BIO OIL
KELAS : 1KIA
Segala puji bagi Allah SWT, karena berkat ridho-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Dasar – Dasar Bioproses : Bio-Oil”. Makalah ini disusun
untuk menambah pemahaman khususnya tentang energi terbarukan khususnya bio-oil. Dalam
menyusun makalah ini, terdapat hambatan yang penulis alami, namun berkat dukungan,
dorongan dan semangat dari rekan-rekan kelas sehingga penulis mampu menyelesaikan
makalah ini. Oleh karena itu penulis tidak lupa pada kesempatan ini mengaturkan terima
kasih kepada Ibu Dr. Martha Aznury, M.Si selaku dosen pembimbing.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
1. Latar Belakang.............................................................................………....1
2. Rumusan Masalah........................................................................................2
3. Tujuan .........................................................................................................3
4. Manfaat…………………………………………………………………....2
3.1 Kesimpulan………………………………………....…………………….15
3.2 Saran……………………………………………...…..………………...…15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………..……………..…………16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan energi dari bahan bakar minyak bumi (BBM) di berbagai negara di
dunia dalam tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Tidak hanya pada negara-
mengantisipasi krisis bahan bakar minyak bumi (BBM) pada masa yang akan datang.
Saat ini telah dikembangkan pemanfaatan etanol sebagai sumber energi terbarukan,
melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, di mana
material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas.
Biasanya terdapat tiga produk dalam proses pirolisis yakni: gas (uap organik),
pirolisis oil (asap cair), dan arang. Uap organik yang dihasilkan mengandung karbon
monoksida, metana, karbon dioksida, tar yang mudah menguap dan air. Uap organik
Pirolisis cepat merupakan proses dekomposisi termal yang terjadi pada suhu
400-600⁰C. Biomassa dipanaskan dengan cepat tanpa oksigen atau udara untuk
menghasilkan campuran cairan yang terkondensasi, gas dan arang. Ini merupakan
salah satu proses pembaharuan energi yang menjanjikan karena menghasilkan cairan
yang banyak dengan gas dan arang yang sedikit. Pada umumnya, untuk bahan baku kayu
suhu yang digunakan sekitar 500⁰C dengan waktu penguapan yang singkat, dapat diperoleh
hasil 70% bio-oil, dan sekitar 15% untuk tiap-tiap gas dan arang.
dan dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar pada beberapa penerapannya.
Bio-oil dapat terbakar dalam mesin diesel, turbin atau boiler, walaupun
penggunaannya lebih jauh masih membutuhkan uji ketahanan jangka panjang, dan
bioetanol, biosol dan biodisel. Karena memiliki densitas yang relatif tinggi1,2 kg/l.
Diperkirakan dua muatan truk dari kepingan kayu dapat digantikan dengan satu
muatan tangki bio-oil dengan kandungan energi sama. Saat ini industri kelapa sawit
berkembang pesat, menghasilkan limbah biomassa yang cukup banyak dan kurang
dimanfaatkan.
2
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
3
BAB II
PEMBAHASAN
Minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
yang biasa digunakan sebagai bahan bakar. Hampir semua kegiatan yang dilakukan
membutuhkan bahan bakar seperti sektor transportasi, industri dan rumah tangga.
Persediaan minyak bumi di dunia semakin lama semakin menipis dan harganya
semakin melonjak. Cadangan minyak bumi di Indonesia diprediksi tersisa sekitar 4,4
milyar barel dengan produksi sebesar 1.021.000 barel per hari, dengan asumsi tidak
ada penemuan cadangan minyak baru maka minyak bumi di Indonesia hanya cukup
untuk 11 tahun ke depan [Anonim, 2010]. Pemakaian bahan bakar semakin meningkat
setiap tahunnya tanpa disertai upaya penyediaan bahan bakar alternatif sebagai
pengganti bahan bakar yang berbasis minyak bumi. Salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah melalui Peraturan Presiden No.5 tahun 2006 tentang kebijakan energi
nasional yang berprinsip pada kebijakan harga, diversifikasi, dan konversi energi.
Diversifikasi energi adalah pemanfaatan energi alternatif, salah satunya adalah Bahan
Bakar Nabati (BBN), yang merupakan energi alternatif yang mudah diperoleh di
bakar nabati sebagai bahan bakar lain, merupakan suatu instruksi yang menegaskan
pentingnya pengembangan BBN. Untuk itu, sumber energi selain minyak bumi sangat
4
2.2 TEKNOLOGI PIROLISIS
untuk dekomposisi termal dari suatu bahan organik. Jadi pirolisis adalah proses
konversi dari suatu bahan organik pada suhu tinggi dan terurai menjadi ikatan
molekul yang lebih kecil. Pirolisis merupakan suatu bentuk insinerasi yang
nitogen sebagai gas inert. Proses ini menghasilkan uap organik, gas pirolisis dan
arang. Uap organik yang dihasilkan mengandung karbon monoksida, metana, karbon
dioksida, tar yang mudah menguap dan air. Uap organik kemudian dikondensasikan
ini menghasilkan cairan yang sedikit sedangkan gas dan arang lebih banyak
dihasilkan.
Pirolisis ini dilakukan pada lama pemanasan 0,5-2 detik, suhu 400-600 oC dan
proses pemadaman yang cepat pada akhir proses. Pemadaman yang cepat sangat
penting untuk memperoleh prduk dengan berat molekul tinggi sebelum akhirnya
cara ini dapat dihasilkan produk minyak pirolisis yang hingga 75 % lebih tinggi
5
Proses pirolisis ini berlangsung hanya beberapa detik saja dengan pemanasan yang
sangat tinggi. Flash pyrolysis pada biomassa membutuhkan pemanasan yang cepat
Proses pirolisis Salah satu metode konversi bahan organik menjadi energi
dekomposisi termal bahan organik pada temperatur sekitar 350-550⁰C tanpa oksigen.
Proses ini melepas 3 jenis produk, yaitu cair (Bio-oil), padat (arang), dan gas (CO,
CO2, H2, H2O, dan CH4) (Cahyono, 2013). Pirolisis cepat (fast pyrolysis) merupakan
teknik yang relatif baru untuk menghasilkan energi terbarukan. Dibandingkan dengan
pembakaran dan gasifikasi serta karbonisasi, yang juga merupakan proses pirolisis
lambat yang telah dipraktekkan secara luas dan komersial, pirolisis biomassa terutama
pirolisis cepat masih berada dalam tahap pengembangan awal. Dalam proses pirolisis,
komposisi produk akhir sangat bergantung pada komposisi bahan dan kondisi proses
pirolisis.
Pirolisis atau devolatilisasi adalah proses fraksinasi material oleh suhu. Proses
pirolisis dimulai pada temperatur sekitar 230⁰C, ketika komponen yang tidak stabil
secara termal, dan volatile matters pada sampah akan pecah dan menguap bersamaan
dengan komponen lainnya. Produk cair yang menguap mengandung tar dan
polyaromatic hydrocarbon. Produk pirolisis umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu gas
(H2, CO, CO2, H2O, dan CH4), tar (pyrolitic oil), dan arang. Parameter yang
6
berpengaruh pada kecepatan reaksi pirolisis mempunyai hubungan yang sangat
organik secara kimia melalui pemanasan dengan mengalirkan nitrogen sebagai gas
inert. Uap organik kemudian dikondensasikan menjadi cairan. Cairan hasil pirolisis
komposisi bahan dan kondisi proses pirolisis. Oleh karena itu, untuk mengetahui
pengaruh jenis bahan sampah organik berupa daun dan ranting kering, terhadap
kuantitas (rendemen) dan kualitas (nilai kalor) produk bio-oil yang dihasilkan, perlu
dilakukan sebuah penelitian agar bisa dijadikan dasar dalam perencanaan mesin
pirolisis skala yang lebih besar. Beberapa macam katalis telah digunakan dalam
proses pirolisis seperti katalis dari bahan alam (silika alumina, bentonit clay, alumina
hidroksilat, dan zeolit) dan katalis sintetik (metallic oxides, silika alumina, silika
magnesia, dan karbon aktif). Faktor-faktor atau kondisi yang mempengaruhi proses
pirolisis adalah:
a. Waktu
Waktu berpengaruh pada produk yang akan dihasilkan karena, semakin lama
tar, dan gas) makin naik. Kenaikan itu sampai dengan waktu tak hingga (τ) yaitu
waktu yang diperlukan sampai hasil padatan residu, tar, dan gas mencapai
melebihi waktu optimal maka karbon akan teroksidasi oleh oksigen (terbakar),
menjadi karbon dioksida dan abu. Untuk itu pada proses pirolisis penentuan
b. Suhu
7
Suhu sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan karena sesuai dengan
c. Ukuran Partikel
permukaan per satuan berat semakin kecil, sehingga proses akan menjadi
lambat.
d. Berat Partikel
Proses pirolisis dapat dilakukan dengan dan tanpa katalis. Keuntungan pada
pirolisis dengan katalis, yaitu katalis menurunkan fraksi cair dan meningkatkan fraksi
gas. Katalis yang pada proses pirolisis berfungsi untuk menurunkan temperatur reaksi,
mempercepat reaksi, serta menghasilkan produk dengan karbon atom yang lebih
Bio-oil merupakan produk utama dari proses pirolisis cepat (Fast Pyrolysis).
Bio-oil adalah cairan coklat gelap yang tersusun dari senyawa-senyawa teroksigenasi
tinggi (highly oxigenated compounds), yang diproduksi melalui fast pyrolisis, dimana
propertinya mendekati Heavy Fuel Oil (HFO) nomor 2 atau 6. Bio-oil bersifat asam
dengan pH sekitar 3-4, yang mempunyai nilai kalor sebesar 75.000 BTU per galon.
Bio-oil berbeda dengan asap cair yang sudah dikenal secara umum di Indonesia. Asap
cair dihasilkan dari proses slow pyrolisis dimana laju transfer panasnya sangat kecil,
8
vapour residence time yang panjang dan sebagian besar mengandung air (70%), fenol,
asam karboksilat dan karbonil. Sedangkan bio oil dihasilkan dari proses fast pyrolisis
dimana laju transfer panasnya cepat, vapour residence time yang pendek dan sebagian
sebagai bahan bakar. Bio-oil tidak dapat larut dalam diesel oil, tetapi dapat
diemulsifikasi dengan diesel oil. Emulsifikasi 10-30% bio-oil dalam diesel oil dapat
Bio-oil merupakan salah satu sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui
dan ramah lingkungan. Bio-oil dapat digunakan untuk berbagai keperluan industri
antara lain sebagai combustion fuel dan power generation untuk memproduksi bahan
kimia serta dapat dicampur dengan minyak diesel sebagai bahan bakar. Kulit kayu
pinus merupakan salah satu biomassa yang dapat digunakan sebagai energi alternatif
untuk menghasilkan bio-oil. Selama ini kulit kayu pinus hanya dianggap sebagai
limbah yang mencemari lingkungan. hampir semua bagian pohon pinus dapat
dimanfaatkan, antara lain bagian batangnya dapat disadap untuk diambil getahnya.
kandungan holoselulosa yang besar. Salah satu teknologi proses yang dapat
Bahan baku pembuatan bio-oil salah satunya dapat diolah dari reject pulp
industri pulp, karena masih mengandung selulosa. Bio-oil adalah bahan bakar cair
berwarna gelap, beraroma seperti asap, dan diproduksi dari biomassa seperti kayu,
kulit kayu, kertas, atau biomassa melalui teknologi pirolisa (pirolisis) atau pirolisa
9
cepat. Bio-oil diproduksi dengan proses pirolisis menggunakan biomassa dengan
pemanasan, tanpa adanya kandungan oksigen. Uap organik yang dihasilkan dari
Bio-oil adalah cairan yang tidak larut dalam air, bahan bakar yang dapat
dan sulfur yang sangat sedikit. Bahkan kandungan sulfur pada bio-oil dapat diabaikan.
Kandungan bio-oil tergantung pada biomassa yang digunakan, namun zat-zat kimia
yang terdapat pada bio-oil terdiri dari kelompok karbonil, karboksil, hidroksil, dan
1) Air 15-30%
3) Asam karboksilat 10-20% (terdiri dari asetat, formik, propionik dan glikol sebagai
10
8) Padatan 2-8%.
1. Batang jagung
- Flash Point : 48 – 55 0 C
- Viskosity : 50 cp (pada 40 0 C)
- Kemurnian : 96 % (Anonim,2010)
Karakteristik : Densitas 1,005 gram/ml, viskositas 2,296 cSt, angka asam 45,373 mg
o
NaOH/gram sampel, dan titik nyala 52 C. Senyawa dominan yang terkandung di
o
dalam bio-oil pada suhu pirolisis 320 C, persentase pengembanan logam 1,5% dan
2,4-dimethyl
Karakteristik : Pembuatan bio-oil dari serbuk kayu, kulit kayu dan sludge
menggunakan teknik pirolisis free fall pyrolisis dengan suhu 400–550oC, diperoleh
rendemen bio-oil berkisar antara 1–5%, kadar fenol 2,97–3,68%, pH 2,98– 3,37, berat
jenis 1,086–1,092 g/cm3, nilai kalor 8,97- 9,28 MJ/kg (hanya sampel serbuk kayu
pada suhu 500 dan 550oC), dan daya nyala termasuk dalam katagori tidak terbakar
11
sampai katagori sedang. Bio-oil yang dihasilkan didominasi oleh asam-asam terutama
asam asetat, dan fenol serta terdapat beberapa komponen zat yang mudah terbakar
yaitu aseton, benzene, dan furfuril alkohol. Perlakuan yang menghasilkan bio-oil
tertinggi adalah suhu 550oC dengan bahan baku serbuk kayu mahoni yang mempunyai
karakteristik; rendemen liquid 25%, rendemen bio-oil sebesar 5%, kadar fenol 3,66%,
pH 2,98, bobot jenis 1,092 g/cm3, nilai kalor 9,28 MJ/kg dan daya nyala lambat.
4. Serbuk gergaji
teknik pirolisis lambat dengan suhu 350-500 C, waktu30 dan 60 menit, menghasilkan
berat jenis 1,16-1,17 g/cm , nilai kalor 19,51-22,42 MJ/kg, dandaya nyala termasuk
dalam katagori lambat -sedang. Bio-oil yang dihasilkan didominasioleh asam asetat,
(furfuril alkohol)
5. Ampas tebu
Karakteristik :
si
Air 20,8 24,3
al
Hidro asetaldehid 10,2 10,2
ksi
Levoglukosan 3,0 6,3
12
Formaldehid 3,4 3,0
Asam format 5,7 3,7
Asam asetat 6,6 4,2
Acetol 5,8 4,8
Tidak diketahui 18,8 14,8
Total 100 100
d. Dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk transportasi dan sebagai pengganti
e. Digunakan sebagai bahan bakar pengikat membuat pelat menjadi tipis dan
g. Campuran yang sesuai pirolisis cair dengan minyak diesel dapat digunakan
13
Proses produksi bio oil dimulai dengan mempersiapkan bahan baku lignoselulosa seperti
kayu atau limbah agroindustri menjadi partikel–partikel yang lebih kecil hingga diameter
kurang dari 1 mm. Pengecilan ukuran dimaksudkan untuk mempercepat reaksi pirolisis.
Bahan kemudian dimasukan ke dalam reaktor yang dipanaskan pada suhu 450 – 500°C tanpa
kehadiran oksigen. Bahan baku akan terbakar dan akan menguap seperti droplet yang
dilemparkan air ke dalam permukaan wajan panas. Di dalam reaktor pirolisis, partikel akan
dikonversi menjadi uap yang dapat dikondensasi, gas yang tidak dapat dikondensasi, dan
yang dapat dikondensasi akan dikondensasikan dan selanjutnya disebut sebagai bio oil, dan
arang yang terbentuk dipisahkan. Sementara itu, gas yang tidak dapat terkondensasi
(termasuk di dalamnya CO2, H2, dan CH4) akan dibakar dan dikembalikan ke reaktor untuk
menjaga panas dari proses. Dalam reaksi produksi bio oil tidak dihasilkan limbah atau zero
waste (Gambar 35). 100 % bahan baku dikonversi menjadi bio oil dan arang, sedangkan gas
yang tidak dapat dikondensasi dikembalikan ke dalam proses sebagai sumber energi. Tiga
14
produk akhir yang dihasilkan dalam proses pirolisis yaitu : bio oil (60 – 75 wt %), arang (15 –
BAB III
PENUTUP
15
3.1. Kesimpulan
Kebutuhan energi dari bahan bakar minyak bumi (BBM) di berbagai negara di
dunia dalam tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Tidak hanya pada negara-
mengantisipasi krisis bahan bakar minyak bumi (BBM) pada masa yang akan datang.
Saat ini telah dikembangkan pemanfaatan limbah sebagai sumber energi terbarukan,
dan dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar pada beberapa penerapannya.
Bio-oil dapat terbakar dalam mesin diesel, turbin atau boilerdan dapat juga digunakan
untuk produksi zat-zat kimia tertentu.. Saat ini industri kelapa sawit berkembang
pesat, menghasilkan limbah biomassa yang cukup banyak dan kurang dimanfaatkan.
3.2. Saran
1. Pada sekitar kita terdapat banyak limbah organik yang terkadang diabaikan begitu
saja, padahal limbah tersebut dapat diolah dan dimanfaatkan dalam kehidupan
makalah ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi kita agar lebih peduli terhadap
lingkungan.
2. Semoga makalah ini dapat menjadi referensi berguna bagi setiap kalangan yang ingin
DAFTAR PUSTAKA
16
Cahyono, M. S., dkk. 2013. Pengaruh Jenis Bahan pada Proses Pirolisis Sampah Organik
Menjadi Bio-Oil sebagai Sumber Energi Terbarukan. Jurnal Sains dan Teknologi
Romadani, S., dkk. 2014. Konversi Pelepah Nipah Menjadi Bio-Oil dengan Variasi Katalis
NiMo/Lempung Cengar Melalui Proses Pirolisis. Jom FTEKNIK. Vol. 1(2) : 1-10
Yunanda, Y. I., dkk. 2016. Pirolisis Kulit Kayu Pinus Merkusii Menjadi Bio-Oil
Aldrin, I., dkk. 2013. Pirolisis Reject Pulp menjadi Bio-Oil dengan Menggunakan Katalis
17