Anda di halaman 1dari 18

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Sintetis Kimia Anorganik dengan judul


“Senyawaan Koordinasi Pentaamina Kobalt (III)” yang disusun oleh :
Nama : Syahriani
Nim : 1313142009
Kelas : Kimia
Kelompok : Enam (VI)
telah diperiksa oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima.

Makassar, Juni 2016


Koordinator Asisten Asisten

Trianita Sari A. Nurul Qalbi BM, S.Si


NIM. 1213141001

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Diana Eka Pratiwi, S.Si, M.Si


NIP. 19800614 200801 2 016
A. Judul Percobaan
Senyawaan Koordinasi Pentaamina Kobalt (III).

B. Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa dapat :
1. Mengetahui cara sintesis senyawaan kordinasi pentaaminakobalt (III)
2. Mengetahui warna dan bentuk kristal senyawaan kordinasi pentaaminakobalt
(III).

C. Landasan Teori
Senyawaan koordinasi adalah spesi netral dimana dalam spesi yang ini
sejumlah kecil molekul atau ion dapat mengelilingi atom atau ion pusat. Atom
donor pada ligan masing-masing memberikan sepasang elektron bebas kepada ion
logam pusat dalam kompleks. Senyawa kordinasi dapat menunjukkan isomerisme
geometri dan/ atau optis dari senyawa (Chang, 2004: 251).
Senyawa kordinasi heksaamin kobal (III) triklorida, [Co(NH3)6]Cl3
merupakan suatu senyawaan kordinasi yang terbentuk dari ion pada kompleks
[Co(NH3)6]3+ dan tiga ion klorida. Keenam molekul NH3 dapat terikat langsung
pada atom logam pusat, Co (III) dan disebut ligan. Bilangan kordinasi kobal
adalah enam dengan struktur kristal oktahedral. Heksaminkobal (III) trikloridan
dapat disintesis dari kobal sulfat dengan amonium klorida dan amonium
hidroksida, mula-mula dapat terbentuk ion heksaminkobal (III) kemudian
dioksidasi oleh timbal dioksida menjadi ion heksamin kobal (III) (Tim Dosen
Sintetik Anorganik, 2016: 3).
Teori medan kristal menjelaskan ikatan dalam kompleks dari suatu segi
interaksi elektrostatik. Berdasrkan teori medan kristal, orbital d yang telah
menjadi dua orbital berenergi tinggi dan tiga orbital yang berenergi rendah dalam
kompleks oktahedral. Selisih energi antara kedua set orbital dini dapat disamakan
pembelahan besar dan ligan-ligan medan lemah menyebabkan pembelahan kecil.
Spin elektron cenderung paralel untuk medan ligan-ligan lemah dan dapat
berpasangan untuk ligan medan kuat, dimana dibutuhkan investasi energi yang
lebih besar untuk mempromosikan elektron ke orbital d yang letaknya lebih
tinggi. Pembelahan orbital d dalam kompleks oktahedral, dan pembelahan dalam
kompleks segiempat planar adalah yang paling rumit. Atom logam berhubungan
satu sama lain sebagai berikut :

L
L
L L L
M M L M L
L M M
L L L L L
L L

Bilangan Kordinasi Struktur

2 Linier
4 Tetrahedral atau segiempat planar
6 Oktahedral
(Chang, 2004: 245).
Ion kompleks kordinasi banyak terdapat ion logam transisi dalam suatu
larutan atau dalam zat padat, ini terdiri dari ion logam yang dapat dikelilingi oleh
kelompok anion atau molekul netral yang disebut ligan. Interaksi ini melibatkan
pembagian pasangan elektron bebas ion logam pada tiap molekul ligan yang dapat
memberikan ikatan kovalen parsial dengan ligan tersebut. Ion kompleks seperti ini
mempunyai warna gelap yang menyolok. Bila direaksikan dengan gas amonia,
kristal putih kehijauan tembaga sulfat (CuSO4) menjadi kristal padat biru tua
dengan rumus kimia Cu(NH3)4SO4. Anion-anion dalam zat padat masih
merupakan ion sulfat (SO4)2-, tetapi kation-kation adalah ion kompleks, atau ion
kompleks kordinasi dengan ion pusat Cu2+ dengan empat molekul amonia,
Cu(NH3)42+. Molekul amonia dapat mengkordinasi ion tembaga pada pasangan
elektron bebasnya, yang dapat berfungsi sebagai basa Lewis terhadap ion logam,
asam Lewis. Jika zat padat dilarutkan dalam air, warna biru tua tetap. Ini
merupakan bukti bahwa pada ion kompleks ada dalam air yang dapat
menghasilkan warna biru yang amat pucat (Suminar, 2001: 357).
Ciri-ciri khas ligan yang diakui sebagai faktor yang mempengaruhi
kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah (1) kekuatan basa dari
liga itu (2) sifat-sifat penyepitan (jika ada), dan (3) efak sterik (ruang). Dari sudut
pandangan aplikasi analsis, efek penyempitan dapat mempunyai arti yang teramat
penting, maka hendaklah dapat diperhatiakn secara khusus. Istilah “efek sepit”
dapat mengacu pada fakta bahwa suatu kompleks bersepit, yaitu kompleks yang
dapat dibentuk oleh suatu ligan bidentat atau multidentat semakin banyak titik
legal ligan itu kepada ion logam semakin besar kestabilan kompleks. Begitulah
efek sepit ini sering dapat disebabkan oleh kenaikan entropi yang dapat menyertai
penyempitan dalam hubungan ini, penggantian suatu molekul-molekul air dari
suatu ion yang dapat terhidrasi haruslah dingat-ingat (Pudjaatmaka, 1994: 302).
Reaksi pembentukan kompleks disebut sebagai reaksi asam basa Lewis.
Ingatlah bahwa asam Lewis adalah adalah penerima elektron dan basa Lewis
adalah penyumbang elektroda. Dalam suatu pembentukan kompleks perak nitrat
AgNO2- ligan CN- dapat bertindaksebagai basa yang dapat menyumbang sepasang
elektron ke Ag+yaitu asamnya. Ikatan yang terbentuk diantara ion logam pusat
dengan ligan biasanya kovalen, namun dalam beberapa kasus interaksinya
mungkin hanya sebuah daya tarik columb. Beberapa kompleks dapat menjalani
reaksi penggantian secara cepat sekali dan kompleksnya disebut sebagai kompleks
labil. Sebuah contoh sebagai berikut :
Cu(H2O)42+ + 4 NH3 Cu(NH3)42+ + 4H2O
(biru muda) (biru tua)
Reaksinya dapat berjalan dengan mudah kekanan dengan penambahan amonia
pada kompleks aquo, penambahan sebuah asam kuat yang dapat menetralisir
amonia mengangkat kesetimbangan kembali secara cepat menjadi kompleks aquo
(Underwood, 2012: 193).
Kestabilan senyawa komoleks dapat dipengaruhi oleh faktor ligan dan
atom pusat. Faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan kompleks berdasarkan
pengaruh atom pusat antara lain besar dan muatan dari ion, nilai CSE dan faktor
distribusi (Sriatun, 2013: 151).
Sifat-sifat kimia yang dapat dimiliki oleh logam pusat seperti muatan,
tingkat oksidasi, konfigurasi elektron dan geometri akan memberikan pengaruh
pada reaktivitasnya senyawa kompleks dario logam transisi mempunyai rumus
umum [M (L) n x (A).6] dimana M adalah atom pusat, L adalah ligan lemah dan
A adalah anion berkordinasi lemah atau tidak memiliki daya kordinasi yang
diamobilisasi pada zat pendukung, seperti silika modifikasi (Admi, 2013: 59).
Ion oksalat (C2O4)2- merupakan salah satu ligan jembatan yang banyak
digunakan dalam penelitian. Hal ini disebabkan oleh sebuah keunikan ion oksalat
yang dapat menghasilkan senyawa kompleks multidimensi. Upaya untuk
menaikan sifat magnetik senyawa pada senyawa kompleks bimetalik mangan (II)
(Fatimah, 2011: 211).
Jumlah ikatan logam dengan ligan dalam sebuah kompleks biasanya 2-6
disebut bilangan kordinasi. Beberapa ligan yang lazim ialah ion halida (F-,Cl-,Br-
,I-), amonia (NH3), karbon monoksida (CO) dan air (H2O). Setiap ligan ini hanya
dapat mampu membentuk ikatan tunggal dengan satu atom logam pusat, sehingga
dapat disebut monodentat yang menyatakan bahwa pengikatannya hanya pada
satu titik (Suminar, 2003: 139).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Magnetik stirer 1 buah
b. Labu isap 1 buah
c. Labu Erlenmeyer 250 mL 1 buah
d. Gelas kimia 100 mL 1 buah
e. Gelas kimia 250 mL 1 buah
f. Gelas kimia 500 mL 1 buah
g. Gelas ukur 10 mL 1 buah
h. Gelas ukur 25 mL 1 buah
i. Gelas arloji 1 buah
j. Pompa vakum 1 buah
k. Termometer 100oC 1 buah
l. Corong pisah 250 mL 1 buah
m. Statif dan klem 1 buah
n. Spatula 1 buah
o. Buret 50 mL 1 buah
p. Pipet tetes 3 buah
q. Corong Buchner 1 buah
r. Corong biasa 1 buah
s. Neraca analitik 1 buah
t. Batang pengaduk 1 buah
u. Oven 1 buah
v. Kaki tiga dan kasa 1 buah
w. Pembakar spiritus 1 buah
x. Botol semprot 1 buah
y. Pinset 1 buah
z. Lap kasar 1 buah
aa. Lap halus 1 buah
bb. Mikroskop elektron 1 buah
2. Bahan
a. Amonium hidroksida (NH4OH) pekat
b. Asam klorida (HCl) pekat 2 M dan 6 M
c. Amonium klorida (NH4Cl)
d. Aquades (H2O)(l)
e. Es batu (H2O)(s)
f. Korek gas
g. Kobalt klorida heksahidrat (CoCl2.6H2O)
h. Etanol (C2H5OH)
i. Hidrogen peroksida (H2O2) 30 %
j. Natrium nitrit (NaNO2)
k. Kertas saring Whatman
l. Kertas saring biasa
E. Prosedur Kerja
1. Preparasi [Co(NH3)5Cl]Cl2 (Metode B)
a. Sebanyak 2 gram amonium klorida dilarutkan dalam 12 mL NH4OH pekat.
b. Sebanyak 4 gram kobalt (II) klorida 6-hidrat ditambahkan sedikit demi sedikit
sambil tetap diaduk dengan menggunakan magnetik stirer. Kemudian 3,2 mL
H2O2 30% ditambahkan setetes demi setetes melalui corong pisah.
c. Ditunggu sampai tidak ada gelembung udara, lalu 16 mL HCl pekat
ditambahkan secara perlahan-lahan di lemari asam.
d. Sambil tetap diaduk, hot plate dinyalakan pada suhu 85oC selama 20 menit.
e. Larutan didinginkan pada suhu kamar dan kristal [Co(NH3)5Cl]Cl2 disaring.
f. Kristal dicuci tiga kali dengan 8 mL air es lalu dengan 8 mL HCl 6 M dingin.
g. Kristal dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC.
2. Preparasi [Co(NH3)5ONO]Cl2 dan [Co(NH3)5NO2]Cl2
a. Larutan amonia yang berisi 1,5 mL NH4OH pekat dalam 16 mL air
disiapkan.
b. Sebanyak 1,0 gram [Co(NH3)5Cl]Cl2 dimasukkan dan dilarutkan ke dalam
larutan amonia pada perlakuan Cl di atas.
c. Jika terdapat endapan kobalt oksida disaring dan didinginkan filtrat pada suhu
10 oC.
d. Larutan dititrasi pada suhu 10oC dengan HCl 2M sampai larutan menjadi
netral (digunakan lakmus).
e. Sebanyak 1,0 gram natrium nitrit ditambahkan sampai larut kemudian
ditambahkan 1 mL HCl 6 M.
f. Kristal [Co(NH3)5ONO]Cl3 yang terbentuk disaring dan dicuci dengan 5 mL
air es diikuti 5 mL etanol dan dikeringkan pada suhu kamar selama 1 jam.
g. Kristal yang diperoleh ditimbang.
h. Sebanyak 10 mL HCl pekat ditambahkan sambil didinginkan.
i. Larutan didinginkan secara sempurna dan kental [Co(NH3)5NO2]Cl2 disaring.
j. Kristal dikeringkan dengan 3 mL etanol dan dikering udarakan pada suhu
kamar selama satu jam.
k. Kristal yang diperoleh ditimbang dan ditimbangkan dengan hasil yang
diperoleh pada perlakuan 2.g.

F. Hasil Pengamatan
1. Preparasi [Co(NH3)5Cl]Cl2 (Metode B)
No Perlakuan Hasil Pengamatan
1 2,0189 gram NH4Cl + 12 mL NH4OH Larutan tidak berwarna
pekat
2 Larutan + 4,0691 gram kobalt (III) Larutan coklat
klorida heksahidrat magnetik stirer
3 Larutan + 3,2 mL H2O2 30 % Larutan coklat + gelembung
4 Ditunggu sampai gelembung hilang Gelembung hilang
5 Larutan + 12 mL HCl pekat Larutan berwarna ungu tua
6 Larutan magnetik stirer (85oC) 20 menit Larutan berwarna ungu tua
Δ
7 Larutan didinginkan pada suhu kamar Larutan berwarna ungu tua
didinginkan di air es terbentuk kristal ungu
8 Kristal disaring dengan corong Buchner Kristal ungu
9 Dicuci berturut-turut 4 mL H2O dingin Kristal ungu
dan 4 mL HCl 6 M
10 Kristal dioven pada suhu 100oC Kristal ungu
11 Kristal ditimbang 1,569 gram

2. Preparasi [Co(NH3)5ONO]Cl2 dan [Co(NH3)5NO2]Cl2


No Perlakuan Hasil Pengamatan
1 16 mL H2O 1,5 mL NH4OH pekat Larutan tidak berwarna
Δ
2 Larutan + 1,200 gram [Co(NH3)5Cl]Cl2 Larutan berwarna ungu
3 Larutan disaring dan didinginkan pada Larutan berwarna ungu (10oC)
suhu 10oC filtratnya
4 Dititrasi dengan HCl 2 M sebanyak 10 Larutan berwarna ungu muda
mL
5 Larutan + 1,0321 gram NaNO3 Larutan berwarna ungu muda
6 Didinginkan dengan air es Larutan ungu dan terebntuk
kristal
7 Kristal disaring dan dicuci dengan air es Kristal merah maron
dan etanol sebanyak 3 mL
8 Kristal dioven pada suhu 100oC Kristal merah maron
9 Kristal ditimbang 0,0554 gram
10 10 mL H2O 5 tetes NH4OH pekat Larutan tak berwarna
Δ
11 Larutan + kristal sebelumnya Larutan ungu muda
12 Larutan + 10 mL HCl pekat Larutan berwarna jingga
13 Larutan didinginkan dalam es Larutan jingga dan kristal
14 Disaring dan dicuci dengan 3 mL Kristal merah muda
C2H5OH
15 Kristal dikeringkan dalam oven Kristal merah muda
16 Kristal ditimbang 0,0158 gram

G. Analisis Data
1. Preparasi [Co(NH3)5Cl]Cl2
Diketahui : Mr CoCl2.6H2O = 238 gram/mol
Mr [Co(NH3)5Cl]Cl2 = 250,5 gram/mol
Mr NH4Cl = 53,5 gram/mol
Massa CoCl2.6H2O = 4,0691 gram
massa NH4Cl = 2,0189 gram
massa [Co(NH3)5Cl]Cl2 = 1,5690 gram
Ditanyakan : % rendemen = .............?
Penyelesaian :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 2,0189 𝑔
n NH4Cl = = 53,5 𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 0,0377 mol
𝑀𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 4,0691 𝑔
n CoCl2.6H2O = = 238 𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 0,0170 mol
𝑀𝑟

NH4Cl + 5 NH3 → 6 NH3 + HCl


CoCl2.6H2O + 6 NH3 → [Co(NH3)6]Cl2 + 6H2O
n CoCl2.6H2O ~ n [Co(NH3)5Cl]Cl2
[Co(NH3)5]Cl2+ H2O2 + HCl → [Co(NH3)5Cl]Cl2 + NH3 + H2O+ + OH-
mol CoCl2.6H2O = 0,0170 mol
massa [Co(NH3)5Cl]Cl2 = mol [Co(NH3)5Cl]Cl2 × Mr [Co(NH3)5Cl]Cl2
= 0,0170mol× 250,5gram/mol
= 4,2585 gram
massa[Co(NH3 )5 Cl]C𝑙2 praktek
% rendemen = x 100 %
massa[Co(NH3 )5 Cl]𝐶l2 teori
4,3590 gram
= 4,2585 gram x 100 %

= 46,84 %
2. Preparasi [Co(NH3)5ONO]Cl2 dan [Co(NH3)5NO2]Cl2
a. Preparasi [Co(NH3)5ONO]Cl2
Diketahui : Mr [Co(NH3)5Cl]Cl2 = 250,5 gram/mol
Mr [Co(NH3)5ONO]Cl2 = 261 gram/mol
Mr NaNO2 = 69 gram/mol
massa [Co(NH3)5Cl]Cl2 = 1,0 gram
massa [Co(NH3)5ONO]Cl2 = 0,4 gram
massa NaNO2 = 1,0 gram
Ditanyakan : % rendemen = ...........?
Penyelesaian :
massa [Co(NH3 )5 Cl]C𝑙2
mol [Co(NH3)5Cl]Cl2 =
Mr [Co(NH3 )5 Cl]Cl2
1,2000 gram
= gram
250,5
mol

= 0,0047mol
massa NaNO2
mol NaNO2 = Mr NaNO2
1,0321 gram
= gram
69
mol

= 0,0149mol
[Co(NH3)5Cl]Cl2 + NaNO2 → [Co(NH3)5ONO]Cl2 + NaCl
m : 0,0047mol 0,0149mol - -
b : 0,0047mol 0,0047mol 0,0047mol 0,0047mol
s : - 0,0102mol 0,0047mol 0,0047mol
massa [Co(NH3)5ONO]Cl2 = (n x Mr) [Co(NH3)5ONO]Cl2
= 0,0047mol× 261 gram/mol
= 1,2267 gram
massa[Co(NH3 )5 ONO]Cl2 praktek
% rendemen = x 100 %
massa[Co(NH3 )5 ONO]Cl2 teori
0,0554 gram
= 1,2267 gram x 100 %

= 4,51 %
b. Preparasi [Co(NH3)5NO2]Cl2
Diketahui : Mr [Co(NH3)5ONO]Cl2 = 261 g/mol
Mr [Co(NH3)5NO2]Cl2 = 261 g/mol
Mr NH4OH = 35 g/mol
Mr HCl = 36,5 g/mol
m [Co(NH3)5ONO]Cl2 = 0,0554 g
m [Co(NH3)5NO2]Cl2 = 0,0158 g
ρ NH4OH = 0,91 g/mL
ρ HCl = 1,18 g/mL
Ditanyakan : % Rendemen = ........?
Penyelesaian :
m HCl = (ρ x v) HCl
= 1,18 g/mL x 10 mL
= 11,8 g
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 11,8 𝑔
n HCl = = 𝑔 = 0,3232 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 36,5
𝑚𝑜𝑙

m NH4OH = (ρ x v) NH4OH
= 0,91 g/mL x 1 mL
= 0,91 g
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 0,91 𝑔
n NH4OH = 𝑀𝑟
= 35 𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 0,0260 𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 0,0554 𝑔
n [Co(NH3)5ONO]Cl2 = = 261 𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 0,0002 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟

[Co(NH3)5ONO]Cl2 + NH4OH + HCl → [Co(NH3)5NO2]Cl2 + NaCl + H2O


m : 0,0002mol 0,0260mol 0,3230mol - - -
b : 0,0002mol 0,0002mol 0,0002mol 0,0002mol 0,0002mol
s : - 0,0258mol 0,3228mol 0,0002 mol 0,0002 mol
massa [Co(NH3)5NO2]Cl2 (teori) = (n x Mr) [Co(NH3)5NO2]Cl2
= 0,0002 mol x 261 g/mol
= 0,0522 g
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% Rendemen = × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
0,0522 𝑔
= 100%
0,0158 𝑔

= 330, 37 %

H. Pembahasan
Kristal merupakan padatan yang memiliki kisi yang teratur dan berulang
(Chang, 2004). Percobaan ini akan dilakukan sintesis senyawa kordinasi
pentaamina kobalt (III). Tujuan percobaan ini adalah mengetahui sintesis senyawa
kordinasi pentaamina kobalt (III) dan mengetahu warna dan strukturnya. Hal
pertama yang dilakukan adalah preparasi [Co(NH3)5Cl]Cl2. Pada percobaan ini
terdapat dua metode yaitu metode A dan metode B. Hal ini dilakukan untuk
membandingkan hasil dari kedua metode tersebut. Akan tetapi yang dilakukan
hanya metode B, dikarenakan keterbatasan alat pada metode B. Selain itu metode
A rumit dilakukan dan waktu yang diperlukan relatif lama, sehingga hanya
metode B yang dilakukan pada percobaan ini.
1. Preparasi [Co(NH3)5Cl]Cl2
Preparasi [Co(NH3)5Cl]Cl2dilakukan dengan melarutkan NH4Cl dalam
NH4OH pekat sambil diaduk. Tujuannya adalah untuk mempercepat reaksi yang
dihasilkan. NH4Cl dan NH4OH berfungsi sebagai penyedia ligan NH3. Reaksinya
yaitu :
NH4Cl + 5NH3 → 6 NH3 + HCl
Kemudian dilakukan penambahan CoCl2.6H2O sebagai bahan dasar atau penyedia
atom pusat yaitu kobalt (Co), yang digunakan disini adalah Co (II) karena
umumnya Co (III) tidak stabil. Logam Co (III) hanya stabil biladalam senyawa
kompleks. Atom pusat yang dihasilkan mempunyai bilangan oksidasi +2
sedangkan ion pusat Co pada senyawa yang dibuatmemiliki bilangan oksidasi +3.
Ion Co2+ ini bersifat lebih stabil sehingga diharapkan kristal yang maksimal.
Olehnya itu, ditambahkan hidrogen peroksida (H2O2) yang berfungsi untuk
mengoksidasi Co2+ menjadi Co3+. Penambahan H2O2 pada larutan dilakukan
setetes demi setetes karena larutan asm peroksida sangat berbahaya dan mudah
meledak. Jadi, apabila dituangkan sekaligus memungkinkan untuk terjadinya
ledakan. Adapun reaksi yang terjadi :
Co(NH3)63+ → [Co(NH3)6]3+ + e
Selanjutnya dilakukan penambahan HCl pekat sebagai penyedia ligan Cl dan
anionnya Cl-. Reaksi ini dilakukan dalam keadaan panas untuk mempercepat
reaksi. Tujuan pemanasan pada suhu 850C untuk mencegah ligan NH3 berkurang,
karena jika melewati suhu tersebut kemungkinan besar ligan NH3 yang ada bisa
lepas atau menguap, dan juga dalam larutan ini masih terdapat asam peroksida
yang sifatnya mudah meledak. Setelah itu campuran didinginkan pada suhu kamar
dan kristal [Co(NH3)5Cl]Cl2 yang terbentuk disaring, dicuci dengan air es dan
etanol. Tujannya adalah menghilangkan pengotor untuk meemperoleh kristal yang
murni. Etanol berfungsi untuk mengikat hidrat. Selanjutnya dikeringkan dalam
oven pada suhu 100oC agar kristal yang terbentuk sempurna dan tidak cacat.
Adapun reaksi yang terjadi :
NH4Cl + 5NH3 → 6NH3 + HCl
CoCl2.6H2O + 6 H2Oa→ [Co(H2O)6]2+ + 2Cl-
[Co(H2O)6]2+ + 6 NH3 → [Co(NH3)6]2+ + 6 H2O
[Co(NH3)6]Cl2 + H2O2 + HCl → [Co(NH3)5Cl]Cl2 + NH3 + H2O + OH-
Kristal yang diperoleh sebesar 1,569 g, dengan rendemen sebesar 36,84 %. Hal ini
menunjukkan bahwa rendemen yang diperoleh masih rendah karena proses
sintesis dari setiap tahapnya memungkinkan adanya beberapa kesalahan.
Kemudian kristal diamati di mikroskop untuk melihat bentuk kristal yang
dihasilkan. Kristal hasil sintesis berwarna ungu dengan bentuk geometri
oktahedral, serta bentuk kisi ortorombik pusat dasar (FCC). Hibridisasinnya
adalah
27Co = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d7
Co3+ = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d6 4s0
Keadaan dasar

Keadaan tereksitasi

Masuknya 6 ligan NH3

NH3

H3 N NH3
H3 N
Co
NH3

NH3

2. Preparasi [Co(NH3)5ONO]Cl2
Kristal yang diperoleh dilarutkan dalam NH3 kemudian endapan yang
diperoleh disaring. Filtratnya ditambahkan HCl, hal ini bertujuan untuk
menetralkan larutan, karena pada saat dilarutkan dalam NH3, larutan bersifat basa
sehingga pH nya perlu untuk dinetralkan. Selanjutnya direaksikan dengan NaNO2
sebagai penyedia ligan nitrit dan HCl sebagai penyedia ligan Cl-. Campuran
didinginkan dan disaring dengan tujuan untuk memisahkan endapan dan
filtratnya. Kristal lalu dicuci dengan air es dan etanol yang berfungsi untuk
mengikat sisa air. Kristal yang diperoleh sebesar 0,0554 g dengan rendemen
sebesar 4, 51%. Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori, karena seharusnya
kristal [Co(NH3)5ONO]Cl2 berwarna jingga. Hal ini disebabkan karena masih
banyak H2O dalam larutan sehingga diperoleh kristal merah maron. Adapun
reaksi yang terjadi :
[Co(NH3)5Cl]Cl2+ NH4OH + H2O → [Co(NH3)5OH]Cl2+ NH3 + HCl
[Co(NH3)5OH]Cl2 + NaNO3 + HCl → [Co(NH3)5ONO]Cl2+ NaCl + HCl
Bentuk geometri oktahedral dan kisi kristal ortorombik (FCC)

NH3

H3 N NH3
H3 N
Co
NH3

NH3

3. Preparasi [Co(NH3)5NO2]Cl2
Kristal [Co(NH3)5ONO]Cl2dilarutkan dengan air panas, karena untuk
melarutkan kristal tersebut yang sukar larut kemudian ditambahkan NH3 untuk
memberi suasana basa. Selanjutnya ditambahkan HCl yang berfungsi sebagai
penyedia ligan Cl untuk menyempurnakan senyawa kordinasi yang disintesis.
Kristal yang terbentuk kemudian disaring dan dicuci dengan etanol, hal ini
bertujuan untuk mengikat air dan zat hasil samping reaksi sehingga kristal yang
diperoleh melebihi 100% karena banyaknya H2O yang terkandung dalam kristal
sehingga ligan NH3 yang dihasilakan tidak sesuai. Kristal yang diperoleh
berbentuk oktahedral dan kisi ortorombik pusat dasar (FCC).

NH3

H3 N NH3
H3 N
Co Cl2
NH3

NO2
I. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulakn bahwa :
a. Senyawa kordinasi pentaamina kobalt (III) yang disintesis adalah
[Co(NH3)5Cl]Cl2 berwarna ungu, kristal [Co(NH3)5ONO]Cl2 berwarna merah
maron dan kristal [Co(NH3)5NO2]Cl2 berwarna merah muda.
b. Bentuk kristal yang diperoleh adalah oktahedral.
2. Saran
Diharapkan ke pada praktikan selanjutnya agar kristal yang diperoleh
dikeringkan dengan baik agar bobot kristal yang didapatkan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Admi, dkk. 2013. Penentuan Kondisi Optimum Aktivitas Katalis Ni (II)-


Asetonitril yang Diamobilisasi pada Silika Modifikasi untuk Reaksi
Transesterifikasi. Jurnal Kimia Unand. Volume 2 Nomor 1.

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 2. Jakarta:


Erlangga.

Fatimah, Martak dan Izzah. 2011. Peningkatan Sifat Magnetik Kompleks Polimer
Oksalat [N(C4H9)4] [MnCr(C2O4)3] dengan menggunakan Kation
Organik Tetrabutil Amonium. Prosiding Kimia. SK 091304.

Sriatun, Suhartana dan Laelatri. 2013. Sintesis dan Karakterisasi Senyawa


Kompleks Cu (II)-8-Hidroksikuinolin dan Co (II)-8-Hidroksikuinolin.
Jurnal Chem Info. Volume 1 Nomor 1.

Suminar. 2011. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta:


Erlangga.

Tim Dosen Kimia Anorganik. 2016. Penuntun Praktikum Sintesis Kimia


Anorganik. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Underwood, Day. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:


Erlangga.
JAWABAN PERTANYAAN

1. Preparasi yang dilakukan untuk mensintesis [Co(NH3)6Cl]SO4 yaitu metode


B. Persamaan reaksinya sebagai berikut:
NH4Cl + 5NH3 → 6NH3 + HCl
CoSO4.6H2O + 6 NH3 → [Co(NH3)6]SO4 + 6 H2O
[Co(NH3)6]SO4 + H2O2 + HCl → [Co(NH3)5Cl]SO4 + NH3 + H2O + OH-

2. Senyawa dan nama senyawaan koordinasi:


a. [Co(NH3)6Cl]Cl2 = pentaaminklorokobalt (III) klorida
b. [Co(NH3)5ONO]Cl2 = pentaamin O-nitritokobalt (III) klorida
c. [Co(NH3)5NO2]Cl2 = pentaamin N-nitritokobalt (III) klorida

3. Cara untuk membedakan kristal dari senyawa [Co(NH3)5ONO]Cl2 dan


[Co(NH3)5NO2]Cl2 adalah dari warnanya, dimana [Co(NH3)5ONO]Cl2
berwarna orange dan [Co(NH3)5NO2]Cl2 berwarna ungu.

Anda mungkin juga menyukai