Anda di halaman 1dari 5

PEMBUATAN CIS DAN TRANS-

KALIUMDIOKSALATODIAKUOKROMAT (III)

A. LATAR BELAKANG
1. Tinjauan Pustaka
Molekul atau ion yang bertindak sebagai ligan umumnya dapat
mengandung satu atom yang elektronegatif seperti contohnya nitrogen
dan oksigen dan ligan hanya memiliki satu pasang elektron bebas
misalnya NH3 dikataknan undentat, karena memiliki dua pasang
elektron yang mampu membentuk dua ikatan dengan atom pusat (ion
Pusat) disebut dengan ligan bidentat (Day dan Underwood, 1986: 203).
Kelarutan oksalat dari logam-logam alkali dalam besi (II). Larutan
dalam air: semua oksalat lain tak larut atau sangat sedikit larut dalam
air. Mereka semuanya larut dalam asam-asam encer. Beberapa oksalat
larut dalam larutan pekat asam oksalat dengan jalan membentuk
oksalat asam atau oksalat kompleks yang larut. Asam oksalat ( suatu
asam dibasa) adalah zat padat kristalin, tak berwarna, (COOH) 22H2O
dan menjadi anhidrat dengan dipanaskan sampai 110oC; zat ini mudah
larut dalam air (111 g L-1 pada 20oC) (Svehla, 1985: 394).
Isomeri Cis-Trans merupakan tipe isomeri ruang dimana 2
senyawa berbeda dalam hal kedudukan relatif 2 gugus terikat disekitar
ikatan rangkanya, sebagai contoh adalah asam fumarat dan asam
maleat; pada asam fumarat kedua gugusnya yakni gugus-gugus dan
gugus –H terletak pada sisi ikatan rangkap yang sama (disebut bentuk
sis-) ; sementara pada asam maleat, kedua gugus tersebut terletak pada
sisi ikatan rangkap yang berlawanan disebut sebagai bagian dari
bentuk trans (Mulyonoo, 2006: 196).
Menurut Ramlawati (2005: 20-21) isomer Cis dan Trans dapat
dibedakan :
1. Momen dipol, senyawa trans dari [Pt(Pet3)2Cl2] akan mempunyai
momen dipol yang dapat diabaikan karena adanya penghilangan
momen ikatan dari masing-masing ikatan, tetapi isomer cis akan
mempunyai momen dipol yang berarti.
2. Spektroskopi IR, isomer trans memberikan spektrum sederhaana
dari pada isomer Cis karena pengurangan frekuensi steching ikatan
M-A dan M-B dalam isomer trans.
3. Metode reaktivitas kimia, dengan asumsi bahwa tidak ada
perubahan struktur dan ligan sederhana reaksi dapat dipakai untuk
membedakan antara isomer trans dan cis.
Salah satu contoh senyawa kompleks ialah feniltiourea dengan
rumus ‘N-benzoil-N’. Empat buah konformasi dari N-benzoil-N’-
feniltiourea, yaitu cis-cis, cis-trans, trans-cis dan transtrans,
dikontruksi untuk menentukan bentuk ligan yang paling stabil.
Kompleks oktahedral N-benzoil-N’-feniltiourea memiliki beberapa
isomer, namun hanya isomer geometri yang dapat dibentuk, yaitu
facial dan meridian. Isomer ini didasarkan pada orientasi atomatom
yang berikatan dengan atom pusat. Atom-atom sejenis yang berada
pada satu bidang yang sama dinamakan facial, sedangkan jika
atom-atom yang sama berada pada satu garis yang sama dinamakan
meridian. Berdasarkan hasil perhitungan, N-benzoil-N’-feniltiourea
dalam bentuk trans-cis berada dalam bentuk yang paling stabil. Hal
ini terjadi karena adanya ikatan hidrogen pada atom hidrogen dan
oksigen. Ikatan hidrogen ini cukup kuat dibandingkan interaksi
antar atom oksigen dengan oksigen, flour atau nitrogen (Koyimatu,
2018; 13-14).
Senyawa kompleks dapat disintesis dengan cara pencampuran
larutan ion logam dan ligan dalam pelarut tertentu yang dapat
melarutkan ion logam dan ligan, baik disertai pemanasan maupun
tanpa pemanasan pada suhu tertentu. Metode sintesis senyawa
kompleks kobalt (II) dengan fenantrolin dan anion CF3SO3- adalah
metode pendesakan langsung. Karakteristik senyawa kompleks
kobalt (II) dengan ligan fenantrolin dan anion CF 3SO3- adalah
berwarna kuning-orange dan berbentuk serbuk kasar. Senyawa
kompleks Co(II) telah berhasil disintesis dengan formula
[Co(phen)3] (CF3SO3)2. 11 H2O yang dalam pelarut akuades
terion dengan perbandingan muatan kation/anion 2;1 dan
mempunyai daya hantar ekivalen sebesar 166,21 Scm2mol-1 yang
sebanding dengan daya hantar larutan pembanding CaCl2 dan
Co(BF4)2. Senyawa komples[Co(phen)3] (CF3SO3)2. 11 H2O
bersifat paramagnetik dengan moment magnet berkisar antara 4,60-
4,68 BM, hasil spektrum elektronik senyawa kompleks
menunjukkan adanya dua pita tumpang tindih yang dimungkinkan
oleh sebab transisi elektronik 4T1g → 4A2g dan 4T1g → 4T1g. Spektrum
FTIR pada serapan kompleks menunjukkan berbagai vibrasi yang
khas untuk ligan fenantrolin maupun yang anion triflat. Senyawa
kompleks memiliki sistem kristal triklinik dengan space grup P1
dan nilai α = 12, 5948 A, b = 13,3523 A, c = 14,1971 A, α =
75,758o, 9 β = 66, 552o, ℽ = 71, 205o, V = 2054,424 Ặ3 (Fa’izzah,
2016: 8-9).
2. Tinjauan Hasil
Senyawa kompleks memiliki bentuk oktahedral, tetrahedral, atau
segiempat planar. Pembelahan tingkat energi dapat dijelaskan melalui
teori medan kristal. Pada medan oktahedral, jika ada atau terdapat
enam ligan yang mendekati atom pusat pada arah sumbu-sumbu.
Medan yang disebabkan oleh ligan ini akan dirasakan secara berbeda-
beda oleh ke-5 orbital d dari atom pusat, bergantung pada orientasi
masing-masing orbital. Orbital dz2 dan dx2 y2 mendapat tolakan paling
besar sehingga energi bertambah. Seluruh perhitungan dilakukan
dengan menggunakan metode HF yang tidak dibatasi (Unrestricted
Hatree-Fock). Metode HF ini memiliki kelebihan dalam menentukan
struktur keadaan dasar dalam waktu yang cukup cepat. Metode HF ini
memiliki kelebihan dalam menentukan struktur keadaan dasar dalam
waktu yang cukup cepat. Metode HF dapat memperhitungkan posisi
dari tiap atom untuk mencari struktur yang paling stabil. Pemilihan
metode HF dapat menghemat banyak waktu penelitian dengan hasil
perhitungan yang baik (Koyimatu, 2018: 11-12).
Kompleks Cr (III) dengan bilangan koordinasi enam pada senyawa
K [Cr(C2O4)2(H2O)]. 2OC (NH2)2 telah diteliti melalui perhitungan
VASP dengan tujuan untuk mengetahui teori magnetik dan
membandingkannya dengan senyawa kompleks lain yang dengan
anion yang sama yaitu Cr (III) pada senyawa [Cr(C 2O4)2(H2O)]. Dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan energi spin, maka senyawa kompleks
tersebut lebih stabil ketika bersifat magnetik (Signe, dkk., 2015:3860).
Penelitian sintesis senyawa kompleks Co (II) dengan ligan 1,10-
fenantrolin dan anion trifluoromeranasulfonat ini bertujuan untuk
dapat mengetahyi metode sintesis , formula, konduktivitas pada
senyawa kompleks, sifat magnetik, spektrum elektronik, spektrum IR,
dan difaktogram XRD senyawa kompleks. Pembentukan senyawa
kompleks ditandai dengan terjadinya perubahan warna larutan, dari
larutan Co (BF4)26H2O yang berwarna pink menjadi berwarna oranye,
dengan rendemen hasil 69,176-92,243%. Penentuan formula senyawa
kompleks berdasarkan pengukuran kadar Kobalt (II) dan daya hantar
listrik larutan kompleks berdasarkan pengukuran kadar kobalt (II)
dalam senyawa kompleks hasil sintesis dengan instrument AAS yaitu
sebesar 5,38 % sehingga apabila dibandingkan dengan hasil
perhitungan secara teoritisnya, formula kompleks yang memungkinkan
adalah [Co(phen)3(CF2SO3)2.11H2O. Perhitungan momen magnetik
menunjukkan kompleks bersifat paramagnetik dengan nilai վeff 4,60 –
4, 68 BM sesuai dengan 3 elektron tak berpasangan dalam konfigurasi
eletroniknya (Fa’izzah, 2016: 4-5).

B. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari pembuatan dan sifat sifat isomer cis dan trans dari garam
kompleks kalium dioksalatdiakuokromat (III).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Gelas Kimia 100 mL 1 buah
b. Gelas Kimia 200 mL 1 buah
c. Pembakar spritus 1 buah
d. Kaki tiga dan kasa 1 buah
e. Pompa Vakum 1 buah
f. Corong biasa 1 buah
g. Batang Pengaduk 1 buah
h. Cawan Penguapan 1 buah
i. Gelas Ukur 50 mL 1 buah
j. Labu Erlenmeyer 250 mL 1 buah
k. Botol Semprot 1 buah
l. Lap kasar 1 buah
m. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Kalium dikromat (K2Cr2O7)
b. Asam oksalat (H2C2O4)
c. Aquades (H2O)
d. Etanol (C2H5OH)
e. Tissue

Anda mungkin juga menyukai