Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TEKNOLOGI BIOFUEL

PRODUKSI BIOFUEL BERBAGAI METODE PROSES

Disusun oleh:
HUSNAH FARADILLAH
000907252022
Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Andi Suryanto., ST.,MT.,IPM.,ASEAN Eng

PROGRAM PASCASARJANA TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah


menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun makalah paper
Teknologi Biofuel dengan baik. Makalah ini berisi tentang uraian hasil riset
mengenai produksi biofuel.
Makalah ini disusun secara cepat dengan bantuan dan dukungan berbagai pihak.
Oleh karena itu kami sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan pikirannya
yang telah diberikan.
Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari bahwa makalah paper ini masih
jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat.

Morowali, Oktober 2023


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi adalah salah satu kebutuhan dasar dari semua kebutuhan industri da
n rumah tangga dalam lingkup sosial. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi pe
nduduk, pengembangan wilayah dan pembangunan dari tahun ke tahun, kebutu
han akan pemenuhan energi di seluruh sektor secara nasional juga semakin bes
ar. Hasil kajian Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral memaparkan ba
hwa total konsumsi energi per kapita Indonesia meningkat setiap tahunnya den
gan pertumbuhan di atas 5%.Biofuel adalah nama lain dari bahan bakar hayati
atau bahan bakar nabati. Biofuel adalah bahan bakar hasil pengolahan bahan-ba
han organik biomassa. Kata “bio” diambil dari sifat produksinya yang berbaha
n dasar dari senyawa-senyawa dalam makhluk hidup seperti tanaman dan hewa
n. Biofuel tentu berbeda dengan kebanyakan bahan bakar yang berbahan dasar
minyak bumi atau batubara. Biofuel menggunakan Sumber Daya Alam dapat d
iperbarui sebagai bahan dasarnya. Sehingga, biofuel menjadi harapan besar saa
t ini untuk menciptakan sustainabilitas lingkungan untuk masa depan. Dalam pr
oses pembuatan serta pengolahanya, bahan bakar nabati umumnya melibatkan
fiksasi karbon kontemporer, seperti yang terjadi pada tumbuhan atau mikroalga
melalui proses fotosintesis.Berbagai macam jenis tanaman hasil komoditas Ind
onesia bisa digunakan sebagai bahan dasar biofuel. Secara total, terdapat 50-60
spesies komoditas tanaman alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan dasa
r pembuatan biofuel.
Saat ini kebutuhan bahan bakar bagi penduduk diseluruh dunia semakin m
eningkat, sementara cadangan bahan bakar fosil semakin menipis. Keadaan ini
mengakibatkan para ilmuan mengembangkan sumber-sumber energi alternatif
yang diharapkan mampu mengatasi krisis energi di masa yang akan datang. Dal
am upaya pencarian, pengembangan, dan penggalian sumber energi harus mem
pertimbangkan faktor utama yaitu energi, ekonomi, dan ekologi. Salah satu jen
is energi terbarukan tersebut adalah biofuel. Biofuel merupakan Bahan Bakar
Minyak (BBM) sebagai salah satu daya dukung kehidupan manusia yang akan
terus mengalami peningkatan kebutuhannya seiring dengan adanya peningkata
n jumlah penduduk dari tahun ke tahun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


Ketergantungan terhadap energi yang bersumber dari bahan bakar fossil te
rutama minyak bumi telah mendorong banyak negara termasuk Indonesia untu
k mengembangkan bahan bakar nabati. Beberapa bahan baku untuk pembuatan
biodiesel diantaranya adalah kelapa sawit, kedelai, jarak pagar, dan kacang ked
elai. Dari beberapa bahan baku tersebut maka bahan bakar nabati yang paling
potensial untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel adalah kel
apa sawit mengingat ketersediaan bahan baku yang cukup melimpah dalam ben
tuk minyak kelapa sawit. Saat ini Indonesia merupakan produsen dan eksportir
minyak kelapa sawit terbesar di dunia yang ditunjukkan oleh share ekspor Indo
nesia sebesar 45.50 % periode tahun 2001-2017 (Trade Map, 2018) dan ekspor
nya mampu dari kapasitas produksi terpasang industri biodiesel dariminyak kel
apa sawit yaitu 3.184.311 kiloliter/tahun tercatat baru sekitar 10% atau 318.431
kiloliter/tahun yang terpakai mencukupi sekitar 37 % dari konsumsi global (Oil
World, 2017). Sejak pengembangan bahan bakar nabati dimulai pada tahun 200
4 di Indonesia.
1. Produksi Biofuel dari Minyak Kelapa Sawit (Palm Oil) Berbagai Metode Pr
oses
Pemilihan minyak kelapa sawit sebagai sumber energi alternatif sangat t
epat dilakukan di Indonesia karena Indonesia merupakan negara penghasil m
inyak kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah negeri Jiran Malaysia. Ta
hun 2010 diproyeksikan produksi minyak sawit Indonesia mencapai 12 juta t
on/tahun, selain itu pembuatan bahan bakar dari minyak sawit lebih ramah li
ngkungan karena bebas dari nitrogen dan sulfur. Minyak sawit memiliki rant
ai hidrokarbon Panjang yang memungkinkan dapat dimanfaatkan sebagai ba
han bakar nabati (biofuel). Komposisi asam lemak dalam minyak sawit yang
paling tinggi adalah asam oleat 55%. Kandungan asam oleat yang tinggi ini j
uga menjadi dasar pertimbangan untuk digunakan sebagai bahan baku dalam
penelitian produksi biofuel dari minyak kelapa sawit.
Proses yang telah dilakukan untuk menghasilkan biofuel antara lain th
ermal cracking yang berlangsung pada suhu dan tekanan yang tinggi sehingg
a menyebabkan kebutuhan energi yang besar, sehingga saat ini dikembangka
n proses perengkahan yang berkatalis. Proses tersebut dapat mengkonversi m
inyak nabati menjadi bahan bakar alternatif (biofuel). Proses perengkahan at
au cracking merupakan proses perengkahan atau pemecahan ikatan rantai C
–C dari ikatan rantai karbon yang panjang dan berat molekul yang besar men
jadi ikatan rantai hidrokarbon yang lebih pendek dan berat molekul yang lebi
h kecil serta dapat menurukan jumlah residu yang dihasilkan. Kondisi untuk
perengkahan atau cracking terbagi menjadi dua yakni perengkahan thermal
(thermal cracking) dan perengkahan katalitik (catalytic cracking). Proses per
engkahan minyak nabati atau minyak dari tumbuhan menjadi bahan bakar ter
barukan (Biofuels) sudah menjadi topik hangat yang menarik untuk dikemba
ngkan oleh para peneliti muda maupun profesional sebagai sumber bahan ba
kar alternatif yang ramah lingkungan serta mudah untuk diperbaharui (Nurja
nnah, 2010).
Hydrocracking adalah proses perengkahan berkatalis dengan mereaksi
kan minyak nabati dengan sejumlah gas hidrogen pada keadaan suhu dan te
kanan tertentu. Produk dari metode hydrocracking akan dihasilkan biofuel be
rupa alkana cair rantai lurus dari C-15 sampai C-18. Proses hydrocracking in
i mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dari segi kelebihan, proses ini dapa
t memberikan konversi yang tinggi, yield ke arah middle distilat juga tinggi,
kualitas alkana yang dihasilkan mepunyai bilangan setana yang tinggi. Dari s
egi kelemahan, proses ini memerlukan energi yang cukup besar karena hydr
ocracking beroperasi pada suhu dan tekanan yang tinggi, sehingga memerluk
an peralatan khusus, penentuan kondisi reaksi yang tepat (jenis katalis, prepa
rasi katalis, suhu, tekanan dan waktu reaksi).
2. Produksi Biofuel Cair (Biodiesel dan Bioetanol) dari Makroalga Cokelat Lau
t
Biofuel generasi ketiga diproduksi dari alga yang lebih memungkinkan
(viable) karena dapat ditumbuhkan di perairan sehingga tidak bersaing denga
n lahan pertanian. Baru-baru ini, beberapa peneliti berusaha menemukan bio
fuel alternatif (biodiesel, bioethanol, dan biogas) menggunakan biomassa mi
kro dan makroalga. Sama seperti biomassa mikroalga yang dapat digunakan
sebagai sumber biofuel yang berkelanjutan, biomassa makroalga laut juga m
emiliki substansi yang berpotensi sebagai biofuel generasi ketiga. Makroalga
laut merupakan tumbuhan multiseluler yang memiliki karakteristik seperti tu
mbuhan yang memiliki jenis morfologi berupa talus. Makroalga memiliki be
berapa fitur yang menguntungkan seperti tidak bersaing dengan produksi pa
ngan, tidak membutuhkan lahan tanam (arable land) maupun pupuk untuk p
ertumbuhannya. Selain itu, makroalga memiliki kandungan lipid dan karbohi
drat yang tinggi, yang merupakan dasar untuk ekstraksi biodiesel dan bioeta
nol, secara berurutan.
Disamping itu, ekstraksi dan purifikasi lipid dari biomassa alga dapat
menjadi hal yang memperlambat (bottleneck) produksi biodiesel. Para peneli
ti telah melakukan percobaan ektraksi lipid menggunakan berbagai metode fi
sika dan kimia. Berdasarkan berbagai percobaan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa ekstraksi menggunakan solven merupakan yang paling ekonomis dan
oleh karena itu paling banyak digunakan. Selanjutnya, dapat dilakukan tekni
k penyebaran sel (cell distribution technique) untuk meningkatkan hasil prod
uksi. Beberapa penelitian produksi biodiesel telah dilakukan pada spesies ma
kroalga seperti Caulerpa peltata, Enteromorpha compressa, dan Ulva melal
ui acid-base catalyzed transesterification. Namun, hasil produksinya tidak si
gnifikan karena rendahnya kandungan lipid (kurang dari 5%). Meskipun de
mikian, juga terdapat beberapa spesies makroalga yang memiliki kandungan
lipid yang tinggi, terutama triglyceride yang dapat dengan mudah diubah (co
nverted) menjadi biodiesel. Biodiesel yang dihasilkan dari lipid alga mempu
nyai sifat yang mirip dengan bahan bakar minyak konvensional. Di sisi lain,
produksi bioetanol dari biomassa makroalga juga menjadi menarik, karena s
etelah lipid diekstraksi, sejumlah besar biomassa dibuang sebagai sampah. P
ada beberapa kasus misalnya di India, terdapat industri yang mengubah resid
u biomassa rumput laut menjadi pupuk (manures) melalui proses kompos (c
omposting) untuk kebutuhan pertanian. Namun, biomassa makroalga cokelat
kaya akan karbohidrat yang dapat digunakan sebagai substrat dalam proses f
ermentasi untuk menghasilkan bioethanol. Beberapa penelitian telah dilakuk
an menggunakan berbagai biomassa makroalga laut sebagai feedstock bioeta
nol dan hasil produksi etanol telah dilaporkan mencapai lebih dari 20%. Mak
roalga laut tersebut meliputi Laminaria, Sacchoriza sp, Sargassum sp, Gelid
ium amansii, Kappaphycus alvarezii dan Gracilaria salicornia. Keberhasila
n produksi bioetanol dari biomassa alga sangat tergantung pada jumlah kand
ungan karbohidratnya. Sehingga, proses konversi biomassa makroalga menja
di etanol diperoleh melalui proses fermentasi dan simultaneous saccharificat
ion menggunakan sel yeast (khamir).
Meskipun telah banyak dilakukan penelitian terhadap berbagai jenis m
akroalga untuk biofuel, namun masih belum ada penelitian terhadap Padina
tetrastromatica. Alga laut yang berbentuk seperti kipas (fan-shaped) dan ber
warna cokelat kekuningan ini dapat dijumpai secara melimpah di perairan ya
ng dangkal di wilayah pantai di India. Biomassanya telah diketahui mengand
ung karbohidrat dan lipid dalam jumlah yang baik – sehingga menjadikanny
a sebagai feedstock yang sangat berkualitas untuk produksi biofuel. Perlu dip
erhatikan bahwa meskipun spesies ini memiliki potensi yang besar, namun
masih belum terdapat publikasi tentang pemanfaatannya untuk produksi biof
uel.

3. Produksi Biodiesel berbasis Minyak Nabati menggunakan Aspen HYSYS


Biodiesel dapat diproduksi melalui sintesis dari asam lemak yang ber
asal dari minyak nabati seperti minyak kelapa sawit, kedelai, bunga mataha
ri, kacang tanah, jarak pagar dan beberapa jenis minyak tumbuhan lainnya.
Pada umumnya biodiesel disintesis dari ester asam lemak dengan rantai kar
bon antara C6-C22. Salah satu cara untuk memproduksi biodiesel adalah d
engan esterifikasi asam lemak minyak nabati atau transesterifikasi trigliseri
da dengan alkohol. Proses ini menghasilkan dua produk yaitu metil ester (b
iodiesel) dan gliserin yang merupakan produk samping (Rahayu, 2005). Ko
mponen utama minyak nabati adalah trigliserida yang merupakan ikatan ran
gkap asam lemak jenuh dan tak jenuh. Tiap jenis minyak nabati memiliki k
omposisi asam lemak yang berbeda-beda. Sebagai contoh minyak sawit me
ngandung asam lemak jenuh dan tak jenuh dalam jumlah yang sama. Kand
ungan asam lemak terdiri dari asam oleat 42%, linoleat 9%, palmitat 43%, s
tearat 4%, dan miristat 2% (Bailey, 1996). Namun, berdasarkan SNI 7182:
2015, kemurnian biodiesel minimal yang ditetapkan adalah sebesar 96,5%.
Riset ini bertujuan untuk mengoptimasi proses produksi biodiesel yan
g berfokus pada kemurnian. Namun untuk melakukan optimasi proses prod
uksi biodisel, diperlukan serangkaian simulasi untuk mengetahui apakah su
atu proses produksi dapat bekerja dan menghasilkan produk yang diharapka
n. Salah satu perangkat yang dapat digunakan untuk melakukan simulasi pr
oses adalah software HYSYS. Menurut Sopurta et al. (2014), HYSYS merup
akan perangkat lunak buatan Aspen Technologies Inc. yang sangat berguna
dalam process sizing dan simulasi. HYSYS mampu memodelkan suatu siste
m proses secara detail. Dengan menggunakan program tersebut, maka perh
itungan yang kompleks dapat diselesaikan secara efisien. Dari sejumlah sim
ulasi proses yang akan dilakukan, diharapkan diperoleh suatu rancangan re
kayasa proses produksi biodiesel yang memiliki output yang optimal. Pada
umumnya optimasi proses produksi biodiesel dilakukan dengan mengaplika
sikan berbagai macam katalis dengan berbagai konsentrasi tertentu atau de
ngan memodifikasi proses. Optimasi proses dengan melakukan proses simu
lasi terlebih dahulu memberikan peluang manfaat untuk mengetahui kondis
i optimal sebelum proses produksi berlangsung. Simulasi menggunakan As
pen HYSYS telah dilakukan oleh Abdurakhman et al. (2017) untuk produk
si biodiesel limbah minyak goreng dengan reaktor membran. Aspen HYSY
S berhasil diterapkan untuk menganalisis alternatif terbaik dalam produksi
biodiesel secara efektif dan efisien.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka yang telah diambil dari beberapa
jurnal maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa proses produksi
biofuel yang berasal dari hasil minyak nabati dan makroalga.
1. Metode Cracking
Cracking atau perengkahan pada prinsipya adalah proses
pemutusan dimana molekul organic yang kompleks menjadi molekul
yang sederhana sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar yang
lebih baik dari minyak nabati. dalam prakteknya, cracking minyak
nabati untuk menghasilkan bahan bakar cair hanya mungkin dicapai
dengan bantuan katalis. Hal ini berarti pula bahwa salah satu kunci
peranan penting penyangga berperan dalam aktivitas suatu katalis
heterogen.
2. Metode Hydrocracking
Hydrocracking adalah proses perengkahan berkatalis dengan
mereaksikan minyak nabati dengan sejumlah gas hidrogen pada
keadaan suhu dan tekanan tertentu. Produk dari metode hydrocracking
akan dihasilkan biofuel berupa alkana cair rantai lurus dari C-15 sampai
C-18.
3. Metode Ekstraksi Lipid
Ekstraksi dan purifikasi lipid dari biomassa alga dapat menjadi hal yang
memperlambat (bottleneck) produksi biodiesel. Para peneliti telah mela
kukan percobaan ektraksi lipid menggunakan berbagai metode fisika da
n kimia. Berdasarkan berbagai percobaan tersebut, dapat disimpulkan b
ahwa ekstraksi menggunakan solven merupakan yang paling ekonomis
dan oleh karena itu paling banyak digunakan.
4. Metode Aspen HYSYS
HYSYS merupakan perangkat lunak buatan Aspen Technologies Inc. y
ang sangat berguna dalam process sizing dan simulasi. HYSYS mamp
u memodelkan suatu sistem proses secara detail. Dengan menggunakan
program tersebut, maka perhitungan yang kompleks dapat diselesaikan
secara efisien. Dari sejumlah simulasi proses yang akan dilakukan, dih
arapkan diperoleh suatu rancangan rekayasa proses produksi biodiesel
yang memiliki output yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai