam terkompresi (CNG) yang digunakan
pada kendaraan.

Melestarikan alam dengan Biogas

Biogas memberikan solusi terhadap masalah penyediaan energi dengan murah dan tidak
mencemari lingkungan. Berdasarkan hasil temuan mahasiswa KKN (1995) dan Penelitian
Kecamatan Rawan di Magetan (1995) di desa Plangkrongan, rata-rata disetiap rumah
terdapat 1-3 ekor lembu karena memelihara

56
lembu merupakan pekerjaan kedua setelah bertani. Setiap harinya rata-rata seekor lembu
menghasilkan kotoran sebanyak 30 kg. jika terdapat 2.000 ekor lembu, maka setiap hari
akan terkumpul 60 ton kotoran.

Kotoran yang menggunung akan terbawa oleh air masuk ke dalam tanah atau sungai yang
kemudian mencemari air tanah dan air sungai. Kotoran lembu mengandung racun dan
bakteri Colly yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungannya. Pembakaran
bahan bakar fosil menghasilkan Karbon dioksida (CO2) yang ikut memberikan kontribusi
bagi efek rumah kaca (green house effect) yang bermuara pada pemanasan global (global
warming). Biogas memberikan perlawanan terhadap efek rumah kaca melalui 3 cara.

Pertama, Biogas memberikan substitusi atau pengganti dari bahan bakar fosil untuk
penerangan, kelistrikan, memasak dan pemanasan.

Kedua, Methana (CH4) yang dihasilkan secara alami oleh kotoran yang menumpuk
merupakan gas penyumbang terbesaar pada efek rumah kaca, bahkan lebih
besardibandingkan CO2.

Pembakaran Methana pada Biogas mengubahnya menjadi CO2 sehingga mengurangi


jumlah Methana di udara. Ketiga, dengan lestarinya hutan, maka akan CO2 yang ada di
udara akan diserap oleh hutan yang menghasilkan Oksigen yang melawan efek rumah
kaca. Keuntungan Ekonomis dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Keluarga-keluarga yang menggunakan Biogas sudah tidak membutuhkan pembelian


bahan bakar karena sudah bisa terpenuhi kebutuhannya dari kotoran ternak yang
dipeliharanya. Bagi mereka yang biasanya mencari/memotong kayu bakar di hutan kini
waktunya bisa dipergunakan untuk kegiatan yang memberikan nilai tambah ekonomis,
dengan pekerjaan sambilan yang lain.

57
Kotoran ternak menjadi sangat berharga, oleh karena itu, mereka akan rajin merawat
ternaknya sehingga kondisi kandang menjadi bersih dan kesehatan ternak menjadi lebih
baik, pada akhirnya membawa keuntungan dengan penjualan ternak yang lebih cepat dan
berharga lebih tinggi. Keluarga petani yang biasanya menggunakan pupuk kimia untuk
menanam, kini bisa menghemat biaya produksi pertaniannya karena sudah tersedia pupuk
organik dalam jumlah yang memadai dan kualitas pupuk yang lebih baik.

Aspek Sosio-Kultural penerapan teknologi biogas. Menerapkan teknologi baru kepada


masyarakat desa merupakan suatu tantangan tersendiri akibat rendahnya latar belakang
pendidikan, pengetahuan dan wawasan yang mereka miliki. Terlebih lagi pada penerapan
teknologi biogas. Tidak pernah terbayangkan bahwa kotoran lembu bisa menghasilkan
api. Selain itu juga mereka merasa jijik terhadap makanan yang dimasak menggunakan
Biogas. Di desa Plangkrongan, perlu waktu 2 tahun hanya untuk membangun sebuah unit
Biogas percontohan. Metode yang dipergunakan untuk mensosialisasikan Biogas adalah
dengan memilih sebuah keluarga sebagai Khalayak Sasaran Antara (KSA) yang
diharapkan menjadi pelopor dan bisa mengembangkan Biogas itu kepada Masyarakat
sebagai Khalayak Sasarannya.

Pembuatan Biogas

Biogas adalah salah satu sumber energi alternatif potensial untuk dikembangkan. Untuk
membuatnya, proses-proses yang harus dilakukan antara lain:
Langkah pertama yang dilakukan untuk membuat biogas adalah membuat instalasi.
Instalasi terdiri dari bangunan utama yaitu digester yang berfungsi untuk menampung gas
methan hasil perombakan bahan-bahan organik oleh bakteri.
Jenis digester yang sering digunakan adalah model countinous feeding dengan
pengisian bahan bakar organiknya dilakukan secara terus-menerus. Besar kecilnya
digester tergantung pada banyak kotoran ternak yang dihasilkan dan

58
banyaknya biogas yang diinginkan. Lahan yang diperlukan untuk tahap ini sekitar 16 m².
Untuk membuat digester dibutuhkan bahan seperti pasir, semen, batu kali, baru koral,
batu merah, besok konstruksi, cat, dan pipa pralon. Perlu diperhatikan untuk pemilihan
lokasi, sebaiknya bangunan dekat dengan kandang ternak, sehingga kotoran ternak yang
sudah dibersihkan agar dapat langsung disalurkan ke dalam digester.

Namun, tidak hanya digester saja yang menjadi bagian penting, penampung sludge
(lumpur) juga harus dibangun. Sludge nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk
organik pada dan pupuk organik cair.
Setelah proses pembuatan instalasi biogas selesai, maka langkah selanjutnya yaitu
mencampurkan kotoran sapi bersama lumpur dengan perbandingan 1:1 pada penampung
sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kotoran ke dalam digester.
Setelah itu, dilanjutkan dengan mengalirkan lumpur ke dalam digester melalui lubang
pemasukan. Pada pengisian pertama, kran gas yang ada digester

59
dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdorong atau
terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam
jumlah banyak hingga digester penuh
Melakukan penambahan starter (banyak dijual di pasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen
segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5
sampai 5,0 m². Setelah digester penuh, tutuplah kran gas agar terjadi proses fermentasi
Kemudian lakukan pembuangan gas dihasilkan pada hari ke satu sampai ke delapan
karena pada masa ini gas yang terbentuk adalah karbondioksida atau CO2. Sedangkan
pada hari ke sepuluh sampai ke empat belas barulah terbentuk gas methan (CH4) dan gas
CO2 sudah mulai menurun.
Pada komposisi CH4 54% dan 27% biogas telah dapat digunakan. Biasanya dicapai pada
hari ke empat belas agar gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada
kompor gas atau kebutuhan lainnya. Sampai tahap ini, maka kita sudah bisa
menghasilkan energi yang terbarukan dan biogas yang dihasilkan sudah tidak berbau
seperti bau kotoran sapi.
Tahap selanjutnya adalah digester secara terus menerus diisi dengan lumpur kotoran sapi
secara kontinyu agar menghasilkan biogas yang optimal.
Biogas memberikan manfaat dalam melawan efek rumah kaca melalui 3 cara, yaitu:

Menjadi pengganti bahan bakar fosil untuk energi listrik dan keperluan memasak.
Methana (CH4) yang dihasilkan oleh kotoran ternak merupakan gas penyebab terbesar
efek rumah kaca, bahkan lebih besar dibandingkan CO2. Pembakaran methana pada
biogas dapat mengurangi jumlah methana di udara.
CO2 yang dihasilkan dari pembahakaran metana adapat diserap oleh tumbuhan dan
menghasilkan oksigen yang melawan efek rumah kaca.
Keuntungan ekonomis dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

60
Poin penting yang wajib kita ketahui sekaligus menjadi penutup dalam pembahasan ini
adalah pengolahan kotoran menjadi biogas selain menghasilkan gas methan untuk
memasak, juga dapat digunakan untuk mengurangi pencemaran lingkungan.
Selain itu, pengolahan biogas juga dapat menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk
organik cair serta yang lebih penting, yaitu mengurangi ketergantungan terhadap
pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak dapat diperbaharui..
Kotoran Ternak

Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung usaha
pertanian tanaman sayuran. Dari sekian banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah
sentra produksi ternak banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian di
antaranya terbuang begitu saja, sehingga sering merusak lingkungan yang akibatnya akan
menghasilkan bau yang tidak sedap. Satu ekor sapi dewasa dapat menghasilkan 23,59 kg
kotoran tiap harinya. Pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak dapat menghasilkan
beberapa unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman, seperti terlihat pada Tabel 1

Disamping menghasilkan unsur hara makro, pupuk kandang juga menghasilkan sejumlah
unsur hara mikro, seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan Mo. Jadi dapat dikatakan bahwa,
pupuk kandang ini dapat dianggap sebagai pupuk alternatif untuk mempertahankan
produksi tanaman.
Pelestarian Alam dengan Biogas.

Biogas memberikan solusi terhadap masalah penyediaan energi dengan murah dan tidak
mencemari lingkungan. Berdasarkan hasil temuan mahasiswa KKN

61
(1995) dan Penelitian Kecamatan Rawan di Magetan (1995) di desa Plangkrongan, rata-
rata di setiap rumah terdapat 1-3 ekor sapi karena memelihara sapi merupakan pekerjaan
kedua setelah bertani. Setiap harinya rata-rata seekor sapi menghasilkan kotoran sebanyak
30 kg. Jika terdapat 2.000 ekor lembu, maka setiap hari akan terkumpul 60 ton kotoran
Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan karbon dioksida (CO2) yang ikut
memberikan kontribusi bagi efek rumah kaca (green house effect) yang bermuara pada
pemanasan global (global warming). Biogas memberikan perlawanan terhadap efek
rumah kaca melalui 3 cara. Pertama, biogas memberikan substitusi atau pengganti dari
bahan bakar fosil untuk penerangan, kelistrikan, memasak dan pemanasan. Kedua,
metana (CH4) yang dihasilkan secara alami oleh kotoran yang menumpuk merupakan gas
penyumbang terbesar pada efek rumah kaca, bahkan lebih besar dibandingkan CO2.
Pembakaran metana pada biogas mengubahnya menjadi CO2 sehingga mengurangi
jumlah metana di udara. Ketiga, dengan lestarinya hutan, maka akan CO2 yang ada di
udara akan diserap oleh hutan yang menghasilkan Oksigen yang melawan efek rumah
kaca.
Manfaat Biogas
Biogas Memberikan Banyak Manfaat Nilai Tambah untuk Masyarakat dari limbah
organik.

Pertanian
Pengolahan anaerob pada kotoran ternak dan sisa makanan organik memberikan
manfaatbagi sektor pertanian. Beberapa manfaat termasuk:
Diversifikasi keuangan dan mitigasi risiko melalui penjualan energi.
mendukung pengolahan lokal produksi pertanian.
mengurangi kebutuhan dan biaya pupuk komersial.
Ekonomis
Manfaat ekonomi hijau dari biogas sangat besar dan meliputi:
penciptaan lapangan kerja lokal di bidang teknis, manufaktur dan konstruksi
/ perdagangan

62
pembangunan ekonomi menghasilkan miliaran dolar investasi di
masyarakat pedesaan
penciptaan produk sampingan yang berguna dari limbah, bertindak sebagai pengganda
ekonomi yang signifikan

Energi
Sebagai sumber energi terbarukan, biogas memiliki karakteristik unik. Biogas bisa
:
Menghasilkan daya yang fleksibel dan dapat diandalkan 24/7
mengelola catu daya terbarukan yang terputus-putus melalui sarana penyimpanan dan
daya fleksibel
meningkatkan / mendukung infrastruktur lokal dan kualitas daya
meningkatkan ke gas alam terbarukan (RNG) untuk injeksi ke dalam jaringan gas alam,
menghasilkan energi terbarukan ‘hijau’ melalui infrastruktur yang ada
dikompres untuk digunakan sebagai bahan bakar transportasi, atau penggantian langsung
gas alam yang berasal dari fosil dalam pemanasan rumah tangga, atau proses industri,
komersial, dan kelembagaan
Lingkungan
Manfaat biogas bagi lingkungan sangat banyak.
mengontrol perkecambahan gulma, mengurangi penggunaan herbisida
menghilangkan senyawa penyebab bau
menangkap dan menggunakan metana, gas rumah kaca 21 kali lebih buruk dari CO2
Mengubah aliran limbah energi tinggi menjadi bahan bakar,
mengalihkannya dari TPA
Sebagai ilustrasi dapat dilihat manfaat biogas dari bagan dibawah ini:

63
Proses kimiawi biogas
Pembentukan biogas dilakukan oleh mikroba pada situasi anaerob, yang meliputi tiga
tahap, yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap

64
metanogenik. Secara garis besar, penjelasan tahap – tahap tersebut sebagai berikut
:
Hidrolisis.
Pada tahap hidrolisis, bahan organik di enzimatik secara eksternal oleh enzim ekstra
selular (selulose, amilase, protease dan lipase) mikroorganisme. Bakteri memutuskan
rantai panjang karbohidrat komplek, protein dan lipida menjadi senyawa rantai pendek.
Sebagai contoh polisakarida diubah menjadi monosakarida sedangkan protein diubah
menjadi peptida dan asam amino.
Berdasarkan uraian tersebut, pada proses hidrolisis terjadi pelarutan bahan- bahan organik
mudah larut dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana dan
perubahan struktur bentuk primer menjadi bentuk monomer.
Pengasaman.
Pada tahap ini bakteri menghasilkan asam, mengubah senyawa rantai pendek hasil proses
pada tahap hidrolisis menjadi asam asetat (CH3COOH), hidrogen (H2) dan
karbondioksida (CO2). Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerobik yang dapat tumbuh
dan berkembang pada keadaan asam. Untuk menghasilkan asam asetat, bakteri tersebut
memerlukan oksigen dan karbon yang diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam larutan.
Pembentukan asam pada kondisi anaerobik tersebut penting untuk pembentuk gas metana
oleh mikroorganisme pada proses selanjutnya. Selain itu, bakteri tersebut juga mengubah
senyawa yang bermolekul rendah menjadi alkohol, asam organik, asam amino,
karbondioksida, H2S, dan sedikit gas metana.

Metanogenik.
Pada tahap ini bakteri metanogenik mendekomposisikan senyawa dengan berat molekul
rendah menjadi senyawa dengan berat molekul tinggi. Sebagai contoh bakteri ini
menggunakan hidrogen, CO2 dan asam asetat untuk membentuk metana dan CO2.
Bakteri penghasil asam dan gas metana bekerjasama secara simbiosis.
Bakteri penghasil asam membentuk keadaan atmosfir yang ideal untuk bakteri penghasil
metana. Sedangkan bakteri pembentuk gas metana menggunakan asam

65
yang dihasilkan bakteri penghasil asam. Tanpa adanya proses simbiotik tersebut, akan
menciptakan kondisi toksik bagi mikroorganisme penghasil asam.

Faktor yang berpengaruh pada produksi Biogas


Banyak faktor yang mepengaruhi keberhasilan produksi biogas. Faktor pendukung untuk
mempercepat proses fermentasi adalah kondisi lingkungan yang optimal bagi
pertumbuhan bakteri perombak. Ada beberpa faktor yang berpengaruh terhadap produksi
biogas yakni sebagai berikut:
Kondisi anaerob atau kedap udara.
Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan organik oleh mikroorganisme anaerob.
Instalasi pengolahan biogas harus kedap udara.
Bahan baku isian.
Bahan baku isian berupa bahan organik seperti kotoran ternak, limbah pertanian, sisa
dapaur, dan sampah organik yang terhindar dari bahan anorganik. Bahan isian harus
mengandung 7 – 9 % bahan kering dengan pengenceran 1 : 1 (bahan baku : air).
Rasio atau Imbangan C/N.
Imbangan C/N yang terkandung dalam bahan organik sangat menentukan kehidupan dan
aktivitas mikroorganisme dengan imbangan C/N optimum 25 – 30 untuk mikroorganisme
perombak.
Derajat keasaman (pH).
Derajat keasaman sangat berpengaruh terhadap kehidupan mikroorganisme. Derajat
keasaman yang optimum bagi kehidupan mikroorganisme adalah 6,5 – 7,5.
Temperatur.
Produksi biogas akan menurun secara cepat akibat perubahan temperatur yang mendadak
di dalam instalasi pengolahan biogas. Untuk menstabilkan temperatur kita dapat membuat
instalasi biogas di dalam tanah. Temperatur optimal dalam proses biogas berkisar 35-38
(Mesofilik) dan 55-57 (Termofilik).
Starter.
Tarter diperlukan untuk mempercepat proses perombakan bahan organik hingga menjadi
biogas. Starter merupakan mikroorganisme perombak yang telah dijual

66
komersil dapat juga digunakan lumpur aktif organik atau cairan rumen.
(Simamora, 2006).
Pengadukan.
Pengadukan dalam proses pembuatan biogas berfungsi untuk mengontrol PH,
menjaga lingkungan agar tetap homogen, pendistribusian larutan starter agar
menyebar pada seluruh digester serta mencegah penumpukan produk metabolisme
berkonsentrasi tinggi yang dapat menghambat bakteri metanogen.
Nutrisi.
Nutrisi yang dibutuhkan dalam proses biogas adalah nitrogen, fosfor dan unsur-
unsur lain dalam jumlah mikronutrisi. Nutrisi tersebut berfungsi untuk
membangun sel-sel dalam membentuk mikroorganisme dan menghasilkan biogas.
Unsur kimia yang membentuk mikroorganisme antara lain karbon (50%), Oksigen
(20%), Nitrogen (12%), Hidrogen (8%), Fosfor (2%), Sulfur (1%) dan Kalium
(1%). Proses Pembentukan biogas membutuhkan rasio C:N = 25:1

1
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobikatau
fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya :kotoran manusia dan
hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampahbiodegradable atau setiap limbah
organik yang biodegradable dalamkondisi anaerobik. Biogas dapat diandalkan
sebagai bahan bakarhayati/terbarukan karena juga ramah terhadap
lingkungan.Kelebihan yang dapat diperoleh dari biogas terhadap
lingkungan,antara lain:
l. Masyarakat tak perlu menebang pohon untuk dijadikankayu bakar;
m. Proses memasak jadi lebih bersih, dan sehat karena tidakmengeluarkan asap.
n. Kandang hewan menjadi semakin bersih karena limbahkotoran kandang
langsung dapat diolah;
o. Sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester dapatdijadikan pupuk sehingga
tidak mencemari lingkungan;
p. Dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kacamelalui pengurangan
pemakaian bahan bakar kayu danbahan bakar minyak;
q. Realatif lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran;
r. Mengurangi penggunaan bahan bakar lain (minyaktanah, kayu, dsb) oleh
rumah tangga atau komunitas;
s. Menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi sebagaihasil sampingan;
t. Menjadi metode pengolahan sampah (raw waste) yangbaik dan mengurangi
pembuangan sampah ke lingkungan(aliran air/sungai);
u. Meningkatkan kualitas udara karena mengurangi asapdan jumlah
karbodioksida akibat pembakaran bahanbakar minyak/kayu bakar;
v. Secara ekonomi, murah dalam instalasi serta menjadiinvestasi yang
menguntungkan dalam jangka panjang.
kekurangan:

2
e. Memerlukan dana tinggi untuk aplikasi dalam bentukinstalasi biogas;
f. Tenaga kerja tidak memiliki kemampuan memadaiterutama dalam proses
produksi;
g. Belum dikenal masyarakat;
h. Tidak dapat dikemas dalam bentuk cair dalam tabung

3.2 Saran
Harga bahan bakar minyak yang makin meningkat danketersediaannya
yang makin menipis serta permasalahan emisi gasrumah kaca merupakan masalah
yang dihadapi oleh masyarakatglobal. Upaya pencarian akan bahan bakar yang
lebih ramah terhadaplingkungan dan dapat diperbaharui merupakan solusi
daripermasalahan energi tersebut. Untuk itu Indonesia yang memilikipotensi luas
wilayah yang begitu besar, diharapkan untuk segeramengaplikasi bahan bakar
nabati. Biogas merupakan gas yangdihasilkan dari proses anaerobik digestion dan
memiliki prosepeksebagai energi pengganti bahan bakar fosil yang keberadaaanya
makinlangka.

3
DAFTAR PUSTAKA

(9) (PDF) Makalah Biogas | Abdul Latif - Academia.edu


https://sinauternak.com/biogas/#Definisi_Biogas

https://rimbakita.com/biogas/

https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/29/094026769/pemanfaatan-
energi-biogas-dalam-kehidupan-sehari-hari?page=all

http://karyacombirayang.blogspot.com/2016/03/makalah-biogas.html

Anda mungkin juga menyukai